Tag Archives: talent recruitment

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekrutan talenta milenial

Tiga Hal yang Perlu Diketahui Seputar Perekrutan Talenta

Perusahaan rintisan atau startup biasanya identik dengan lingkungan kerja yang fleksibel, gaya berpakaian yang santai, dan punya fasilitas yang tak dimiliki perusahaan. Misalnya, fasilitas gym dan ruang bermain game. Kedengarannya sangat seru.

Berbagai keuntungan di atas pula yang biasanya diasumsikan sebagai salah satu alasan mengapa sebagian orang merasa nyaman bekerja di startup dan hijrah dari pekerjaan lamanya sebagai karyawan kantoran.

Selain itu itu, ada pula stigma budaya startup yang dianggap menyenangkan karena mewakili “kebebasan” karyawan dalam bekerja. Tak heran, kebanyakan startup berisikan talent-talent anak muda.

Untuk mematahkan stigma di atas, Head of Talent Journey Bukalapak Engelbertus Panggalo berbagi cerita seputar perekrutan talenta atau sumber daya manusia (SDM) di startup pada sesi #SelasaStartup kali ini.

Memberikan ruang untuk berkembang

Menurut Engel, sapaan akrabnya, setiap talent memiliki goal berbeda dalam bekerja. Termasuk di antaranya adalah mengembangkan kemampuan di dalam perusahaan.

Apabila talent ingin berpindah ke startup lain, ia menilai hal itu tidak semata-mata dapat diselesaikan dengan menaikkan gaji atau memberikan fasilitas mewah lain.

It’s beyond money dan fasilitas-fasilitas yang ada. Tetapi, apa yang mereka cari. Kalau talent merasa tidak berkembang di perusahaan, mereka bisa saja keluar,” ungkapnya.

Untuk menghindari potensi di atas terjadi, di Bukalapak sendiri, perusahaan memiliki tim khusus yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap talent.

Pihaknya juga membudayakan “coaching each other” di mana setiap talent dapat saling berbagi pengetahuan meskipun berada di divisi yang berbeda.

“Fasilitas dan kultur kerja bukan satu-satunya hal untuk mempertahankan talent, tetapi bagaimana mereka dapat saling berkembang dan berbagi pengetahuan. Kita membangun organisasi yang knowledge sharing,”

Startup bukan sekadar fasilitas dan budaya kerja

Engel melanjutkan, bekerja di startup ternyata juga memiliki motivasi lain, yaitu menumbuhkan nasionalisme. Hal ini berlaku bagi mereka yang bekerja di startup dalam negeri, seperti Bukalapak.

Hal ini pula yang ingin ditekankan perusahaannya saat mencari talent baru. Bahkan tak sedikit, talent-talent yang bekerja di startup memiliki latar belakang sebagai pekerja korporat atau pegawai negeri sipil (PNS).

“Ketika kita mau engage dengan talent, justru yang kita tekankan adalah bukan mencari tempat kerja yang keren, tetapi apa yang bisa kita lakukan untuk negara, a place they can contribute,” paparnya.

Memahami generasi milenial

Generasi milenial bekerja industri startup bukanlah hal baru. Kebanyakan industri ini memang diisi oleh anak-anak muda yang dianggap sesuai deng. Sayang, anak-anak muda justru diidentikkan sebagai pribadi yang cepat bosan dan mudah berpindah kerja.

Hal tersebut justru membentuk stigma bahwa generasi milenial merupakan generasi yang suka bereksperimen, namun mudah bosan dalam lingkungan pekerjaan.

Secara personal, Enggel melihat hal ini dari perspektif berbeda. Mengutip riset Harvard Business Review, generasi milenial justru sering berpindah-pindah sebagai efek terpaparnya teknologi begitu cepat, seperti internet.

Menurutnya, generasi milenial juga merupakan generasi yang paling cepat mengadopsi teknologi. Maka tak heran, sumber informasi kini mudah didapat berkat kehadiran media sosial, seperti LinkedIn, Facebook, dan Twitter.

“Meskipun generasi ini melek teknologi, sebetulnya yang mereka inginkan sama saja (di perusahaan), yaitu gaji, kompensasi, work-life balance, dan ada purpose-nya,” ungkap Engel.

Pemenuhan talenta teknologi masih menjadi hambatan banyak industri dan startup di Indonesia / Pixabay

Kolega Co-Working Space Ajak Pelaku Bisnis Digital Diskusikan Permasalahan Talenta IT

Pemenuhan talenta di bidang teknologi menjadi salah satu permasalahan yang masih sering dikeluhkan oleh pengusaha saat ini, khususnya yang bergerak di bidang digital. Faktor pendidikan sering dijadikan sebagai ujung dari permasalahan ini.

Menurut riset yang dilakukan A.T. Kearney, sektor pendidikan di Indonesia hanya mampu menghasilkan 278 insinyur teknik informasi dari setiap 1 juta penduduk. Porsi lulusan teknik di Indonesia jauh lebih sedikit jika dibandingkan negara tentang, misalnya Malaysia yang mencetak 1.834 orang insinyur teknologi dan India yang mencetak 1.159 insinyur insinyur teknologi setiap 1 juta orang penduduk.

Sementara itu, beberapa perusahaan mengatakan jumlah talenta teknologi dalam konteks supply sebenarnya banyak. Ini tampak jika dibandingkan antara kebutuhan dengan jumlah program studi teknologi informasi di universitas yang mencapai ratusan. Menurut beberapa perusahaan tadi materi teknologi informasi yang disediakan juga belum memenuhi kebutuhan perusahaan yang ada pada saat ini. Permasalahan utama soal talenta teknologi ini juga dari kesempatan yang tidak merata karena industri yang terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta.

Untuk membicarakan permasalahan tersebut, Kolega Co-Working Space berencana menyelenggarakan sebuah acara diskusi bertajuk “Kolega Dev2 (Develop the Developers): Ada apa dengan talenta IT di Indonesia?”. Di sesi ini akan dihadirkan beberapa pemateri dari startup dan komunitas untuk mengupas sebenarnya seperti apa kebutuhan talenta teknologi yang dibutuhkan industri saat ini. Menjadi sebuah urgensi tersendiri, karena di era millenium seperti saat ini pergerakan inovasi berbasis teknologi mutlak dibutuhkan oleh berbagai lini sektor untuk menghadapi berbagai tantangan dan disrupsi.

Acara Kolega Dev2 akan diselenggarakan Rabu, 28 Februari 2018 mulai pukul 12.00 – 15.00 WIB, bertempat di Kolega Co-working Space X MarkPlus Inc, Kuningan, Jakarta Selatan. Pemateri yang akan hadir di antaranya Aldi Adrian (Head of Investment Mandiri Capital), Natalia Sulistya (Partner Lead for Tech & Infrastructure GO-JEK), Dheta Aisyah (Chief of Business Development Binar Academy), dan Tommy Herdiansyah (Founder Code Margonda).

Kolega Develop the Developers
Kolega Develop the Developers

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, silakan kunjungi laman resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk acara Kolega Dev2

Tiga Cara Alternatif Melakukan Perekrutan Talenta Startup

Salah satu kendala yang saat ini masih kerap dihadapi oleh startup adalah, sulitnya untuk mendapatkan talenta untuk berbagai posisi yang dibutuhkan. Mulai dari engineer, pemasaran hingga tim media sosial, semua posisi tersebut dibutuhkan oleh berbagai startup saat ini. Ketika cara-cara umum sudah semakin sulit untuk dilakukan yaitu membuka pengumuman lowongan pekerjaan hingga memanfaatkan platform lainnya, cara-cara berikut bisa dimanfaatkan untuk membantu startup menambahkan talenta baru lebih cepat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

Jaringan komunitas startup

Saat ini sudah banyak kegiatan hingga acara-acara yang melibatkan engineer hingga jajaran manajemen startup yang menghadiri acara tersebut. Manfaatkan kegiatan ini untuk Anda mulai mempromosikan diri jika membutuhkan tempat kerja baru, atau pemilik startup mulai melakukan perekrutan tenaga kerja sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Lakukan wawancara secara spontan dan cari tahu talenta seperti apa yang cocok untuk mengisi posisi di startup saat ini.

Bertemu langsung dengan kandidat di acara terbuka, biasanya memberikan kesempatan lebih banyak Anda memilih dan menemukan kandidat yang sesuai untuk kebutuhan startup saat ini.

Jaringan pegawai

Saat ini sudah banyak startup yang memanfaatkan jaringan atau rekomendasi dari pegawai di perusahaan. Selain lebih cepat dan rekomendasi lebih terjamin, memanfaatkan referral atau jaringan dari dalam juga bisa dijadikan program atau rewards untuk pegawai Anda. Manfaat lain yang bisa didapatkan jika Anda menerapkan rekomendasi dari pegawai adalah lebih baiknya kolaborasi tercipta berdasarkan rekomendasi dari sesama teman di kalangan engineer atau tim pemasaran di startup saat ini.

Jaringan VC dan mentor

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan jaringan yang dimiliki oleh VC startup adalah bertanya secara langsung rekomendasi atau kandidat yang bisa ditempatkan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Dengan demikian membuka kesempatan Anda menemukan kandidat baru berdasarkan kandidat dari mentor hingga para investor startup saat ini.

VC tertentu biasanya akan langsung memberikan rekomendasi engineer terbaik atau jajaran manajemen seperti CFO hingga CTO untuk menempati posisi strategis di startup, berdasarkan proses penyaringan yang dilakukan VC.