Tag Archives: TanyaBangwin

[TanyaBangwin] Apakah Ada Aturan Khusus Bagi Caleg dalam Menggunakan Social Media?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas tentang bagaimana calon legislatif bisa menggunaan social media dalam membangun nilai elektabilitas. Mari kita simak.

Pertanyaan:

Hai Bang Win,

Berkaitan dengan makin dekatnya tahun 2014 dimana suhu politik di dalam negeri pasti akan makin bergejolak maka pertanyaan saya adalah adakah aturan main yang baik bagi para calon legislatif dalam menggunakan social media sehingga bisa berdampak pada nilai elektabilitas mereka dimata masyarakat?

Syamsuddin

Jawaban:

Halo mas Syamsuddin,

Sebenarnya tidak ada aturan baku ya, namun sebenarnya bisa digunakan best practice pada bidang-bidang lain juga karena tidak ada perbedaan yang signifikan. Misalnya secara etika kaidah-kaidah dan norma-norma yang kita pegang di dunia nyata masih tetap bisa dijadikan acuan, misalnya tidak boleh memperlakukan orang lain dengan perilaku tidak menyenangkan, atau hindari pertentangan secara fisik, dan lain sebagainya. Khususnya caleg, saya pikir bisa menggunakan social media sebagai sarana agar bisa mengangkat awareness terhadap mereka. Juga bisa menggunakan social media untuk penyampai pesan dan juga pencitraan jika dibutuhkan.

Perlu diingat, dunia online itu seperti dunia yang berbeda dengan dunia real, padahal sama. Jadi aturan-aturan umum masih berlaku. Jadi memang mesti hati-hati juga terhadap jebakan-jebakan di internet yang kadang kala harus dibayar sangat mahal dengan nama dan reputasi para caleg tersebut.

Kira-kira begitu…

Salam,

Abang Edwin SA

Catatan:

Bagi yang ingin bertanya tentang hal-hal yang kaitannya dengan social media, community management dan online business pada kolom [TanyaBangwin] ini, silahkan mengirimkan pertanyaannya ke tanyabangwin[at]gmail[dot]com.

Jangan lupa menyertakan akun Twitter/FB nya sehingga bisa di mention ketika kolom ini terbit. Usahakan pertanyaan yang diberikan bisa memicu penjelasan yang berbentuk artikel (salah satu ketentuan agar pertanyaannya bisa terpilih nantinya).

Gambar header: social media via Shutterstock. 

[TanyaBangwin] Apakah Social Media Bisa Membantu Proses Belajar Mengajar di Daerah Terpencil?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas tentang bagaimana social media bisa berperan dalam dunia pendidikan. Mari kita simak.

Pertanyaan:

Halo Bangwin,

Nama saya Amir, saya adalah seorang guru di daerah sub-urban. Saya selalu mengikuti tulisan-tulisannya Bangwin di Bangwinissimo.com, di Dailysocial dan juga di Trenologi ini. Selain itu saya juga pengguna social media yang cukup intens, ya maklumlah karena jauh dari keluarga maka saya memanfaatkan social media (Facebook) untuk tetap bisa terkoneksi dengan teman-teman dan keluarga saya di Jogja. Ya syukurlah sinyal 3G masih menjangkau daerah tempat saya bertugas kali ini.

Pada kesempatan ini saya ingin menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai seorang guru. Apakah memungkinkan kita menggunakan social media untuk proses belajar mengajar? Terutama untuk daerah-daerah terpencil. Mohon bimbingannya Bangwin. Terima kasih

salam,

Amir Prasetyo

Jawaban:

Halo mas Amir…

Senang sekali akhirnya ada praktisi pendidikan yang bisa melihat potensi pada social media untuk memajukan dunia pendidikan kita. Topik pemanfaatan social media sebagai alat bantu untuk proses belajar mengajar ini banyak modelnya.

Salah satu yang bisa langsung terbayang adalah menggunakan social media sebagai media penyampaian materi dan interaksi secara remote antara guru dan murid. Misalnya, seorang guru bisa membuat sebuah Facebook Group untuk mata kuliah yang ia ajarkan sementara itu para murid ikutan di dalamnya. Dengan cara seperti ini maka kelas tidak perlu harus selalu dibuat secara tatap-muka. Tentunya model seperti ini akan bisa berjalan dengan baik jika para murid mampu memiliki perangkat komputer ya.

Lalu bagaimana dengan para tenaga pendidik yang ada di daerah terpencil? Dalam kondisi seperti ini social media bisa dimanfaatkan untuk memudahkan para guru agar bisa mendapatkan materi secara kolektif dari sekolah-sekolah yang memiliki materi jauh lebih lengkap. Tentunya juga pada kondisi seperti ini tenaga pengajar mutlak dibutuhkan dan dalam banyak kasus mereka bahkan harus mengajarkan tidak hanya satu mata pelajaran. Dengan adanya koleksi mata pelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru didaerah terpencil tersebut maka mata pelajaran yang disampaikan pun akan bisa terjaga kelengkapannya.

Kira-kira begitu mas Amir….Jika ada yang ditanyakan lebih lanjut silahkan dilanjutkan di bagian comment d bawah ya mas. 🙂

salam,

Abang Edwin SA

Catatan:

Bagi yang ingin bertanya tentang hal-hal yang kaitannya dengan social media, community management dan online business pada kolom [TanyaBangwin] ini, silahkan mengirimkan pertanyaannya ke tanyabangwin[at]gmail[dot]com.

Jangan lupa menyertakan akun Twitter/FB nya sehingga bisa di mention ketika kolom ini terbit. Usahakan pertanyaan yang diberikan bisa memicu penjelasan yang berbentuk artikel (salah satu ketentuan agar pertanyaannya bisa terpilih nantinya).

Gambar header: online education via Shutterstock. 

[TanyaBangwin] Bagian Mana Saja dari Perusahaan yang Bisa Menggunakan Social Media?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas tentang bagian atau divisi dari perusahaan apa saja yang bisa menggunakan social media untuk memaksimalkan kinerjanya. Mari kita simak.

Continue reading [TanyaBangwin] Bagian Mana Saja dari Perusahaan yang Bisa Menggunakan Social Media?

[TanyaBangwin] Jika Brand Tidak Melakukan Engagement yang Tepat di Social Media

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas tentang apa yang terjadi jika merek tidak mau mendengarkan audience di media sosial. Mari kita simak. 

Continue reading [TanyaBangwin] Jika Brand Tidak Melakukan Engagement yang Tepat di Social Media

[TanyaBangwin] Apa yang Harus Dilakukan dengan Banyaknya Akun Telur Pada Twitter?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas seputar follower ‘akun telur’ atau follower di Twitter yang avatarnya tidak diganti dengan avatar yang lebih personal. Bagaimana cara menyikapi akun follower seperti ini? Yuk, mari kita simak. 

Continue reading [TanyaBangwin] Apa yang Harus Dilakukan dengan Banyaknya Akun Telur Pada Twitter?

[TanyaBangwin] Apa yang Bisa Dilakukan dengan Social Media untuk Manajemen Artis

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas seputar bagaimana penggunaan media sosial untuk band atau manajemen artis. Selamat membaca.

Pertanyaan:

Hi Bang Win,

Saya kebetulan bekerja sebagai manager untuk beberapa band indie baru. Selama ini saya menggunakan social media untuk memberikan informasi tentang gigs band-band yang saya handle. Nah pertanyaan saya selain untuk ngasih informasi atau pengumuman pada fans, apalagi ya yang bisa dilakukan dengan social media channel agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal? Thanks ya Bang Win

Luki M

Jawaban:

Hi Luki,

Senang akhirnya ada pertanyaan yang berkaitan dengan musik juga ke kolom ini. Ok, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa social media as a tools punya karakteristik yang berbeda dengan media-media lainnya. Dengan social media, informasi bisa sangat cepat tersebar dan terus tersebar sampai informasi tersebut kehilangan relevansinya. Kebetulan Luki sudah menggunakan social media untuk menyebarkan informasi, awal yang tepat menurut saya. Sekarang apa lagi yang bisa kita lakukan untuk kepentingan artis atau musisi? Mari kita bahas satu per satu.

Yang membuat seorang artis atau sebuah band itu bisa dikenal, diapresiasi dan bahkan hidup mendapatkan penghasilan adalah fans mereka, oleh karena itu jika kita berbicara mengenai social media, maka hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana social media bisa berfungsi sebagai wadah agar si artis atau band bisa terkoneksi dengan para fans mereka.

Social media tidak hanya membuat artis dan fans terkoneksi, tapi social media juga membuat kedua belah pihak bisa berkomunikasi, ngobrol, sharing dan hal-hal yang sifatnya interaksi. Kedekatan yang dihasilkan akan membuat fans jadi semakin loyal terhadap artis kesayangan mereka.

Dalam konteks bisnis pun social media bisa membuat pekerjaan manager jadi lebih mudah. bayangkan jika ada pihak yang ingin mengundang si artis untuk manggung, dengan hanya mengunjungi website resmi mereka maka kedua belah pihak akan mudah terhubungkan. Artis pun bisa menggunakan social media untuk menjual merchandise, tiket pertunjukkan, dan lain sebagainya lewat social media atau menggunakan social media sebagai penyampai pesan.

Begitu kira-kira secara garis besar gambaran bagaimana social media bisa berperan dalam membantu manajemen artis dalam menjalankan pekerjaannya. Jika ingin tahu lebih dalam, silahkan kita diskusikan di bagian comment di bawah.

Salam,

Bangwin

Catatan:

Bagi yang ingin bertanya tentang hal-hal yang kaitannya dengan social media, community management dan online business pada kolom [TanyaBangwin] ini, silahkan mengirimkan pertanyaannya ke tanyabangwin[at]gmail[dot]com.

Jangan lupa menyertakan akun Twitter/FB nya sehingga bisa di mention ketika kolom ini terbit. Usahakan pertanyaan yang diberikan bisa memicu penjelasan yang berbentuk artikel (salah satu ketentuan agar pertanyaannya bisa terpilih nantinya).

Sumber gambar header: Anna Omelchenko/Shutterstock.

[TanyaBangwin] Bagaimana Kerja Seorang Buzzer?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas seputar Buzzer. Mulai dari cara kerja serta berbagai hal lain seputar penggunaan buzzer oleh pemilik merek. Selamat membaca.

Pertanyaan:

Halo Bangwin,

Saya sering dengar istilah buzzer dan pengertian yang saya dapatkan tentang buzzer ini adalah orang-orang yang memiliki follower banyak lalu mereka dipergunakan dengan sejumlah bayaran oleh perusahaan/brand/pihak-pihak yang mau membayar mereka untuk menyebarkan pesan. Apakah benar demikian? Lalu kenapa ya kok mereka seperti orang beriklan di timeline? Karena kalau kebanyakan kan butek juga bacanya padahal saya pribadi memfollow mereka karena hal-hal yang menarik yang sering mereka share di tweet-tweet mereka.

Bisa dijabarkan gak ya Bangwin sebenarnya buzzer itu gimana cara kerjanya?

Regards,

Jimi Sumlang

Jawaban:

Halo Jimi,

Pertanyaannya menarik karena memang masih banyak kerancuan dengan apa yang disebut dengan buzzer. Buzzer adalah sebuah predikat yang namanya diambil dari kata dasar Buzz yang artinya ‘pembicaraan’ atau ‘percakapan’. Sehingga Buzzer sendiri adalah orang yang diharapkan bisa membuat sebuah topik/keywords jadi sebuah pembicaraan bukan saja di dunia online tapi juga in real world.

Tadinya banyak yang menganggap bahwa kekuatan buzzer itu bisa diukur dari jumlah follower-nya, namun sebenarnya tidak bisa hanya berhenti sampai disitu. Seorang buzzer seharusnya terlepas dari jumlah follower yang ia miliki harus memiliki kemampuan membangun buzz. Dan jika iya juga memiliki jumlah follower yang banyak maka itu adalah nilai plus buat si buzzer tersebut.

Aturan tidak tertulis dalam menggunakan buzzer pada saat ini memang masih dihitung dari tweet berisikan pesan tersebut, dengan kata lain mereka dibayar dari jumlah tweet yang diminta oleh perusahaan/brand/agency yang meng-hired mereka. Penghitungan success rate-nya adalah dari jumlah tweet yang di-retweet, sehingga bisa diukur seberapa jauh si pesan tersebut bisa menjangkau dalam hitungan jumlah retweet tersebut (artinya makin besar jumlah retweet, makin besar pula nilai reach-nya)

Pendekatan seperti ini saya menamakannya dengan istilah amplifying method. Apakah ada dampak buruknya? Tentu saja ada yaitu bisa saya jabarkan dibawah ini:

  1. Muaknya para follower jika terus menerus dijadikan target ‘iklan’ di timeline mereka, sehingga selain mereka meng-unfollow si buzzer, mereka juga bisa jadi badmouthing si buzzer + brand/perusahaan yang jadi klien mereka. Harus diingat bad news di social media itu menyebarnya sangat cepat.
  2. Social capital dari buzzer yang dibangun dengan susah payah bisa hilang dengan cepat. Sebutan influencer akan bisa berubah jadi spammer dengan segera pula.

Buat saya pribadi, amplifying method itu banyak ruginya untuk si buzzer, karena pada prinsipnya klien hanya menggunakan banyaknya follower untuk menyebarkan iklan mereka, dan si follower most likely tidak akan suka dihujani oleh iklan (kecuali kalau akunnya memang khusus iklan ya) dan dampaknya ke si buzzer itu sendiri (karena mereka dianggap ‘menggunakan’ mereka untuk mencari uang).

Idealnya memang perusahaan/brand menggunakan buzzer agar produk/service/campaign mereka bisa jadi bahan pembicaraan dan terdistribusi secara viral. Dan untuk ini tidak bisa didapat hanya dengan meng-amplified pesan saja tanpa membangun percakapannya.

Tentunya Jimi tidak akan jadi butek ya jika sebuah pesan disampaikan tidak dengan pendekatan hardselling tapi dengan memasukkannya ke dalam elemen percakapan, sehingga jauh lebih santai.

Kira-kira demikian Jim, mudah-mudahan bisa terjawab pertanyaannya.

Salam,

Bangwin

Catatan:

Bagi yang ingin bertanya tentang hal-hal yang kaitannya dengan social media, community management dan online business pada kolom [TanyaBangwin] ini, silahkan mengirimkan pertanyaannya ke tanyabangwin[at]gmail[dot]com.

Jangan lupa menyertakan akun Twitter/FB nya sehingga bisa di mention ketika kolom ini terbit. Usahakan pertanyaan yang diberikan bisa memicu penjelasan yang berbentuk artikel (salah satu ketentuan agar pertanyaannya bisa terpilih nantinya).

 Sumber gambar header: Peshkova/Shutterstock.

[TanyaBangwin] Teori Akademis dan Alat Ukur Social Media

TanyaBangwin adalah kolom terbaru di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas seputar alat ukur social media serta contoh beberapa judul buku terkain tema social media. Selamat membaca.

Continue reading [TanyaBangwin] Teori Akademis dan Alat Ukur Social Media

[TanyaBangwin] Hal-Hal Dasar yang Perlu Diperhatikan pada Pembuatan Social Media Guidelines

TanyaBangwin adalah kolom terbaru di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Bangwin juga sempat bekerja di Yahoo! Indonesia sebagai Senior Community & Social Media Manager. Kolom ini akan hadir rutin setiap hari Kamis. 

Continue reading [TanyaBangwin] Hal-Hal Dasar yang Perlu Diperhatikan pada Pembuatan Social Media Guidelines