Tag Archives: synthesizer

Moog dan Korg Gratiskan Aplikasi Synth Digitalnya Agar Musisi Bisa Tetap Berkarya Selama Pandemi

Sebagian besar dari kita sudah mulai bekerja dari rumah. Penyebaran virus corona yang masih terus berlanjut memaksa dunia melangsungkan praktik social distancing. Dan yang terkena dampaknya bukan cuma para pekerja kantoran saja, tapi juga mereka yang menggeluti industri kreatif, termasuk halnya para musisi.

Pandemi ini sudah pasti menghambat rutinitas kita, dan itu mendorong sejumlah perusahaan teknologi untuk sebisa mungkin membantu kita tetap produktif. Kita sudah melihat bagaimana Google menggratiskan fitur berbayar layanan video conference-nya dan bagaimana Discord menaikkan kuota maksimum penonton yang didukung oleh fitur live streaming-nya.

Di industri musik sendiri, ada Moog dan Korg yang mencoba memberikan bantuan. Keduanya memutuskan untuk menggratiskan aplikasi synth digitalnya untuk sementara waktu dengan tujuan supaya para musisi tetap bisa berkarya di kediamannya masing-masing.

Untuk Moog, yang digratiskan adalah aplikasi Minimoog Model D Synthesizer untuk perangkat iOS. Aplikasi ini pada dasarnya merupakan rekreasi digital atas keyboard synth bernama sama yang populer di tahun 70-an. Harga asli aplikasinya sebenarnya tidak terlalu mahal (Rp 75 ribu), tapi sekarang adalah kesempatan terbaik untuk menggaetnya secara cuma-cuma, sebab Moog belum menentukan sampai kapan aplikasi ini bakal digratiskan.

Untuk Korg, yang digratiskan adalah aplikasi synth yang tidak kalah tenar, yakni Kaossilator untuk Android sekaligus iOS. Deal-nya jauh lebih menarik di sini, sebab biasanya aplikasi Korg Kaossilator dijual sekitar Rp 239 ribu, dan sekarang kita bisa mendapatkannya tanpa membayar satu sen pun. Versi Android-nya digratiskan sampai 31 Maret, sedangkan versi iOS-nya cuma sampai 20 Maret.

Kalaupun Anda bukan seorang musisi profesional, tidak ada salahnya mengunduh kedua aplikasi ini sekarang juga (mumpung gratis). Anggap saja sebagai salah satu stok hiburan selama kita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah masing-masing.

Sumber: Engadget dan MusicRadar.

Synth Legendaris Minimoog Model D Bereinkarnasi Menjadi Aplikasi iOS

iPhone dan iPad tidak kekurangan aplikasi synthesizer, akan tetapi selalu ada ruang untuk aplikasi yang dibuat oleh Moog. Lebih penting lagi, aplikasi ini merupakan rekreasi digital atas salah satu keyboard synth paling legendaris, yakni Minimoog Model D.

Bagi yang tidak tahu, Minimoog Model D kerap dianggap sebagai portable keyboard synth pertama di dunia ketika dirilis di tahun 1970. Di masa kejayaannya, Minimoog Model D banyak dipakai oleh musisi kenamaan, namun saya pribadi tidak akan pernah lupa dengan suara ritme bass uniknya pada salah satu lagu terlaris Michael Jackson, “Thriller”.

Minimoog Model D berhenti diproduksi di tahun 1981, akan tetapi 35 tahun setelahnya, Moog memutuskan untuk memproduksinya kembali dalam jumlah terbatas. Synth langka itu dihargai $3.749, namun kabar baiknya, reinkarnasi digitalnya cuma dihargai Rp 75 ribu saja.

Minimoog Model D App

Aplikasinya ini tidak hanya menduplikat perangkat orisinilnya, tapi juga menawarkan sejumlah fitur baru. Yang paling utama, aplikasinya bisa memutar chord dengan empat nada secara bersamaan (polyphonic), sedangkan perangkat aslinya cuma bisa satu (monophonic).

Total ada lebih dari 160 preset yang bisa digunakan, dan Moog juga menawarkan ratusan preset ekstra lewat in-app purchase. Modul efek yang disediakan begitu bervariasi, dan yang lebih menarik lagi, dapat digunakan bersama aplikasi lain, macam GarageBand.

Tertarik? Langsung saja beli Minimoog Model D App dari App Store. Pastikan perangkat yang Anda pakai sudah menggunakan chipset 64-bit (iPhone 5S ke atas) dan menjalankan minimal iOS versi 10.3.

Sumber: Moog dan The Verge.

Teenage Engineering Luncurkan Dua Synth Mungil Baru dengan Integrasi Mikrofon

Tiga tahun lalu, Teenage Engineering mencoba mengubah pandangan bahwa synthesizer selalu besar dan mahal, dan alternatifnya yang lebih ekonomis hanyalah aplikasi mobile. Ketika itu, pabrikan asal Swedia tersebut memperkenalkan Pocket Operator, seperangkat synthesizer mungil yang masing-masing berpenampilan seperti kalkulator kecil.

Dua tahun setelahnya, mereka mencoba menyempurnakan Pocket Operator lewat sebuah model baru. Model bernama PO-32 Tonic itu istimewa karena, untuk pertama kalinya, perangkat bisa diisi dengan preset suara baru dari komputer lewat bantuan software Microtonic, dan secara wireless pula.

Tahun ini, Pocket Operator kedatangan dua anggota baru lain: PO-33 KO! dan PO-35 Speak. Keduanya membawa pembaruan yang tidak kalah signifikan, yakni integrasi mikrofon di samping kemampuan menambahkan preset suara secara wireless itu tadi. Ketika suara pengguna dan objek di sekitar turut dilibatkan, potensinya jadi jauh lebih tidak terbatas lagi.

Desain keduanya masih sama persis seperti model Pocket Operator lain, namun tentu saja dengan satu tombol yang berfungsi untuk merekam. Pada PO-35 Speak, pengguna dapat membubuhkan efek yang bervariasi setelah merekam suaranya, semisal menambahkan distorsi atau efek robot, sebelum akhirnya disatukan dengan kreasi dari Pocket Operator yang lain.

Total ada 8 efek dan 8 karakter suara yang berbeda pada PO-35 Speak, dan memory internal miliknya sanggup menyimpan rekaman hingga 120 detik. Untuk PO-33 KO!, model ini sejatinya merupakan sebuah sampler yang lebih generik, di mana pengguna bisa merekam suara apa saja yang ada di sekitar, lalu menyatukannya dengan sejumlah preset drum yang tersedia.

Kapasitas memory-nya memang lebih kecil (40 detik), akan tetapi total ada 16 variasi efek yang bisa disematkan dengan masing-masing tombol berlabel angkanya. Kalau semua ini terdengar membingungkan, coba tonton semua video yang di-embed di artikel ini untuk melihat seberapa asyik memainkan koleksi synth mungil ini.

Dibandingkan model Pocket Operator yang lain, PO-33 KO! dan PO-35 Speak masing-masing dibanderol sedikit lebih mahal, tepatnya $89. Kendati demikian, fleksibilitasnya juga jauh lebih superior dan bisa membuat penggunanya sejenak lupa bahwa semua ini datang dari perangkat sekecil kalkulator.

Sumber: The Verge.

Blipblox Adalah Synthesizer Unik yang Menyamar Sebagai Mainan Anak-Anak

Synthesizer datang dalam berbagai wujud dan ukuran. Begitu bervariasinya synth, Anda sebenarnya bisa menyamarkannya menjadi mainan anak-anak kalau mau, seperti yang dilakukan oleh startup bernama Playtime Engineering berikut ini.

Buah pemikiran mereka adalah Blipblox. Dari penampilannya saja sebenarnya sudah sangat jelas terlihat bahwa perangkat ini dipasarkan sebagai mainan anak-anak, tapi sebenarnya ia juga merupakan sebuah synth dan beatbox yang cukup kompleks.

Blipblox

Oleh pengembangnya, Blipblox sengaja dirancang untuk membantu anak-anak mengeksplorasi dunia audio sekaligus menyalurkan kreativitasnya. Blipblox bisa dimainkan tanpa harus mengerti cara kerjanya bagaimana – tidak ada cara yang benar untuk memainkan Blipblox bahkan menurut pengembangnya sendiri. Sesaat setelah dinyalakan, siapapun bisa bereksperimen dengan musik menggunakan Blipblox.

Pengembangnya telah menyematkan ratusan melodi ke dalam Blipblox, dan semua ini akan dimainkan secara acak setiap kali perangkat dinyalakan. Menekan tombol dan memutar kenop secara ngawur bakal memanipulasi melodi tersebut. Algoritma yang tertanam akan bekerja dengan sendirinya memanipulasi sinyal elektronik mengikuti input dari pengguna.

Blipblox

Namun seandainya pengguna ingin mendalami, Blipblox juga siap memfasilitasi. Garis-garis panah berwarna di atasnya menandakan semacam jalur sinyal (waveform) yang membentuk musik: hijau untuk nada, oranye untuk audio, dan biru untuk kontrol sinyal. Blipblox bahkan dilengkapi jack untuk menyambungkannya ke speaker atau headphone, sekaligus input MIDI seandainya pengguna hendak menambahkan keyboard atau sequencer eksternal.

Terlepas dari itu, target pasar utama Blipblox adalah anak-anak berusia 3 tahun atau lebih. Perangkat mendapatkan suplai tenaga dari tiga baterai AA untuk beroperasi selama sekitar delapan jam, atau bisa juga dicolokkan langsung ke tembok. Bodi plastiknya diklaim tahan banting dan tahan cipratan air. Harganya $159, dan baru akan dipasarkan pada akhir musim semi mendatang.

Sumber: New Atlas.

PO-32 Tonic Adalah Drum Machine Mini dengan Preset Suara Tak Terbatas

Masih ingat dengan Pocket Operator, trio synthesizer seukuran dompet yang sepintas tampak seperti sebuah kalkulator? Pihak pengembangnya, Teenage Engineering, punya model baru untuk tahun 2017 ini. Namanya PO-32 Tonic, dan ia merupakan sebuah drum machine yang cukup istimewa.

Keistimewaannya terletak pada kemampuannya untuk mentransfer dan menerima efek suara tanpa bantuan kabel sama sekali. Sebagai gantinya, data dikirim via mikrofon, mirip seperti cara kerja modem. Jadi ketika Anda dan teman Anda sama-sama punya PO-32, cukup dekatkan kedua perangkat untuk saling berbagi efek suara.

Cukup dekatkan dua PO-32 Tonic untuk saling berbagi efek suara secara mudah / Teenage Engineering
Cukup dekatkan dua PO-32 Tonic untuk saling berbagi efek suara secara mudah / Teenage Engineering

PO-32 mengemas 16 preset suara, tapi pengguna dapat mengkustomisasinya secara mendalam dengan bantuan software bernama MicroTonic, sehingga pada dasarnya jumlah preset yang ditawarkan tidak terbatas. Sekali lagi proses ini tidak memerlukan kabel, cukup dekatkan PO-32 ke speaker komputer, maka efek suara baru yang Anda pilih akan ditransfer secara otomatis.

Secara fisik PO-32 cukup identik dengan trio Pocket Operator yang sudah lebih dulu dirilis dua tahun silam. Terdapat sepasang kenop untuk melakukan tweaking, seperti misalnya mengubah pitch atau modulasi suara. PO-32 ditenagai oleh sepasang baterai AAA di belakang, dengan daya tahan sekitar 1 bulan pemakaian.

Teenage Engineering juga akan menawarkan sebuah case opsional untuk PO-32 Tonic / Teenage Engineering
Teenage Engineering juga akan menawarkan sebuah case opsional untuk PO-32 Tonic / Teenage Engineering

PO-32 Tonic rencananya akan dipasarkan mulai bulan April mendatang seharga $90. Namun Teenage Engineering juga akan membundelnya dengan software MicroTonic seharga $140 mulai bulan Februari ini.

Kalau Anda masih penasaran dengan apa yang bisa dilakukan oleh drum machine mini ini, silakan tonton video demonstrasi dari pencipta MicroTonic, Magnus Lidstrom, di bawah ini. Anda juga bisa melihat bagaimana simpelnya proses transfer data via mikrofon yang ditawarkan perangkat ini.

Sumber: The Verge.

Roli Blocks Merupakan Studio Musik Modular untuk Kaum Amatir Sekaligus Profesional

Saya suka musik, tapi saya sama sekali tidak bisa memainkan instrumen musik. Aplikasi seperti GarageBand selama ini cukup membantu memudahkan saya, jauh lebih mudah ketimbang memainkan gitar, biola, piano maupun drum asli. Pun demikian, terkadang saya tetap merasa ada yang kurang, yakni kesan tactile dari menyentuh objek fisik.

Teknologi 3D Touch yang diusung iPhone 7 setidaknya bisa menjadi solusi, namun sifatnya hanya sementara karena jari saya tetap berada di atas lapisan kaca yang mulus. Pengalamannya jelas sangat berbeda dari menggunakan drum pad dengan permukaan karet.

Kemudian muncullah produk bernama Roli Blocks. Pengembangnya mendeskripsikan Blocks sebagai studio musik modular, sanggup mengakomodasi pengguna amatir sampai yang benar-benar profesional. Namun bagian terbaiknya, ia bisa digunakan di mana saja tanpa ada kabel yang menjuntai.

Modul Lightpad Block ketika digunakan bersama aplikasi Noise di iPad / Roli
Modul Lightpad Block ketika digunakan bersama aplikasi Noise di iPad / Roli

Bersifat modular, Blocks terdiri dari sejumlah komponen. Yang paling utama dijuluki Lightpad Block, berbentuk persegi 94 x 94 mm dengan permukaan karet di bagian atasnya. Di baliknya bernaung ratusan LED yang dapat menyala dalam berbagai warna sebagai indikator jenis suara. Oh ya, selain sensitif terhadap sentuhan, permukaan karetnya juga sensitif terhadap tekanan – seperti 3D Touch, tapi jauh lebih canggih.

Untuk menggunakannya, Anda memerlukan sebuah perangkat iOS dan aplikasi gratis bernama Noise. Aplikasi ini menawarkan lebih dari 100 jenis suara yang bisa dimainkan menggunakan Lightpad, dan dari aplikasi ini juga Anda akan merekam sejumlah loop sebelum akhirnya membentuk sebuah lagu.

Yang menarik, semua yang bisa dilakukan Blocks sebenarnya bisa Anda lakukan di aplikasi Noise ini tanpa perlu mengeluarkan biaya. Kendati demikian, ketika keduanya disandingkan, Anda akan berhadapan dengan synthesizer kelas profesional, klaim pengembangnya.

Semua modul Roli Blocks menyambung satu sama lain via konektor magnetik / Roli
Semua modul Roli Blocks menyambung satu sama lain via konektor magnetik / Roli

Modul opsional lain mencakup Live Block dan Loop Block, yang memberikan akses lebih mudah terhadap fitur-fitur seperti merekam, mengganti scale, memainkan chord dan arpeggio, dan masih banyak lagi. Semuanya menyambung ke Lightpad via konektor magnetik, dan Anda pun bisa menambahkan modul Lightpad ekstra jika diperlukan.

Soal harga, Lightpad Block dibanderol $179, sedangkan Live Block dan Loop Block masing-masing dibanderol $79. Namun sekali lagi, Anda sebenarnya bisa mencobanya terlebih dulu dengan aplikasi Noise sebelum membeli paket lengkap Roli Blocks ini.

Untuk lebih memahami cara kerja dan potensi yang dimiliki Roli Blocks, silakan tonton video penjelasannya di bawah ini.

Sumber: The Verge dan Roli.

Ketika Game Boy Dikawinkan dengan Synthesizer, Lahirlah Zont Synthesizer

Pada dasarnya semua smartphone saat ini bisa dijadikan synthesizer dengan bantuan aplikasi. Kendati demikian, pengalaman menggunakannya jelas berbeda dengan synthesizer fisik yang bisa memberikan kesan tactile di setiap sentuhan. Itulah mengapa ide tentang sebuah synth yang bisa disimpan dalam saku celana terdengar menarik di telinga para pencinta EDM.

Tahun lalu, sebuah pabrikan asal Swedia bernama Teenage Engineering memperkenalkan Pocket Operator, yang tidak lain dari synthesizer seukuran kalkulator kecil. Desain perangkat tersebut sangatlah sederhana, lebih memprioritaskan fungsionalitas ketimbang estetika.

Kini pabrikan lain di bawah nama Zont Sound sepertinya ingin menyempurnakan apa yang digagaskan oleh Teenage Engineering. Meski sejauh ini baru berupa konsep, Zont Synthesizer sudah bisa menarik perhatian berkat desainnya yang inovatif.

Zont Synthesizer sepintas tampak seperti Pocket Operator versi jauh lebih premium dan elegan / Zont Sound
Zont Synthesizer sepintas tampak seperti Pocket Operator versi jauh lebih premium dan elegan / Zont Sound

Sepintas ia tampak seperti Pocket Operator versi premium, lengkap dengan layar AMOLED, sequencer untuk mempermudah komposisi ritme dan melodi serta aplikasi pendamping untuk Android dan iOS. Namun yang menjadi nilai jual utama Zont adalah, pengguna hanya memerlukan satu perangkat saja untuk membuat komposisi lagu menggunakan berbagai macam suara.

Berbeda dari Pocket Operator yang terdiri dari tiga varian berbeda, Zont mengandalkan cartridge atau modul lepas-pasang di bagian atasnya. Sejauh ini ada empat modul suara yang diwakili oleh warna yang berbeda: Lead, Bass, Rhythm dan Noise. Ya, Zont bisa dianggap sebagai perkawinan antara Pocket Operator dan Nintendo Game Boy.

Pihak pengembangnya dikabarkan juga bekerja sama dengan sejumlah produser dan DJ ternama seperti Jamie XX untuk menciptakan modul suara atau cartridge edisi terbatas.

Zont Synthesizer bersama aksesori Studio Dock dan empat modul atau cartridge lepas-pasangnya / Zont Sound
Zont Synthesizer bersama aksesori Studio Dock dan empat modul atau cartridge lepas-pasangnya / Zont Sound

Zont Synthesizer mengemas speaker stereo, Bluetooth, jack 3,5 mm, USB-C dan fitur cloud sync mengandalkan Wi-Fi. Ia mungkin kedengaran seperti alat pemuas hobi di sela-sela jam makan siang saja, akan tetapi Zont memastikan ia relevan digunakan dalam konteks studio berkat kehadiran aksesori berupa dock yang bakal mengekspansi konektivitasnya.

Berita buruknya, Zont Synthesizer baru akan siap dipasarkan mulai musim semi tahun 2017. Banderol harganya juga masih belum diketahui – saya pribadi penasaran berapa harga yang dipatok untuk tiap-tiap modul suaranya.

Sumber: Sound on Sound dan Zont Sound.

Bisa Membaca Tekanan, Sensel Morph Berpotensi Merevolusi Sistem Input

Dalam bidang perangkat periferal, sebetulnya standard kenyamanan tergantung pada metode yang sudah lama ditemukan dan digunakan banyak orang. Tiap ada teknik baru, kita akan membandingkannya dengan keyboard, mouse, touchpad, dan layar sentuh. Menariknya, sebuah terobosan dari tim Sensel berpeluang mengubah paradigma kita terhadap ranah ini. Continue reading Bisa Membaca Tekanan, Sensel Morph Berpotensi Merevolusi Sistem Input

Menjadi Raja Musik Electro bersama Pocket Operator, Synthesizer Seukuran Dompet

Perkembangan musik electro, atau yang kini dikenal dengan nama populer Electronic Dance Music (EDM), tidak pernah luput dari inovasi teknologi. Awalnya hanya dimotori oleh instrumen keyboard dengan sejumlah efek yang dijual amat mahal, kini musik electro dapat diciptakan menggunakan aplikasi synthesizer di perangkat mobile seperti tablet. Continue reading Menjadi Raja Musik Electro bersama Pocket Operator, Synthesizer Seukuran Dompet

Ototo Memungkinkan Anda Bermain Musik dengan Benda Apapun

Disebut sebagai sebuah bahasa universal, sejarah musik bisa dibilang sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Untuk berbagai macam manusia yang memiliki minat berbeda, tidak ada orang yang tidak menyukai musik – bahkan termasuk mereka yang tidak bisa bermusik. Continue reading Ototo Memungkinkan Anda Bermain Musik dengan Benda Apapun