Tag Archives: Teguh B. Ariwibowo

Startup p2p lending Smart Capital hadir membantu UMKM mendapatkan pendanaan. Entitas masih terafiliasi dengan Pinjam

Mengenal Smart Capital, Startup P2P Lending Manfaatkan Jaringan Distribusi Offline

Masih timpangnya isu ketersediaan akses layanan keuangan formal di sektor UMKM menjadi kue yang menarik untuk ditekuni oleh para pemain fintech, termasuk Smart Capital. Diklaim konsep bisnis yang diambil cukup kontras dengan yang sudah beredar saat ini.

“Akses pendanaan merupakan salah satu kunci utama dalam memperkuat ekosistem usaha. Melihat fenomena saat ini, akses terhadap layanan keuangan formal dan non formal masih jadi tantangan besar di Indonesia, di mana kesenjangannya tinggi sekitar 51% masih unbanked,” ucap CEO Smart Capital Raya Rafly kepada DailySocial.

Ia bilang, yang membedakan Smart Capital dengan platform p2p lending di antaranya perusahaan memanfaatkan jaringan distribusi offline sebagai servicing agent yang akan membantu perusahaan menjalankan operasional dan pelayanan kepada nasabah di lapangan.

Servicing agent ini berbentuk komunitas atau entitas yang berfungsi sebagai pemberi lead borrower, tidak hanya sebagai lead generator. Mereka juga berfungsi sebagai pihak yang memberikan pengetahuan soal literasi keuangan atau pendampingan soal teknologi buat peminjam.

“Salah satu contoh servicing agent misalnya koperasi simpan pinjam, koperasi syariah, ataupun lembaga keuangan masyarakat. Total servicing agent kami saat ini ada lima entitas, salah satunya adalah Pos Indonesia.”

Smart Capital menawarkan produk pinjaman untuk UMKM, pinjaman dengan agunan, meliputi elektronik, kendaraan bermotor, dan emas. Selain itu, ada pinjaman kepada pekerja migran (baik untuk keberangkatan dan pasca bekerja), serta keluarga migran untuk mengembangkan usaha mereka.

Model bisnis

Seperti kebanyakan pemain p2p lending lainnya, Smart Capital menawarkan pinjaman dengan agunan yang menghubungkan pendana baik individu maupun institusi dengan peminjam berkualitas baik. Pengembalian mulai dari 12% per tahun dengan bunga bulanan berkisar antara 1%-2% tergantung credit scoring-nya.

Dana yang dapat diajukan mulai dari Rp100 juta dengan tenor mulai dari 3 bulan sampai 12 bulan. Sedangkan untuk biaya originasi sekitar 3%-4% per transaksi untuk target pendana dari bank, multifinance, manajemen aset, asuransi, dana pensiun, VC atau PE. Sementara untuk pendana return yang didapat mulai dari 18%.

“Mitigasi kami menerapkan berbagai strategi, seperti mengukur skor alternatif dalam konteks psikometrik dan mobile behavior, produk pinjaman berbasis agunan, serta manajemen portofolio secara real time.”

Raya menuturkan Smart Capital telah hadir di tiga provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Tahun depan mereka berencana memperluas cakupan ke dua provinsi lainnya, seperti Bali dan Sulawesi Selatan.

“Kami akan terus menjalin kemitraan lain dengan berbagai institusi layanan keuangan baik formal maupun non formal guna memperluas jaringan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.”

Pihaknya akan mempersiapkan platform teknologi yang baik untuk mengakselerasi proses pinjam meminjam dan berperan sebagai channel penghubung berbagai aktivitas institusi dan agen layanan keuangan.

Smart Capital merupakan perusahaan afiliasi startup gadai online Pinjam. Berbeda entitas, Smart Capital lebih memfokuskan pada pembiayaan p2p lending untuk pemberdayaan UMKM. Sementara Pinjam adalah lembaga keuangan nonbank dengan izin gadai yang juga fokus pada UMKM.

Pendiri Pinjam Teguh B Ariwibowo menjadi KomisarisSmart Capital. Jefri R Sirait (Ketua Amvesindo) dan Laksmi Mustikaningrat (eks bankir Bank Mutiara) menempati posisi sebagai Strategic Advisor.

Online Pawn Service Pinjam to Launch Sharia Business

Pinjam, a startup in the online pawn industry, is soon to launch sharia business for its business diversification. It is to be available in market in Q3 of 2018.

“So, this year’s planning is to launch sharia-based product. It still needs to find a clear DNA product. Later, when it has been launched, it will be faster to apply [compared to conventional sharia business],” said Teguh B Ariwibowo, Pinjam’s CEO and Founder, as quoted by Digination.

For this new business development, the team has made a sharia committee to supervise and created opportunities for partnership with related parties, such as Maal Wat Tamwil Agency (BMT). The CEO also claimed partnership with an app that’s having nearly two million agents.

It must be done to make this fintech service comply with sharia principal and cover customer’s needs.

“We already have had sharia team to supervise, also partners with an app with two million agents. Furthermore, we talk to the community along with BMT.”

Pinjam currently has two main products called “gadai online” (online pawn) and “pinjaman mikro” (microloans). Gadai online’s target is individual, they can apply for loan starting from Rp2 million to Rp5 million. While microloans are specific for entrepreneurs with a maximum loan of Rp100 million.

Recently, p2p lending Investree has also launched its sharia business. The company’s research shows that this business line has disbursed Rp2,7 billion from 313 lenders for 1,340 borrowers.

Investree has become the first fintech company to receive a Recommendation Letter of Sharia Experts Team from National Sharia Council – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). It means Investree becomes a party in designing, providing inputs, and supervising sharia-based products as part of “Fatwa Fintech Syariah” in the near future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan Gadai Online Pinjam Segera Luncurkan Bisnis Syariah

Pinjam, startup yang bergerak di bisnis gadai online, mengungkapkan akan segera meluncurkan bisnis syariah sebagai langkah diversifikasi usaha. Rencananya bisnis ini akan hadir pada kuartal ketiga tahun ini.

“Jadi planning tahun ini kita insya Allah luncurin produk yang syariah based. PR-nya adalah masih cari DNA produk yang benar-benar syariah. Sehingga nanti kita launch itu apply-nya lebih cepat, bukan terkesan [bisnis] konvensional yang di-syariah-kan,” terang CEO dan Founder Pinjam Teguh B Ariwibowo seperti dikutip Digination.

Adapun untuk perkembangan bisnis barunya tersebut, pihaknya telah membentuk dewan pengawas syariah dan membuka kerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti BMT (Badan Maal Wat Tamwil). Teguh juga mengungkapkan saat ini perusahaan telah bekerja sama dengan salah satu aplikasi yang sudah memiliki hampir dua juta agen.

Hal ini dilakukan agar saat diluncurkan nanti, layanan fintech ini sesuai dengan prinsip syariah dan mewadahi kebutuhan nasabah.

“Kita sudah punya dewan pengawas syariah, sudah kerja sama dengan salah satu aplikasi yang basisnya sudah sampai dua juta agen. Kemudian kita sudah ngobrol sama komunitasnya dan paralel ngobrol dengan BMT.”

Saat ini Pinjam memiliki dua produk utama, yaitu gadai online dan pinjaman mikro. Gadai online menyasar individu sebagai nasabah, nilai pinjaman yang bisa diajukan mulai Rp2 juta-Rp5 juta. Sementara pinjaman mikro khusus untuk pelaku UMKM dengan maksimal nilai pinjaman Rp100 juta.

Baru-baru ini, layanan p2p lending Investree telah meresmikan bisnis syariahnya. Dari hasil uji coba yang dilakukan perusahaan, lini bisnis ini telah menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp2,7 miliar dengan 313 peminjam dan 1.340 penerima pinjaman.

Investree menjadi perusahaan fintech pertama yang mengantongi Surat Rekomendasi Penunjukkan Tim Ahli Syariah dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Dengan surat ini, Investree menjadi pihak yang turut merancang, memberi masukan, dan mengawasi berjalannya produk berbasis syariah sebagai bagian dari proses hadirnya Fatwa Fintech Syariah dalam waktu dekat.

Pinjam Resmikan Kemitraan Strategis dengan Pos Indonesia

Startup gadai online Pinjam meresmikan kemitraan strategis dengan Pos Indonesia, dengan merangkul 20 kantor Pos yang tersebar di Jakarta. Hal ini mengikuti perizinan ruang lingkup yang baru dipegang Pinjam dari OJK.

Kemitraan ini sebenarnya sudah diumumkan sejak April 2017, namun baru diresmikan hari ini (25/10). Alasannya pada tahap awal kedua belah pihak perlu menyatukan sistem, sehingga prosesnya harus ditempuh secara parsial.

“Kami memulainya secara parsial. Satu per satu kantor Pos kami integrasikan. Tujuannya ingin memastikan tumbuhnya itu bisa sesuai model awal yang direncanakan, sehingga bisa kami replikasi saat ekspansi ke daerah lain,” terang Co-Founder dan CEO Pinjam Teguh Ariwibowo, Rabu (25/8).

Untuk model bisnisnya, kantor pos akan menjadi mitra resmi Pinjam sebagai tempat penaksir barang jaminan, menyimpan di brankas, hingga pencairan dana. Hanya saja, tenaga penaksir tetap berasal dari Pinjam yang sebelumnya sudah dilatih selama satu bulan.

Setelah calon nasabah melakukan penaksiran online via situs Pinjam, mereka dapat mengunjungi kantor pos terdekat untuk bertransaksi.

Nantinya nasabah juga dapat langsung menerima pencairan dana lewat Pospay. Pospay adalah sistem pembayaran elektronik yang dimiliki Pos Indonesia dengan menggunakan sistem online payment point (SOPP). Nasabah dapat lebih cepat menerima dana dalam hitungan menit.

Pos Indonesia akan menerima komisi dari setiap pengajuan yang disetujui. Meskipun demikian, Teguh enggan membeberkan persentasenya. Yang penting, sambungnya, jaringan Pos Indonesia yang luas diharapkan dapat mempermudah masyarakat yang selama ini kesulitan menjangkau layanan keuangan.

“Kami dan Pinjam memiliki kesamaan visi dan misi yang ingin memajukan inklusi keuangan. Juga salah satu bentuk transformasi Pos Indonesia dan inovasi produk layanan kami yang terus berkembang,” tambah Direktur Ritel dan Sumber Daya Manusia Pos Indonesia Ira Puspadewi.

Sampai akhir tahun, Ira menargetkan dapat menambah kantor pos hingga 40 titik di wilayah Jakarta. Pada tahun depan dapat menambah hingga 120 kantor di tiga provinsi mengikuti rencana area ekspansi Pinjam. Pinjam berencana untuk ekspansi ke Jawa Timur, Makassar, dan Denpasar sebagai target operasinya.

Saat ini Pinjam telah memiliki tiga cabang utama dan 29 mitra ritel yang terdiri atas toko emas, toko elektronik, toko kamera, dan showroom kendaraan bekas tersebar di seluruh Jakarta.

Buat konsep keagenan

Selain menambah kemitraan, Pinjam juga tengah menyiapkan konsep keagenan untuk individu sebagai tenaga pemasar. Konsep ini dikembangkan sebagai upaya perusahaan yang ingin menyebarluaskan layanannya dapat dinikmati lebih banyak masyarakat.

Untuk menjadi agen, sebelumnya mereka harus menempuh proses verifikasi dengan melampirkan dokumen pribadi dan wawancara. Agen yang berhasil membawa rujukan akan menerima komisi atas imbalannya.

Karena hanya bertugas sebagai perpanjangan tangan, agen tidak diperbolehkan melakukan penaksiran. Taksir hanya boleh dilakukan di lokasi mitra untuk menjaga keamanan.

Pada tahap awal, konsep ini dimulai dengan kemitraan lewat Pos Indonesia. Karyawan Pos maupun individu dapat menjadi agen Pinjam.

“Kami akan rutin mengadakan workshop secara offline untuk memastikan mereka teredukasi sebagai perpanjangan tangan Pinjam. Apabila dalam kurun beberapa waktu tidak perform, kami akan terapkan sistem terminasi,” pungkas Teguh.

Ekspansi Bisnis, Startup Gadai Online Pinjam Segera Galang Pendanaan Seri B Tahun Depan

Perusahaan gadai online Pinjam mengungkapkan persiapan untuk menggalang pendanaan seri B tahun depan sebagai langkah untuk ekspansi bisnis. Dipastikan proses tersebut akan selesai menjelang akhir tahun depan.

Co-Founder dan CEO Pinjam Teguh Ariwibowo menuturkan perusahaan berencana menggunakan dana segar tersebut untuk menambah lokasi bisnis di luar Jakarta. Pinjam membidik tiga sampai lima provinsi baru, hanya saja nama lokasinya masi dirahasiakan.

Dalam POJK Nomor 31 Tahun 2016, ruang lingkup bisnis pergadaian swasta ditetapkan berdasarkan lingkup wilayah usaha yaitu kabupaten/kota atau provinsi. Untuk ruang lingkup wilayah kabupaten, modal disetor yang ditentukan minimal Rp500 juta. Sementara, untuk lingkup provinsi minimal Rp2,5 miliar.

Menurut Teguh, sebagai perusahaan yang telah diawasi OJK, pihaknya akan tetap menaati aturan. Kendati, Pinjam adalah perusahaan gadai online, yang mana ruang lingkup bisnisnya tidak kenal batas.

“Per 12 Februari 2017, kami baru memegang izin untuk wilayah DKI Jakarta saja. Untuk ekspansi wilayah, masih dipertimbangkan skema yang akan dipilih apakah bentuk PT baru atau pakai skema P2P lending. Ini masih dalam tahap konsultasi dengan OJK,” terangnya, Kamis (12/10).

Terkait calon investor yang akan masuk ke Pinjam, Teguh menuturkan sesuai regulasi investor yang masuk ke pergadaian swasta harus dimiliki penuh oleh lokal. Artinya, Pinjam tidak bisa menerima investor dari luar negeri untuk menjadi pemegang saham.

Sebelumnya, pada pertengahan tahun lalu Pinjam telah menerima pendanaan tahap awal sekaligus seri A dari investor dengan identitas dan nominal yang tidak disebutkan.

Saat ini, Pinjam telah melayani sekitar 2.500 nasabah, dan memiliki 30 ribu anggota sekitar 70% diantaranya adalah nasabah gadai dan sisanya pinjaman usaha. Adapun, nilai rata-rata transaksi gadai per nasabah sekitar Rp2 juta sampai Rp5 juta. Sementara, untuk bisnis pinjaman sekitar Rp25 juta sampai Rp50 juta.

Perluas layanan gadai emas

Untuk memperluas cakupan layanan, Pinjam dan perusahaan pembiayaan Columbia melakukan kerja sama strategis khusus untuk melayani produk gadai emas. Lewat kemitraan ini, konsumen dapat langsung mendatangi 16 gerai Columbia yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Kehadiran Columbia, turut menambah rekanan gerai Pinjam yang sudah terjalin sebelumnya dengan toko emas dan beberapa gerai Kantor Pos. Untuk proses bisnisnya, nasabah dapat memilih tiga pilihan saat berencana untuk menggadaikan emasnya, mereka dapat mengunjungi outlet Columbia/mitra, atau pick up service.

Saat mengunjungi outlet, nasabah dapat langsung menemui penaik emas yang telah dilatih Columbia dan Pinjam. Bila ingin pick up service, tenaga Pinjam akan datang ke alamat yang diinginkan. Nantinya emas yang digadaikan nasabah akan disimpan dalam brankas Columbia yang sudah diasuransikan sebelumnya.

“Karena ini adalah aliansi bisnis, maka kedua perusahaan akan sharing risiko dan sharing profit.”

Lewat kemitraan ini Pinjam menargetkan bisnis gadai emasnya dapat menjaring 1.000 nasabah baru dalam enam bulan ke depan. Teguh memberi gambaran, besaran nominal gadai emas per nasabah sekitar Rp2 juta sampai Rp5 juta.

Artinya, bila angka tersebut dikalikan maka Pinjam berharap dapat menyalurkan sekitar Rp2 miliar sampai Rp5 miliar. Untuk tenor yang ditawarkan berkisar antara 1 minggu sampai 16 minggu dengan besaran kupon mulai dari 0,5% per minggunya.

Selain menggandeng Columbia, Pinjam akan memperkuat penetrasi bisnis dengan menambah mitra layanan. Menurut Teguh, untuk kemitraan tidak harus dengan perusahaan yang bergerak di sektor finansial saja, tapi juga sektor lainnya seperti logistik dan ritel.

Marketing & Operation Director Columbia Nopi Susanto menambahkan kemitraan dengan Pinjam merupakan bagian dari pilot project perusahaan. Pihaknya menyediakan infrastruktur dan sumber daya manusia, sementara Pinjam memberikan teknologinya. Setiap transaksi yang berhasil, akan ada pembagian hasil untuk kedua perusahaan.

Siasat aCommerce, Blanja, dan Pinjam Menjaga Retensi Karyawan

Karyawan itu adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, menjaga karyawan untuk tetap betah bekerja adalah suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan. Tidak perlu menyediakan fasilitas yang “wah” bila pembagian kerja dengan tim tidak jelas. Bukan juga memberikan fleksibilitas kerja, yang tanpa mempertimbangkan fasilitas tunjangan lainnya.

Sebenarnya, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan founder startup untuk menjaga karyawannya agar tetap betah? DailySocial merangkum hasil wawancara singkat dengan tiga founder startup dari aCommerce, Pinjam, dan Blanja. Berikut hasilnya:

Buat program pengembangan talenta terstruktur

Menurut CEO aCommerce Hadi Kuncoro, solusi yang dilakukan perusahaan untuk menjaga retensi karyawannya dengan fokus pada membangun budaya organisasi korporat dengan semangat “hybrid startup”. Ini diimplementasikan dalam program pengembangan talenta terstruktur untuk seluruh lapisan pekerjaan.

Agar karyawan tetap puas bekerja di aCommerce, pihaknya rutin mengadakan kegiatan mentoring dan konseling, serta melatih talenta jiwa kepemimpinan untuk seluruh divisi. Tujuannya agar tingkat kepuasan bekerja tetap tinggi.

Dari sisi penilaian kinerja, sambung Hadi, perusahaan menerapkan standar manajemen kinerja yang tepat. Untuk karyawan dengan kinerja terbaik, terbuka kesempatan baginya melanjutkan ke jenjang berikutnya.

“Dalam berkomunikasi, kami juga menerapkan sesi one-on-one untuk seluruh lapisan kerja. Ini penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dengan atasannya,” terangnya.

Lakukan komunikasi terbuka

CEO Blanja Aulia E Marinto menjelaskan dirinya melakukan komunikasi terbuka dan konstruktif dengan tim. Aulia menyediakan waktunya untuk diakses oleh seluruh karyawannya, kapanpun mereka butuhkan.

Juga, ruang untuk melakukan “error” demi mendapatkan solusi dan keputusan bisnis terbaik dan pendekatan dari bawah ke atas terkait inovasi dan implementasi suatu ide.

“Ini adalah beberapa langkah konkret yang kami lakukan untuk membuat para talent terbaik ini betah, nyaman, dan selalu memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap Blanja,” ucap Aulia.

Hal lainnya yang dilakukan adalah memberikan remunerasi yang kompetitif, ruang kerja yang nyaman, dan memfasilitasi berbagai macam kegiatan internal seperti olahraga dan kesenian. Tujuannya ingin membangun tim kerja yang solid, sekaligus memberikan “life balancing”.

Adapun tindakan yang menurut Aulia sebaiknya harus dihindari founder saat menjaga rentesi karyawan, adalah membuat keputusan yang jelas terhadap arah dan strategi perusahaan. Ini dikhawatirkan akan menggiring karyawan jadi tidak nyaman.

Beri tantangan dan tunjukkan apresiasi

Sedangkan menurut CEO dan Co-Founder Pinjam Teguh B Ariwibowo, karyawan terbaik itu sangat menyukai dengan hal baru sebagai peluang mereka untuk belajar dan mendapatkan apresiasi. Menurutnya, untuk menjaga kenyamanan karyawan, sebaiknya founder beri mereka tantangan dengan jabatan dan tanggung jawab.

Hal di atas dilakukan Pinjam Misalnya ada beberapa proyek yang diberikan langsung kepada mereka yang menjadi best performer. Ketika mereka berhasil melampaui dari tantangan yang diberikan, berilah suatu apresiasi secara personal.

“Kebiasaan di Pinjam, kami ambil dua sampai tiga orang dari divisi bisnis dan teknologi yang memang outstanding performer. Saya siapkan kadonya sendiri untuk mereka. Bentuk apresiasi lainnya, kami umumkan kinerja mereka di townhall meeting,” kata Teguh.

Sementara itu, untuk hal-hal yang sebaiknya tidak lakukan adalah founder terhadap karyawannya adalah sikap yang tidak profesional, terlalu cepat merespon terkait perubahan organisasi. Padahal, itu memerlukan pertimbangan yang matang karena berhubungan dengan organisasi, struktur, atau man power.

Pinjam Kenalkan Layanan “Gadai Instant”

Pinjam, salah satu perusahaan teknologi finansial yang menyediakan layanan pinjaman atau lending kepada UMKM, meluncurkan layanan Gadai Instant. Layanan Gadai Instant dihadirkan untuk memudahkan para nasabah Pinjam untuk mengajukan pinjaman dana cepat dengan jaminan dan nilai taksiran yang kompetitif. Peluncuran layanan Gadai Instant ini dilakukan seiring acara Pesta Wirausaha yang diadakan komunitas Tangan Di Atas.

Gadai Instant ini diluncurkan setelah sebelumnya Pinjam berhasil membantu 2500 nasabah dan mempunyai anggota lebih dari 30.000 sejak pertama kali Pinjam beroperasi melalui layanan mereka. Kurang lebih dana 20 miliar Rupiah sudah disalurkan menjadi pinjaman kepada para nasabah Pinjam.

Hadir di bawah produk Gadai Online, layanan Gadai Instant menawarkan kemudahan bagi para nasabah Pinjam karena proses penaksiran barang sampai dengan pencairan dana dapat dilakukan langsung di tempat yang telah ditentukan.

“Sangat disayangkan apabila potensi wirausaha tidak dapat dikembangkan secara maksimal. Dengan pendanaan yang tepat dan cepat, tentunya pelaku wirausaha akan lebih cepat berkembang. Aset menganggur yang tidak memberikan keuntungan, melalui gadai, dapat diubah menjadi aset yang jauh lebih berharga, misalnya saja, sebagai modal usaha. Tentunya dengan perubahan nilai aset tersebut, kami yakin ada diikuti dengan perubahan-perubahan lain seperti perubahan ekonomi masyarakat.” ucap Co-Founder dan CEO Pinjam Teguh B. Ariwibowo.

Teguh lebih lanjut menjelaskan jika selama ini kurir yang datang kepada nasabah, melalui Gadai Instant proses taksir akan diadakan di tempat. Sebuah cara yang disebut bisa mempercepat proses pengadaan pinjaman karena penaksir datang langsung menemui nasabah.

Untuk penaksir, Pinjam memastikan penaksir mereka merupakan penaksir yang terlatih yang memastikan nilai taksiran yang nasabah dapatkan merupakan nilai yang bersaing dengan harga pasar. Proses penaksiran barang dapat diamati langsung oleh nasabah membuat nilai taksiran lebih reliable dan memberikan rasa aman bagi nasabah. Kemudahan lain yang ditawarkan adalah adanya layanan jemput bagi nasabah. Dengan banyaknya kemudahan ini diharapkan fitur Gadai Instant bisa bermanfaat bagi nasabah yang membutuhkan dana cepat dengan efisiensi waktu yang tinggi.

Dalam acara yang sama, Pinjam juga mengenalkan kembali layanan Pinjaman Usaha. Produk ini membantu nasabah melakukan pinjaman yang besarnya sesuai dengan yang dibutuhkan dengan tenor 3 sampai 12 bulan. Bantuan ini bertujuan membantu pemilik usaha untuk mendapatkan modal atau meningkatkan usaha mereka dengan jaminan BPKB kendaraan atau SHM tanah atau rumah.

Tahun ini Pinjam menargetkan membantu 50.000 nasabah di Indonesia dengan perluasan akses melalui kemitraan dan kolaborasi sebagai fokus utama. Termasuk menjangkau para pelaku UKM, UMKM dan para pemangku kepentingan untuk menjadi bagian dari perubahan mereka melalui berbagai inovasi yang dihadirkan.

“Semenjak awal didirikannya Pinjam.co.id, kami ingin kami terus berkembang bersama masyarakat. Produk kami tidak hanya mencerminkan Pinjam.co.id tetapi juga merupakan solusi inovatif yang didapatkan dari terus menggali apa yang dapat kami kembangkan dan kami tawarkan kepada masyarakat,” tutup Teguh.

Pinjam Resmi Kantongi Izin Pergadaian dari OJK

Startup financial technology (fintech) Pinjam yang selama ini mengembangkan platform digital untuk membantu pelanggan mengatasi kebutuhan dana cepat, pertengahan bulan Februari 2017 lalu telah resmi mengantongi izin sebagai perusahaan pergadaian. Proses ini sendiri sebelumnya telah melalui pengecekan yang cukup ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator.

“Selama tiga bulan terakhir kami dari Pinjam telah memberikan semua keperluan kepada OJK agar bisa mendapatkan ijin untuk pergadaian. Dengan ijin tersebut diharapkan bisa mendorong kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan layanan melalui platform Pinjam,” kata Co-Founder Pinjam Indonesia Teguh B. Ariwibowo kepada DailySocial.

Tidak ada yang berubah dari layanan yang ditawarkan Pinjam dalam hal pergadaian. Sebagai startup yang menyasar industri layanan keuangan, izin tersebut merupakan hal krusial untuk melancarkan bisnis.

“Selain untuk memberikan kepercayaan kepada pengguna, izin tersebut juga diharapkan bisa berguna untuk stakeholder, pendanaan, serta instansi terkait yang berniat untuk melakukan kerja sama dengan Pinjam, dan semakin yakin dengan perizinan yang sudah kami miliki di bawah pengawasan OJK,” kata Teguh.

Layanan gadai di situs Pinjam saat ini sudah bisa dinikmati dengan tarif biaya pinjaman 0.1% per hari atau 0,7% per minggu. Meskipun layanan Gadai saat ini untuk berbagai kalangan, namun secara khusus Pinjam menawarkan kesempatan pelaku UKM yang membutuhkan modal cepat dengan maksimal tempo selambat-lambatnya 3 bulan.

Layanan P2P lending dan target Pinjam tahun 2017

Selain menghadirkan layanan Gadai, tahun ini Pinjam bakal meluncurkan layanan P2P lending. Untuk meloloskan rencana tersebut, Pinjam masih terus mengembangkan layanan yang rencananya akan diluncurkan pada kuartal kedua atau kuartal ketiga tahun 2017. Pinjam juga berencana untuk mendaftarkan layanan tersebut kepada OJK sebagai regulator.

“Kami sedang mencari celah bukan hanya Gadai namun juga micro lending untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada pasar. Dengan alasan itulah saat ini kami tengah mempersiapkan proses pendaftaran P2P lending kepada OJK,” kata Teguh.

Sebagai layanan fintech, Pinjam berharap bisa tetap konsisten dan eksis sebagai startup teknologi, sekaligus mentaati peraturan pemerintah dengan mengikuti prosedur dan ketentuan yang ada.

“Dengan terdaftarnya Pinjam dan diawasi oleh OJK, kami ingin menunjukkan bahwa Pinjam ingin memberikan layanan lebih baik kepada pengguna dan Pinjam bisa menjadi startup yang dipercaya, dan tentunya bisa mendorong bisnis atau industri secara keseluruhan,” tutup Teguh.

Peraturan Fintech OJK Hanya Fokus Soal P2P Lending, Bagaimana Nasib UangTeman dan Pinjam?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa regulator tidak akan membuat aturan fintech untuk pemain yang bergerak di bidang on lending. Pertimbangan ini diambil, pasalnya sudah ada aturan on balance sheet yang sudah diterbitkan untuk perbankan, perusahaan pembiayaan (multifinance), dan gadai swasta.

Hendrikus Passagi, Peneliti Eksekutif Senior Departemen Kebijakan Strategis OJK mengatakan dalam tata peraturan Indonesia tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan. Menurutnya, regulasi yang sudah diatur oleh pemerintah pada dasarnya tidak bisa diatur lagi pada peraturan lain dengan hierarki yang sama.

[Baca juga: Perjalanan Panjang Rancangan POJK tentang Fintech Lending]

Layanan on lending telah diatur di POJK di bidang perbankan dengan jaminan kredit adalah hak tanggungan, POJK di bidang perusahaan pembiayaan dengan jaminan fidusia, dan POJK tentang gadai swasta dengan jaminan barang.

“Dalam tata peraturan Indonesia tidak boleh ada aturan yang saling bertentangan. Aturan yang sudah diatur tidak boleh diatur lagi dengan hierarki yang sama. On lending adalah pinjaman on balance sheet yang sudah diatur di bank, multifinance, dan gadai swasta. RPOJK yang baru untuk off lending di P2P yang akan segera terbit,” ucapnya.

Menurut Hendrikus, pengertian dari P2P lending adalah pinjaman tanpa jaminan dan ada larangan penyelenggara fintech P2P untuk ikut memberi pinjaman. Alasannya, demi mencegah kegiatan “front runner”, di mana penyelenggara akan mengambil manfaat lebih dahulu dengan memberi pinjaman pada penerima dana (borrower) yang berkualitas tinggi.

Mereka juga tidak diperbolehkan mencatatkan seluruh dana yang mengalir lewat platform untuk dimasukkan ke dalam neraca keuangan dan tercatat sebagai aset atau kewajiban.

Larangan lainnya yang tercantum dalam draft POJK fintech lending, penyelenggara tidak bisa bertindak sebagai pemberi pinjaman dan memberikan jaminan dalam segala bentuk usaha atas pemenuhan kewajiban pihak lain dengan menerbitkan surat hutang untuk perkuat permodalannya.

“Kami persempit cakupannya agar bisnisnya tidak bertabrakan dengan multifinance atau jasa keuangan lainnya. Mereka hanya bisa perkuat modalnya dan melakukan ekspansi, dengan mencari investor baru untuk suntik modal.”

Dia melanjutkan, untuk fintech on lending yang sudah terlanjur beroperasi. Mereka hanya memiliki dua opsi yang bisa dipilih, mengikuti aturan P2P lending atau mengajukan izin usaha jadi multifinance atau gadai.

“Yang sudah beroperasi seperti UangTeman, mereka bisa memilih salah satu dari dua aturan yang ada. Mengajukan izin jadi multifinance atau menaati aturan P2P lending dengan segala konsekuensinya.”

Adapun, berdasarkan POJK mengenai multifinance dan gadai swasta, modal minimal yang diperlukan untuk izin pengajuan multifinace adalah Rp 100 miliar (berbadan PT) dan Rp 50 miliar (berbadan koperasi). Sementara untuk gadai swasta, syarat modal disetor bergantung lokasinya.

Untuk gadai yang beroperasi di tingkat kabupaten/kota, modal disetornya minimal Rp 500 juta, sementara di tingkat provinsi minimalnya Rp 2,5 miliar.

Pemain fintech on lending perlu ambil langkah

Tim UangTeman / DailySocial
Tim UangTeman / DailySocial

Di Indonesia, sudah cukup banyak pemain fintech P2P lending. Beberapa diantaranya, KoinWorks, Investree, Modalku, Amartha, Crowdo, dan lainnya. Namun pemain fintech on lending juga cukup ramai, seperti Pinjam dan UangTeman.

Terkait pernyataan OJK ini, DailySocial berusaha menghubungi kedua pemain tersebut untuk dimintai komentarnya.

Teguh B Ariwibowo, Founder dan CEO Pinjam mengungkapkan saat ini pihaknya sedang dalam proses untuk mengajukan izin pegadaian sesuai POJK Nomor 31/POJK.05/2016.

Kendati demikian, dia terus berharap agar OJK akan terus mengembangkan peraturan lain, sebab fintech itu tidak hanya lending saja. Dan, lending tidak hanya off balance sheet, namun juga ada yang on balance sheet.

“Terkait hal ini, kami sekarang sedang proses apply izin pergadaian. Pinjam kini mengembangkan produk pinjaman yang masih pilot, ke depannya kami akan mengikuti atran yang ada jika memang on lending untuk platform digital belum diatur dan akan terus menjaga hubungan baik dengan OJK melalui asosiasi,” terangnya.

Pada dasarnya, sambungnya, Pinjam sangat mengapresiasi langkah dari OJK untuk mengatur P2P lending, sebab akan mendorong pertumbuhan industri fintech demi terdorongnya inklusi finansial di Indonesia.

Beda halnya dengan Pinjam, Aidil Zulkifli selaku Co-Founder dan CEO UangTeman tidak memberikan jawaban pasti bagaimana langkah bisnis berikutnya. Dia hanya menjelaskan pihaknya akan mengikuti apapun arahan dari OJK dan bagaimana bentuk hukumnya yang sesuai dengan model bisnis UangTeman.

Menurut dia, UangTeman percaya pada dasarnya aturan jasa keuangan harus terus dikaji dan harus mengakomodasi fintech di Indonesia, di mana mereka tidak bisa berdiri sendiri tanpa dipayungi landasan aturan. Fintech itu menyentuh segalanya di jasa keuangan.

“RPOJK tentang Fintech Lending memang tidak berlaku dengan model bisnis UangTeman. Namun kami akan terus mengikuti seluruh arahan dari OJK. Kami percaya aturan jasa keuangan harus terus di-review agar semakin komprehensif dan mengakomodasi fintech yang tidak dapat berdiri sendiri,” ucap Aidil.

Ciptakan Ekosistem Bisnis Fintech yang Sehat dan Dinamis, Indonesia Fintech Forum Kembali Digelar

Untuk kedua kalinya Indonesia Fintech Forum kembali digelar di Jakarta. Acara yang diinisiasi oleh Founder Pinjam Teguh B Ariwibowo tersebut digelar untuk menjalin kolaborasi antara startup fintech dengan regulator dan stakeholder. Dengan tema “Fintech Payments in Fintechgration”, forum kali ini mengupas lebih banyak mengenai perkembangan sektor pembayaran (digital payment) di Indonesia.

“Kegiatan Indonesia Fintech Forum berbeda dengan kegiatan yang digelar oleh asosiasi fintech lainnya di Indonesia, kami secara khusus ingin mengundang kalangan startup untuk bertemu langsung dengan stakeholder dan regulator menjalin kolaborasi yang baik,” kata Teguh B Ariwibowo.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah President Direktur Cashlez Teddy Tee dan Direktur Bank Mandiri Rico Usthavia Frans yang hadir mewakili pihak bank. Dalam kesempatan tersebut Direktur Bank Mandiri menyambut baik maraknya kehadiran startup fintech di Indonesia, dan berharap kegiatan seperti ini bisa menumbuhkan inovasi serta ide-ide kreatif terkait dengan dunia finansial digital di tanah air.

“Dengan kehadiran startup fintech yang saat ini makin marak jumlahnya, membuat kami (pihak bank) menjadi lebih bersemangat untuk memberikan inovasi kepada nasabah yang saat ini sudah mulai banyak memanfaatkan layanan keuangan yang ditawarkan oleh startup fintech, dengan demikian pihak bank pun merasa tertantang untuk selalu memperbarui teknologi dan inovasi terkini,” kata Rico.

Tidak dapat dipungkiri selama ini kehadiran startup fintech yang banyak menawarkan kemudahan dengan layanan finansial digital, membuat pihak bank hanya berfungsi sebagai fasilitator dan menjadi kurang relevan. Makin maraknya pilihan pembayaran cashless hingga peminjaman secara online memungkinkan semua masyarakat untuk mendapatkan semua layanan tersebut dengan mudah.

“Tentunya kami pihak bank juga akan mencermati kehadiran layanan finansial digital yang makin banyak ditawarkan oleh startup fintech di Indonesia, jangan sampai dengan ragam layanan yang ada fungsi dari bank menjadi tidak relevan,” kata Rico.

Wadah yang tepat untuk pelaku fintech

Selama ini Indonesia Fintech Forum telah berhasil mengumpulkan banyak startup fintech di Indonesia, tentunya kegiatan ini bisa membantu para pelaku startup untuk saling mengenal dan tetap bisa berkolaborasi dengan pemain lainnya. Indonesia Fintech Forum juga menghadirkan pihak-pihak terkait dari pemerintah, bank, asuransi, OJK untuk bisa mengetahui lebih lanjut peraturan serta hal-hal apa saja yang baiknya di terapkan kepada layanan digital finansial di Indonesia.

“Kami berharap Indonesia Fintech Forum dapat memberi manfaat yang nyata dalam mendorong kolaborasi untuk pertumbuhan industri fintech di Indonesia,” tuntas Teguh.