Tag Archives: TechCrunch Disrupt

Aplikasi Percakapan Audio Pundit Resmi Meluncur, Segera Hadir di Pasar Asia

Aplikasi obrolan komunitas berbasis audio Pundit resmi meluncurkan ke publik bersamaan dengan debutnya di Startup Battlefield TechCrunch Disrupt San Francisco setelah sebelumnya baru dirilis dalam versi beta. Selain mendemokan karyanya, Co-founder Pundit Billy Shaw Susanto turut memaparkan bahwa dalam waktu dekat Pundit akan segera meluncur untuk pengguna di kawasan Asia. Selain itu, versi Android juga akan segera diluncurkan. Seperti diketahui saat ini Pundit baru tersedia untuk platform iOS saja.

Pundit memungkinkan pengguna untuk memulai percakapan singkat dengan rekaman suara, dikenal dengan “Pundit Talks” pada topik favorit yang mereka ikuti. Setiap orang hanya berhak mengirimkan suaranya dalam 30 detik waktu perekaman suara. Untuk menambah keseruan dalam penggunaan, beberapa efek suara seperti robot, kartun tupai hingga monster turut ditambahkan, layaknya sebuah filter suara.

“Saya menyebutnya sebagai ADD-Generation, generasi ini tidak menikmati podcast sebanyak,… katakanlah seperti mereka bermain di Snapchat,” ujar Billy selaku CEO Pundit.

Dalam keyakinan tim Pundit, di era social and mobile-first seperti saat ini, media interaktif seperti musik, foto dan video telah berevolusi. Dan sekarang Pundit ingin membawa percakapan berbasis suara di tingkatan yang lebih menyenangkan, yakni membuatnya menjadi interaktif dan ringan untuk dibawakan.

Perbandingan pengguna Instagram, Snapchat dengan layanan Podcast / US Market
Perbandingan pengguna Instagram, Snapchat dengan layanan Podcast / US Market

Make voice fun again

Di aplikasi Pundit, pengguna dapat mendengarkan talkshow singkat sesuai dengan topik favoritnya, atau dikenal dengan “Pundit Talks”. Setiap followers topik dapat menanggapi celotehan tersebut, dengan merekam suara dengan durasi 30 detik. Durasi pendek ini sengaja diciptakan agar orang-orang yang ingin berpartisipasi dapat fokus menyampaikan konteks pembicaraan dan memberikan rasa nyaman bagi para pendengar.

Modelnya pun dapat sahut-menyahut, sehingga ketika didengarkan secara berurutan akan lebih membangun suasana obrolan virtual yang interaktif. Di setiap perekaman Pundit juga dapat menambahkan beragam fitur. Selain filter suara tadi, pengguna juga dapat menambahkan iringan musik latar belakang untuk melengkapi nada suara menyesuaikan emosi si pengguna. Ada juga fitur Pundit Voicebox untuk percakapan yang bersifat pribadi, dan pesan-pesan akan otomatis kedaluwarsa setelah 24 jam.

Menargetkan kreator dan brand mengembangkan konten audio

Selain untuk interaksi berbasis komunitas, Pundit juga menargetkan pengguna komersial kepada brand untuk berbincang tentang produknya melalui percakapan audio interaktif. Diyakini juga bahwa akan muncul kreator Punditer (ala YouTouber) yang berkarya melalui media percakapan audio. Hal ini turut yang akan dipicu untuk menumbuhkan geliat interaksi dalam aplikasi Pundit.

Menargetkan interaksi antara insan kreatif dan brand untuk mengaktifkan interaksi pengguna / Pundit

Pendiri asal Indonesia dan inkubasi di Disney Accelerator

Pundit didirikan oleh tiga Co-Founder lulusan New York University, yakni Chris Aston, Jason Ji, dan Billy Shaw Susanto. Salah satu Co-Founder yang juga CEO Pundit Billy Susanto adalah pelajar Indonesia yang merantau ke negeri Paman Sam tersebut. Pundit lahir dan dibesarkan dalam Disney Accelerator yang didukung Techstars.

[Baca juga: Layanan Tanya Jawab Berbasis Audio Pundit Melenggang ke Program Disney Accelerator]

Berada dalam lingkungan inkubasi Disney turut membuat Pundit merangkul beberapa brand besar seperti ABC dan Hollywood Record untuk versi beta-nya. Sehingga dalam aplikasinya sempat menampilkan sesi Ask-Me-Anything (AMA) seperti Comic Con New York, ABC Family. Prestasi ini turut menghadirkan lebih dari 40.000 pengguna dalam sesi Pundit tersebut.

Snack-able audio akan terus bersinar. Banyak perusahaan yang berinvestasi pada sumber daya berbasis mobile audio (smart/wireless earbuds, AirPods dan sebagainya), Pundit melihat masa depan yang cerah tidak hanya untuk konsumsi pendek berbentuk konten audio, tetapi juga kreasi di dalamnya,” pungkas Co-Founder dan COO Pundit Chris Aston.

Viv Ialah Asisten Virtual Berbekal Kecerdasan Buatan dari Pencipta Siri

Pengguna iOS atau bukan, besar kemungkinan Anda mengenal yang namanya Siri. Namun yang mungkin Anda tidak tahu adalah Dag Kittlaus, yang tidak lain merupakan pencipta Siri. Dua tahun setelah Siri diakuisisi oleh Apple di tahun 2010, beliau kembali menekuni bidang kecerdasan buatan (AI) secara mandiri dan pada akhirnya mengembangkan Viv.

Apa itu Viv? Well, Viv bisa dibilang sebagai penerus Siri yang sangat potensial. Dalam ajang TechCrunch Disrupt NY, Dag mendemonstrasikan apa yang membuat Viv begitu istimewa, sekaligus memberikan gambaran terkait ke arah mana nantinya perpaduan asisten virtual dan AI ini akan berkembang.

Keunggulan utama Viv terletak pada kemampuannya memahami percakapan secara spesifik dan berkonteks. Ia seakan-akan punya ingatan tersendiri, sanggup mengaitkan pertanyaan terbaru dengan yang disampaikan pengguna beberapa saat yang lalu.

Dalam demonstrasinya, Dag sempat bertanya ke Viv: “Apakah cuaca di dekat jembatan Golden Gate bakal lebih panas dari 70 derajat Fahrenheit lewat jam 5 sore besok lusa?” Tanpa kesulitan, Viv pun langsung tanggap memberikan jawaban yang diinginkan meski pertanyaannya begitu merinci dan kompleks.

Selain komprehensi yang sangat baik, Viv juga dirancang sebagai platform bersifat terbuka, dimana para developer pihak ketiga bisa dengan mudah mengintegrasikan layanannya masing-masing. Contoh integrasi yang menarik adalah dengan layanan dompet digital Venmo, dimana pengguna tinggal memanggil Viv dan memintanya membayar sejumlah uang ke seorang teman, dan selanjutnya sang pengguna hanya perlu menyentuh tombol “Pay” sebagai konfirmasi.

Itu barulah salah satu contoh, dan paling tidak dalam tahun ini juga bakal ada lebih banyak lagi integrasi layanan pihak ketiga pada Viv. Nantinya Viv diproyeksikan bakal tersedia di bermacam perangkat, namun soal kapan pihak pengembangnya enggan memastikan.

Sumber: TechCrunch.

Silicon Valley Trip Journal: Day 1, TechCrunch Disrupt

This is part two of Jaka Wiradisuria’s journal of his recent trip to Silicon Valley. Read part one here.

This journey was my first time to United States and it definitely was a remarkable one. I was humbly welcomed by several prominent events by some big names in global Tech industry, i.e. Endeavor, TechCrunch, SalesForce and Gogobot. As soon as I arrived in San Francisco around 1.30pm PST on September 12th 2012, I immediately rushed downtown, to TechCruch Disrupt 2012, one of the most awaited tech startup events in 2012, created by TechCrunch.

Continue reading Silicon Valley Trip Journal: Day 1, TechCrunch Disrupt