Tag Archives: Tagtoo

Analisis seorang "insider" industri tentang segmen teknologi periklanan di Indonesia tahun 2019

Pandangan tentang Adtech di Indonesia Tahun 2019

Industri periklanan digital di Indonesia bertumbuh dengan sangat cepat. Laporan “2019 Global Digital Ad Trends” tidak hanya memprediksikan dana pengeluaran periklanan digital Indonesia akan mencapai $2,6 miliar di tahun 2019, tetapi juga menyatakan akan ada pertumbuhan yang pesat mencapai 26%. Angka tersebut mengalahkan pertumbuhan di negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Thailand.

Dalam istilah programmatic advertising, kategori yang “unggul” di dunia adtech, pasar Indonesia sudah menunjukkan performa yang luar biasa baik dan pertumbuhanya sudah sesuai dengan alur tren global. Di laporan tadi diperkirakan tingkat pertumbuhan total pengeluaran periklanan segmen programmatic advertising di Indonesia akan mencapai 89% dibandingkan tahun lalu. Hal ini menjadikan negara kepulauan ini sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Meskipun statistik yang dipaparkan di atas terdengar sangat luar biasa, kenyataannya tidak cukup menarik dan optimal. Setelah kami mengalami langsung periklanan digital di Indonesia selama bertahun-tahun, tim Tagtoo menyimpulkan tiga poin terhadap pandangan aktual adtech di Indonesia tahun 2019.

Sudut pandang tentang adtech di Indonesia masih terfragmentasi

Di Indonesia belum terlihat adanya pemain adtech utama dalam bidang programmatic advertising yang mendapatkan pangsa pasar yang signifikan karena Indonesia mengalihkan fokus pertumbuhannya ke arah ekonomi digital. Persaingan perusahaan adtech asing dan lokal membuat sudut pandang atau gambaran industri adtech masih akan terus terpecah-pecah.

Gambaran yang terpecah nyatanya beralasan. Para perusahaan asing merasa kesulitan untuk mendapatkan posisi yang kuat dan stabil di Indonesia karena adanya budaya bisnis under the table di Indonesia dan ketatnya peraturan dari pemerintah bagi kepemilikan perusahaan asing. Sementara itu, perusahaan lokal masih berjuang untuk mengimbangi perusahaan asing dengan mengembangkan teknologi terkemuka.

Besarnya perbedaan ilmu pengetahuan tentang pemasaran digital

Ketika Indonesia bergerak menuju era digital baru, pemilik bisnis dan wirausahawan menjadi lebih paham dan terbuka terhadap teknologi baru. Kekuatan adtech yang berorientasi pada performa akan sangat diperlukan karena memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi digital.

Maka itu Indonesia akan menghadapi kesenjangan yang cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan pemasaran digital. Perusahaan besar dan startup unicorn lokal akan terus dapat mengadopsi produk-produk dan layanan adtech terbaru berkat cadangan modal yang kuat.

Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah masih berjuang untuk bertahan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menguasai pemasaran iklan digital. Mereka akan terus tertinggal dari hari ke hari.

Infrastruktur yang belum matang menahan kemajuan industri

Walaupun Indonesia memiliki 171 juta penduduk yang menggunakan internet pada tahun 2018, menurut Asosiasi Penyedia Layanan Internet di Indonesia, infrastruktur internet yang tidak sempurna akan terus menjadi penghalang utama bagi adtech untuk berkembang dengan performa maksimal.

Contohnya metrik conversion rate, suatu metrik umum yang mengambil tingkat persentase pengunjung website untuk mengukur performa iklan pemasaran digital. Waktu pemuatan halaman yang lambat terkadang menjadi faktor pendorong jatuhnya penilaian conversion rate, alih-alih salah menargetkan pasar.

Masalahnya bukan hanya di seberapa efektifnya adtech dapat membantu mentargetkan pasar, tapi konversi tidak akan terjadi jika user kehilangan kesabaran dan meninggalkan halaman website sebelum kontennya tampil dengan lengkap.

Kesimpulan

Sudut pandang periklanan digital akan terus berubah di Indonesia. Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan dan startup yang berusaha memperkuat jaringan online dan meningkatkan penjualan online mereka, permintaan akan iklan digital tentu akan jauh lebih besar lagi di tahun-tahun mendatang.

Yang terpenting, setelah mengikuti tren iklan digital, komunitas adtech Indonesia akan menjadi permainan yang menarik untuk disaksikan; siapakah yang akan mampu bertahan sampai akhir dan memenangkan posisi teratas?


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo. Diterjemahkan oleh Sherly Venesha

Berikut ini tiga tips dari "startup insider" tentang bagaimana bertumbuh dan sukses bekerja di startup

Bagaimana Bertumbuh dan Sukses Bekerja di Startup

Kehidupan startup penuh dengan lika-liku yang tak terduga. Di satu sisi startup mungkin akan membuat sebuah terobosan besar, tetapi di sisi lain tim anda bisa saja mengalami kegagalan karena beberapa penyebab seperti sistem manajemen yang salah, konflik dengan investor, dan masih banyak lagi.

Bertahan di startup selama beberapa tahun juga tidak mudah, terutama di zaman ini anak-anak muda lebih disarankan untuk mengambil pekerjaan di perusahaan besar yang gajinya lebih tinggi dan perjalanan kariernya pun tidak terlalu berisiko.

Empat tahun lalu saya menerima tawaran bekerja di Tagtoo dan saya sadari ini keputusan yang terbaik dan tepat. Saya dapat mengamati bagaimana CEO mengelola sebuah organisasi dan saya pun di beri kepercayaan dan kesempatan untuk mengambil banyak tanggung jawab dalam pekerjaan.

Bekerja di startup itu sangatlah menantang. Sebagai karyawan senior, saya ingin membagikan beberapa tips yang telah saya pelajari dan lakukan untuk menjalani kesulitan dan tantangan sehingga berhasil dalam setiap tugas-tugas yang diberikan.

Berikut ini tiga tips yang dapat membantu anda bekerja di startup:

1. Beradaptasi dan Kolaboratif

Dalam kebanyakan kasus, biasanya tidak ada struktur yang jelas di dalam organisasi startup. Di satu waktu anda akan bertemu klien sebagai tenaga penjual, di lain waktu anda akan merancang promosi musiman berikutnya sebagai tim tenaga pemasar. Beginilah persisnya kehidupan di startup.

Menjadi ahli dalam suatu bidang tertentu untuk dapat berhasil dalam tugas tersebut tidaklah diperlukan. Faktanya, mampu beradaptasi dan kolaboratif adalah kuncinya. Karyawan pemula harus bisa terbuka dalam mendukung proyek-proyek yang dijalani dan berkolaborasi bekerja sama dengan kolega dari berbagai tim untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Sejauh yang saya ketahui, pekerjaan saya sebelumnya itu mengelola akun iklan klien dan memaksimalkan iklan-iklan digital untuk mencapai target ROI. Namun, saya terkadang juga diharuskan untuk dapat menangani masalah layanan pelanggan dikarenakan masih minimnya tenaga pekerja.

Tapi itu tidak membuat saya berpikir bahwa perusahaan saya tidak menghargai spesialisasi bidang kerja saya. Sebaliknya, saya merasa sangat senang untuk sebisa mungkin mendukung tim lain. Saya sangat setuju dengan misi perusahaan dan sangat menghargai kebersamaan yang terbentuk di dalam organisasi.

Bekerja di startup tidaklah semewah yang dipikirkan orang, dan ya, kadang-kadang agak berantakan. Maka dari itu untuk menjadi karyawan startup yang ideal, anda harus bisa mentolerir dan beradaptasi bila ada kekacauan, dapat menggunakan segala kemampuan, dan bekerja sama dengan tim lain untuk memastikan proyek berhasil.

2. Mandiri dan otodidak

Dalam startup, manajer anda mungkin tidak dapat memberikan instruksi yang jelas setiap saat. Kemungkinan dia sedang menjalani beberapa proyek dan mendukung tim fungsional yang berbeda-beda.

Dalam situasi seperti ini, menjadi mandiri dan otodidak sangat penting bagi karyawan pemula agar bisa tetap di jalur yang benar. Anda tidak dapat mengharapkan orang lain datang membantu anda setiap kali anda mendapat kesulitan.

Contoh pengalaman saya. Saat itu tidak ada orang yang memiliki keahlian riset pasar di Tagtoo, saya pun mencoba mengambil posisi sebagai analis pasar. Alhasil, laporan riset saya tidak pernah memenuhi harapan CEO. Selama tiga bulan pertama saya hampir merasa gagal dan tak tahu harus bagaimana melangkah ke depannya.

Untungnya, saya bangkit kembali setelah menyadari bahwa perasaan gagal sama sekali tidak membantu kinerja saya. Maka saya mengubah sikap kerja saya dan mulai memanfaatkan sumber daya online yang tersedia, seperti eMarketer dan SimilarWeb, untuk membuat laporan saya terlihat lebih profesional. Saya mempelajari bahwa saya harus melihat hambatan sebagai peluang untuk meningkatkan kemampuan saya menyelesaikan permasalahan dan berusaha untuk menjadi karyawan yang dapat diandalkan untuk tanggung jawab yang lebih besar.

Proses tersebut memampukan saya menjadi lebih mandiri dan mengasah kemampuan saya untuk otodidak. Saya membutuhkan waktu 3 bulan untuk memulihkan kinerja kerja dengan lebih baik.

3. Percaya diri dan Ambisius

Startup tidak seperti perusahaan besar yang memiliki sumber daya berlimpah. Sangatlah penting untuk memanfaatkan setiap peluang seperti strategi partnership, yang memungkinkan perusahaan startup anda untuk bertumbuh.

Untuk membantu anda memulai mendapatkan pijakan yang kuat di pasar, menjadi percaya diri dan ambisius adalah kunci suksesnya. Yang memungkinkan anda untuk mengambil lebih banyak tantangan dan tanggung jawab lalu membantu anda untuk melihat gambaran yang lebih besar tentang pengembangan startup ke depannya.

Dalam kasus saya, saya diberi banyak kesempatan bertemu langsung dengan eksekutif senior dan meyakinkan mereka untuk menggunakan layanan dari bisnis kami ketika saya dipromosikan untuk mengelola pengembangan bisnis di Jakarta. Namun, saya merasa kesulitan untuk menghilangkan rasa takut saya pada saat memberikan presentasi penjualan di hadapan orang-orang berpengalaman dalam bisnis ini, sehingga saya gagal untuk closing.

Suatu ketika saya bertemu dengan beberapa mahasiswa wirausaha yang tampak naif tetapi dengan penuh percaya diri mendekati saya, barulah saya mengetahui bahwa tingkat kepercayaan seseorang dapat ditingkatkan melalui latihan dan praktik terus menerus. Ketika kepercayaan diri meningkat, maka cara anda melihat sesuatu akan berubah drastis dan saat itulah ambisi anda mulai mengikuti.

Hal ini mungkin cukup sulit untuk dipraktikkan, karena ini mengharuskan anda untuk keluar dari zona nyaman dan mengatasi kecanggungan untuk lebih memiliki kepercayaan diri bahwa anda dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Ini tidak mudah, tapi saya cukup yakin itu akan bermanfaat.


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo. Diterjemahkan oleh Sherly Venesha

Strategi pemasaran agar perusahaan game Asia Tenggara bisa bersaing. Kini hampir seluruh industri game di Asia Tenggara didominasi perusahaan internasional / Pexels

Tiga Strategi Pemasaran Jitu Agar Perusahaan “Game” Asia Tenggara Bisa Bersaing dengan Kompetitor Asing

Perkembangan industri game di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia. Faktanya, meningkatnya penggunaan internet serta pendapatan rata-rata masyarakat merupakan dua faktor utama meningkatnya pertumbuhan industri game di kawasan ini.

Namun, hampir seluruh industri game di Asia Tenggara didominasi oleh perusahaan internasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perusahaan game internasional memiliki pengalaman ekspansi yang lebih matang dan cadangan modal yang kuat.

Kerasnya persaingan di lingkungan ini membuat perusahaan game di Asia Tenggara sulit bertahan. Oleh karena itu, tim Tagtoo telah melakukan analisis mendalam dan menemukan tiga poin penting yang harus dilakukan perusahaan game lokal agar dapat bersaing dengan perusahaan asing.

Memenuhi keinginan gamer

Tren game dapat sewaktu-waktu berubah. Inilah mengapa perusahaan pengembang game terus berlomba-lomba untuk menyajikan game yang dapat memenuhi dan menarik perhatian para gamers. Mulai dari membuat konsep yang unik sampai memilih judul yang catchy, namun semua ini tidak dapat menjamin kesuksesan sebuah game.

Sesungguhnya, tidak ada konten game yang bisa memenuhi keinginan para gamer di seluruh dunia. Bahkan, game yang sedang booming sekalipun juga dapat ditinggalkan para pemainnya secara perlahan. Alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena pengembang menargetkan kontennya kepada semua orang.

Perilaku pengguna dari setiap pangsa pasar pastinya memiliki ketertarikan dan perilaku yang berbeda terhadap suatu game. Jika pengembang game tidak membuat konten yang sesuai dengan minat di setiap pasar, maka gamer akan cepat bosan dan beralih ke game lain dengan fitur yang lebih menarik.

Sebagai contoh, pengembang game dapat membuat game eksklusif terhadap setiap segmen yang berbeda daripada menargetkan sebuah game kepada pangsa pasar yang sangat luas.

“Salah satu metrik yang tidak kalah penting tetapi juga sering diabaikan oleh developer game adalah tingkat retensi,” kata Edison Chen, Tagtoo Business Development Manager. “Banyak gamers mengunduh sebuah game secara tidak sengaja dan bukan karena mereka menyukai game tersebut.”

Inilah alasan mengapa developer game sebaiknya mengembangkan konten yang sesuai dengan pangsa pasar yang lebih spesifik. Penargetan pasar yang akurat tidak hanya meningkatkan daya saing game di pasar, namun juga dapat mendorong peningkatan pendapatan game melalui pembelian konten-konten eksklusif (in-app purchase) oleh para gamer.

Menambahkan elemen esport

Esport gaming (pertandingan game online) kini semakin menunjukkan potensinya di dunia. Dengan popularitas esport yang tumbuh pesat, banyak perusahaan game mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

Contohnya Free Fire, sebuah game seluler yang dikembangkan oleh Garena pada tahun 2017. Free Fire diyakini dapat melanjutkan momentum pertumbuhannya di Asia Tenggara dengan menggelar kompetisi esport di Free Fire World Cup 2019 di Thailand, sebuah acara yang berhasil menarik hampir 300 ribu peserta.

Kualitas sebuah game adalah kunci penting dari mengembangkan esport yang sukses. Pengembang game juga harus dapat menjamin desain antarmuka yang user friendly, desain game yang netral dan bebas bug. Selain itu, misi game yang mudah dipelajari tetapi sulit untuk dikuasai tentunya akan lebih menarik perhatian para gamer.

Selain memasang iklan digital, menyelenggarakan acara esport adalah salah satu pendekatan pemasaran yang efektif. Investasi seperti ini dapat meningkatkan kinerja penjualan dan jumlah pengguna.

Mengembangkan model berlangganan

Banyak pengembang game yang ingin mengambil bagian dari pasar game yang sedang bertumbuh dengan pesat. Namun, memonetisasi game tidaklah mudah.

Meskipun populasi gamer terus meningkat secara pesat di Asia Tenggara (terkecuali Singapura), namun pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU / average revenue per user) secara keseluruhan tidak memuaskan.

Sebagai contoh, menurut laporan perusahaan analisa pasar Newzoo, Indonesia berada di posisi kedua terendah dengan nilai ARPU hanya $8,28 atau setara dengan Rp 117,572 (asumsi Rp 14.199 per US$), sedangkan Singapura memiliki ARPU yang relatif tinggi yakni $78,15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus berusaha keras untuk dapat mencapai tingkat kematangan yang sama dengan pasar game di Singapura.

Dengan rendahnya nilai ARPU ini, maka konten dengan basis berlangganan akan semakin mudah ditemukan di Asia Tenggara.

Layaknya Netflix dan Spotify yang berhasil mempertahankan posisinya di kawasan Asia Tenggara, jenis konten berbasis langganan akan semakin diminati oleh masyarakat. Pengguna akan bersedia membayar sejumlah uang untuk mendapatkan konten yang lebih berkualitas. Hal ini tak terkecuali dapat diterapkan juga di bidang industri game.

Pendapatan yang berasal dari model langganan ini dapat membantu perusahaan game untuk memperoleh aliran pendapatan yang lebih mudah diprediksi. Secara signifikan, cara ini tidak hanya menurunkan resiko peluncuran dan penerbitan game, tetapi juga memungkinkan perusahaan game untuk lebih fokus pada pengembangan produk tanpa mengorbankan kualitas game.


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo dan diterjemahkan oleh Cindy Irawan.

Harga "traffic" hanya akan terus melambung tinggi

Yang “Marketer” dapat Lakukan Ketika “Traffic” Berbayar Semakin Mahal

Dominasi traffic online kini tidak lagi menguntungkan seperti dulu. Kepercayaan bahwa traffic online yang tinggi akan membawa keuntungan yang sebanding semakin sulit untuk direalisasikan pada jaman sekarang. Traffic online bahkan dipercaya akan mencapai batas stagnan cepat atau lambat.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan internet besar di Indonesia, seperti Tokopedia dan Shopee, telah melakukan investasi dan dominasi terhadap sebagian besar sumber traffic di pasar. Kini persaingan dan perebutan traffic online akan semakin ketat dan mahal.

Untuk mengatasi kompetisi traffic tersebut, Tagtoo merangkum beberapa solusi yang kami anggap dapat membantu para marketer mengatasi harga traffic yang melambung tinggi serta mengelola pembelian traffic yang efektif.

Mematangkan kekuatan branding

Branding merupakan salah satu cara terefektif untuk meningkatkan traffic online secara alami. Meskipun dibutuhkan waktu untuk membangun reputasi dan popularitas brand dalam pasar, namun setelah brand Anda dapat diterima oleh pelanggan, efek pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) memungkinkan sebuah brand memperoleh traffic yang lebih banyak dan stabil. Semakin kuat branding yang Anda miliki, maka akan semakin kompetitif brand Anda dalam mengatasi situasi-situasi kritis.

Memperbaiki branding juga merupakan salah satu solusi apabila traffic online anda terus menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Di bawah ini merupakan tiga hal yang harus dievaluasi para marketer untuk memastikan apakah brand mereka cukup kuat di pasaran atau tidak.

a. Posisi brand dalam pasar

Posisi brand dalam pasar secara umum dapat dibagi dalam tiga jenis pemosisian terutama untuk pebisnis online, yaitu tipe kompetitif (competitive type), tipe proposisi penjualan unik (unique selling proposition–UPS type) , dan tipe penciptaan kebutuhan (demand-created type).

Tipe kompetitif (competitive type) mengacu pada positioning yang berorientasi pada kompetisi yang ada dalam pasar. Jenis ini akan menargetkan posisi pemimpin pasar dengan menekankan diferensiasi superior yang dimiliki sebuah brand. Misalnya, sebuah bisnis transportasi online dapat memosisikan diri mereka sebagai penyedia jasa kendaraan yang paling aman dibanding pesaing lain di pasar.

Jenis kedua merupakan tipe proposisi penjualan unik (UPS) yaitu penempatan brand sebagai penyedia produk atau jasa yang unik dan khas untuk pelanggan. Misalnya, salah satu fitur terbaru produk luncuran OPPO yaitu “Charge 5 menit untuk berbicara 2 jam”.

Tipe yang terakhir merupakan yaitu tipe penciptaan kebutuhan (demand-created type). Tipe ini bertujuan untuk menciptakan produk dan juga permintaan yang baru dalam pasar. Produk dan jasa yang ditawarkan merupakan sebuah inovasi dan tidak banyak pesaing yang bisa masuk dalam kompetisi di industri yang sama. Pemosisian tipe ini sangat cocok untuk peluncuran produk baru. Sebagai contoh, Xiaomi mendefinisikan lini produk barunya sebagai TV berbasis Internet ketika memasuki industri TV tradisional.

b. Elemen semiotik brand

Elemen semiotik brand berpusat pada elemen-elemen nonverbal yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pelanggan, contohnya logo, slogan, dan lain-lain. Detail-detail yang jarang kita perhatikan ini justru membawa dampak besar bagi kesadaran pelanggan akan brand kita.

Elemen semiotik dapat menjadi kunci sebagai pengingat dan pengidentifikasi sebuah brand. Sebuah elemen semiotik yang baik akan membantu brand untuk tumbuh lebih cepat dan melekat dalam ingatan pelanggan kita. Elemen-elemen ini menyediakan koneksi yang kuat ketika pelanggan memikirkan sebuah brand tertentu. Sebagai contoh, seseorang akan teringat akan Starbucks ketika melihat cangkir kopi putih dengan ikon berwarna hijau.

c. Konsistensi antara produk dan brand

Pengembangan produk harus dilakukan searah dengan posisi brand tersebut dipasar. Sebuah produk itu sendiri harus selaras dengan pesan yang ingin dibawahkan oleh brand tersebut. Pemasaran dari mulut ke mulut (word-of-mouth effect) hanya akan terjadi apabila pelanggan mengalami experience yang konsisten antara produk dan brand yang bersangkutan. Jika tidak, akan ada kesan buruk yang timbul dalam pikiran pelanggan dan akan menolak untuk melakukan interaksi lebih jauh dengan brand Anda.

Penggunaan viral marketing

Adanya keterbatasan budget yang dimiliki setiap pebisnis online semakin mempesulit marketer dalam mengatasi akusisi traffic online yang semakin mahal dari hari ke hari. Aplikasi viral marketing menjadi salah satu solusi efektif yang sering digunakan beberapa pebisnis online akhir-akhir ini.

Berbeda dengan marketing tradisional, viral marketing mendorong terjadinya penyebaran informasi atau sharing melalui media sosial dengan memberikan “hadiah”, baik kepada yang mengundang maupun yang diundang. Berbagai contoh viral marketing yang sering kita lihat dapat berupa giveaway yang diberikan dengan cara men-tag atau men-share informasi yang berkaitan di media sosial Anda. Hal ini memungkinkan brand untuk mengakuisisi pelanggan baru dengan biaya yang relatif rendah dalam waktu yang singkat. Model marketing seperti ini memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan membeli traffic berbayar yang harus dibayar di awal.

Namun, menjalankan viral marketing tidak semudah membalikkan telapak tangan.Berikut ini merupakan tiga faktor penentu suksesnya sebuah kampanye viral marketing:

a) Akuisisi benih pelanggan baru

Benih pelanggan baru tak harus berarti pelanggan pertama. Sebaliknya, mereka adalah pelanggan setia yang aktif menggunakan produk atau jasa Anda. Pelanggan setia ini akan membantu memberikan feedback yang berharga untuk brand anda dan juga bersedia untuk merekomendasikannya pada orang lain. Kualitas benih pelanggan seperti ini jauh lebih penting daripada kuantitas pelanggan yang Anda miliki.

b) Pemberian insentif

Pemberian promo merupakan bentuk insentif yang paling umum. Hal ini dapat berupa pengiriman gratis, sampel produk gratis, maupun diskon khusus. Selain itu, konten kreatif dan skenario inovatif juga memainkan peran penting dalam memicu insentif. Misalnya, tantangan Ice Bucket Challenge yang menjadi viral di jejaring sosial selama Juli – Agustus 2014 kerap dijadikan bahan marketing di media sosial. Kampanye yang menarik memberikan insentif yang kuat bagi peserta untuk bergabung dan mengundang orang lain untuk ikut terlibat.

c) Desain kompetisi dan penghargaan

Jika akuisisi benih pelanggan dan pemberian insentif adalah pilar viral marketing, maka desain kompetisi dan penghargaan akan bertindak sebagai bahan bakar untuk mempertahankan kelangsungan pertumbuhan brand Anda.

Pengumpulan poin, medali, dan urutan ranking adalah beberapa metode yang kerap efektif untuk membuat konsumen tetap aktif. Berbagai desain kompetisi secara tidak langsung dapat dijadikan ajang membangun status sosial dan pengembangan personal image. Sebagai contoh, sebuah startup motor elektronik asal Taiwan, Gogoro, menggunakan kampanye pengumpulan badge. Semakin tinggi badge yang diakumulasi menandakan senioritas mereka dalam menjadi pengemudi yang ramah lingkungan.

Beralih pada performance advertising

Performance advertising di sini berarti sebuah periklanan berbayar yang hanya dikenakan biaya apabila telah mencapai hasil tertentu. Model terbaru dari periklanan ini telah mengubah cara penjualan traffic berbayar yang tradisional dan mengurangi kerugian dari periklanan yang kurang efektif.

Performance advertising kini dapat menggunakan strategi analisis data dan penggunaan teknologi untuk menargetkan audiens secara akurat demi mencari pelanggan potensial. Model periklanan seperti ini berguna untuk menjaga pengelolaan budget dan efektifitas periklanan digital di saat traffic berbayar semakin mahal untuk didapatkan.

Berikut ini merupakan tiga kunci yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar performance marketing yang dijalankan dapat berhasil lebih maksimal:

a. Search Engine Optimization (SEO)

SEO yang telah hadir sejak dulu ini masih memiliki kepentingan yang sama. SEO yang baik akan menjadi fondasi dalam menjalankan periklanan digital apapun dengan usaha minimal namun hasil yang maksimal.

SEO memungkinkan sebuah bisnis mendapatkan traffic alami dan menarik lebih banyak pengunjung website baru akibat ranking mereka yang cukup tinggi dalam mesin pencari. Namun sekali lagi, hanya tiga hasil teratas dalam mesin pencari yang mungkin memiliki peluang terbesar untuk diklik pengunjung baru. Untuk mencapai ranking di halaman pertama hingga tiga ranking teratas tersebut, brand harus mengoptimasi website mereka secara berkala demi memberikan konten yang relevan dan mudah ditelusuri oleh pengunjung.

Seiring perkembangan periklanan digital saat ini, tips pengembangan SEO bukan lagi sebuah rahasia yang sulit untuk diketahui, namun terkadang masih sering diabaikan dan dianggap ketinggalan jaman oleh sebagian marketer.

b. Search Engine Marketing (SEM)

Meskipun memiliki biaya yang cukup tinggi, SEM merupakan salah satu bentuk investasi yang dapat dicoba. SEM dapat membantu memunculkan website Anda dalam hasil teratas mesin pencari dengan penargetan beberapa keyword spesifik yang awalnya tidak ter-ranking dalam optimasi SEO. Pentingnya lagi, penggunaan SEO dan SEM memiliki sinergi yang lebih kuat jika digabungkan.

c. Cost per Acquisition Model (CPA Model)

CPA merupakan sebuah model permbayaran periklanan digital ketika pengiklan hanya membayar apabila terjadi akusisi tertentu seperti sebuah penjualan, sebuah pengumpulan form, atau sebuah peng-install-an aplikasi. Model berbayar seperti ini akan fokus pada konversi final yang lebih signifikan dibandingkan berdasarkan jumlah klik atau traffic semata.

Untuk pebisnis yang baru mulai menjajaki periklanan digital, harga periklanan model CPA akan terbilang sangat tinggi. Ditambah lagi, beberapa agensi periklanan digital terkemuka pun terkadang tidak dapat menjanjikan model periklanan berdasarkan akusisi seperti ini. Oleh karena itu, brand dapat mulai melakukan investasi traffic melalui SEO dan SEM. Setelah kualitas website dan traffic sudah meningkat, maka penggunaan CPA pun akan menjadi lebih terjangkau dan efektif.

Kesimpulan

Ketika traffic berbayar semakin mahal untuk didapatkan, marketer sebaiknya mengevaluasi lagi brand dan kegiatan marketing yang mereka jalankan sebelum memutuskan untuk mengeluarkan lebih banyak budget dalam hal ini. Di samping traffic berbayar, masih terdapat banyak cara untuk meningkatkan website dan bisnis anda.

“Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif, para pebisnis online seharusnya mulai menyadari akibat yang akan timbul apabila mereka hanya bergantung pada traffic berbayar. Harga traffic hanya akan terus melambung tinggi,” ujar Edison Chen, Business Development Manager Tagtoo.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh Edison Chen, diterjemahkan dan diperbarui oleh Sisylia Angkirawan.

Pernah dimuat di blog Tagtoo.

Tren Pemasaran 2019

4 Tren Pemasaran di Tahun 2019 yang Patut Diketahui

Tak terasa penghujung tahun 2018 akan segera tiba. Bagi Tagtoo, 2018 merupakan tahun yang perlu tantangan dan perjuangan. Liku-liku yang kami lewati sejak awal menapakkan kaki di Indonesia kemudian menjadi bekal kami untuk terus menyediakan terobosan-terobosan baru bagi industri periklanan digital di Indonesia.

Selama satu tahun ini, kami telah mengamati dengan seksama perkembangan periklanan digital di Indonesia. Dilengkapi dengan hasil diskusi yang kami dapat dalam wawancara bersama klien dan pakar-pakar pemasaran lainnya, berikut ini kami merangkum 4 tren pemasaran di Indonesia pada tahun 2019 mendatang.

Kami berharap informasi ini dapat membantu pemasar untuk mempersiapkan diri menyambut tantangan yang akan datang di 2019.

Periklanan digital semakin menguat

Kebutuhan akan periklanan digital seperti banner ads, video ads, dan native ads akan semakin marak di tahun 2019. Hal ini terjadi seiring masyarakat memiliki akses internet yang lebih luas baik melalui desktop maupun telepon genggam. Meskipun persentase penetrasi internet hanya 54.68% di tahun 2017, namun menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia, angka nyata pengguna internet telah mencapai 144 juta orang. Jumlah ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa untuk memulai periklanan digital.

Periklanan digital melalui telepon genggam akan menduduki 50% dari total biaya periklanan yang dikeluarkan pada tahun 2019, mencapai angka 312 juta USD atau setara dengan 4,5 triliun rupiah. Di saat penggunaan smartphone saat ini bukan merupakan hal yang mewah, periklanan melalui telepon genggam (mobile ads) merupakan kunci untuk berinteraksi secara lebih personal dengan pengguna.

Kemunculan personalisasi iklan melalui telepon genggam merupakan hal yang selanjutnya dinantikan. Setiap harinya semakin banyak data pengguna smartphone yang telah dikumpulkan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana para e-commerce mengelola data tersebut untuk menghasilkan strategi bisnis yang lebih baik.

Selain itu, penargetan iklan juga akan beranjak dari model target demografi yang tradisional menuju target berbasis perilaku pengguna. Transformasi ini akan menghasilkan periklanan yang lebih efektif dan diharapkan dapat membawa konversi yang nyata.

Dibutuhkan laporan yang lebih transparan

Periklanan digital di Indonesia memang masih di tahapan pemula. Banyak perusahaan yang baru saja memulai eksistensi mereka di dunia online dan memiliki pemahaman yang terbatas akan periklanan digital. Situasi inilah yang kerap menjadi celah untuk dieksplotasi oleh pihak ketiga.

Transparansi dan reliabilitas dalam periklanan digital telah menjadi isu yang serius dalam periklanan digital di Indonesia. Laporan palsu dan data yang tidak relevan sering didapati ketika para pemasar mempercayakan periklanan digital mereka pada agensi periklanan lain. Selain sulit untuk menilai performa kampanye iklan mereka, kebanyakan pemasar juga tidak tahu apabila iklan mereka ditayangkan pada channel yang benar, serta apakah laporan yang mereka terima benar-benar dapat dipercaya. Berbagai data hasil manipulasi kadang telah mengelabui realita performa yang sebenarnya.

“Itulah alasannya mengapa kami selalu menyarankan klien untuk menggunakan Google Analytics,” ujar Mick Lu, Head of Tagtoo Indonesia. Ketika pemasar mulai paham menggunakan tracking tool  yang tepat dari pihak ketiga seperti Google Analytics, serta berbagai agensi profesional mulai bermunculan, masalah ini akan segera terselesaikan.

“Membiarkan klien belajar menginterpretasikan data mereka dengan tepat merupakan hal yang sangat kritis untuk dilakukan di Indonesia saat ini. Hal ini akan membantu mengurangi ketidakpercayaan dan pemikiran skeptis antar klien dengan agensi periklanan,” lanjut Mick.

Laporan yang benar-benar menggambarkan performa periklanan merupakan hal yang paling dibutuhkan pasar Indonesia saat ini. DI tahun yang akan datang, kami optimis untuk melihat periklanan digital berubah menjadi lebih transparan dari sebelumnya.

Penyediaan periklanan yang strategis

Berbicara mengenai periklanan digital di Indonesia, dapat diamati bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup besar. Perusahaan berbasis internet yang besar dan maju tentunya memiliki tim dan sumber daya yang cukup untuk menguasai teknologi periklanan terbaru di pasar. Namun disisi lain, perusahaan UKM harus berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan mereka tanpa berbekal apapun.

Kesenjangan ini diprediksi akan semakin terlihat di tahun yang akan datang ketika semakin banyak sumber daya kapital yang masuk ke dalam perusahaan besar atau startup unicorn yang ada di Indonesia. Semakin sulit terciptanya ruang untuk para pemula.

Mengatasi kesulitan ini, baik untuk startup maupun UKM, agensi periklanan digital memiliki peranan yang penting. Agensi periklanan kini dapat bertindak sebagai penyedia strategi dan membantu eksekusi ide untuk membantu UKM bersaing dalam pasar yang kompetitif. Dengan adanya berkolaborasi dengan agensi profesional, UKM dapat fokus pada inti bisnis dan optimasi produk mereka. UKM akan tetap memiliki kesempatan untuk ikut meranah dalam dunia digital tanpa harus dibekali dengan tim yang kompeten di dalam perusahaan mereka.

“Banyak entrepreneur Indonesia masih belum menyadari beta pentingnya pengumpulan data sedangkan hal ini telah lama digunakan oleh perusahaan asing untuk optimasi produk dan campaign sejak lama,” ujar Kent Kang, Marketing Director Wellcomm, retailer gadget terbesar di Indonesia.

“Dengan metodologi terbaru dan perangkat marketing lainnya yang disediakan oleh para agensi periklanan, saya percaya bahwa hal ini cepat lambat akan merubah pola pikir para entrepreneur di Indonesia,” tambah Kent dalam sesi interviewnya bersama Tagtoo.

Micro-influencer marketing akan semakin popular

Influencer marketing merupakan senjata ampuh yang kerap digunakan oleh berbagai perusahaan di Indonesia untuk mendorong penjualan mereka ke level berikutnya. Dengan menggunakan pengaruh yang dimiliki para selebriti kepada para fans mereka, pemasar kini memiliki satu lagi opsi untuk menjalankan kampanye pemasaran mereka.

Namun, tidak semua perusahaan, seperti UKM, dapat mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk membayar jasa pemasaran produk melalui akun media sosial para selebriti. Jumlah tersebut tentu memiliki nilai yang sangat besar bagi UKM dan dapat digunakan untuk biaya operasional mereka selama beberapa bulan.

Oleh karena itu, salah satu jalan pintas yang dapat diambil adalah dengan berpindah kepada micro-influencer, yaitu mereka yang memiliki followers kurang dari 50,000. Meskipun tidak memiliki jumlah follower selangit seperti selebriti popular lainnya, namun fanbase yang dimiliki justru lebih relevan dan memiliki kemungkinan untuk melakukan konversi.

Ditambah lagi, para micro-influencer sebenarnya memiliki lingkungan hidup yang jauh lebih dekat dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini membuat promosi yang mereka lakukan akan lebih terpercaya dan relevan di mata masyarakat. Sama halnya seperti mendapatkan rekomendasi dari teman yang jauh lebih powerful dibandingkan sederetan iklan di TV.

Kemunculan micro-influencer akan semakin menjamur pada beberapa tahun ke depan. Hal ini dipercaya akan mendongkrak gaya pemasaran baru yang sebelumnya belum pernah ada di media sosial.

Artikel ini ditulis oleh Edison Chen dalam situs blog Tagtoo. Direjemahkan oleh Sisylia Angkirawan.

Facebook dan Instagram sama-sama berkhasiat untuk pemasaran digital

Facebook dan Instagram Memiliki Khasiat yang Sama dalam Pemasaran Digital

Berbicara soal penggunaan Facebook, generasi muda jaman sekarang berpendapat bahwa Facebook telah ketinggalan jaman, dan pelan-pelan beralih menuju Instagram. Para pebisnis dan marketer, sebagai konsekuensinya, ikut-ikutan memiliki perspektif yang negatif tentang penggunaan Facebook dan berpendapat bahwa mengalokasikan lebih banyak budget ke Instagram merupakan pilihan yang tepat.

Menurut informasi resmi, di Indonesia hingga sekarang terdapat sekitar 130 juta pengguna aktif Facebook setiap bulannya, angka ini dua kali lebih banyak dari pengguna aktif Instagram, yaitu 53 juta per bulan. Selain itu, pengguna media sosial Facebook terdiri atas beragam kelompok usia, mulai dari 18 hingga 60 tahun. Namun pengguna Instagram hanya berkisar pada usia 18-29 tahun.

Penggunaan Instagram mungkin terlihat lebih meriah akhir-akhir ini karena para remaja yang cenderung lebih ekspresif dalam membagikan kisah dan karya mereka melalui Instagram.

Meskipun banyak yang terhipnotis dengan keramaian penggunaan Instagram, sedikit yang menyadari bahwa Facebook akan tetap menjadi media sosial terpopuler. Database milik Tagtoo sendiri membuktikan bahwa Facebook adalah channel terbaik dalam menarik pengunjung baru dan mendatangkan transaksi. Dengan perpaduan usia pengguna yang lebih beragam, Facebook memiliki visibilitas yang lebih tinggi dan dapat digunakan untuk mempromosikan produk pada kelompok usia yang berbeda. Dengan pengguna yang beragam pula, Facebook dapat menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan remarketing dan menarik konversi.

Di sisi lain, kekuatan Instagram juga tidak dapat dipungkiri. Maraknya penggunaan Instagram saat ini menjadikannya tempat yang ampuh untuk meningkatkan user engagement terhadap brand atau produkmu. Di samping itu, Instagram mungkin merupakan platform yang tepat untuk menjangkau para audiens remaja saat ini.

Serupa tapi tak sama, Facebook dan Instagram merupakan platform yang sama-sama bermanfaat bagi kampanye marketing, namun keduanya memiliki peran yang berbeda dalam meningkatkan penjualan. Dalam situasi apapun, kita memfokuskan kampanye hanya pada satu platform.

“Facebook dan Instagram sudah seperti saudara. Hanya dengan memadukan keduanya mereka dapat menciptakan sinergi yang lebih kuat,” tutur JC Chang, Media Director of Tagtoo.


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Edison Chen, diterjemahkan dan diperbarui oleh Sisylia Angkirawan. Sebelumnya pernah dimuat di situs Tagtoo

Banyak faktor yang mendukung naik turunnya conversion rate sebuah kampanye digital

Lima Hal Yang Perlu Kamu Perhatikan Saat “Conversion Rate” Facebook Ads Menurun

Pemasaran online melalui Facebook telah menjadi salah satu senjata ampuh bagi para marketer. Hasil riset Statista menunjukkan bahwa Facebook memegang peringkat kedua dalam market share periklanan digital di dunia dengan persentase 20% (Peringkat satu dipegang oleh Google dengan persentase 32%). Menanggapi meningkatnya pemasaran iklan digital melalui Facebook maupun Google, sebuah iklan dinilai tersajikan secara efektif apabila dapat mendatangkan conversion rate yang tinggi. Conversion rate ini diukur dengan membandingkan jumlah konversi (biasanya berupa jumlah pembelian yang diperoleh) dengan total jumlah iklan yang diklik oleh calon konsumen. Jadi, misalnya sebuah iklan total diklik 1000 kali dan menghasilkan 20 konversi, maka conversion rate untuk iklan tersebut adalah 20/1000=2%.

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi nilai conversion rate, di antaranya adalah waktu, audience, harga produk, barang substitusi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sulit sekali bagi para marketer untuk menentukan satu alasan pasti atas naik atau turunnya conversion rate dalam Facebook Ads mereka.

Solusi dalam mempertahankan conversion rate mungkin membutuhkan pemahaman mendalam tentang pasar dan pengalaman optimasi iklan selama bertahun-tahun. Namun jangan khawatir! Berikut ini lima rangkuman masalah yang tanpa kita sadari sering mengakibatkan penurunan pada conversion rate.

1. Checkout process

Ketika traffic website-mu masih stabil namun conversion rate-mu menurun, hal pertama yang patut kamu lakukan adalah mengecek semua proses checkout (mulai dari link, produk, hingga proses pembayaran selesai) dari berbagai aspek. Contohnya dengan mencoba browser dan operating system yang berbeda untuk memastikan apakah link tersebut masih bekerja dengan benar.

Dari berbagai kasus klien yang kami tangani, masalah sering terjadi pada link yang rusak dan tidak dapat dialihkan menuju halaman produk atau loading checkout page yang terlalu lambat. Hal tersebut tentu dapat segera kamu atasi apabila telah dilakukan pengecekan terlebih dahulu.

Sederhananya, pemeriksaan ulang proses checkout memberikan kita kesempatan untuk melakukan evaluasi dari sudut pandang pembeli. Proses checkout yang cepat dan efisien akan memberikan shopping experience yang baik bagi para pelanggan.

2. Ad creatives and audience

Ketika kamu yakin bahwa semua link menuju halaman produk tidak bermasalah, mungkin evaluasi konten dan target audience anda merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan selanjutnya.

Bayangkan apa yang terjadi apabila kamu tidak memperbarui konten dalam campaign iklanmu dan akibatnya pelanggan yang mengklik iklan tersebut mendapatkan informasi yang telah kadaluarsa/tidak relevan? Atau pada kasus lain, bayangkan kamu adalah sebuah butik baju anak online dan target audience yang masuk dalam pengaturanmu adalah “semua wanita”. Hmm, tidak semua wanita tertarik pada baju anak bukan? Mungkin kamu perlu mengganti target audience-mu dengan “Ibu hamil” atau “Ibu rumah tangga”. Konten yang tidak relevan dan kesalahan dalam pengaturan target audience sering menjadi penyebab jatuhnya conversion rate dalam sebuah campaign iklan.

Konversi akan terjadi bila ekspektasi pembeli dapat terpenuhi. Dengan terus memperbarui informasi tentang iklan produk dan memasang konten yang persuasif, kamu dapat menarik perhatian pembeli dan mungkin dapat merubah ekspektasi mereka terhadap produk yang kamu tawarkan.

3. Tracking and software glitch

Melakukan pengecekan dari sisi teknis juga jangan sampai terlewatkan. Untuk memastikan apakah semua bentuk conversion benar-benar tercatat dalam record, dapat dilakukan pengecekan pada script pelacak seperti Facebook Pixel dan Google Analytics.

Sebuah kasus terjadi pada klien kami, ketika conversion rate mereka turun hingga 50% dalam waktu satu malam. Setelah melakukan pengecekan kami menyadari bahwa script pelacak website tersebut tidak ter-update sesuai dengan website klien kami sehingga data hasil lacakan pun menjadi tidak relevan.

4. Seasonality

Penting bagi kita untuk mengenal dan memahami periode seasonal dalam sebuah bisnis. Di puncak dari periode seasonal tersebut kamu mungkin akan melihat hasil conversion rate yang tinggi namun akan menurun seiring dengan berakhirnya puncak seasonal tersebut.

Contohnya, sebuah butik online yang menjual baju mungkin akan mencapai puncak periode seasonal-nya sewaktu Ramadhan dan Tahun Baru Imlek karena kebiasaan masyarakat membeli busana baru pada dua hari raya tersebut sehingga conversion rate dapat melambung tinggi. Namun setelah kedua season ini berakhir, pemilik butik online ini akan menyadari penurunan conversion rate dari website miliknya.

Oleh karena itu, penting halnya bagi marketer untuk memahami periode seasonal dari setiap bisnis mereka agar tidak dibingungkan oleh naik turunnya conversion rate di waktu mendatang.

Salah satu strategi terbaik untuk mengetahui periode seasonal bisnismu adalah dengan pengamatan rutin data konversi, contohnya data konversi dalam Google Analytics. Pelajari pola naik turun konversi yang mungkin terjadi selepas diadakannya promo spesial ataupun hari libur untuk memahami periode seasonal bisnismu yang sesungguhnya.

5. Competitor

Kehadiran lawan main lain dalam pasar juga akan mempengaruhi conversion rate kamu. Pada zaman sekarang, ketika customer lebih mudah untuk mencari informasi dan sumber perbandingan dalam sebuah produk, sangat memungkinkan apabila customer kamu berpindah hati ketika menemukan penjual dengan harga yang relatif sama namun servis yang lebih baik dan waktu pengiriman yang lebih singkat.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kondisi market dan perkembangan kompetitor anda dalam market untuk menentukan strategi pemasaran yang terbaik. Berdasarkan pengalaman, kami selalu memposisikan diri sebagai customer (dan tidak sebagai mata-mata atau penguntit) untuk menavigasikan website kompetitor dan bahkan ikut serta dalam campaign marketing mereka. Dengan cara ini, kamu dapat membandingkan apa perbedaanmu dan kompetitor kamu di mata para konsumen serta menemukan strategi serta masukan yang obyektif untuk memperbaiki kualitas bisnismu.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh Edison Chen, berdasarkan artikel terdahulu di blog Tagtoo. Diterjemahkan dan diperbarui oleh Sisylia Angkirawan.

Pebisnis ritel diharapkan semakin berani mencoba memadukan bisnis secara online dan offline / Pixabay

Masa Depan E-Commerce: Perjalanan Bisnis Ritel Online dan Offline

Kehadiran teknologi telah mengubah pola industri ritel dan pengalaman berbelanja konsumen ke berbagai arah yang berbeda. Kehadiran e-commerce telah merubah pola permainan pasar saat ini dan membuat beberapa gelandang bertahan industri ritel pun akhirnya gulung tikar. Lantas, bagaimana dengan masa depan industri retail online (e-commerce) maupun offline?

Berikut ini beberapa tren untuk e-commerce yang perlu kamu ketahui:

1. Tuntutan pengalaman berbelanja

Di era digital ini, pengalaman berbelanja atau yang kita kenal dengan shopping experience tidak hanya mencakup kegiatan “jual beli” semata. Generasi millennial membutuhkan pengalaman berbelanja yang lebih inovatif, interaktif dan mendatangkan kepuasan emosional.

Teknologi Augmented Reality (AR) merupakan salah satu contohnya. Teknologi yang dipadukan dengan industri ritel fashion ini membuat konsumen dapat dengan mudah mengvisualisasi bagaimana mereka terlihat dengan busana yang mereka pilih sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli. AR menyediakan lingkungan belanja yang lebih kondusif dan dapat menstimulasi keinginan konsumen untuk berbelanja. Konsumen dapat merasakan perasaan mencoba busana yang mereka inginkan tanpa harus beranjak dari rumah maupun kantor.

Selanjutnya, tidak jarang juga mendengar e-commerce mengkolaborasikan pengalaman belanja konsumen dengan aksi sosial. Contohnya kegiatan sosial seperti sumbangan amal yang terjadi ketika mereka melakukan pembelian produk tertentu. Kegiatan ini dapat meningkatkan keterlibatan konsumen, terutama mereka yang tertarik untuk mengulurkan bantuan kepada orang lain dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, bahkan jika konsumen hanya dapat mengkontribusikan beberapa rupiah saja untuk aksi sosial tersebut, hal itu dapat memunculkan rasa kepuasan pribadi.

Menyediakan pengalaman berbelanja yang lebih inovatif dan memberikan konsumen ruang untuk berinteraksi akan membuat pengalaman berbelanja itu sendiri menjadi lebih menarik dan memiliki nilai tersendiri di mata konsumen.

2. Omni-channel mengubah perilaku dan prioritas belanja

Perilaku belanja konsumen perlahan-lahan telah bergeser menuju pasar online. Hasil survey belanja online yang dimuat dalam The Wall Street Journal melaporkan bahwa 45% konsumen jaman sekarang telah melakukan pencarian dan belanja secara online. Di saat internet dan pengguna smartphone semakin mendominasi, e-commerce hadir dengan solusi praktis yang memungkinkan konsumen melakukan pembelian dengan smartphone mereka, yang kemudian kita kenal mobile commerce. Industri ritel besar, sebut saja Amazon, Shopee, Lazada, dan perusahaan ritel lainnya telah meluncurkan apps yang memberikan kesempatan kepada konsumen untuk berbelanja dimanapun dan kapanpun.

Terima kasih juga kepada kemajuan teknologi, konsumen di masa kini dapat menikmati berbagai macam kepraktisan dari jasa pengiriman produk yang mereka beli. Beberapa perusahaan ritel besar terus berusaha keras melakukan revolusi jasa pengiriman, seperti penggunaan drone oleh Amazon dan mobil tanpa pengemudi oleh Otto. Penemuan signifikan ini telah mendatangkan berbagai alternatif dalam jasa pengiriman barang melalui berbagai metode dan pilihan channel.

Pernahkan kamu membeli makanan dari restoran terdekat karena adanya sms promo ketika kebetulan sedang lewat? Semakin banyak konsumen yang berbelanja bukan karena butuh namun karena mereka mau.

Sinyal Bluetooth Low Energy (BLE Beacons) yang menyebar luas kini dapat digunakan untuk mengirim pesan marketing pada waktu, tempat dan konteks yang tepat langsung pada konsumen. Strategi ini dengan mudah dapat menggabungkan aktifitas di dunia online dan offline. Oleh karena, perusahaan dapat menyiarkan pesan khusus kepada customer melalui sinyal BLE, yang dapat mendorong insentif untuk berbelanja. Hal yang sama juga terjadi pada contoh di atas ketika kamu tiba-tiba mendapat sms promo saat berada di dekat restoran tertentu dan terdorong untuk tidak melewatkan kesempatan promo tersebut.

Perjalanan ritel dan belanja kini tidak lagi linear. Dengan banyaknya medium dan channel yang tersedia, platform e-commerce kini dipenuhi dengan banyak pilihan dan perubahan. Teknologi akan membantu e-commerce semakin menonjol di masa depan.

3. Kehadiran versi lain

Pebisnis yang menjual barang kebutuhan sekunder dan produk non-personal akan merasakan pukulan di beberapa tahun terakhir akibat berkembangnya konsep Ekonomi Berbagi (Sharing Economy). Misalnya, kemunculan Airbnb telah menangani ruangan atau property yang sebelumnya jarang dihuni. Bisnis ini hadir dengan tipe yang berbeda namun tetap memegang konsep yang sama yaitu menyewakan tempat tinggal. Sharing Economy telah mengusik aturan main dibeberapa industri (Uber dan Grab adalah contoh lainnya) dengan menawarkan cara-cara inovatif terhadapat layanan produk dan servis. Konsumen kini hanya melakukan pembayaran atas kegunaan dan bukan hak milik. Tren ini akan berdampak besar bagi e-commerce dan mempengaruhi pola bisnis tradisional yang ada.

Tren lainnya yang penting untuk diperhatikan adalah perkembangan kekuatan pabrik sebagai produsen. Saat ini, banyak pabrik mempertimbangkan untuk meluncurkan produk dengan label mereka sendiri untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi demi melakukan transformasi bisnis. Semakin banyak produsen akan bergabung dalam pertempuran ini dan merubah persaingan mereka dengan brand-brand lainnya guna mendapatkan perhatian konsumen.

4. Definisi baru ritel offline (toko fisik)

Ketika pemilik bisnis ritel berpindah ke e-commerce untuk memperluas jangkauan mereka, konsumen juga akan semakin terbiasa untuk berbelanja online. Lantas, apakah ini berarti bahwa konsumen akan lebih jarang mengunjungi toko fisik akibat dianggap tidak praktis?

Kita memang tidak pernah tahu jawaban yang sebenarnya, namun yang jelas konsep toko fisik memerlukan sedikit transformasi untuk memberikan pengalaman berbelanja yang lebih baik. Peranan yang dimiliki toko fisik akan berubah sesuai dengan tujuan dan lokasinya.

Pada intinya, toko fisik yang terletak di lokasi strategis akan digunakan untuk memajang produk mereka dan membiarkan pelanggan untuk melihat dan mengenal produk mereka. Di sisi lain, toko yang terletak di daerah yang terisolasi mungkin memiliki fungsi yang berbeda. Untuk toko tersebut, sebagian inventori akan tetap disimpan pada pusat distribusi yang utama, sedangkan toko tersebut hanya sebagai titik tambahan untuk menjangkau keterlibatan pelanggan disekitar wilayah tersebut.

Dalam scenario lain, toko fisik dapat menjadi tempat untuk pengambilan barang. Konsep click-and-collect ini telah popular di beberapa tempat di Inggris dan akan berkembangan ke negara lain. Salah satu contohnya adalah bentuk kerja sama Argo dan eBay. eBay memudahkan pembeli untuk mengambil barang yang mereka beli pada salah satu dari 750 cabang toko Argo. Hal ini menawarkan alternatif pengiriman dan servis pos yang lebih efektif.

Tidak dapat dipungkiri bahwa konsep toko fisik, baik yang terletak di pusat kota maupun pinggir pedalaman, akan tetap berorientasi pada penjualan produk. Namun, seiring berjalannya waktu batas antara pasar online dan toko fisik akan semakin kabur. Bukannya menolak kemajuan teknologi dan kemunculan e-commerce, pebisnis ritel offline seharusnya lebih tertantang untuk mencoba dan memadukan bisnis mereka secara online maupun offline.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh Business Development Manager Tagtoo Edison Chen dan awalnya dimuat di blog Tagtoo. Diterjemahkan dan diperbarui oleh Sisylia Angkirawan.