Tag Archives: technopreneur

Wacana pengembangan Silicon Valley di Indonesia baru sebatas pembangunan infrastruktur / Pixabay

Ambisi Menaklukkan Ekonomi Digital Lewat Wacana “Silicon Valley”

Beberapa kali mungkin kita pernah mendengar inisiatif untuk mengangkat kota tertentu di Indonesia untuk menjadi pusat kewirausahaan digital, atau istilah kerennya “Silicon Valley-nya Indonesia”. Di Bandung dan Yogyakarta misalnya, pemerintah setempat mencanangkan kehadiran hub industri digital, dimulai dengan membangun fasilitas dan mencoba memberikan akses bisnis yang dibutuhkan.

Di Yogyakarta, dua lokasi di daerah Piyungan (Bantul) dan Sentolo (Kulon Progo) disiapkan dengan luas total wilayah mencapai 25,86 hektar untuk hub seperti ini. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Budi Wibowo menyebutkan bahwa dua area tersebut akan menjadi Silicon Valley-nya Indonesia. Investasi yang digelontorkan tidak sedikit, yakni senilai 7 triliun Rupiah.

Kondisi di Indonesia

E-Commerce menjadi salah satu industri yang sudah dalam tahap matang di Asia Tenggara dan di Indonesia. Perkembangannya kini dapat menjadi sebuah tolok ukur tentang bagaimana para pemainnya mampu menguasai pasar internet. Menariknya, pangsa pasar e-commerce di Indonesia didominasi kekuatan pemain lokal.

Top 2 Shopping App in SEA / DailySocial
Top 3 Shopping App in SEA / DailySocial

GO-JEK, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak menjadi startup yang telah mencapai gelar “unicorn”. Tahun ini beberapa startup juga tengah merencanakan untuk melakukan IPO (Initial Public Offering) untuk memperkuat permodalan guna melakukan ekspansi. Tahapan tersebut dibutuhkan, karena jika melihat data, pemain lokal telah mampu menjadi “raja” di Indonesia untuk beberapa lanskap penting, termasuk on-demand, hospitality, dan digital technology.

Sayangnya permasalahan justru hadir dari ketidaksiapan pasar. Sebagai contoh, setelah isu seputar persaingan layanan transportasi berbasis aplikasi dan konvensional mereda, kini permasalahan justru datang dari dalam. Mitra pengemudi menuntut upah yang lebih layak. Lagi-lagi ini tentang bagaimana regulasi selayaknya berperan menjadi kanopi bisnis digital itu sendiri.

Inovasi berjalan kencang, regulasi selalu berusaha untuk mengiringi, walaupun tidak mungkin secepat itu. Perbedaannya adalah seberapa fleksibel pemerintah menanggapi berbagai dinamika perubahan dari digitalisasi itu sendiri.

Silicon Valley sebagai role model

Kunjungan Presiden Jokowi ke Silicon Valley / Facebook Mark Zuckerburg
Kunjungan Presiden Jokowi ke Silicon Valley / Facebook – Mark Zuckerburg

Pada pertengahan Februari 2016 lalu, Presiden Joko Widodo menyambangi daerah selatan San Francisco Bay Area untuk melihat secara langsung geliat ekosistem digital di sana. Jokowi bertemu dengan beberapa petinggi perusahaan teknologi, termasuk Mark Zuckerburg dan Sundar Pichai. Selain menjajal Oculus Rift untuk permainan virtual di kantor Facebook, kunjungan tersebut membawa pulang beberapa inisiatif, salah satunya upaya peningkatan kuantitas developer di Indonesia dan kegiatan akselerasi startup.

Pemerintah sendiri mencanangkan di tahun 2020 mendatang Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terkuat di Asia Tenggara. Area digital dinilai penting menjadi ujung tombak ekonomi Indonesia, didasarkan pada kondisi populasi pengguna internet yang terus merangkak naik. Harapannya, persentase konsumen digital yang besar dapat diakomodasi dengan produk dan inovasi dari dalam negeri.

Indonesia Internet Market Overview / DailySocial
Indonesia Internet Market Overview / DailySocial

Inovasi, regulasi, dan akses menjadi sebuah sinergi yang kini tengah terus diupayakan berbagai pihak di Indonesia untuk mewujudkan cita-cita Silicon Valley tersebut. Penguatan inovasi dilakukan dengan berbagai program berbentuk inkubasi dan akselerasi. Di sisi lain, kendati belum sempurna, kebijakan pemerintah sudah mulai mengarah ke dukungan perkembangan teknologim misalnya aturan soal fintech, transportasi daring, atau investasi startup.

Beberapa pemain lokal tengah bersiap melakukan ekspansi ke wilayah regional. Hal ini menjadi kabar baik, karena ekspansi berarti menunjukkan operasi bisnis tersebut sudah menancapkan akar yang kuat di basis utamanya. Namun ekonomi digital tidak bisa ditopang melalui segelintir pemain saja. Definisi ekosistem adalah ketika banyak pemain terlibat di dalamnya untuk mendongkrak kemapanan industri digital itu sendiri.

Ada dua hal yang menjadi pusat perhatian ketika ingin mengadopsi “konsep Silicon Valley”, yaitu penataan industri digital dan kultur pengembangan bisnis yang ada di sana. Desain area bisnis di Silicon Valley memperlihatkan tentang bagaimana keteraturan diciptakan, memungkinkan kolaborasi dan kompetisi beradu bersama. Implikasinya dapat menciptakan pergerakan inovasi dan adopsi yang cepat untuk tren-tren digital terbaru.

Akhir-akhir ini “kerasnya” hidup dan bisnis di Silicon Valley membuat banyak startup hengkang. Salah satunya disebabkan gaya dan biaya hidup yang dirasa makin memberatkan para pelaku bisnis startup di sana.

Yang perlu dilakukan

Dalam laporan tahunan DailySocial, beberapa isu dipetakan sepanjang tahun 2017. Ada empat hal yang digarisbawahi, yakni Talent Shortage, Regulatory Hurdles, Matchmaking between Investors & Founders, dan Paradox of Unicorn. Terkait dengan talenta misalnya, permasalahannya bukan soal jumlah ketersediaan, melainkan soal kualifikasi. Hal ini menjadi PR bersama, khususnya pemerintah harus mengupayakan sistem pendidikan (kurikulum) yang mampu menunjang kebutuhan SDM yang berkualifikasi.

Jika melihat semangat yang dicetuskan pemerintah tentang “Silicon Valley”, ada kecenderungan hanya pada penyediaan infrastruktur tempat berkumpulnya para pelaku digital. Di luar fasilitas megah yang diciptakan, ada hal-hal fundamental yang perlu dioptimalkan terlebih dulu. Blok industri megah untuk bisnis teknologi tidak akan menunjukkan kemajuan tanpa diimbangi oleh hasil inovasi yang menakjubkan. Inovasi tersebut baru dapat tercetus jika isu mendasar, seperti SDM, regulasi, atau akses terhadap bantuan yang mendukung sudah berproses dengan baik.

Jokowi di Markas Twitter / TwitterID

Jokowi Berkunjung Ke Facebook dan Twitter

Di sela kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS yang berlangsung pekan ini, diagendakan pula kunjungan ke beberapa perusahaan teknologi. Selain dikabarkan bertandang ke markas Google dan bertemu dengan CEO Google Sundar Pichai, Presiden Jokowi juga bertandang ke markas Facebook dan Twitter.

Tak hanya sekedar kunjungan kerja, kedatangan Presiden Jokowi ke perusahaan digital tersebut membicarakan kerja sama untuk perbaikan iklim bisnis teknologi di Indonesia. Setelah berhasil menggandeng Google dalam upaya meningkatkan kualitas pengembang Indonesia, saat bertandang ke Facebook Presiden Jokowi juga menyampaikan impiannya untuk menjadikan ekonomi dan budaya digital Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Pesan tersebut disampaikan langsung kepada CEO Facebook Mark Zuckerberg. Jokowi mengungkapkan:

“Saya harap Facebook dapat kerja sama dalam upaya Indonesia mencapai visi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai USD 130 miliar pada 2020,”

Lebih jauh Presiden Jokowi menjelaskan mengenai prospek pengembangan ekonomi digital di Indonesia dan kebijakan pemerintahannya yang mendorong program nasional 1000 technopreneur dan pelindungan bagi pengusaha startup.

“Dalam kaitan menciptakan 1000 tecnopreneur, Indonesia mendorong Facebook untuk mendukung developer IT baru di Indonesia,” ungkapnya.

Selain Facebook, Presiden Jokowi beserta rombongan juga berkunjung ke kantor pusat Twitter. Di sana Presiden Jokowi disambut langsung oleh CEO Twitter Jack Dorsey dan beberapa pejabat tinggi Twitter termasuk Country Business Head Twitter Indonesia Roy Simangunsong.

Dalam kunjungannya ke Twitter Presiden Jokowi menekankan peran Indonesia dalam meningkatkan keamanan dan deteksi dini. Twitter yang merupakan platform komunikasi live dan real time bisa memainkan peran sangat penting dalam mencegah aksi terorisme dan tindakan ekstrimisme.

Jack Dorsey menyambut baik inisiatif Presiden Jokowi ini. Ia mengungkapkan:

“Kami sangat gembira menyambut kedatangan Presiden Jokowi ke Kantor Pusat Twitter hari ini. Twitter telah membantu masyarakat Indonesia terhubung satu sama lain setiap hari serta memberikan kesempatan untuk menunjukkan keunikan budaya Indonesia ke seluruh dunia. Kami berharap hubungan baik yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut hingga masa mendatang.”

Google, Facebook dan juga Twitter merupakan contoh perusahaan digital yang dibangun dari nol dan kemudian menuai sukses besar berkat manfaat yang diberikannya.  Tidak ada salahnya untuk meminta sedikit bantuan dari mereka untuk turut serta membangun dan membawa iklim industri digital dan kreatif di Indonesia menjadi lebih baik. Semoga kunjungan Presiden kali ini membawa dampak positif bagi pelaku industri digital dan kreatif.