Tag Archives: Telemedis

Tim pengembang Aido Health / Aido

Platform “Aido Health” Tawarkan Telekonsultasi Medis Melalui Panggilan Video

Di tengah berbagai keterbatasan akses kesehatan yang disebabkan pandemi, layanan telemedis di Indonesia kini semakin berkembang karena dapat memberikan alternatif layanan kesehatan. Salah satu yang sedang mengembangkan solusi di bidang ini adalah “Aido Health”. Platform ini menyediakan telekonsultasi medis melalui panggilan video langsung dan perawatan kesehatan di dalam rumah, serta asistensi untuk membantu pasien mengelola kesehatan.

Aido didirikan pada tahun 2019, melihat kendala pada akses pelayanan kesehatan – jarak, ketersediaan spesialis, serta waktu tunggu yang sangat lama. Hal ini kerap menjadi alasan atas pelayanan yang tidak efektif sehingga mengurangi rasio kunjungan lanjutan, terutama untuk lebih dari 60 juta orang dengan penyakit kronis dan 21 juta lansia yang memiliki kebutuhan perawatan kesehatan yang lebih kompleks.

Co-Founder & VP Operations and Partnerships Aido Jyoti Nagrani mengungkapkan, “Menurut saya, ekosistem teknologi kesehatan secara keseluruhan di Indonesia masih sangat baru. Fokus kami adalah pada perawatan khusus jangka panjang dan  kesinambungan perawatan daripada penyakit/masalah episodik atau primer.”

Platform ini berfungsi sebagai ekstensi digital yang dapat menyesuaikan penawaran layanan perawatan kesehatan di luar tembok faskes dan di rumah pasien untuk memastikan kesinambungan perawatan yang berpusat pada pasien. Selain itu, sudah ada beberapa pemain yang juga mengembangkan solusi ini, seperti Alodokter dan Halodoc.

Hingga saat ini, aplikasi Aido telah mencapai angka 60 ribu unduhan dengan sekitar 5 ribu pengguna aktif per bulan (MAU). Perusahaan juga telah membangun jaringan dengan 60 penyedia layanan kesehatan di 30+ kota di antaranya bersama Bunda Group, Siloam Hospitals Group, dan Bethsaida Hospitals. Terdapat lebih dari  1100 spesialis di 30 bidang dan kemitraan dengan perusahaan asuransi swasta untuk memfasilitasi telekonsultasi tanpa uang tunai.

Program akselerasi Google

Beberapa waktu lalu, Aido menjadi salah satu dari sepuluh startup asal Indonesia yang terpilih untuk mengikuti program akselerator yang diselenggarakan oleh Google. Melalui program ini, selama empat minggu, para pendiri startup akan mendapatkan bimbingan dan dukungan proyek teknis, serta pembahasan mendalam dan workshop yang berfokus pada desain produk, akuisisi pelanggan, dan pengembangan kepemimpinan.

Mulai dari startup teknologi di bidang kesehatan, pendidikan, hingga berbagai platform online yang membantu mendorong kebiasaan daur ulang, atau mendorong pertumbuhan komunitas nelayan kecil serta UKM di bidang pertanian, kedelapan peserta terpilih menunjukkan keragaman komunitas startup di Indonesia serta cara kreatif mereka menggunakan teknologi untuk membantu menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi lokal.

Terkait akselerator program, Jyoti mengatakan bahwa ini menjadi kesempatan luar biasa untuk belajar, berkembang dan membangun jaringan – sekaligus menjajal startup/bisnis. Meskipun bukan sebuah jaminan kesuksesan, jaringan para founder akan sangat berharga dan meningkatkan kredibilitas.

Google terkenal dengan kualitas programnya dan dukungan yang diberikannya kepada perusahaan dan tim pendiri. Timnya berharap dapat mengumpulkan pengetahuan dan keterampilan serta belajar dari pengalaman Google yang luas untuk memanfaatkan praktik terbaik dan mengembangkan perusahaan dengan cara yang lebih diperhitungkan dan strategis.

“Kami juga sangat tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang alat Google, termasuk Google Cloud dan perangkat pemasaran untuk membantu meningkatkan kesadaran dan memberikan pendidikan kepada komunitas tentang ketersediaan dan manfaat layanan kesehatan digital kami. Selain itu, panduan dalam menjelajahi pembelajaran mesin dan AI dalam solusi kami,” tambah Jyoti.

Target di tahun ini

Berbagai layanan yang disediakan aplikasi Aido

Di laman LinkedIn-nya, perusahaan disebut telah mengantongi pre-seed senilai $300 ribu yang berasal dari sebuah grup Rumah Sakit besar di Indonesia. Dukungan ini disebut sangat membantu dalam hal pengembangan produk – dalam membangun, menguji kasus penggunaan – serta validasi hipotesis, memanfaatkan basis pelanggan mereka. Pihaknya juga menyampaikan rencana penggalangan dana di Q3/Q4 tahun ini yang akan digunakan untuk memperluas ekosistem penyedia serta meningkatkan product awareness.

Pandemi telah mempercepat adopsi layanan perawatan kesehatan digital. Pemerintah juga menunjukkan komitmen untuk mendukung solusi ini dengan cepat merilis Surat Edaran untuk memfasilitasi telekonsultasi antara dokter dan pasien dan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan perawatan kesehatan digital.

Jyoti menambahkan, “Hal ini turut menyoroti sistem perawatan kesehatan Indonesia yang tidak efisien. Pada dasarnya, menantang anggapan bahwa pasien selalu perlu dilihat secara fisik untuk perawatan. Saya rasa, layanan online/digital akan tetap ada dan perawatan kesehatan terus berkembang tidak hanya sekedar rumah sakit. Namun, dalam arti tidak hanya online – layanan offline dan online terintegrasi untuk memberikan perawatan yang lebih berpusat pada pasien.”

Meningkatnya jumlah pengguna internet dan harapan mereka untuk pengalaman yang lebih baik dalam perawatan kesehatan (dibandingkan dengan industri lain) akan semakin mendukung percepatan. Masyarakat akan lebih berdaya terhadap kesehatannya sendiri.

“Dalam jangka panjang, pandemi akan membantu pergeseran pola pikir dari kuratif ke preventif promotif. Orang-orang sekarang lebih diberdayakan tentang kesehatan mereka sendiri dan mereka akan mengharapkan cara yang lebih mudah dan nyaman dalam mengakses perawatan dari lokasi mana pun,” tutup Jyoti

Application Information Will Show Up Here

Pandemi Melanda, Trustmedis Luncurkan Telemedis

Hadir sejak 2016 silam dengan sistem informasi manajemen rumah sakit, Trustmedis muncul lagi dengan layanan anyar. Kali ini Trustmedis menghadirkan produk baru bernama Telemedis. Produk ini khusus dibuat untuk memudahkan layanan pemesanan dan konsultasi kesehatan untuk fasilitas kesehatan.

Layanan yang mereka rilis sejak akhir Maret lalu ini sebenarnya agak serupa dengan fitur telemedicine dari healthtech yang sudah dikenal jauh sebelumnya. Namun CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain menjelaskan kepada DailySocial bahwa Telemedis milik mereka berbeda dengan tempat lain yang sebatas konsultasi saja.

Telemedis dibuat dengan tujuan membantu klinik dan rumah sakit yang kehilangan banyak kunjungan pasien selama wabah Covid-19 berlangsung. Achmad menyebut penurunan kunjungan pasien di klinik dan rumah sakit mencapai 40%-60%.

“Untuk itu akhirnya kita memutuskan untuk mulai mengembangkan layanan ini, Telemedis untuk klinik dan rumah sakit,” ucap Achmad lewat pernyataan tertulisnya.

Pernyataan Achmad itu juga menjawab kenapa mereka baru mengeluarkan produk telemedicine ketika yang lain sudah mengeluarkan fitur serupa jauh sebelumnya. Achmad bahkan mengaku pihaknya tak punya rencana mengembangkan Telemedis, mengingat mereka adalah startup yang fokus menyediakan Health Information System (HIS) dan Electronic Medical Record (EMR) untuk fasilitas kesehatan di Indonesia.

Terlepas dari itu, Trustmedis membawa sejumlah kebaruan di aplikasi Telemedis mereka. Salah satunya adalah pemeriksaan melalui video call. Meski melalui video, Trustmedis menjamin kualitas pelayanan kesehatannya optimal dan sesuai perundang-undangan.

“Semua pelanggan (rumah sakit dan klinik) akan kita berikan layanan ini secara gratis, ada sekitar 500 dokter di berbagai faskes yang siap menggunakan layanan ini,” imbuh Achmad.

MedisMap berhenti

Perlu diingat sebelumnya saat Trustmedis berdiri dengan tiga pilar layanan yakni e-Doctor, e-Clinic, dan e-Hospital. Mereka melengkapi layanan itu dengan modul rawat inap, rawat jalan, IGD, farmasi, keuangan, administrasi, penunjang medis, bank darah, instalasi gizi, inventori, hingga akuntansi.

Dalam perjalanannya, Trustmedis juga memiliki strategi penting lain di luar produk HIS dan EMR yakni MedisMap. MedisMap ini disebut startup baru yang beroperasi di bawah Trustmedis. Ia merupakan aplikasi yang tujuannya memudahkan pengguna mencari fasilitas kesehatan terdekat dan pemesanan online.

Kala itu Achmad menyebut faktor pembeda MedisMap dengan aplikasi serupa adalah fasilitas rekam medis yang bisa diakses oleh dokter. Namun kabar terbaru dari Achmad menyatakan MedisMap sudah tak lagi beroperasi.

“MedisMap adalah sistem booking dokter, tidak sama dengan Telemedis dan sayangnya MedisMap ini sudah sejak 2 tahun lalu kita hold dulu, karena kami ingin fokus di produk HIS dan EMR,” ucap Achmad.

Menjadi SaaS

Banyak hal yang telah terjadi pada Trustmedis selama empat tahun ini menurut Achmad. Merujuk situs web resmi mereka, Trustmedis sudah melakukan banyak hal di antaranya adalah mengembangkan infrastruktur dan platform, memberlakukan model bisnis sewa bulanan, hingga mulai menjamah segmen B2C.

Namun hingga kini, layanan HIS mereka merupakan produk andalan perusahaan. Banyaknya dinamika tersebut akhirnya bermuara ke keputusan Trustmedis menjelma sebagai platform SaaS.

“Masa itu banyak sekali inovasi yang kita bangun, banyak dinamika terjadi, kebahagiaan dan kesediaan sudah pernah kita rasakan, bisnis naik dan turun kita hadapi, hingga akhirnya 2019, kita putuskan untuk mengubah skema menjadi SaaS,” pungkas Achmad.

Fasilitas kesehatan memang terhitung besar jumlahnya di seluruh Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan (2018) untuk Puskesmas menunjukkan totalnya mencapai 9.993 unit, klinik 8.841 unit, dan rumah sakit 2.813 unit. Trustmedis berambisi bisa merebut 10% dari jumlah tersebut.

Application Information Will Show Up Here