Tag Archives: supercell

NothingToSay Menangkan US$5,2 Juta Bersama PSG.LGD, PSIS Semarang Rekrut Muhammad Abdul Aziz

Minggu lalu, PSIS Semarang mengumumkan bahwa mereka telah merekrut Muhammad Abdul Aziz untuk mewakili mereka dalam Indonesian Football e-League (IFeL) 2021. Sementara itu, Riot Games mengungkap bahwa pertandingan final dari League of Legends World Championship (LWC) 2021 akan disiarkan di puluhan bioskop di Eropa. Mereka juga menunjukkan cincin khusus yang akan dipersembahkan pada setiap anggota dari tim yang memenangkan LWC 2021.

Di TI10 NothingToSay Menangkan US$5.2 Juta dengan PSG.LGD

Pemain Dota 2 asal Malaysia, Cheng “NothingToSay” Jin Xiang berhasil menorehkan namanya dalam sejarah Dota 2 setelah sukses menjadi finalis dari The International 10 bersama PSG.LGD. Sayangnya, dia dan timnya harus bertekuk lutut di hadapan Team Spirit dan puas dengan gelar juara dua. Meskipun begitu, total hadiah yang didapatkan oleh PSG.LGD tetap cukup besar.

TI10 menawarkan total hadiah sebesar US$40 juta. Sebagai juara, Team Spirit mendapatkan US$18,2 juta. Sementara itu, PSG.LGD, yang menjadi runner-up, berhak untuk mendapatkan 13% dari total hadiah TI10 atau sekitar US$5,2 juta. Sayangnya, tidak diketahui berapa besar porsi yang didapatkan oleh NothingToSay. Sebelum TI10, total pemasukan NothingToSay sebagai pemain profesional adalah US$1,1 juta.

Saat ini, hanya ada satu pemain Malaysia yang pernah memenangkan TI, yaitu Wong “ChuaN” Hock Chuan, lapor IGN. Dia berhasil memenangkan TI pada 2012 bersama tim Tiongkok, Invictus Gaming. Dalam TI10, ada beberapa pemain asal Asia Tenggara yang ikut serta, selain NothingToSay. Dua di antaranya adalah pemain asal Indonesia, Kenny “Xepher” Deo dan Matthew “Whitemon” Filemon. Bersama dengan T1, keduanya berhasil menduduki peringkat 7-8 di TI10.

Kolaborasi dengan Mercedes-Benz, Riot Buat Cincin Khusus untuk Pemenang LWC 2021

Minggu lalu, Riot Games memamerkan cincin khusus yang dibuat untuk pemenang League of Legends World Championship (LWC) 2021. Riot menyebutkan, cinci ini akan menjadi lambang dari “prestige dan pencapaian tertinggi di esports“, menurut laporan Esports Insider. Desain dari cincin itu dibuat oleh Riot bersama dengan Mercedes-Benz.

Cincin hasil kolaborasi antara Riot Games dengan Mercedes-Benz.

Cincin tersebut terbuat dari emas putih 18 karat yang dihiasi dengan batu safir. Dengan begitu, cincin ini memiliki kombinasi warna yang sama dengan Summoner’s Cup, yaitu perak dan biru. Summoner’s Cup merupakan trofi yang diberikan untuk pemenang LWC. Trofi itu pertama kali diperkenalkan pada 2012.

Babak Final LWC 2021 Bakal Disiarkan di Bisokop Eropa

Selain cincin yang akan diberikan pada pemenang LWC 2021, pada minggu lalu, Riot Games juga mengumumkan bahwa pertandingan final dari League of Legends World Championship (LWC) 2021 akan disiarkan di bioskop. Pertandingan tersebut akan disiarkan pada 6 November 2021 di lebih dari 70 bioskop di Eropa. Saat ini, tiket untuk menonton pertandingan itu sudah bisa dibeli. Tentu saja, pertandingan final dari LWC 2021 juga akan tetap disiarkan di berbagai platform streaming, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Untuk dapat menayangkan pertandingan final LWC 2021 di bioskop, Riot mendapatkan bantuan dari Piece of Magic dan National Amusements. Menurut Esports Insider, tren kolaborasi antara perusahaan bioskop dengan pelaku esports bukan hal baru. Belum lama ini, perusahaan bioskop asal Amerika Serikat, Cinemark, juga bekerja sama dengan perusahaan esports Mission Control untuk menampilkan pertandingan esports di AS. Sementara pada 2018, sejumlah bioskop di Inggris menampilkan pertandingan final dari IEM Katowice yang mempertemukan Fnatic dengan FaZe Clan.

Supercell Siapkan Mode dan Skin Khusus Halloween di Brawl Stars

Supercell menyiapkan skin dan mode khusus di Brawl Stars untuk merayakan Halloween. Hal ini diungkap dalam Brawl Talk yang diadakan pada minggu lalu. Salah satu mode khusus yang Supercell sediakan adalah invisibility. Sesuai namanya, invisibility membuat pemain menjadi tidak terlihat. Fitur invisibility ini akan aktif di semua mode. Fitur tersebut membuat semua pemain tidak tampak selama 7 detik setiap 10 detik. Di satu sisi, invisibility akan membantu pemain untuk menyelamatkan diri saat terdesak. Di sisi lain, fitur itu akan mempersulit pemain yang hendak membunuh pemain lain, menurut laporan Dot Esports.

Selain itu, Supercell juga menyiapkan skin bertema Halloween. Salah satu skin yang menjadi bagian dari Brawl-o-ween adalah Swamp Gene. Selain itu, Anda juga akan menemukan skin Ghost Squeak, Headless Rider Stu, dan Count Pengula.

PSIS Rekrut Muhammad Abdul Aziz untuk Bertanding di IFel 2021

PSIS Semarang merekrut Muhammad Abdul Aziz untuk mewakili mereka dalam Indonesian Football e-League (IFeL) 2021. Sebelum direkrut oleh PSIS Semarang, Abdul Aziz pernah mewakili DKI Jakarta di pertandingan eksibisi esports PON XX Papua. Manajer PSIS eSports, Mochamad Raviv Avari mengatakan, Abdul Aziz dipilih karena dia memiliki performa yang cukup bagus. Buktinya, dia berhasil masuk empat besar di PON.

IFeL akan digelar pada 30 Oktober 2021 sampai Desember 2021. Selain PSIS Semarang, liga sepak bola virtual itu juga akan diikuti oleh beberapa tim sepak bola Liga 1 Indonesia, seperti Arema, Bali United, Barito Putera, Bhayangkara FC, Borneo FC, Madura United, Persela, Persik, Persiraja, dan Persita, lapor Antara.

Sumber header: Dot Esports

Nintendo Produksi Switch di Malaysia, PS5 Jadi Konsol Paling Laku Saat Peluncuran

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa berita menarik seputar industri game. Salah satunya, PlayStation mengumumkan, penjualan PS5 pada dua minggu sejak peluncuran telah melampaui angka penjualan PS4 pada periode yang sama. Selain itu, Nintendo juga akan mulai memproduksi Switch di Malaysia.

PS5 Jadi Konsol Paling Laku Pada Awal Peluncuran

Dalam waktu dua minggu sejak peluncuran, total penjualan PlayStation 5 telah melampaui total penjualan PlayStation 4 saat ia pertama kali diluncurkan. Dengan begitu, konsol terbaru dari Sony itu menjadi konsol paling laku pada paluncuran.

“Kami berterima kasih pada semua gamer di dunia karena menjadikan peluncuran PS5 sebagai peluncuran konsol terbesar sepanjang sejarah,” kata PlayStation seperti dikutip dari GamesIndustry. “Permintaan akan PS5 sangat tinggi, jadi, kami hendak mengonfirmasi bahwa PS5 sudah akan tersedia di penjual retail sebelum akhir tahun 2020.”

Pada 2013, ketika PS4 diluncurkan, Andrew House — yang ketika itu menjabat sebagai CEO PlayStation — mengungkap bahwa dalam dua minggu, PS4 telah terjual sebanyak 2,1 juta. Dia menyebutkan, hal itu merupakan rekor tersendiri, baik untuk PlayStation maupun industri gaming konsol.

Nintendo Juga Produksi Switch di Malaysia

Selama ini, Nintendo memproduksi Switch di Tiongkok. Sekarang, mereka juga akan mulai memproduksi konsol itu di Malaysia. Untuk membuat Switch di Malaysia, Nintendo menggandeng Sharp Corp. Tujuan Nintendo adalah untuk memastikan permintaan Switch akan terpenuhi di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, lapor Egg Network.

Nintendo Switch kini juga akan diproduksi di Malaysia.
Nintendo Switch kini juga akan diproduksi di Malaysia. | Sumber: Wikipedia

Alasan mengapa Nintendo menunjuk Sharp untuk produksi Switch di Malaysia adalah karena Foxconn Technology, yang merupakan rekan utama Nintendo dalam produksi Switch, memiliki saham di Sharp. Tak hanya itu, Foxconn juga membantu untuk menghubungkan Nintendo dengan Sharp.

Pandemi virus corona sempat mengganggu proses produksi Switch. Namun, Presiden Nintendo, Shuntaro Furukawa mengatakan, sekarang, proses produksi Switch telah kembali normal. Keputusan Nintendo untuk memproduksi Switch di Malaysia tidak aneh. Bahkan sebelum pandemi sekalipun, Nintendo memang berencana untuk tidak memusatkan produksi konsol mereka.

Pangeran Arab Saudi Beli Saham SNK

Mohammad bin Salman Charity Foundation baru saja membeli 33,3% saham dari perusahaan game Jepang, SNK, seharga 813 juta riyals (sekitar Rp3 triliun). Investasi tersebut dilakukan melalui cabang perusahaan Electronic Games Development Company. Memang, sebelum ini, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan SNK dalam pengembangan game dan program pelatihan.

Ke depan, badan amal milik Pangeran Arab Saudi Mohammad bin Salman itu akan membeli 17,7% saham SNK. Dengan begitu, mereka akan menguasai 51% saham dari perusahaan game tersebut.

Pada awalnya, kabar pembelian saham ini membuat nilai saham SNK naik. Namun, seperti yang disebutkan oleh GamesIndustry, di masa depan, keputusan SNK untuk menjual sahamnya ke pangeran Arab Saudi bisa menjadi senjata makan tuan dan menyebabkan kontroversi. Pasalnya, Arab Saudi dan para pemimpinnya terlibat dalam berbagai skandal terkait hak asasi manusia.

Roblox Lakukan IPO

Roblox, platform game yang kontennya dibuat oleh para penggunanya, baru saja melakukan penawaran saham perdana (IPO) di pasar saham Amerika Serikat. Sayangnya, mereka tidak menyebutkan berapa target modal yang mereka ingin dapatkan. Pada Februari 2020, Roblox mendapatkan investasi sebesar US$150 juta dari Andreessen Horowitz. Ketika itu, valuasi Roblox mencapai US$4 miliar.

Sekarang, platform Roblox memiliki lebih dari 31,1 juta pengguna aktif harian. Sebagai perbandingan, pada 2019, jumlah pengguna aktif harian mereka hanya 17,6 juta dan pada 2018, 12 juta orang. Per September 2020, ada 7 juta developer yang telah membuat lebih dari 18 juta game di Roblox. Hingga 30 September 2020, total jam game dimainkan di Roblox mencapai 22,2 miliar jam, naik dari 10 miliar jam pada periode yang sama pada 2019, lapor VentureBeat.

Game dalam Roblox dibuat oleh para penggunanya. | Sumber: VentureBeat
Game dalam Roblox dibuat oleh para penggunanya. | Sumber: VentureBeat

Menurut Sensor Tower, sejak 2014, Roblox telah diunduh sebanyak 447,8 juta kali dan mendapatkan US$2 miliar dari para pemainnya. Sementara itu, sejak awal 2020 sampai 30 September 2020, pemasukan Roblox mencapai US$588,7 juta, naik dari US$349,9 juta pada tahun 2019. Meskipun begitu, mereka masih mengalami kerugian sebesar US$203,2 juta. Roblox menyebutkan, salah satu alasan mengapa mereka bisa tumbuh pesat adalah pandemi yang membuat banyak orang harus tetap diam di rumah.

Memang, game merupakan salah satu industri yang diuntungkan oleh pandemi. Pada September 2020, perusahaan pembuat game engine, Unity melakukan IPO. Nilai perusahaan itu mencapai US$13,6 miliar, walau mereka masih mengalami kerugian.

Supercell Investasi di Developer Selandia Baru, 2UP Games

Developer Clash of Clans, Supercell, menanamkan investasi sebesar US$2,8 juta di studio game baru, 2UP Games. Developer tersebut punya markas di Selandia Baru. Namun, mereka kini menetapkan sistem remote-first, sehingga mereka punya staf dari berbagai negara. Investasi ini menjadi investasi pertama Supercell di kawasan Selandia Baru.

2UP Games akan fokus untuk mengembangkan co-op game di platform mobile. Harapannya, game buatan mereka akan bisa meraih kesuksesan layaknya Clash of Clans. 2UP Games didirikan oleh Joe Raeburn dan Tim Knauf. Raeburn adalah game lead dalam pengembangan game Samurai Siege dan Rival Kingdoms. Sementara Knauf pernah bekerja di Weta Workshop dan Magic Leap sebelum mendirikan 2UP.

“Kami bangga karena dapat mendukung 2UP Games merealisasikan misi mereka, yaitu menyatukan gamer di seluruh dunia melalui co-op game,” kata Developer Relations Lead, Supercell, Jaakko Harlas, menurut laporan GamesIndustry. “Berdasarkan apa yang kami lakukan selama ini, kami sadar bahwa membuat fitur co-op dalam game mendorong interaksi para gamer. Co-op juga menjadi salah satu fitur paling penting untuk membuat gamer terus memainkan sebuah game.”

Sumber header: Pocket-Lint

Supercell Umumkan Jadwal Brawl Stars World Finals 2020

Setelah November tahun lalu sempat ada cuplikan informasi seputar Brawl Stars World Finals, kini Supercell akhirnya memastikan tanggal penyelenggaraan dari atas helatan tersebut. Lewat sebuah video yang mereka posting di YouTube, Supercell mengumumkan bahwa Brawl Stars World Finals akan diadakan tanggal 21-22 November 2020 mendatang. Delapan tim dari berbagai belahan dunia akan bertanding memperebutkan total hadiah mencapai 1 juta dollar AS, dan tentunya gelar sebagai juara dunia Brawl Stars.

Delapan tim tersebut datang dari 5 kawasan, yaitu Asia Pasifik, Eropa/Timur Tengah, Amerika Selatan, Tiongkok, dan Amerika Utara. Seeding atau pembagian slot dari masing-masing kawasan berbeda-beda. Pembagian slot dari masing-masing kawasan adalah, 2 untuk Asia Pasifik, 3 untuk Eropa/Timur Tengah, 1 untuk Amerika Selatan, 1 untuk Tiongkok, dan 1 untuk Amerika Utara.

Mengutip dari laman resmi esports Brawl Stars, berikut nama-nama tim yang akan bertanding di dalam gelaran Brawl Stars World Finals 2020.

Asia Pasifik

  • Jupiter
  • PSG Esports

Eropa/Timur Tengah

  • Codemagic Purple
  • Qlash
  • SK Gaming

Amerika Selatan

  • INTZ

Tiongkok

  • Nova Esports

Amerika Utara

  • Omen Elite

Tahun lalu, Supercell sudah mengadakan turnamen Brawl Stars tingkat internasional, yang diselenggarakan dalam salah satu eksibisi game terbesar di Korea Selatan, G-Star. Tak hanya itu, Supercell juga sempat ‘mampir’ ke Indonesia lewat beberapa inisiatif, termasuk esports Brawl Stars lewat gelaran Supercell Gamers Day. Lichic dan kawan-kawan dari Alter Ego ketika itu berhasil menjadi juara nasional, yang sayangnya perjuangannya harus terhenti di Brawl Stars SEA Open.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Masuk tahun 2020, potensi esports Brawl Stars sendiri sempat dipertanyakan keberlanjutannya. Terlepas dari itu, game besutan pengembang asal Finlandia ini terbilang berhasil menuai keuntungan yang cukup besar, dengan total 422 juta dollar pemasukan kotor, di tahun 2019 lalu. Tak hanya itu Brawl Stars bahkan juga berhasil raup pemasukan kotor sebesar 17 juta dollar AS, walaupun baru satu pekan rilis di pasar Tiongkok.

Walau berhasil mendapat perhatian yang besar dari khalayak internasional, sayang Brawl Stars kurang diperhatikan di Indonesia. Satu yang cukup disayangkan mungkin adalah posisi Supercell yang ketika itu hanya ‘mampir’ saja di pasar Indonesia, walau sebenarnya pasar lokal punya potensi besar dalam hal game esports mobile.

investasi bunch

Supercell, Riot, Ubisoft Suntikkan Dana untuk Aplikasi Gaming Sosial

Bunch baru saja mendapatkan investasi sebesar US$20 juta (sekitar Rp295 miliar). Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh General Catalyst. Sejumlah publisher game ternama juga ikut menanamkan investasi untuk Bunch, seperti Electronic Arts, Take-Two Interactive Software, Krafton, Ubisoft, Mixi, Miniclip, Colopl, Riot Games, Ubisoft, dan Supercell. Tidak heran jika para publisher turut mendukung Bunch, mengingat ia merupakan aplikasi gaming sosial.

Aplikasi Bunch memungkinkan para mobile gamer untuk tetap terhubung dengan satu sama lain saat mereka sedang bermain game. Memang, Bunch menempatkan diri sebagai aplikasi party di game-game multiplayer. Bunch memudahkan para pemain untuk bermain bersama teman-teman mereka, yang dapat mendorong tingkat engagement pemain dalam game. Hal ini akan menguntungkan developer yang mengintegrasikan Bunch ke game mereka.

investasi bunch
Jumlah pengguna Bunch tumbuh pesat selama pandemi.

Selama pandemi, jumlah pengguna Bunch tumbuh hingga puluhan kali lipat. Kepada GamesBeat, CEO Selcuk Atli mengatakan, sejak awal Maret 2020, jumlah pengguna aktif Bunch naik hingga 50 kali lipat dari bulan ke bulan. Dari ribuan pengguna, jumlah pengguna Bunch kini mencapai jutaan orang. Sekitar 60% pengguna milenial Bunch merupakan perempuan. Namun, jumlah pengguna pria dari Bunch juga terus bertambah.

Game multiplayer menjadi media sosial yang baru. Di waktu yang sulit seperti sekarang, ketika kita terisolasi dari orang lain, bermain game menjadi salah satu cara bagi orang-orang untuk berkumpul bersama teman,” kata Atli, seperti dikutip dari Games Industry.

Lebih lanjut, dia berkata, “Setiap game saling berdiri mandiri, terpisah dari satu sama lain. Di Bunch, kami mencoba membuat cara bagi para pemain untuk saling terhubung dengan teman-teman di dalam dan di luar game yang mereka mainkan. Kami sangat senang bisa mendapatkan General Catalyst dan juga banyak kreator game populer sebagai investor kami.”

Aplikasi Bunch sudah dilengkapi dengan beberapa game internal, seperti Pool, Mars Dash, Draw Party, Trivia, serta versi multiplayer dari Flappy Bird. Tak berhenti sampai di situ, Bunch juga terintegrasi langsung ke game-game seperti Spaceteam, Brawl Stars, dan Armajet. Bunch juga sudah mendukung PUBG Mobile, Minecraft, dan Uno.

Sebelum ini, Bunch telah mendapatkan investasi sebesar US$3,8 juta (sekitar Rp56 miliar) pada 2018. Pada November 2019, mereka kembali mendapatkan suntikan dana sebesar US$3,85 juta (sekitar Rp56,7 miliar).

Menilik Potensi Esports dari Game Brawl Stars di Tahun 2020

Tahun 2020 menandai 10 tahun eksistensi pengembang game asal Finlandia, Supercell. Sejak pertama kali didirikan di tahun 2010, Supercell sudah menelurkan karya game yang terbilang laku di pasaran seperti game Clash of Clans. Secara fenomenal game Clash of Clans meledak di pasaran dan dimainkan oleh banyak orang. Sampai akhirnya di tahun 2017, mereka merilis game baru bernama Brawl Stars.

Jika Anda cukup akrab dengan mobile games dan pengembang game Supercell, tentu saja Anda pernah mendengar game berjudul Brawl Stars. Jika diperbandingkan dengan deretan game lainnya hasil karya pengembang asal Helsinki tersebut, Brawl Stars menunjukkan potensi perkembangan yang cukup untuk menjadi cabang esports di waktu mendatang.

Sejak peluncurannya, Brawl Stars menjadi sangat populer karena gameplay yang terasa ringan. Dengan tampilan yang menarik dan navigasi yang user friendly, Brawl Stars bisa memberikan efek yang adiktif. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah match juga terbilang cukup singkat. Brawl Stars menjadi sangat cocok dimainkan secara casual maupun secara serius.

Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa mobile esports sangat berpotensi untuk tumbuh dengan pesat. Faktanya sejak diluncurkan di tahun 2017, Brawl Stars sudah didownload lebih dari 75 juta kali. Sedangkan saat Brawl Stars baru-baru ini memasuki pasar Tiongkok, Supercell disinyalir sudah mendapat pemasukan sebesar 17 juta Dolar Amerika.

Tahun 2019 yang lalu babak final Brawl Stars World Championship berhasil diadakan di Busan, Korea Selatan. Tim Nova bisa mendominasi babak final dengan kemenangan beruntun 3-0 atas lawannya tim Animal Chanpuru dan menyabet gelar juara dunia. Menariknya, berdasarkan data viewership, jumlah penonton dari kanal YouTube di gelaran tersebut berhasil menembus angka 5 juta orang.

Pada awal tahun ini Supercell mengumumkan dimulainya sirkuit Brawl Stars World Championship 2020. Seluruh gamers Brawl Stars berhak ikut ke dalam kualifikasi berjenjang yang dimulai dari bulan April 2020 dan masih terus berlangsung dengan antusiasme yang tinggi dari komunitasnya.

Gelaran turnamen Brawl Stars World Championship 2020 dibagi ke dalam 4 tahapan yaitu, championship challengeregional online qualifier, regional monthly finals, dan world finals, yang rencananya diadakan di bulan November 2020 nanti. Seluruh gelaran turnamen Brawl Stars World Championship 2020 dilaksanakan bekerja sama dengan esports organizer ESL. Dengan merebaknya pandemi COVID-19 akan ada penyesuaian dan kompetisi berpindah sepenuhnya secara online seperti pada gelaran turnamen lainnya.

Jika mengacu pada data klasemen Brawl Stars World Championship 2020, region Asia Pasifik berpeluang besar menjadi juara dengan adanya tim Jupiter asal Jepang dan tim PSG Esports asal Singapura di peringkat atas klasemen. Sedangkan di atasnya masih tim CODEMAGIC Purple asal Prancis masih unggul tipis secara angka.

 

 

Brawl Stars Dapatkan 17 Juta Dollar AS Setelah Satu Pekan Rilis di Tiongkok

Nama Supercell mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda, terutama jika sudah main mobile game sejak tahun 2012 lalu. Pengembang game mobile asal Finlandia ini dulu berhasil sukses besar berkat titel game Clash of Clans. Mengutip dari Sensortower, game tersebut bahkan masih bisa mendapatkan keuntungan sebesar 727 juta Dollar AS pada tahun 2019 lalu.

Setelah berhasil dengan Clash of Clans, Supercell mulai kembangkan sayap mereka dengan rilis game-game terbaru, Brawl Stars jadi salah satunya. Rilis sejak 2018 lalu, game ini berhasil tuai kesuksesan yang sama, berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar 422 juta dollar AS di tahun 2019. Berkat kesuksesan tersebut, mereka kini mencoba untuk ekspansi ke pasar Tiongkok.

Game ini sendiri baru rilis di Tiongkok pada 9 Juni 2020 lalu. Walaupun masih muda belia, namun game ini dikabarkan berhasil raup 17,5 juta dollar AS dan 4,8 juta download setelah satu pekan peluncuran. Brawl Stars sendiri rilis di Tiongkok berkat kerja sama dengan Tencent. Ini juga mengingat posisi Tencent sebagai salah satu pemilik Supercell, setelah mereka memiliki 81,4 persen saham milik perusahaan pengembang game asal Finlandia tersebut.

Walaupun terhitung telat rilis di Tiongkok, namun kesuksesan tersebut lebih besar jika dibanding titel milik Supercell lainnya. Masih dari Sensortower, pendapatan pekan pertama Brawl Stars di Tiongkok bahkan menyalip pendapatan pekan pertama perilisan Clash Royale yang cuma berhasil mengantongi 9,4 juta dollar AS pendapatan saja.

Memang Tiongkok merupakan salah satu pasar game terbesar dunia. Mengutip dari salah badan riset Niko Partners, dikatakan bahwa pasar game Tiongkok diproyeksi akan memiliki pendapatan sebesar 41,5 juta dollar AS, dan diproyeksi memiliki 767 pemain game pada tahun 2023. Namun pasar game di Tiongkok memiliki tantangannya tersendiri terutama dari regulasi pemerintah.

Sumber: Sensortower
Sumber: Sensortower

Tiongkok memang cukup unik, pada satu sisi pemerintah bisa sangat mendukung perkembangan game dan esports, yang bahkan bisa membuat pasar esports berkembang 25 persen. Pada sisi lain pemerintah Tiongkok punya beragam regulasi yang harus dipenuhi pengembang game, agar game buatan mereka dapat rilis di pasar. Beberapa di antaranya seperti pelarangan tampilan darah dan kata bunuh, atau regulasi pembatasan waktu bermain. Regulasi ketat ini bahkan sampai membuat PUBG Mobile jadi gulung tikar sehingga berganti nama menjadi Game for Peace. Telatnya Brawl Stars rilis di Tiongkok juga bisa jadi disebabkan karena regulasi-regulasi tersebut.

Dengan penerimaan Brawl Stars yang begitu baik di Tiongkok, akankah game ini bisa menjadi salah satu titel besar di ekosistem esports dunia?

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019

Meledaknya Mobile Esports telah menjadi salah satu narasi besar di ekosistem esports secara internasional. Free Fire salah satu contohnya. Sebegitu suksesnya, sampai-sampai analis di NetEase Games memaparkan alasan kenapa Free Fire jadi sukses. Game tersebut bahkan menjadi salah satu turnamen terpopuler di tahun 2019 lalu.

Tetapi, apakah hanya Free Fire saja yang mendulang kesuksesan tersebut? Bagaimana dengan titel game mobile lainnya yang juga punya program esports seperti Mobile Legends, Arena of Valor, PUBG Mobile ataupun Clash Royale? Beberapa waktu lalu, Esports Charts mengeluarkan data soal 5 game esports mobile terpopuler di tahun 2019. Siapa saja mereka? Ini 5 di antaranya:

5. Clash Royale

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau game ini kurang populer di Indonesia, namun kehadirannya secara internasional masih cukup terasa. Tahun lalu, Supercell melakukan beberapa pergerakan terkait esports. Mereka juga hadir di Indonesia, bekerja sama dengan LINE untuk mengembangkan komunitasnya di sini.

Secara internasional, posisi Clash Royale sebagai mobile esports ternyata cukup tertinggal dibanding dengan game-game mobile lainnya. Clash Royale mengumpulkan ditonton selama 5.259.856 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 133.046 orang menonton CRL World Finals 2019.

Mengutip Esports Charts, Clash Royale adalah mobile esports terpopuler di 2018, namun mereka mengalami penurunan signifikan di tahun 2019. Dikatakan, alasan terbesarnya adalah karena penurunan popularitas game ini secara umum, dan meningkatnya jumlah rival di persaingan pasar esports. CRL World Finals 2019 bahkan mengalami penurunan jumlah penonton sebesar 63%.

4. Mobile Legends: Bang Bang

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau MLBB adalah esports mobile terpopuler di Indonesia namun presensi mereka secara internasional ternyata masih kalah jika dibanding dengan titel mobile lainnya. Secara angka, MLBB sudah ditonton selama 29.296.791 jam selama tahun 2019, dengan penonton terbanyak sejumlah 648.069 orang menonton gelaran M1 World Championship 2019.

Ada beberapa fakta menarik terkait ini. Hadiah M1 hanya US$250 ribu, lebih sedikit US$50 ribu daripada MPL ID Season 4. Namun demikian jumlah peak viewer M1 lebih banyak 123% daripada MPL ID Season 4. Ini mungkin dikarenakan para penonton lebih ingin melihat tim dan regional yang belum pernah mengikuti kompetisi MLBB sebelumnya.

Salah satu alasannya mungkin karena usaha dari Moonton untuk terus mendorong pertumbuhan ekosistem esports MLBB. Di lokal Indonesia, banyak usaha telah mereka lakukan. Mereka mencoba menerapkan franchise model di MPL Indonesia Season 4, memberi panggung kepada pemain semi-pro lewat MLBB Intercity Championship, dan yang terkini menggelar MLBB Developmental League sebagai usaha mereka untuk membuat ekosistem esports MLBB terus ada.

3. Free Fire

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Free Fire telah menjadi buah bibir sepanjang tahun 2019 kemarin. Tak hanya di Indonesia, namun Free Fire juga menarik perhatian khalayak internasional karena juga terkenal di Brazil. Namun ternyata ia hanya mengisi posisi 3 saja. Memang data ini mengurutkan posisi popularitas berdasarkan total hours watched dari game esports.

Free Fire ditonton selama 38.164.312 jam selama tahun 2019. Jumlah penontonnya bisa dbilang yang terbanyak dibanding titel esports lain, dengan jumlah penonton terbanyak sejumlah 2.016.157 orang di gelaran Free Fire World Series 2019. Jumlah penonton dan hours watched dari Free Fire memang kebanyakan datang dari Brazil, lewat gelaran Free Fire Pro League Brazil dan World Series 2019 Rio.

Namun demikian, kesuksesan Free Fire membuat mereka harus berhadapan dengan beberapa titel mobile lainnya, terutama PUBG Mobile yang merupakan direct-competitor game Battle Royale.

2. PUBG Mobile

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019
Sumber: Esports Charts

Walau jumlah penonton terbanyak masih dipegang Free Fire, namun PUBG Mobile yang mengantongi total hours watched lebih banyak membuatnya berada di peringkat 2.

Tercatat, PUBG Mobile sudah ditonton selama 55.585.392 jam sepanjang 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 596.824 orang dari gelaran PMCO Spring Global Finals. PUBG Mobile memang sangat terkenal di negara-negara timur. Tak heran jika PMCO SEA League jadi penyumbang terbesar dari angka di atas.

Selain dari itu, faktor lain mungkin datang dari cara Tencent menjalankan program esports PUBG Mobile. Mereka mengadakan kualifikasi untuk negara-negara yang memang jadi pasar bagi game mereka. Selain itu, tayangan esports mereka juga hadir dengan berbagai macam bahasa, yang mana hal itu jarang terjadi pada gelaran esports lain. Mungkin hal tersebut juga yang membuat PUBG Mobile jadi lebih populer daripada Free Fire.

1. Arena of Valor

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Ini memang cukup aneh, karena Arena of Valor bisa dibilang kurang berhasil secara umum, baik di Indonesia ataupun secara internasional. Namun demikian, mereka sudah ditonton selama 72.248.735 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak mencapai 764.358 orang di gelaran AOV World Cup 2019.

Salah satu alasan mencuatnya AOV di dalam daftar ini mungkin adalah karena dua gelaran internasional AOV yang diisi oleh tim asal Vietnam. Sejauh ini, negara Vietnam adalah pasar terbesar bagi Arena of Valor. Tak heran jika para penonton asal Vietnam terus bertahan sampai akhir jika ada tim Vietnam bertanding di babak Grand Final.

Maka dari itu, tak heran jika hal ini terjadi. Bagaimanapun, walau Arena of Valor mungkin kurang berhasil di Indonesia atau di pasar barat, mereka masih menjadi rajanya di pasar Asia; terutama Thailand dan Vietnam.

Pertarungan pasar esports mobile masih terus berlangsung, malah makin panas di 2020. Salah satu penyebabnya adalah kehadiran Riot Games di tengah-tengah persaingan pasar MOBA di mobile device. Kehadiran League of Legends: Wild Rift kemungkinan besar akan menggoyahkan MLBB di Indonesia atau AOV di pasar Asia. Bukan tidak mungkin juga kalau game ini juga menggoyahkan duo raksasa Battle Royale, Free Fire dan PUBG Mobile. Akankah Wild Rift jadi kryptonite yang mengalahkan MLBB di Indonesia? Bagaimana kira-kira peta kekuatan persaingan esports mobile di 2020 nanti?

Sumber: Esports Charts

Tahun Depan, Supercell Bakal Adakan Turnamen Brawl Stars

Tak lama setelah Brawl Stars World Championship selesai digelar, Supercell mengumumkan bahwa mereka akan kembali mengadakan turnamen untuk Brawl Stars pada tahun depan. Berdasarkan video teaser yang Supercell buat, turnamen Brawl Stars pada 2020 ini akan bersifat terbuka. Itu artinya, semua pemain boleh berpartisipasi, terlepas apakah mereka merupakan bagian dari tim esports profesional atau tidak. Satu syarat dari Supercell adalah pemain harus berumur setidaknya 16 tahun.

Supercell akan mengadakan babak kualifikasi bulanan untuk turnamen Brawl Stars pada tahun depan. Tim yang menang pada setiap babak kualifikasi akan mendapatkan tiket untuk bertanding di babak final. Format ini serupa dengan format yang Supercell gunakan pada Clash of Clans World Championship. Clash of Clans adalah game lain buatan Supercell. Clash of Clans World Championship berlangsung selama enam bulan. Setiap bulan, diadakan babak kualifikasi online. Tim juara babak kualifikasi diundang untuk hadir dalam babak final yang menjadi bagian dari ESL One Hamburg.

Supercell baru saja menyelenggarakan Brawl Stars World Finals di BEXCO Auditorium yang terletak di Busan, Korea Selatan. Di sini, Nova Esports keluar sebagai juara setelah bersaing dengan tim-tim lain seperti Animal Chanparu, 3Bears, Dr. HK, SSG Brazil, Spacestation Gaming, Tribe Gaming, dan PSG Esports. Dalam turnamen Brawl Stars, Supercell menyiapkan US$250 ribu.

“Tingkat kemampuan yang ditunjukkan oleh tim Nova dan tim-tim lain dalam Brawl Stars World Championship membuat kami semakin tidak sabar untuk melihat masa depan dari esports Brawl Stars,” kata Kim Jensen, yang bertanggung jawab atas esports Brawl Stars di Supercell. “Komunitas kami telah mempersiapkan turnamen global sejak sebelum Brawl Stars diluncurkan pada Desember tahun lalu, dan dalam waktu kurang dari satu tahun, mereka telah mengasah kemampuan mereka sampai ke level yang tinggi. Kami tidak sabar untuk mengadakan turnamen pada 2020 dan melihat siapa yang akan menjadi juara kompetisi global ini.”

Selain Brawl Stars, Supercell juga mengaku tertarik untuk mengembangkan esports Clash of Clans. Ketika itu, mereka mengatakan bahwa tertarik untuk melakukan itu karena komunitas Clash of Clans telah mengadakan berbagai kompetisi pada tingkat akar rumput.

Supercell Mau Kembangkan Esports Clash of Clans

Nova Esports keluar sebagai pemenang dari Clash of Clans World Championship, yang diadakan sebagai bagian dari ESL One Hamburg. Keberadaan turnamen dengan total hadiah sebesar US$1 juta itu pertama kali diumumkan pada Februari 2019. Ketika itu, banyak orang yang terkejut karena meski Clash of Clans dirilis pada 2012, Supercell tampak tak tertarik untuk mengembangkan esports dari game buatannya itu.

Menurut Marika Appel, Clash of Clans Community Manager, Supercell, alasan mereka mengadakan turnamen dunia Clash of Clans adalah karena mereka ingin mengembangkan competitive scene yang telah dibangun komunitas pemain pada tingkat akar rumput. “Kami banyak berdiskusi dan saling berbagi informasi,” kata Appel pada The Esports Observer. “Apa yang kami lakukan sebenarnya hanyalah mengembangkan apa yang telah dibuat oleh komunitas. Kami merasa, inilah strategi yang tepat, bereksperimen dan mengembangkan apa yang telah komunitas buat dan membawanya ke level berikutnya.”

Sumber: Talk Esports
Nova Esports yang menjadi juara World Championship | Sumber: Talk Esports

Pada 2016, Clash of Clans mendapatkan fitur “Friendly War”, memungkinkan klan untuk saling bertanding dengan satu sama lain. Ini mendorong fans untuk membuat liga sendiri, yang diikuti oleh ratusan tim. Tahun lalu, Supercell menambahkan mode “Clan War Leagues”. Dengan fitur tersebut, semua klan dari seluruh dunia dapat bertanding dengan satu sama lain. Fitur ini juga membuat para pemain Clash of Clans semakin tertarik untuk menjadi pemain profesional. Untuk mengadakan Clash of Clans World Championship, Supercell bekerja sama dengan ESL. Terkait hal ini, Appel mengatakan, kerja sama Supercell dengan ESL adalah “kebetulan”. Sebelum bekerja sama untuk membuat Clash of Clans World Championship, Supercell telah menjalin hubungan dengan ESL dalam pembuatan video live stream untuk update Clash of Clans pada Juni 2018. Saat itu, obrolan antara pihak Supercell dan produser ESL menunjukkan bahwa kedua perusahaan memiliki ketertarikan untuk membesarkan esports mobile.

“Kita mulai membahas tentang apa yang akan terjadi jika kita punya turnamen dan kompetisi Clash of Clans resmi. Dan kami merasa cocok dengan satu sama lain,” kata Appel. “Kami memiliki mimpi dan visi yang sama, yaitu memberikan pengalaman turnamen esports terbaik untuk para pemain. Alasan lain yang membuat kami cocok adalah ESL ketertarikan mereka untuk bereksperimen dalam mengembangkan industri esports mobile di masa depan. Bisakah kami jadi bagian dari itu?”

Clash of Clans World Championship diumumkan pada Februari 2019. Babak pra-kualifikasi, yang diadakan secara online, dimulai pada 1 Maret 2019. Dari sini, dipilih empat tim yang menggunakan Android dan empat tim yang bermain di iOS. Delapan tim itu kemudian akan masuk ke babak kualifikasi offline di Katowice, Polandia. Sebanyak enam tim akan lolos untuk bertanding di World Championship Final. Selain enam tim tersebut, dua tim lain akan dipilih langsung oleh Supercell dan komunitas Clash of Clans.

Sumber: The Esports Observer
Penonton di World Championship | Sumber: The Esports Observer

Appel mengaku, momen upara pembukaan World Championship meninggalkan kesan yang mendalam baginya. Dia hampir menangis ketika dia berdiri di arena dan melihat fans Clash of Clans yang berkumpul untuk menonton World Championship. “Saya telah mengembangkan Clash of Clans hampir sejak ia diluncurkan. Saya telah mengembangkan komunitas sejak hari pertama — dari fans pertama sampai jumlah fans mencapai jutaan seperti sekarang,” katanya. Ke depan, tampaknya Supercell akan mengembangkan esports Clash of Clans dengan mengadakan turnamen lain. Appel berkata, timnya memiliki rencana tentang masa depan esports Clash of Clans, meski dia belum dapat memberikan detail dari rencana yang tengah dia buat.

“Kami masih dalam tahap mengembangkan rencana ke depan, jadi saya belum bisa mengatakan rencana yang konkret. Tapi, kami jelas mau mempertahankan Clash of Clans World Championship,” kata Appel. “Tahun depan, kami akan menyelenggarakan turnamen ini dengan lebih baik dan lebih fokus pada turnamen lokal dan regional — jalan menuju dunia profesional. Saya pikir, ini sesuatu yang bisa jadi fokus kami pada tahun depan, tapi kami tengah memikirkan hal itu.” Clash of Clans World Championship bukan satu-satunya turnamen esports yang diadakan oleh Supercell. Mereka juga akan mengadakan Brawl Stars World Championship yang akan diadakan pada bulan depan di Korea Selatan dan Clash Royale League World Finals. Di Indonesia, Supercell menggandeng LINE untuk mengadakan Supercell Gamers’ Day dan mengembangkan komunitas para pemain game-game buatannya.

Jadi Pemilik Saham Mayoritas Konsorsium Luxembourg, Tencent Pegang Kendali Atas Supercell

Tencent kini menjadi pemilik saham mayoritas dari konsorsium yang menguasai 81,4 persen dari saham Supercell. Pada Juni 2016, konsorsium Luxembourg Société Anonyme dibentuk dengan tujuan untuk mengakuisisi Supercell. Pada awalnya, Tencent memiliki 50 persen saham di konsorsium tersebut. Baru-baru ini, Tencent membeli 44 ribu lembar saham konsorsium senilai US$40 juta, menurut data Hong Kong Stock Exchange. Dengan begitu, total saham Tencent di konsorsium Luxembourg naik dari 50 persen menjadi 51,2 persen.

Supercell didirikan pada 2010. Mereka adalah developer asal Helsinki, Finlandia yang dikenal dengan game buatannya seperti Clash of Clans dan Clash Royale. Menurut data dari Sensor Tower, pada 2018 Supercell mendapatkan US$1,5 juta per hari dari para pemain Clash of Clans. Meskipun terdengar fantastis, pendapatan Supercell saat itu sebenarnya telah mengalami penurnan drastis dari pendapatan mereka pada 2015, yang merupakan puncak kejayaan Supercell. Pada 2015, Supercell bisa mendapatkan hingga US$5,5 juta per hari.

Brawl Stars. | Sumber: Supercell
Brawl Stars. | Sumber: Supercell

Saat ini, ada tiga game buatan Supercell yang menjadi game esports, yaitu Clash of Clans, Clash Royale, dan Brawl Stars, yang merupakan game mereka yang terbaru. Turnamen Clash of Clans Championship akan diadakan pada akhir pekan ini dan menjadi bagian dari ESL One Hamburg. Total hadiah yang ditawarkan dalam kompetisi itu adalah US$1 juta. Sementara Brawl Stars World Championship akan diadakan pada bulan depan di Korea Selatan dengan total hdaiah US$250 ribu. Terakhir, Clash Royale League World Final juga diperkirakan akan diadakan pada akhir tahun ini, lapor The Esports Observer.

Menurut laporan Forbes, usahan Tencent untuk menguasai mayoritas saham di Supercell merupakan upaya konsolidasi dari konglomerasi asal Tiongkok tersebut. Supercell bukanlah satu-satunya perusahaan game yang sahamnya dimiliki oleh Tencent. Perusahaan Tiongkok itu juga memiliki saham di beberapa perusahaan game besar lain, seperti Riot Games, yang membuat League of Legends. Tencent juga memiliki 40 persen saham di Epic Games, perusahaan di balik Fortnite. Tak hanya itu, perusahaan Tiongkok itu bahkan memiliki sedikit saham di Krafton Game Union, yang merilis Player Unknown’s Battleground (PUBG), salah satu game saingan Fortnite. Tencent juga memiliki lima persen saham di Ubisoft (Assassin’s Creed dan Rainbow Six Siege) dan Activision Blizzard (Call of Duty dan World of Warcraft).