Tag Archives: supermarket

Minimarket / freepik

Minimarket: Definisi, Manfaat, Perbedaan, dan Contohnya

Hampir semua orang memiliki kegiatan rutin untuk berbelanja di minimarket untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Minimarket merupakan toko kelontong kecil yang modern, yang biasanya memiliki kurang dari dua lusin rak yang terisi penuh, beberapa lemari pendingin dan freezer, dan mungkin beberapa makanan kaleng.

Namun, sebuah minimarket umumnya tidak memiliki ruang untuk menjual sayur atau daging dalam jumlah besar.

Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai minimarket.

Definisi Minimarket

Minimarket adalah toko kelontong kecil yang biasanya menjual pilihan bahan makanan pokok dan barang rumah tangga dalam jumlah terbatas. Biasanya ditemukan di daerah perumahan dan melayani kebutuhan mendesak masyarakat.

Selain bahan makanan dan perlengkapan rumah tangga, banyak minimarket juga menawarkan pilihan makanan siap saji seperti sandwich, makanan ringan, dan minuman.

Tentunya, minimarket adalah pilihan populer bagi orang-orang yang ingin membeli beberapa barang dengan cepat tanpa harus bepergian jauh. Mereka sering menawarkan layanan yang ramah dan personal, dengan staf yang memiliki pengetahuan tentang produk yang mereka jual.

Secara keseluruhan, minimarket adalah pilihan yang nyaman dan terjangkau bagi orang yang menghargai aksesibilitas dan layanan yang dipersonalisasi.

Manfaat Minimarket

Minimarket memiliki banyak manfaat untuk kita semua, berikut ini adalah manfaat minimarket dari berbagai aspek:

Kenyamanan

Minimarket seringkali terletak di area pemukiman, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses bahan sembilan pokok, perlengkapan rumah tangga, dan barang perawatan pribadi tanpa harus bepergian jauh.

Biasanya, minimarket akan menyediakan berbagai macam produk, termasuk bahan makanan, perlengkapan mandi, makanan ringan, dan bahkan obat-obatan, yang berarti orang dapat menemukan semua yang mereka butuhkan di satu tempat.

Aksesibilitas

Minimarket melayani kebutuhan mendesak masyarakat setempat, menyediakan aksesibilitas bagi pelanggan yang mungkin tidak memiliki akses mudah ke toko yang lebih besar.

Bagi masyarakat yang tidak memiliki akses mobil atau transportasi umum, minimarket sangat membantu karena mereka dapat dengan mudah berjalan kaki atau bersepeda ke toko.

Pilihan Makanan

Minimarket memiliki manfaat dalam memberikan pilihan makanan kepada masyarakat karena menawarkan berbagai macam produk makanan yang terjangkau dan nyaman. Mereka sering menyimpan produk segar, daging, susu, dan bahan makanan lain yang penting untuk makanan sehari-hari.

Mereka juga menawarkan makanan siap saji dan makanan ringan. Minimarket ini sering menyediakan berbagai sandwich, salad, dan makanan ringan lainnya yang cocok untuk orang yang sedang bepergian.

Hemat Biaya

Minimarket memiliki manfaat hemat biaya kepada masyarakat karena menawarkan rangkaian produk yang terjangkau dengan harga bersaing. Mereka seringkali memiliki harga yang lebih rendah daripada supermarket besar.

Ini sangat bermanfaat bagi orang-orang yang harus memenuhi kebutuhan dengan berpenghasilan rendah. Minimarket membantu memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, perlengkapan mandi, dan produk rumah tangga.

Perbedaan Minimarket dengan Supermarket

Minimarket dan supermarket sama-sama toko retail yang menjual bahan makanan dan barang-barang rumah tangga, namun ada beberapa perbedaan utama di antara keduanya:

Ukuran

Salah satu perbedaan paling signifikan antara minimarket dan supermarket adalah ukurannya. Minimarket adalah toko yang lebih kecil yang berfokus pada penyediaan kebutuhan dasar dan barang-barang kenyamanan.

Sedangkan supermarket lebih besar dan menawarkan variasi produk yang lebih luas, termasuk produk segar, daging, dan roti.

Produk

Minimarket biasanya menawarkan pilihan produk yang terbatas dibandingkan dengan supermarket. Minimarket fokus untuk menyediakan akses cepat dan mudah ke barang-barang penting seperti perlengkapan mandi, makanan ringan, dan minuman.

Sedangkan supermarket menawarkan variasi produk yang jauh lebih luas, termasuk produk segar, daging, produk roti, dan barang-barang rumah tangga.

Harga

Karena minimarket lebih kecil dan menawarkan pilihan produk yang lebih terbatas, mereka seringkali memiliki harga yang lebih tinggi daripada supermarket. Namun, mereka menawarkan lokasi yang lebih nyaman dan mudah diakses, yang sebanding dengan harga yang sedikit lebih tinggi bagi beberapa pelanggan.

Supermarket dapat menawarkan harga yang lebih rendah karena mereka membeli dalam jumlah besar dan memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar dengan vendor.

Contoh Minimarket

Minimarket dapat kamu temukan dimana-mana karena mereka memiliki jumlah yang banyak dan jarak yang dekat dengan pemukiman.

Berikut ini adalah contoh minimarket yang sering ditemukan:

  • Alfamart
  • Indomaret
  • Alfamidi dan Alfa Express
  • Bright
  • Lawson
  • Circle-K

Demikianlah penjelasan selengkapnya mengenai minimarket, semoga bermanfaat.

HappyFresh Bali

Perluas Area Layanan, HappyFresh Ekspansi ke Bali

Platform belanja kebutuhan rumah tangga online HappyFresh mengumumkan ekspansi area layanan ke bulan November ini. Kepada DailySocial Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengungkapkan, pulau Bali menjadi penting bagi HappyFresh untuk meng-cater ukuran pasar yang luas, sarat dengan populasi yang digital savvy dan memiliki pilihan supermarket yang beragam.

“Terlebih lagi, waktu tempuh rata-rata dari rumah ke supermarket lebih tinggi dibandingkan dengan kota lain, karena jalan yang lebih kecil, jarak yang lebih jauh dan peningkatan lalu lintas dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini kami melayani wilayah Kuta, Seminyak, Kerobokan, Canggu, dan kami berharap dapat memperluas ke lebih banyak wilayah dalam beberapa bulan mendatang,” kata Filippo.

Di Bali, HappyFresh menggandeng beberapa mitra supermarket dan toko-toko khusus seperti Grand Lucky, Papaya Fresh Gallery, The FoodHall, Giant Ekspres, Frestive, Vines, Re.juve, Natural Farm, dan Red & White. Ke depannya perusahaan juga akan menambah beberapa mitra dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelumnya, HappyFresh sudah beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Malang. Ekspansi ke Bali merupakan langkah strategis yang dilakukan HappyFresh tahun ini.

Disinggung seperti apa strategi HappyFresh untuk bersaing dengan platform serupa lainnya yang juga telah hadir di Bali, Filippo menegaskan, aplikasi HappyFresh dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan belanja bahan makanan online, mulai dari berbagai macam kategori produk hingga berbagai macam supermarket dan tempat berbelanja.

“Didukung dengan personal shopper dan mitra pengemudi kami yang terlatih dalam menangani bahan makanan dan semua pesanan yang dikirim dalam kotak berinsulasi termal untuk menjaga produk tetap segar atau beku,” kata Filippo.

Rencana dan target HappyFresh

Selama pandemi permintaan dari pengguna akan layanan HappyFresh cukup tinggi, seiring dengan aturan PSBB dari pemerintah dan WFH. Sejumlah kemitraan juga telah dilancarkan oleh perusahaan, seperti dengan Bukalapak. Sementara itu kerja sama strategis dengan Grab melalui GrabFresh juga masih berjalan.

Dari sisi jumlah pengguna HappyFresh juga mengalami pertumbuhan positif, meskipun enggan disebutkan lebih lanjut berapa jumlah pengguna HappyFresh hingga saat ini.

“Saya tidak dapat mengungkapkan jumlahnya, tetapi yang dapat saya informasikan adalah bahwa kami telah menyaksikan peningkatan permintaan secara organik. Mayoritas pelanggan yang memesan di Bali beberapa hari terakhir ini adalah pelanggan baru, tetapi kami juga melihat pesanan dari pelanggan HappyFresh lama yang dulunya sudah berbelanja di kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya,” kata Filippo.

Tahun depan HappyFresh memiliki rencana dan target yang ingin dicapai, di antaranya adalah mempercepat pertumbuhan dan memberikan kepuasan pelanggan, baik di kota yang sudah ada maupun kota yang baru. Perusahaan juga ingin berfokus pada kualitas layanan, menambahkan fitur baru yang menarik, mitra supermarket, opsi pembayaran, dan penawaran eksklusif.

Application Information Will Show Up Here
New retail platform to democratize shopping experience through digital

Potential Synergy of Startups and Retails to Realize “New Retail” in Indonesia

New retail is a term popularized by e-commerce giant Alibaba to describe the combination of online and offline retail through digitizing the trade process or what is called the retail value chain. The goal is to provide a better user experience (UX) for the benefit of merchants, consumers, as well as various partners involved in business processes.

Based on the CGAP study, the new retail concept democratizes several dimensions in the trading business, including (1) supply chain and distribution logistics, (2) value-added services for producers/retailers, (3) an integrated shopping experience for consumers.

With its financial resources and capabilities, Alibaba develops all these aspects independently. But what if we are faced with the opposite condition, when digital transformation met the legacy business processes, change cannot be done quickly – with various limited resources.

Potential synergy

The realization of new retail, especially in Indonesia, can be done with a synergy between technology startups and retail companies. This synergy may be started by identifying the most fundamental aspect of new retail itself, which is none other than building a data warehouse. The collected data will be used for various needs such as predictive analysis.

If we look deeper, there are several data that can be used in the retail business process to help the decision-making system, including payment/transaction data, product data, promotional data, and logistics/supply chain data.

new_retail_1

Not only the digitization process performed by many traditional retailers, but these data must also be integrated by each party to produce comprehensive insights. For example, between product data, transaction trends, and a logistics system to help retailers ensure the food stock always in prime condition.

Technically, there must be good connectivity between the point of sales applications that accept transactions from consumers, applications for available items in warehousing units, to supply chain applications that connect retailers with their partners.

new_retail_2

The use of digitization tools will significantly convert data settings that are produced or managed by retailers. The existing platforms are generally open, allowing integration with other digital services. For example, a financial recording application that can be integrated with a cashier system or digital wallet transaction dashboard via an API connection.

Research conducted by Accenture also shows a trend of accelerating digital transformation in the retail and FMCG sectors during the pandemic. There are ten aspects to be captured, from the willingness to decompose consumer data into knowledge, improving sales management, to improving the partner ecosystem.

DSResearch’s survey on FMCG/retail companies also shows roughly the same results. The transformation vision launched a breakthrough that opens the potential for new products/services and adapts to the trend of consumer needs.

Accenture

Collaboration form

Studying the form of digital transformation from the DSResearch report above, there are several models that retail companies can adopt when collaborating with startups. The first form is system adoption, simply put retailers only need to become premium customers of digital services provided by startups. Several platforms provide flexibility to customize needs at a limited level.

The second form is through strategic partnerships. In Indonesia, for retail companies or FMCG, this practice does not seem common, it’s just that some have done it. Companies with greater scale and capability can participate in startup development – generally through ownership, aka the company becomes a shareholder (either majority or minority). This model allows vision alignment between companies, therefore, they can synergize more closely.

The third is through sharing platforms, some startups are dependent on business partners in terms of product fulfillment. Especially for those who develop an online-to-offline based system.

New consumer experience

Through the omnichannel platform, retailers can enter the digital platform to serve more users. Stores that provide fresh ingredients, for example, could just enter the HappyFresh ecosystem, even some popular e-commerce services have also started to accommodate similar services. Apart from being delivered, the grocery application also has the option to be picked up at the store, so that an offline shopping experience is still possible.

When people shop, they will have three experiences, shopping preparation, shopping process, and after shopping. In the shopping preparation stage, several activities start from listing groceries, finding inspiration to buy new items, looking for/seeking promos, to selecting the retail store you want to visit.

While in a retail store, they are exposed to several activities. Starting from circling the shelves to find items to purchase. In this process, there are several innovations that might be developed, such as a store mapping application or as simple as a product information application – users can scan the code printed on a product to view various information, from price, content, to the distribution process (this will affect fresh produce such as vegetables). Continue with the payment process and claim a discount if there are certain promos.

new_retail_3

After returning home, there are still some experiences left. For example, allowing users to get points from loyalty programs or testimonials on certain items. The most important aspect is that it makes it easy for users to manage their shopping records and helps them perform expense analysis. At this stage, several local startups have tried to present innovations, one of which is Pomona, which allows users to earn points by scanning shopping receipts.

Retail industry to survive

A study suggests that direct shopping experience will still be relevant amid the development of e-commerce or online grocery services. There are four dimensions that are maintained, including sensory, emotional, psychosocial, and impression/meaning.

The sensory dimension relates to experience which refers to stimuli of form, color, touch, and so on. Meanwhile, the emotional dimension is related to the experience of using emotions to generate liking for a brand or product. The psychosocial dimension is people’s desire to pamper themselves such as going out while shopping. Meanwhile, the impression/meaning dimension is related to the experience of doing the activity itself.

What currently deserves to be a retailers’ priority is how to improve the above factors through cell phones that stay in the hand of every consumer. This is done while looking for innovations to bring new experiences that are more memorable, the aim of which is to increase sales/visits. Doing digital transformation is the answer. Forming a synergy with digital startups is an option.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Sinergi dengan startup digital dapat dijadikan opsi strategi transformasi digital bisnis ritel di Indonesia

Potensi Sinergi Startup dan Perusahaan Ritel Merealisasikan “New Retail” di Indonesia

New retail adalah istilah yang dipopulerkan raksasa e-commerce Alibaba untuk menggambarkan perpaduan ritel online dan offline melalui digitalisasi proses perdagangan atau disebut dengan retail value chain. Tujuannya menghadirkan pengalaman pengguna (User Experience/UX) yang lebih baik untuk kepentingan pedagang, konsumen, sekaligus berbagai mitra yang terlibat dalam proses bisnis.

Berdasarkan studi CGAP, konsep new retail mendemokratisasi beberapa dimensi di bisnis perdagangan, meliputi: (1) rantai pasokan dan logistik distribusi, (2) layanan nilai tambah bagi produsen/pengecer, (3) pengalaman berbelanja yang terintegrasi bagi konsumen.

Dengan sumber daya dan kemampuan finansial yang dimiliki, Alibaba mengembangkan semua aspek tersebut secara mandiri. Namun bagaimana jika dihadapkan dengan kondisi sebaliknya, saat transformasi digital dihadapkan pada proses bisnis legasi, perubahan tidak bisa dilakukan cepat – dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang ada.

Peluang sinergi

Realisasi new retail, khususnya di Indonesia, bisa dilakukan dengan jalinan sinergi antara startup teknologi dan perusahaan ritel. Sinergi tersebut dapat dimulai dengan mengidentifikasi aspek paling fundamental dari new retail itu sendiri, yang tak lain adalah membangun data warehouse. Data yang terkumpul nantinya digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti analisis prediktif.

Jika ditinjau lebih dalam, ada beberapa data yang bisa dimanfaatkan dalam proses bisnis retail guna membantu sistem pengambilan keputusan, meliputi data pembayaran/transaksi, data produk, data promosi, dan data logistik/rantai pasokan.

new_retail_1

Tidak hanya proses digitalisasi seperti yang sudah banyak dilakukan peritel tradisional, data-data tersebut harus dapat diintegrasikan satu dengan yang lain untuk menghasilkan insight komprehensif. Misalnya antara data produk, tren transaksi, dan sistem logistik untuk membantu peritel memastikan stok bahan makanan selalu dalam kondisi prima.

Secara teknis, harus ada konektivitas yang baik antara aplikasi point of sales yang menerima transaksi dari konsumen, aplikasi stok barang di unit pergudangan, hingga aplikasi rantai pasokan yang menghubungkan peritel dengan mitra-mitranya.

new_retail_2

Penggunaan alat-alat digitalisasi secara signifikan akan mengonversi tatanan data yang diproduksi atau dikelola peritel. Platform yang ada saat ini juga umumnya bersifat terbuka, memungkinkan adanya integrasi dengan layanan digital lainnya. Ambil contoh aplikasi pencatatan keuangan yang dapat terintegrasi dengan sistem kasir atau dasbor transaksi dompet digital melalui sambungan API.

Riset yang dilakukan Accenture juga memperlihatkan adanya tren akselerasi transformasi digital yang dilakukan di sektor ritel dan FMCG selama masa pandemi. Ada sepuluh aspek yang ditangkap, mulai keinginan untuk mengurai data konsumer menjadi pengetahuan, peningkatan manajemen penjualan, hingga peningkatan ekosistem mitra.

Survei DSResearch terhadap perusahaan FMCG/ritel lokal juga memperlihatkan hasil yang kurang lebih sama. Visi transformasi yang dicanangkan untuk menghadirkan terobosan membuka potensi produk/layanan baru dan menyesuaikan dengan tren kebutuhan konsumen.

Accenture

Bentuk kolaborasi

Mempelajari bentuk transformasi digital dari laporan DSResearch di atas, ada beberapa model yang dapat diadopsi perusahaan ritel ketika berkolaborasi dengan startup. Bentuk pertama adalah adopsi sistem, sederhananya peritel hanya perlu menjadi pelanggan premium dari layanan digital yang disediakan startup. Beberapa platform memberikan keleluasaan untuk melakukan kustomisasi kebutuhan di tataran terbatas.

Bentuk kedua ialah melalui kemitraan strategis. Di Indonesia, untuk perusahaan ritel ataupun FMCG praktik ini memang terlihat belum lazim, hanya saja beberapa sudah melakukan. Perusahaan dengan skala dan kapabilitas yang lebih besar dapat turut serta dalam pengembangan startup – umumnya melalui kepemilikan alias si perusahaan menjadi shareholder (baik mayoritas atau minoritas). Model ini memungkinkan penyelarasan visi antarperusahaan, sehingga dapat bersinergi secara lebih intim.

Ketiga adalah melalui platform sharing, beberapa startup memiliki ketergantungan kepada mitra bisnis dalam kaitannya dengan pemenuhan produk. Khususnya bagi mereka yang mengembangkan sistem berbasis online-to-offline.

Pengalaman baru konsumen

Melalui platform omni-channel, peritel bisa masuk ke platform digital untuk melayani lebih banyak pengguna. Toko yang menyediakan bahan segar, misalnya, bisa saja masuk ke ekosistem HappyFresh, bahkan beberapa layanan e-commerce populer juga mulai akomodasi layanan serupa. Selain diantarkan, aplikasi grocery juga memiliki opsi untuk diambil di toko, sehingga pengalaman offline berbelanja masih sangat mungkin terbentuk.

Ketika orang berbelanja, ada tiga pengalaman yang akan dirasakan, yakni persiapan belanja, proses belanja, dan setelah belanja. Di tahap persiapan belanja, beberapa aktivitas mulai dari mendata barang belanjaan, menemukan inspirasi untuk membeli item baru, mencari/melihat promo, sampai memilih toko ritel yang ingin dikunjungi.

Saat berada di toko ritel, mereka dihadapkan pada beberapa aktivitas. Dimulai dari mengitari rak demi rak untuk menemukan barang yang bisa dibeli. Di proses ini ada beberapa inovasi yang mungkin bisa dikembangkan, seperti aplikasi store mapping atau sesederhana aplikasi informasi produk – pengguna dapat melakukan scan ke kode yang tertera pada suatu produk untuk melihat berbagai informasi, mulai dari harga, kandungan, hingga proses distribusi (akan berpengaruh pada produk segar seperti sayuran). Dilanjutkan proses pembayaran dan klaim diskon jika sedang ada promo yang diikuti.

new_retail_3

Setelah pulang pun masih ada beberapa pengalaman yang bisa disuguhkan. Contohnya memungkinkan pengguna untuk mendapatkan poin dari program loyalty yang dijalankan atau pengguna dapat memberikan testimoni terhadap barang tertentu. Aspek yang paling penting adalah memudahkan pengguna  mengelola catatan belanja mereka dan membantu melakukan analisis pengeluaran. Di tahap ini, beberapa startup lokal sudah mencoba menghadirkan inovasi, salah satunya Pomona, memungkinkan pengguna mendapatkan poin dengan cara melakukan scan struk belanja.

Industri ritel akan bertahan

Sebuah penelitian mengemukakan pengalaman berbelanja langsung masih akan relevan di tengah perkembangan layanan e-commerce atau online grocery. Ada empat dimensi yang dipertahankan, meliputi sensoris, emosional, psikososial, dan kesan/makna.

Dimensi sensoris terkait pengalaman yang mengacu pada rangsangan bentuk, warna, sentuhan, dan lain-lain. Sementara dimensi emosional terkait pengalaman menggunakan emosi untuk menghasilkan kesukaan terhadap merek atau produk. Dimensi psikososial adalah keinginan orang untuk memanjakan diri seperti jalan-jalan sambil berbelanja. Sementara dimensi kesan/makna terkait dengan pengalaman dalam melakukan aktivitas itu sendiri.

Yang layak menjadi prioritas saat ini oleh peritel adalah bagaimana meningkatkan faktor-faktor tersebut di atas melalui ponsel yang selalu digenggam tiap konsumen. Ini dilakukan sambil mencari inovasi untuk menghadirkan pengalaman baru yang lebih berkesan, yang tujuannya untuk meningkatkan penjualan/kunjungan itu sendiri. Melakukan transformasi digital adalah jawabannya. Membentuk sinergi dengan startup digital jadi satu opsi yang dapat dipilih.


Gambar Header: Depositphotos.com

SeroyaMart Sediakan Alternatif Berbelanja Produk “Premium Grocery” secara Online

SeroyaMart adalah sebuah divisi dari PT. Seroya Mandiri yang membuka toko kelontongnya di dunia digital. Mereka menyediakan berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan rumah tangga, makanan gourmet, hingga perlengkapan bayi. Yang membedakan SeroyaMart dengan toko kelontong digital lainnya adalah fokusnya ke produk-produk premium.

Tentu saja belanja online untuk kebutuhan sehari-hari seperti ini tidak sepraktis berbelanja di supermarket atau minimarket, ditambah lagi waktu pengiriman yang tak pasti.  Di sisi lain, bagi yang malas untuk keluar rumah ditambah sibuknya pekerjaan belum lagi macet di jalanan, ini merupakan solusi. SeroyaMart berusaha menyediakan produk-produk premium yang mungkin jarang kita temukan di minimarket pada umumnya.

Dengan jangkauan layanan online yang mencapai seluruh wilayah Indonesia SeroyaMart sendiri bertujuan menghadirkan produk-produk premium tersebut tersedia bagi semua orang, toh supermarket yang menyediakan barang tersebut umumnya hanya ada di kota-kota besar saja.

Bingung dengan ongkos kirim yang akan bikin mahal barang belanjaan? Tenang. SeroyaMart menggratiskan ongkos kirim selama alamat pengiriman yang dituju masih berada di wilayah Jabodetabek dan berat maksimalnya adalah 5 kg. Di luar area tersebut akan dikenakan ongkos kirim sesuai tarif yang berlaku. Semoga saja nanti ke depannya, SeroyaMart dapat menggratiskan biaya pengiriman hingga ke semua daerah di Indonesia sehingga makin menarik banyak orang untuk lebih memilih berbelanja online.

Bagaimana bila barang yang dibeli tak sesuai dengan yang diharapkan? SeroyaMart memberi waktu hingga 7 hari untuk kita melakukan refund, tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Cara pembayaran di SeroyaMart pun tak perlu repot. Yang berada di wilayah Jakarta Pusat, pembayaran dapat dilakukan setelah barang sampai ke rumah ataupun alamat pengiriman (Cash On Delivery). Pembayaran dapat juga dilakukan dengan menggunakan kartu kredit ataupun transfer antar bank. Untuk masalah keamanan, website SeroyaMart sendiri telah mendukung pengamanan SSL dan menggunakan 3D secure untuk pembayaran dengan menggunakan kartu kredit.

Satu hal yang mengganggu saat mencoba situs ini adalah gagalnya proses pencarian menggunakan Search Bar yang disediakan. Pengguna sementara ini terpaksa harus memilih barang-barang yang dibutuhkan dengan mengklik untuk tiap-tiap kategori. Jenis barang yang tersedia memang masih sedikit, tapi itu cukup wajar untuk toko online yang baru saja berdiri. Semoga saja pihak SeroyaMart bakal lebih agresif menambahkannya dalam waktu dekat.

Di Indonesia, SeroyaMart akan berkompetisi dengan Sukamart yang didukung oleh grup besar Sumitomo. Tidak langsung tentunya karena Sukamart lebih memilih menjual produk-produk populer, sementara SeroyaMart dengan jeli menyasar segmen niche yang tidak mudah diperoleh di toko kelontong terdekat.

SeroyaMart punya peluang besar karena model bisnisnya jelas. Mengingat ini merupakan barang kebutuhan sehari-hari, mereka harus pandai berhitung berapa lama bisa mengantarkan barang-barang yang dibutuhkan konsumen untuk meningkatkan reputasinya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Aditya Daniel.