Tag Archives: teknologi pendidikan

Platform belajar online Arkademi mengusung konsep MOOC dengan menargetkan dua pasar sekaligus, mentor dan siswa.

Arkademi Ramaikan Industri Teknologi Pendidikan Indonesia

Arkademi adalah startup teknologi pendidikan yang baru melakukan soft launch pada awal tahun ini. Konsep yang dibawa adalah membuat kelas-kelas online untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ilmu dan membantu mentor menyebarkan ilmunya. Startup yang berkantor di Jakarta ini optimis bisa menyediakan sebuah layanan yang bisa memiliki sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia.

Mulai dikembangkan sejak tahun 2017, melakukan soft launching pada awal 2018 dan resmi menjadi badan usaha beberapa bulan lalu capaian Arkademi tergolong cukup baik. Berdasarkan data internal sampai dengan bulan September 2018, Arkademi telah memiliki 35 kelas dan 22 mentor, dengan pengguna aktif mencapai lebih dari 3000 pengguna. 970 di antaranya adalah pengguna / siswa kelas berbayar. Hal ini membuat Arkademi cukup percaya diri dengan konsep dan model bisnis yang mereka usung.

“Pada prinsipnya Arkademi adalah sebuah marketplace platform yang melayani dua kategori user, provider (mentor dan instruktur), dan siswa. Sehingga kami mesti menciptakan dan mengembangkan teknologi yang berorientasi dan bermanfaat bagi kedua sisi pasar tersebut,” terang Founder Arkademi Hilman Fajrian.

Hilman sendiri melihat industri layanan teknologi pendidikan (edtech) di Indonesia masih sangat baru. Namun dengan data-data yang ada, industri ini cukup menjanjikan di masa depan. Kemajuan teknologi dan adopsinya dirasa mampu mengubah cara belajar. Saat ini cara-cara belajar pun terus berubah, diskusi mengenai pelajaran sering di lakukan melalui platform pesan instan hingga media sosial. Arkademi hadir untuk membantu menyediakan tempat belajar yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang memudahkan mentor maupun siswa mengelola sumber belajar mereka.

Platform Arkademi memiliki fitur-fitur layanan dengan konsep MOOC (Massive Open Online Cource). Di sana mentor bisa mengunggah kursus beserta video-video pelengkapnya. Sementara para pengguna yang berperan sebagai siswa bisa ikut mendaftar kelas dan mengikuti setiap kurikulum yang telah ditetapkan mentor melalui sebuah dashboard.

“Sebenarnya belajar secara online bukanlah hal baru bagi generasi milenial yang merupakan market kami. Mereka belajar melalui group-group media sosial ataupun Messanger. Tantangannya adalah mengadopsi social learning yang lebih terstruktur, tertarget, namun juga memberi pengalaman engagement yang minimal sama dengan social learning yang dilakukan saat ini melalui medium-medium lain. Karena itu kami sesegera mungkin merilis mobile app untuk memenuhi kebutuhan akan pengalaman social learning dan mobile learning tersebut agar menghasilkan kualitas engagement yang bisa diterima pengguna,” imbuh Hilman.

Arkademi, yang berada di bawah naungan PT Arkademi Daya Indonesia, berhasil mengamankan pendanaan dari beberapa investor yang terhubung melalui jejaring Facebook. Hilman bercerita bahwa saat ini mereka berhasil mendapatkan lebih dari 1 miliar rupiah dari para investor tersebut. Rencananya investasi tersebut akan digunakan untuk beberapa pengembangan baik dari segi bisnis maupun dari segi riset dan teknologi.

Beberapa langkah strategisnya adalah membuka Arkademi Lab & Studio di kawasan Jakarta Selatan, merekrut anggota tim seperti developer dan content creator, hingga mencoba menjalin kerja sama dengan lembaga kursus dan korporasi di Jakarta dan sekitarnya. Mereka juga bakal event-event untuk menarik para siswa bergabung dan menggunakan Arkademi sebagai platform belajar.

Ada beberapa jenis segmen yang dirambah layanan teknologi pendidikan di Indonesia, mulai dari "video on demand" hingga portal tanya jawab tentang pelajaran

Ragam Layanan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Berbelanja online sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Demikian pula penggunaan aplikasi transportasi online. Semua kebiasaan tersebut terbentuk dalam beberapa tahun belakangan. Semakin meluas dan menguat tiap tahun berkat tumbuhnya industri startup di Indonesia. Ada satu sektor lagi yang mulai tumbuh dan seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Belajar secara online.

Makin banyak startup yang menyediakan layanan untuk belajar secara online di Indonesia. Mulai dari startup asli Indonesia, seperti Ruangguru, KelasKita, MauBelajarApa, hingga layanan luar negeri yang masuk ke Indonesia, seperti Quipper dan Brainly.

Ada banyak bentuk konsep dan model bisnis yang diusung masing-masing penyedia layanan. Ada yang berkonsep kursus on demand, kursus live berbasis panggilan video (video call), hingga berbentuk platform tanya jawab. Semua berkembang dengan target pasar masing-masing dan mengusung tujuan yang sama, mengubah cara belajar dan memudahkan akses belajar.

Video on demand pembelajaran

Bentuk startup yang mengusung konsep video on demand ini cukup banyak di Indonesia. Bahkan tersedia untuk beragam jenis materi atau tingkat pembelajaran. Ruangguru, salah satu layanan teknologi pendidikan paling populer di Indonesia pun mulai menyajikan konten-konten video yang bisa dimainkan kapan pun oleh pengguna.

Startup yang digawangi Adamas Belva Devara dan Iman Usman tersebut sudah memiliki banyak fitur dan layanan, salah satunya Ruangbelajar yang diresmikan setahun silam. Layanan tersebut memungkinkan pengguna yang berlangganan mendapatkan akses ke video tutorial yang dirumuskan pengajar, lengkap dengan kurikulum dan tahapan belajar yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah. Konsep Ruangbelajar juga dilengkapi dengan layanan Ruangguru On-the-Go, kumpulan video belajar dari Ruangguru yang disajikan dalam format penyimpanan OTG.

Hal yang sama juga bisa ditemui di layanan Quipper Video. Baik Ruangguru dan Quipper pun sama-sama fokus pada pembelajaran formal, salah satunya SMP dan SMA. Membantu para siswa lulus hingga menemukan universitas idaman.

Meramu konsep serupa namun segmen yang sedikit berbeda adalah KelasKita, IndonesiaX, hingga StudiIlmu. Semuanya mengusung konsep on demand untuk masyarakat umum dan para profesional. Ada yang menyuguhkan secara gratis ada juga yang berbentuk kursus premium.

Konsep ini membawa unsur fleksibilitas yang tinggi sehingga tidak mengganggu keseharian para penggunanya. Dengan dikombinasikan dengan kurikulum, review, dan evaluasi, video on demand menjadi pilihan untuk belajar di luar lembaga pendidikan atau institusi formal.

Pembelajaran langsung jarak jauh

Salah satu perkembangan pembelajaran dengan video adalah dengan pembelajaran langsung melalui panggilan video (video call). Hal ini contohnya disajikan Squline, layanan untuk belajar beragam bahasa. Termasuk dalam layanan Squline adalah pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jepang, sampai bahasa Mandarin.

Biasanya pembelajaran jarak jauh ini dilengkapi dengan pilihan kelas atau privat. Pengguna akan mendapatkan kurikulum dan akses ke sistem pembelajaran (atau sering disebut Learning Management System). Di sana pengguna bisa mengunduh materi, mengerjakan evaluasi, hingga melihat laporan hasil belajar.

Di dalam pembelajaran online, guru atau mentor diharuskan “online” di jam dan hari yang sama atau menyesuaikan jika berbeda zona waktu. Selanjutnya pembelajaran akan dilakukan melalui sambungan video kelompok atau privat. Tanya jawab melalui percakapan langsung (chat) dan interaksi lainnya.

Salah satu kelebihan konsep belajar seperti ini adalah pengajar bisa langsung bertatap muka dan berkomunikasi dengan siswa sehingga membangun suasana seperti kelas offline pada umumnya.

Online to offline

Konsep online to offline nyatanya tidak hanya dimiliki layanan e-commerce. Di sektor layanan teknologi pendidikan konsep ini diusung beberapa startup, di antaranya MauBelajarApa dan Pintaria yang dikembangkan HarukaEdu.

MauBelajarApa mengusung konsep portal untuk mengetahui informasi mengenai penyelanggaraan workshop atau pelatihan offline dengan berbagai kategori. Pengguna yang mendaftar bisa langsung mendaftarkan diri untuk setiap kursus atau workshop yang dipilih dan menyelesaikan pendaftaran. Selanjutnya kursus akan diseleggarakan di tempat yang ditentukan secara offline.

Sementara Pintaria, menggabungkan konsep belajar online (e-learning) dengan pertemuan tatap muka. Pintaria juga menawarkan program kuliah (formal) dari beberapa universitas dengan metode e-learning dan tatap muka. Konsep online dan offline ini biasanya menggabungkan kemudahan mengelola materi, evaluasi dan kurikulum secara online dengan pembelajaran offline yang bisa berinteraksi langsung di kelas dengan mentor dan anggota kelas lainnya.

Portal tanya jawab pelajaran

Konsep tanya jawab ini cukup unik. Brainly adalah pelopornya. Layanan ini mengembangkan sebuah portal yang memungkinkan pengguna saling membantu belajar dalam bentuk tanyak jawab. Pengguna bisa bertanya sekaligus menjawab.

Di Indonesia Brainly cukup banyak digunakan para pelajar. Baik itu hanya untuk membantu dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Mereka juga bisa menggunakan platform ini untuk mencoba memecahkan masalah pengguna lainnya. Dalam perkembangannya, Brainly berencana menyuguhkan konten-konten video sebagai media penjelasan solusi terhadap pertanyaan para penggunanya.

Para panelis saat sesi diskusi membahas teknologi dan pendidikan / DailySocial

Pemanfaatan Teknologi yang Tepat untuk Pendidikan

Besarnya pertumbuhan teknologi di berbagai industri ternyata tidak serta-merta berdampak signifikan pada peningkatan kualitas dan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan serta kurangnya kolaborasi dari pemerintah, pengajar dan murid dibahas dalam sesi diskusi yang diinisiasi oleh Quipper.

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Co-founder dan Country Manager Quipper Takuya Homma yang mengungkapkan perbedaan yang cukup mencolok dalam hal kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan Jepang, sehingga penerapan teknologi di dalamnya tidak lagi dibutuhkan.

“Hal tersebut tentunya berbeda dengan negara seperti Indonesia, yang bisa dibilang masih rendah dalam hal kualitas pendidikan namun memiliki antusias yang cukup besar dari pihak pengajar hingga murid untuk memanfaatkan teknologi.”

Takuya menambahkan, dinamika dunia pendidikan di Indonesia saat ini hampir serupa dengan Tiongkok, yang mulai melakukan integrasi teknologi terhadap berbagai industri, termasuk pendidikan.

“Di luar pendidikan standar seperti matematika, fisika hingga biologi, masih banyak murid yang bisa memanfaatkan teknologi untuk pelajaran yang lain,” kata Takuya.

Masalah infrastruktur di pelosok Indonesia

Meskipun saat ini Pulau Jawa sudah cukup baik dalam hal pemerataan koneksi internet di berbagai daerah, namun di luar Pulau Jawa, keuntungan tersebut belum diperoleh secara maksimal. Kurangnya pemerataan teknologi dirasakan masih menjadi PR pemerintah, untuk bisa menerapkan teknologi dalam kurikulum. Hal tersebut ditegaskan oleh Gatot Pramono selaku Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud.

“Saat ini dalam kurikulum di Indonesia sesuai dengan standar internasional, sudah termasuk penggunaan teknologi untuk belajar mengajar. Dalam hal ini pemanfaatan mempelajari suatu ilmu memanfaatkan video secara online. Namun masalah infrastruktur hingga rendahnya inisiatif dari pihak pengajar masih banyak terjadi di sekolah.”

Terkait soal infrastruktur, pakar pendidikan Itje Chodijah mengungkapkan, bukan hanya pihak sekolah yang wajib untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia memanfaatkan teknologi, tapi juga pemerintah daerah hingga pusat wajib untuk melakukan kolaborasi demi meningkatkan infrastruktur di berbagai daerah.

“Semua pemerintah daerah harus melakukan kolaborasi dengan pihak terkait di masing-masing daerah untuk mewujudkan rencana tersebut, jika daerah tersebut termasuk wilayah yang terpencil makin berat pula upaya yang harus dilakukan,” kata Itje.

Mendukung inovasi dari entrepreneur yang menyasar sektor pendidikan

Turut hadir dalam sesi diskusi tersebut CEO Bahaso Tyovan Arie. Sebagai startup yang fokus untuk memberikan pilihan belajar alternatif kepada siswa agar lebih memahami pelajaran Bahasa Inggris di luar dari pendidikan di sekolah, dukungan serta kolaborasi dari pemerintah dalam hal pemerataan infrastruktur di daerah bisa membantu entrepreneur menciptakan inovasi memanfaatkan teknologi.

“Selama ini masalah terbesar di dunia pendidikan di Indonesia adalah kurangnya fasilitas untuk praktik, hingga masih kurangnya pemahaman mempelajari bahasa asing meskipun sudah diberikan di sekolah. Peluang tersebut yang Bahaso coba kembangkan,” kata Tyovan.

Itje menambahkan, dilihat dari antusiasme entrepreneur muda menciptakan berbagai macam platform memanfaatkan teknologi, bisa menjadi masa depan yang cerah bagi dunia pendidikan di Indonesia. Hal senada juga diutarakan oleh Gatot Pramono.

“Kami dari pemerintah melihat startup yang mencoba menghadirkan kemudahan dalam hal pendidikan memanfaatkan teknologi merupakan mitra. Selanjutnya kami pun berusaha untuk mengeluarkan regulasi yang relevan menyesuaikan teknologi yang mulai marak hadir di dunia pendidikan saat ini,” kata Gatot.