Tag Archives: TelkomMetra

Blanja Bidik Transaksi 1 Triliun Rupiah di 2020

Blanja, marketplace patungan (joint venture) antara TelkomMetra dan eBay, membidik nilai transaksi (Gross Merchandise Value / GMV) sebesar Rp 1 triliun di 2020. Untuk itu, proses pembangunan fundamental di internal perusahaan pun ditargetkan kelar tahun ini, agar pada 2017 fokus mengejar pertumbuhan bisnis sudah bisa dilakukan.

Aulia E Marinto, CEO Blanja, mengatakan proses fundamental kini tengah dirampungkan. Salah satunya, mengembangkan aplikasi smartphone, menambah fitur user experience, dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, membangun fundamental penting guna menciptakan fondasi yang kuat agar saat melakukan ekspansi besar-besaran, struktur dasar menjadi lebih kokoh.

“Sejak awal kita berdiri, fokusnya adalah membuat fundamental yang kokoh selama dua hingga tiga tahun. Kami menargetkan seluruh proses tersebut akan selesai pada akhir tahun ini. Sebab, tahun depan saya baru mau sangat ngebut mencetak nilai transaksi Rp1 triliun di 2020,” ujarnya saat ditemui DailySocial, Kamis (21/7).

Untuk pengembangan aplikasi smartphone, lanjut dia, dalam waktu dekat akan segera diluncurkan. Pasalnya, proses tersebut sudah mencapai 90% dan rencananya aplikasi tersebut dapat diunggah oleh pengguna Android dan iOS.

Selain itu, ada beberapa fitur tambahan yang diharapkan dapat meningkatkan pengalaman seller dan buyer saat berkunjung ke Blanja misalnya fitur re-order dan lainnya yang kini masih dikembangkan.

Sebelumnya diberitakan tahun ini Blanja mendapat pendanaan baru dari kedua pemegang saham sebesar Rp330 miliar. Menurut Aulia, mayoritas penggunaan dana tersebut akan dialokasikan untuk belanja iklan, pengembangan teknologi, operasional, dan menambah SDM.

Dia menjelaskan, seluruh dana tersebut dinilai cukup untuk memacu peningkatan fundamental di perusahaan bahkan hingga tahun depan saat mulai gencar ekspansi bisnis. “Dengan adanya funding baru ini, kami yakin kebutuhan dana sampai tahun depan bakal tercukupi karena bisnis dapat memanfaatkan jaringan yang dimiliki Telkom dan eBay.”

Bangun awareness

Aulia menjelaskan, tantangan terbesar dalam meningkatkan jumlah transaksi terletak dari segi menciptakan repeat order. Maka dari itu, menciptakan awareness menjadi target utama perusahaan saat melakukan promosi pemasaran.

Pasalnya, sambung dia, mengembangkan aplikasi smartphone tidak begitu sulit dan tidak butuh waktu lama. Akan tetapi, yang terpenting adalah bagaimana menciptakan proses bisnis di dalamnya.

“Kalau mencetak berapa orang yang sudah unggah aplikasi Blanja, tidak penting seberapa banyak karena belum tentu seluruh orang tersebut sudah melakukan transaksi. Yang terpenting adalah berapa banyak proses bisnis yang tercipta setelah kami meluncurkan aplikasi.”

Hingga Juni 2016, pengguna terdaftar di Blanja mencapai 1,25 juta, listing lebih dari 4 juta, dan seller sekitar 6000 terdiri dari 80% skala UKM dan sisanya skala besar.

Karena ingin membangun awareness terlebih dahulu, membuat perusahaan belum ingin melakukan sosialisasi mengenai fitur yang menjadi diferensiasi dibandingkan daring lainnya yakni fitur negosiasi.

Mengenai hal tersebut, Aulia memberi alasan bahwa belum saatnya perusahaan melakukan sosialisasi mengenai fitur negosiasi, sebab banyak urgensi lainnya yang lebih penting untuk perusahaan lakukan.

“Paling tidak, kami baru bisa lakukan sosialisasi mengenai fitur negosiasi kepada masyarakat pada tahun depan saat kami mulai mengakselerasi bisnis.”

Fitur negosiasi, terangnya, dapat dilakukan oleh buyer saat membeli barang dalam jumlah banyak. Buyer nantinya bisa menghubungi seller baik secara online maupun offline. Setelah terjadi kesepakatan harga, seller diharuskan untuk mengubah sistem harga khusus buyer yang dimaksud.

Fitur ini sebenarnya menjadi salah satu kekuatan yang menarik. Pasalnya, belum banyak e-commerce yang menawarkan hal demikian.

Model bisnis Blanja

Aulia menjelaskan ada tiga model bisnis yang menjadi fokus Blanja untuk dikembangkan. Pertama, jual beli barang antara buyer dan seller lokal. Kedua, jual beli antara seller internasional dengan buyer lokal. Terakhir, jual beli antara seller lokal dan buyer internasional.

Nah, model bisnis yang baru bisa dilakukan hingga saat ini adalah model bisnis no. 1 dan 2. Namun, itupun untuk no. 2 porsinya masih sangat minim dibandingkan dengan no. 1. Dari total transaksi, model bisnis no. 1 bisa mencapai lebih dari 90%.

Dirinya pun tidak muluk-muluk kapan saat yang tepat model bisnis no. 3 bisa segera dijalankan. Malah, pihaknya memprediksi bisa bertahun-tahun dari sekarang. Adapun proses bisnisnya dalam bayangannya bisa memanfaatkan jaringan yang dimiliki eBay.

“Impian kami, Blanja bisa menjadi fasilitator untuk model bisnis no. 3. Kami ingin memberi kesempatan kepada UKM lokal menjual produknya secara global, tidak tertentu di satu negara saja. Dalam bayangan kami, nanti eBay yang akan jadi platform kami. Tapi belum terpikirkan detailnya akan bagaimana,” pungkas Aulia.

Telkom Siapkan 300 Miliar Rupiah untuk Suntik Startup Melalui MDI Ventures

Modal ventura perpanjangan tangan Telkom, Metra Digital Inovasi  Ventures (MDI Ventures), tahun ini siap untuk memberikan suntikan dana, setidaknya kepada 10 hingga 15 startup. Telkom sendiri mengaku telah menggelontorkan dana sebesar Rp 300 miliar ($ 25 juta) kepada MDI Ventures.

Dikutip dari Indotelko, Direktur Innovation & Strategic Portofolio Telkom Indra Utoyo mengatakan, “Kami per tahun bidik ada 10 hingga 15 startup [untuk] dibiayai. [Dana sebesar] $25 juta itu sudah ada di tangan MDI, mereka yang akan pilih startup-nya.”

“Kami masih dalam proses due dilligence. Kami menargetkan sekitar 10-15 startups [untuk diinvestasi] yang beroperasi di berbagai sektor seperti commerce, big data, dan edukasi dalam tahun ini,” tambah CEO MDI Ventures Nicko Widjaja seperti dilansir Dealstreetasia.

Nicko sendiri ingin segera mengambil 5-6 startup baru yang dibawah sayap perusahaan ventura yang digawangi olehnya. Besar kemungkinan 5-6 startup tersebut yang akan mendapat pendaan tersebut akan dilatih oleh para ahli di Sillicon Valley seperti yang disebut oleh Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo kepada BeritaSatu.

Seperti yang sudah diketahui, wilayah operasional MDI Ventures kini tak hanya di Asia Tenggara saja tetapi juga di wilayah Sillicon Valley, tepatnya di Sunnyvalle, California. Terbukanya pintu ke Sillicon Valley ini sendiri tak lepas dari kerja sama Telkom dengan akselerator asal Amerika Serikat Plug n Play (PNP) yang terjalin beberapa waktu silam.

Indra mengatakan, “Visi untuk masa depan secara global inilah yang membedakan MDI Ventures dengan pemani ventura lain di Indonesia dan memberikan gambaran besar bagi MDI Ventures untuk menentukan strateginya dalam berinvestasi di startup.”

Secara umum MDI sendiri akan berinvestasi di startup teknologi yang sudah masuk ke tahap growth dan bisnisnya dapat bersinergi dengan Grup Telkom. Sektor startup teknologi yang menjadi fokus adalah Digital Advertising, Payment Solution, Cloud Computing, Big Data, Media Services, Digital Life, Mobile Apps, E-Commerce, Form of Future Communication, dan Internet of Things.

Beberapa startup yang telah menjadi portofolio MDI Ventures di antaranya yaitu, Ematic Solution yang berasal dari Singapura dan YesBoss yang berasal dari Indonesia.

Dengan adanya MDI Ventures, yang baru berdiri sekitar satu tahun lalu, Telkom kini melengkapi ekosistem pendanaan miliknya. Melalui Indigo Incubator, yang juga bersama-sama dioprasikan oleh MDI Ventures, Telkom mencari startup di tahap awal (seed), MDI Ventures untuk mencari startup di tahap growth, dan TelkomMetra, yang baru-baru ini terlibat pendanaan untuk Blanja ditujukan untuk tahapan lanjut seperti merger dan akuisisi.

Blanja Peroleh Kucuran Dana Rp 330 Miliar dari TelkomMetra dan eBay

Situs marketplace besutan TelkomMetra bersama dengan eBay, Blanja, kembali mendapatkan pendanaan sebesar $25 juta atau sekitar Rp 330 miliar. Hal ini dilakukan sebagai strategi yang untuk menjaga tingkat kompetitif Blanja di era persaingan layanan marketplace saat ini.

Selama ini Blanja telah hadir sebagai salah satu e-commerce yang menawarkan berbagai macam kebutuhan kepada konsumen di Indonesia, namun sejak diluncurkannya Blanja tahun 2013 silam, belum secara agresif promosi, akuisisi pelanggan serta hal-hal terkait lainnya yang secara fokus di lancarkan oleh Blanja, seperti yang ditegaskan oleh Presiden Direktur TelkomMetra Teguh Wahyono.

“Kalau kemarin kita kurang agresif karena merasa industri ini belum terlalu siap, sistemnya belum siap. Kita melihat sekarang industri ini sudah mulai tumbuh untuk itu ‘spend’ (belanja) kita lebih besar,” kata Teguh Wahyono kepada Republika.

Marketplace yang lahir dari kerja sama antara TelkomMetra dan situs eBay tersebut, akan menyalurkan masing-masing dana secara terpisah. TelkomMetra mengklaim akan menyuntikan sekitar 60% atau sekitar $ 15 juta, sementara eBay akan memberikan dana sebesar $ 10 juta atau sekitar 40%. Sesuai dengan rencana pendanaan tersebut akan diberikan tahun 2016 ini.

Jumlah tersebut tentunya masih kalah jauh jumlahnya dibandingkan pendanaan yang didapatkan oleh pemain lainnya yang menawarkan bisnis yang serupa seperti Tokopedia dan Lazada, namun demikian Blanja mengklaim memiliki keuntungan lebih yang tidak dimiliki oleh e-commerce lainnya, yaitu terafiliasi dengan perusahaan telekomunikasi yang juga memiliki operator seluler Telkomsel.

Dengan memanfaatkan jumlah pengguna yang terdaftar, diharapkan Blanja bisa menawarkan dan meraih lebih banyak pengguna dengan salah satu operator terbesar tersebut yaitu Telkomsel.

“Kalau Telkom sudah punya Telkomsel, 150 juta (pelanggan) mestinya lebih mudah, kalau yang lainkan semuanya harus B2B (antar perusahaan), kalau Telkom punya distribusi ‘chanel’ harusnya lebih mudah dan lebih hemat,” kata Teguh.

Saat ini situs Blanja telah menawarkan berbagai produk beragam, promosi menarik, voucher gratis hingga ongkos pengiriman barang gratis kepada pengguna. Dengan pendanaan yang akan dikucurkan tahun ini, Blanja akan mencoba tampil menawarkan pilihan dan keuntungan lebih kepada pelanggan dan bersaing dengan kompetitor lainnya.