AOV Star League (ASL) Indonesia Season 4 usai digelar, DG Esports berhasil menjadi juara setelah mendominasi liga dengan catatan menang-kalah 6-0. Pasca ASL Indonesia rampung, para penggemar esports AOV biasanya sedang bersiap untuk menyaksikan AOV World Cup yang terselenggara di tengah tahun.
Namun tahun ini ada yang berbeda. Sebagai dampak pandemi COVID-19, struktur skena kompetitif AOV secara internasional diubah. Karena turnamen offline yang mendatangkan banyak orang dari berbagai negara hampir tidak mungkin terlaksana selama masa pandemi , maka tahun ini Garena dan Tencent menyelenggarakan Arena of Valor Premier League (APL).
Mreupakan pengganti AWC 2020, APL 2020 merupakan liga online setingkat Asia Pasifik yang diikuti oleh empat liga AOV terbesar, yaitu Taiwan (GCS), Vietnam (AOG), Thailand (RPL), dan Indonesia (ASL). Indonesia mendapatkan dua slot di dalam APL 2020. DG Esports sebagai pemenang liga mendapat undangan langsung untuk bertanding di APL 2020.
Satu slot lagi diperebutkan lewat kualifikasi, yang diperebutkan oleh peringkat 2-4 ASL, yaitu EVOS Esports, SPCE Esports, dan Team ELVO. Perjuangan Team ELVO melaju ke APL 2020 terbilang cukup mulus. Sempat tersandung saat melawan SPCE Esports, ELVO.Cipengz dan kawan-kawan justru bisa babat habis EVOS Esports 2-0 di babak final. Maka dari itu, dengan ini DG Esports dan Team ELVO menjadi dua wakil Indonesia untuk APL 2020.
Nantinya pertandingan APL 2020 akan dimulai pada 19 Juni mendatang. Bertanding dalam format double round robin pada babak grup, DG Esports dan Team Elvo akan menghadapi tim kelas berat di APL 2020 seperti Team Flash sang juara AIC 2019, ataupun Buriram United yang merupakan runner-up di AIC 2019.
Tahun ini, akankah DG Esports dan Team ELVO dapat memberikan hasil yang positif dalam gelaran APL 2020 nanti? Tayangan pertandingan sudah dimulai sejak 13 Juni, dengan pertandingan persahabatan sebagai sarana latih tanding antar tim peserta. Anda para penggemar esports AOV nanti bisa menyaksikan pertandingan APL 2020 di Channel YouTube resmi Garena AOV Indonesia.
Dengan geliat perkembangan yang begitu lincah juga cepat, tak heran jika kini banyak pihak juga ingin terjun ke dalam ekosistem esports Indonesia, salah satunya dengan membuat tim esports. Karena itu, meski baru berjalan 3 bulan, setidaknya ada 5 tim esports pendatang baru di Indonesia di 2020. Siapa saja mereka? Inilah daftarnya.
The Pillars
The Pillars digagas oleh salah satu musisi ternama di Indonesia, yaitu Ariel dari Band Noah. Debut pertama dari divisi pertama The Pillars sendiri ada pada ekosistem esports Free Fire. The Pillars Claymore segera berkompetisi di liga kasta utama Free Fire Indonesia, yaitu Free Fire Masters League 2020.
Sayang dalam pertandingan debutnya, The Pillars belum bisa menuai hasil yang maksimal. Mereka harus puas terhenti di peringkat 4 Pot A, kalah cukup jauh dibanding pemuncak klasemen pada grup tersebut, yaitu Rosugo Esports.
Walau baru muncul di tahun 2020, namun menurut cerita, The Pillars ternyata sudah ada sejak dari tahun 2003. The Pillars ketika itu bukanlah tim esports, melainkan hanya guild yang jadi wadah berkomunitas pemain Ragnarok Online. Ariel Noah bahkan mengakui, bahwa dirinya adalah pemain yang tergabung dalam komunitas tersebut, saat dia masih duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas.
“Kita sudah main sedari dulu, cuma memang sekarang dunianya sudah sangat berbeda, industrinya jadi semakin luas. Akhirnya teman-teman yang main Ragnarok hingga mobile games kumpul dan main lagi.” Ucap Ariel kepada Liputan6.com
Tahun 2020, Ariel bersama kawan-kawan lama dari Guild The Pillars tersebut kembali lagi, sampai akhirnya muncul ide untuk mengubah wadah komunitas menjadi tim esports yang lebih profesional. Saat ini The Pillars baru memiliki dua divisi. Selain The Pillars Claymore yang bertanding di skena Free Fire, ada juga The Pillars Slayer yang kini sedang bertanding di skena PUBG Mobile.
The Pillars Slayer bertanding di dalam gelaran PMPL ID 2020 Season 1. Walau mereka sempat meraung keras pada pertandingan pekan pertama, namun entah kenapa permainan mereka meredup pada pekan-pekan berikutnya. Tercatat, The Pillars Slayer sudah mengamankan 5 Chicken Dinner dari 3 pekan pertandingan. Saat ini mereka bertengger di peringkat 15 dalam klasemen keseluruhan, dengan perolehan sebesar 527 poin.
SPCE
Space Esports atau SPCE menjadi tim esports yang dibesut oleh content creator di YouTube dan Instagram, yaitu Edho Zell. SPCE pertama kali diumumkan pada akhir Desember 2019 lalu, Edho Zell menceritakannya saat diwawancara oleh salah satu media esports di Indonesia.
Tidak seperti The Pillars yang memulai debut tim mereka lewat kompetisi kasta utama, Edho Zell terlihat ingin merintis SPCE lewat komunitas terlebih dahulu. Dalam membangun komunitas, SPCE membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada siapapun yang ingin mencoba merintis karir di dunia esports.
Ketika membuka kesempatan sebesar-besarnya, SPCE di sini benar-benar terbuka terhadap peluang apapun. Tim rintisan lain biasanya akan memulai dari ekosistem esports yang sudah besar dan cukup matang di Indonesia seperti Free Fire, PUBG Mobile atau mungkin Mobile Legends Bang-Bang. Tetapi SPCE muncul dengan cukup berani, membuka jalan pada skena yang belum atau sedikit terjamah di Indonesia.
Maka dari itu, SPCE kini tak hanya memiliki divisi mobile games saja, tetapi juga memiliki beberapa divisi yang memainkan PC game. Jika melihat dari akun Instagram resmi SPCE, saat ini mereka memiliki 3 divisi, yaitu SCPE Alpha yang bertanding di PUBG Mobile, SPCE Delta yang bertanding di PUBG (PC), dan SPCE Charlie yang merupakan tim Overwatch.
Berstatus sebagai tim debutan, mereka sudah berhasil menuai prestasi. Terakhir kali SPCE Delta turut bertanding dalam gelaran Predator League 2020, dan berhasil mendapatkan posisi Second Runner-Up.
Genesis Dogma
Tim berlogokan dinosaurus Tyrannosaurus Rex ini juga menjadi tim esports lain dalam daftar yang dirintis oleh sosok selebriti. Adalah Filipus Fendi (Bangpen) sosok content creator gaming yang dikenal di YouTube dan sosok aktris serta presenter, Grace Blessing Marbun, yang menjadi pendiri dari tim Genesis Dogma.
Berdiri sejak akhir Januari 2020 kemarin PUBG Mobile menjadi divisi pertama dari tim Genesis Dogma. Dirintis oleh Bangpen, yang cukup berpengaruh di komunitas PUBG Mobile, tak heran jika roster PUBG Mobile Genesis Dogma cukup berkualitas. Genesis Dogma berisikan El, Danzo, Stussy dan Fallen, pemain-pemain yang sudah cukup punya pengalaman berkompetisi di skena PUBG Mobile lokal.
Walau baru seumur jagung, tapi Genesis Dogma sudah sempat berkompetisi di beberapa turnamen lokal bergengsi. Sempat turut bertanding di DG League 2020, saat ini Genesis Dogma juga sedang bertanding di dalam gelaran liga PUBG Mobile Indonesia kasta satu, yaitu PMPL ID 2020 Season 1.
Namun demikian, performa Genesis Dogma terbilang cukup tertinggal jika dibanding tim-tim lainnya di gelaran PMPL ID 2020 Season 1. Danzo dan kawan harus puas hanya mendapat satu kali Chicken Dinner saja sepanjang 3 pekan pertandingan. Dengan perolehan sebesar 149 poin saja, kondisi mereka saat ini sedang terancam di jurang degradasi, berada di peringkat 21 pada klasemen keseluruhan PMPL ID 2020 Season 1.
MORPH Team
MORPH Team mungkin tidak bisa dibilang sepenuhnya sebagai tim esports pendatang baru. Tim yang dibesut oleh sosok selebriti sosmed, Reza Oktavian (Arap) ini sebenarnya bisa dibilang sebagai reinkarnasi dari tim esports yang ia buat sebelumnya, We Against the World (WAW Esports). Berkolaborasi dengan BUBU.com, MORPH Team diumumkan pada awal Februari 2020 lalu dengan divisi PUBG Mobile sebagai ujung tombak.
Divisi PUBG Mobile MORPH Team berisikan pemain-pemain dengan jam terbang tinggi di berbagai kompetisi lokal. Berisikan 3 pemain ex-WAW Esports, yaitu RensKy, noMrcy, dan Zabrol, tim ini juga kedatangan pemain ex-EVOS Esports yang dahulu berhasil menaklukan Bigetron RA di gelaran PINC 2019, yaitu Jeixy.
Pada liga kasta utama PUBG Mobile Indonesia tersebut, MORPH Team sudah menuai hasil yang cukup positif, walau mungkin masih kurang memuaskan. Saat ini Jeixy dan kawan-kawan sudah mengumpulkan 4 Chicken Dinner dari 3 pekan pertandingan dan 604 total poin keseluruhan. Perolehan tersebut membuat mereka bertengger di peringkat 10 dari klasemen PMPL ID 2020 Season 1 keseluruhan.
Walau hanya memiliki divisi PUBG Mobile saja untuk saat ini, namun MORPH Team punya satu keunikan yang menurut saya, membuat tim ini jadi lebih mudah diingat. Hal tersebut adalah bahasa desain yang digunakan untuk seragam serta jaket tim. Menggunakan bahasa desain ala Cyberpunk, penampilan MORPH Team jadi layaknya para Hypebeast yang harga pakaiannya mencapai puluhan juta rupiah, dari baju sampai sepatu.
Team ELVO
Mungkin ini menjadi satu-satunya tim esports pendatang baru dalam daftar yang tidak dirintis oleh sosok selebriti. Tim ini dirintis oleh sekelompok anak muda yang menjalankan bisnis voucher game bernama Elvonesia, yaitu Ibrahim Kamil (Ikamil) dan A. Muiz Farist (Farexcel). Dari sisi manajemen tim, ada sosok yang sudah lama malang melintang di dalam ekosistem game Indonesia, Andrew Tobias, yang dipercayakan menjadi CEO dari Team ELVO.
Kehadiran Andrew Tobias mungkin bisa dibilang jadi salah satu keunikan dari Team ELVO sendiri. Sosok yang sudah lama malang melintang di komunitas game ini mengaku bahwa dirinya ingin keluar dari zona nyaman dengan menjadi CEO Team ELVO. Alhasil, tim ini tampil menjadi seperti apa yang Andrew tahu dan mahir lakukan, tim yang punya komunitas di berbagai game dan hadir di berbagai kota.
Diresmikan pada 1 Januari 2020 lalu, saat ini Team ELVO sudah memiliki tiga divisi, yaitu Free Fire, COD Mobile, dan Arena of Valor. Divisi Free Fire menjadi ujung tombak pertama dari Team ELVO. Team ELVO juga menjadi tim berikutnya yang segera mendapat prestasi saat debut pertama mereka. Mengikuti kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 Regional Barat, Team ELVO segera menyabet piala dan lolos ke gelaran final Piala Presiden Esports 2020.
Sayang, Team ELVO belum cukup beruntung saat mereka mengikuti liga Free Fire Indonesia kasta utama, yaitu Free Fire Master League Season 1. Bertanding dengan tim-tim ternama, Team ELVO divisi Free Fire harus rela terhempas di peringkat 4 pot B, kewalahan melawan RRQ Hades yang jadi rival satu grup mereka.
—
Banyaknya kehadiran tim esports di Indonesia tentu akan membuat persaingan, baik prestasi ataupun bisnis, menjadi semakin berat. Namun demikian hal ini menjadi pertanda bahwa ekosistem esports di Indonesia terus bertumbuh besar. Terlebih persaingan menghadirkan inovasi, yang diharapkan membuat ekosistem esports indonesia kian matang di masa depan.
Selain itu, meski tahun 2020 baru berjalan 3 bulan (artikel ini ditulis pada tanggal 30 Maret 2020), sudah ada 5 tim baru yang muncul. Apakah pembuatan tim-tim esports baru ini hanya sekadar latah dari berbagai selebriti? Hanya waktu yang bisa menjawab, apakah ramainya tim-tim esports baru ini memang keputusan yang matang atau latah semata.
Uniknya juga, tidak ada divisi Mobile Legends yang dibentuk oleh 5 tim baru tadi. Padahal, faktanya, Mobile Legends masih jadi salah satu esports paling populer di Indonesia menurut Esports Market Trend 2019 yang dirilis DailySocial. Apakah karena ekosistem esports MLBB yang memang punya tuntutan lebih tinggi dalam keseriusan manajemen dan sengitnya kompetisi, yang terlihat dari MDL dan MPL Indonesia? Atau apakah para pendiri tadi sudah tidak melihat ada peluang bisnis yang menguntungkan dari ekosistem MLBB?
Beberapa waktu yang lalu, skena esports Indonesia kedatangan beberapa organisasi esports pendatang baru. Selain The Pillars yang dipunggawai oleh Ariel Peterpan, ada juga tim lain yang muncul ke permukaan bernama tim ELVO. Tim tersebut dikepalai oleh salah satu sosok yang sudah cukup lama malang melintang di komunitas gaming, Andrew Tobias.
Sebelum membahas lebih lanjut seputar Team ELVO, mari kita sedikit berkenalan dengan sosok Andrew Tobias. Menurut ceritanya, ia sudah mulai malang melintang di dunia gaming sejak 2008. Ia memulai perjalanannya sebagai sosok berpengaruh di komunitas, lewat forum-forum gaming seperti Indogamers dan LigaGame. Ketika itu ia juga sambil menjalankan turnamen warnet dan menjadi sosok GM untuk server Dota Indogamers.
Lanjut beberapa tahun kemudian, ia sempat menjadi marketing secara freelance bersama distributor Technosolution, menjual gaminggear seperti Razer dan Logitech di 2011. Tahun 2013an, sosok yang kerap muncul dengan nama “Ndruw” ini sempat menjadi community manager warnet Ritter dan muncul terkenal sebagai sosok yang kerap menjual berbagai voucher game.
Setelah itu, portfolio karir profesional Andrew Tobias di dunia gaming termasuk: menjadi founder dari Event Organizer World of Gaming, sempat bekerja untuk peripheralgaming Logitech, juga brand chip grafis NVIDIA. Sempat bekerja sebagai Esports Manager di Tencent Games, kini ia mengambil langkah berani untuk menjadi CEO organisasi esports baru bernama ELVO.
Berjibaku keluar dari zona nyaman
Menariknya, sepanjang perjalanannya di dunia gaming dan esports, Andrew sebenarnya hampir tidak pernah percaya menjalankan tim atau organisasi esports adalah bisnis yang menguntungkan.
“Jujur, sebelum para investor ELVO menawarkan, gue juga sempat menerima beberapa tawaran untuk bikin tim. Ketika tawaran tersebut datang, gue menjawab dengan keresahan-keresahan yang gue rasakan misalnya, bikin tim itu susah karena harus menyatukan banyak kepala ke dalam satu visi, atau susah karena kebanyakan pemain zaman sekarang terlalu materialistik, tidak seperti zaman dulu ketika player esports cenderung mendahulukan passion. Jadi biasanya gue bilang, mendingan bikin EO atau digital agency. Tapi setelah dipikir lagi dan kesempatan ini datang, gue malah merasa tertantang. Karena sepanjang perjalanan, gue sudah pernah mengurusi beberapa bidang, namun belum pernah menjadi owner tim esports. Jadi gue memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, dan membuktikan diri bahwa gue bisa mencapai hal-hal yang selama ini gue rasa nggak bisa gue capai.” Andrew menceritakan alasannya.
Untuk saat ini, Team ELVO baru memiliki dua divisi, ada divisi Free Fire yang tergabung dalam Free Fire Master League dan COD Mobile. Ternyata, usaha Andrew menjadikan Team ELVO sebagai ajang pembuktian diri sudah terlihat cukup berhasil. Baru-baru ini Team ELVO berhasil keluar sebagai juara di gelaran Final Piala Presiden Esports 2020 Regional Barat, mengalahkan organisasi besar seperti ONIC ataupun RRQ.
Bisnis tim esports, apa menguntungkan?
Jika Anda adalah pembaca setia Hybrid, Anda mungkin sudah sadar, bahwa jumlah organisasi esports di Indonesia ini sudah cukup banyak. Selain dua organisasi besar, EVOS dan RRQ yang sudah cukup lama ada di ekosistem Indonesia, jumlah organisasi ini lambat laun terus bertambah seiring dengan ekosistem esports Indonesia yang terus berkembang.
Namun demikian, pertanyaan yang jadi muncul adalah, apa menguntungkan untuk membuat tim esports baru di tahun 2020? Mengutip pembahasan investigatif dari Kotaku terkait hal ini, tim sebesar Complexity Gaming yang berbasis di Amerika Serikat saja kabarnya masih kebingungan mencari sumber pemasukan serta model bisnis yang tepat bagi tim esports. Sang CFO Complexity menceritakan, banyak tim esports di Amerika Serikat yang belum mendapat untung dan mengalami defisit keuangan mencapai jutaan Dollar AS.
Sebagai sebuah tim yang masih baru, Team ELVO memang terbilang cukup berani dengan langkah yang mereka lakukan. Mereka langsung memilih untuk buy-in slot di Free Fire Master League. Menanggapi hal tersebut, Andrew mengatakan, bahwa dirinya setuju dengan apa yang sempat dibahas Hybrid ketika bicara soal investasi MPL dengan ONIC Esports.
Ia merasa dalam hal investasi, tidak selamanya investasi harus bisa kembali dalam bentuk uang. “Gue merasa investasi di ekosistem Free Fire itu cukup worth. Salah satu penyebabnya, selain sistem yang diterapkan Garena membuat ekosistem Free Fire jadi lebih bergairah, untuk tim juga cukup menguntungkan karena Free Fire memang sedang menjadi pusat perhatian para gamers.” Ujar Andrew.
Saya sendiri jadi berpikir, sebagai tim yang masih baru, menggebrak lewat ekosistem yang paling populer memang terbilang menguntungkan. Ini akan mendongkrak nama ELVO jadi lebih besar, apalagi jika mereka berhasil dapat prestasi dari sana.
Terlebih, Andrew juga bercerita, bahwa bisnis utama Team ELVO bukanlah dari sisi organisasi esports itu sendiri. “Kalau ditanya, gimana soal bisnis tim esports, jujur bisnis utama Team ELVO sebenarnya bukan dari tim esports. Kebetulan, investor kami yaitu Ibrahim Kamil (Ikamil) dan A. Muiz Farist (Farexcel) punya bisnis utama menjual voucher game dengan nama Elvonesia. Jadi bisa dibilang, mereka secara tidak langsung menggunakan Team ELVO sebagai sarana marketing.” Ucapnya.
Ini mungkin selaras dengan apa yang dikatakan Andrew dalam pembahasan Hybrid sebelumnya, soal esports sebagai sarana marketing dan branding. Dalam pembahasan tersebut semua narasumber sepakat , bahwa tidak selamanya investasi dalam esports harus berbuah keuntungan material. Jumlah penonton esports Free Fire di Indonesia yang sangat banyak, mungkin bisa menjadi ladang bagi Team ELVO untuk menjaring potential-customer voucher game yang dijual Elvonesia.
Andrew Tobias dan visinya untuk Team ELVO
Dalam bincang-bincang membahas tim terbarunya, Andrew Tobias juga membicarakan beberapa visi dan mimpi-mimpinya yang ingin ia raih dengan menjadi CEO Team ELVO. Memberi kembali kepada komunitas, bisa dibilang jadi salah satunya.
“Nama tim ELVO sebetulnya bisa dibilang kependekan dari EVOLUTION, cuma gue twist sedikit. Nama ini gue gunakan karena gue punya mimpi mengubah atau melakukan evolusi secara bertahap terhadap ekosistem esports. Maka dari itu hal tersebut gue lakukan lewat salah satu elemen, yaitu tim esports, dengan cara mengubah manusia-manusianya. Gue ingin membentuk pribadi yang baik lewat tim esports ini. Apalagi ada juga rumor-rumor, gue dibilang negatif…hehe. Maka dari itu dengan membawa tim ini jadi positif, bisa dibilang juga jadi pembuktian terhadap diri gue sendiri.” Andrew menceritakan kepada Hybrid.
“Selain itu gue juga ingin bisa lebih memanusiakan para pemain. Oke mereka bisa dibilang atlet, jago main game dan segala macam, tapi di sini gue ingin memberikan value tambahan kepada para pemain. Investasi kami ada pada sumber daya manusianya. Gue dan ELVO sih kepingin nanti bisa secara serius memberikan yang terbaik bagi para pemain agar mereka bisa berprestasi dan menjadi manusia yang lebih baik lewat hal-hal seperti, pendidikan soft-skill, kebugaran, nutrisi, dan segala macam.” Lanjut Andrew.
“Bicara soal tujuan Team ELVO, menjadi juara sudah pasti. Kalau kita juara, kita akan semakin disorot, kita jadi semakin mungkin untuk mendapatkan sponsor. Tapi kalau gue sendiri masih punya cita-cita ingin menujukkan bahwa gamers atau pemain esports itu punya citra yang positif di masyarakat. Bagaimana positif? Ya lewat penampilan, cara berbicara, cara berperilaku dan lain sebagainya.” Tutup Andrew menceritakan tentang visi yang ingin ia capai bersama Team ELVO.
—
Kehadiran tim baru mungkin bisa dibilang menjadi bukti perkembangan ekosistem. Dengan adanya tim baru, bagian yang paling diuntungkan biasanya adalah para pemain. Team ELVO tentu akan menjadi wadah bagi para pemain untuk mengejar mimpi mereka untuk jadi yang terbaik, baik di dalam esports ataupun menjadi pribadi yang lebih baik.