Tag Archives: Telkomsel MSight

Pengguna Mobile Internet Indonesia Gemar Mencari Berita Terlebih Dahulu Sebelum Belanja Online

Tidak ada yang menyangkal bahwa saat ini industri e-commerce di Indonesia tengah menggeliat. Namun, ada satu temuan menarik dari Telkomsel Msight. Berdasarkan Telkomsel MSight Syndicated Report, pengguna mobile internet Indonesia ternyata gemar mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online. Setidaknya lima situs berita ada dalam peringkat sepuluh besar.

Semenjak Tokopedia mendapatkan pendanaan dalam jumlah yang fantastis, peta industri e-commerce di Indonesia memang mulai berubah dan juga mendapat perhatian lebih. Ada pula yang memprediksi e-commerce Indonesia akan menjadi sebesar Tiongkok, atau lebih. Tapi, jalan tersebut masih panjang.

Di tengah hangatnya industri e-commerce ini, ada satu temuan menarik dari Telkomsel MSight. Dalam laporan Telkomsel MSight Syndicated Report dipaparkan bahwa pengguna mobile internet Indonesia cenderung mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online.

Dapat dilihat juga bahwa empat dari sepuluh situs teratas yang paling sering dikunjungi adalah situs berita. Kelima situs tersebut adalah Detik dengan 9378 kunjungan, Kompas dengan 3020 kunjungan, Kapanlagi dengan 2874 kunjungan, dan Tribunnews dengan 2516 kunjungan.

News and Shopping

Bila Anda ingat, UC Browser juga menunjukkan data yang tak jauh berbeda dengan ini. Menurut UC Browser, angka kepemilikan aplikasi belanja online pada perangkat mobile masyarakat cenderung rendah. Paparan tersebut dijabarkan UC Browser dalam laporan “Insights Into Indonesian Mobile Internet”.

Ada banyak faktor yang bisa ditarik mengapa ini bisa terjadi. Beberapa di antaranya yakni, faktor tingkat kepercayaan, intrastruktur, dan pembayaran masih menjadi isu. Bisa juga dihubungkan dengan daya beli masyarakat yang masih rendah, atau cenderung menurun karena imbas perlambatan ekonomi. Perlu diingat juga bahwa Indonesia adalah negara yang unik dengan tingkat ketertarikan yang majemuk.

Meskipun demikian, menurut saya ini sebenarnya adalah hasil yang wajar. Malah baik. Saya justru akan bertanya-tanya bila layanan jual beli online menjadi mayoritas di daftar situs yang paling sering dikunjungi. Bila demikian adanya, bukankah akan menjadi hal yang masuk akal bila saya menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia sangat konsumtif. Apakah itu baik?

Dengan melihat paparan ini, satu benang merah yang bisa yang ditarik menurut saya adalah masyarakat Indonesia sangat terbuka akan informasi. Saya rasa sudah menjadi sifat dasar juga bahwa manusia butuh informasi. Itu semua hanya untuk menjawab dahaga keingintahuan manusia itu sendiri.

Temuan lainnya dari MSight Syndicated Report kali ini adalah kata “Internet” nyatanya sangat dekat diasosiakan dengan “banking” di Indonesia. Ini cukup menggelitik, terutama bila melihat kembali hasil riset yang menyebutkan bahwa Facebook lebih populer dari internet itu sendiri.

Internet Banking

Namun, dengan melihat paparan data tersebut, saya juga menjadi lebih optimis terhadap masa depan fintech di Indonesia. Sangat mungkin bila ke depannya industri fintech adalah hal berikutnya yang akan naik permukaan. Tentu dengan diikuti pertumbuhan industri lainnya yang signifikan dalam ekosistem industri teknologi di Indonesia.


Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel.

Telkomsel MSight adalah bagian dari layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui MSight, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen secara spesifik mulai dari segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.

Meski Durasinya Cukup Lama, Konsumsi Data di Indonesia Ternyata Masih Rendah

Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat, apalagi yang berhubungan dengan Internet dan Anda bisa lihat kondisi itu dari perilaku penggunanya. Berdasarkan data APJII di tahun 2014, masyarakat Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 3-5 jam per hari ketika mengakses Internet. Data yang tak jauh berbeda juga ditunjukkan oleh Global Web Index.

Nyatanya, berdasarkan temuan Telkomsel MSight, konsumsi data di Indonesia masih tergolong rendah meski waktu yang dihabiskan terbilang lama. Mayoritas konsumen menghabiskan kurang dari 30 MB data per bulannya.

Sebelum diulas lebih jauh, mari kita luruskan bahwa waktu rata-rata yang dihabiskan oleh pengguna Internet di sini adalah pengguna Internet secara umum, bukan cuma melalui perangkat mobile. Perlu diingat bahwa Indonesia saat ini juga tengah mengalami tren pergeseran akses dari desktop ke mobile.

Bila melihat laporan yang diterbitkan Pew, setengah dari pengakses internet di Indonesia adalah pengguna smartphone yang merupakan sebuah mobile devices.

Meski waktu yang dihabiskan oleh pengguna Internet Indonesia terbilang lama, berdasarkan temuan Telkomsel Msight penggunaan datanya terbilang masih rendah. Telkomsel sendiri saat ini menguasai hampir setengah dari pelanggan telekomunikasi (44,4 persen) di Indonesia.

Meski tak dapat memotret secara utuh, dengan jumlah pengguna begitu besar rasanya dapat mewakili snapshot pengguna mobile di Indonesia.

Penggunaan data

Di samping penggunaan data yang masih rendah, Telkomsel juga mengungkapkan data Average Revenue Per User tiap bulan. Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa pelanggan biasanya menghabiskan hingga Rp 50.000 per bulannya untuk semua layanan mobile.

Jujur, bagi saya yang pernah menggunakan hapir semua operator, nilai Rp 50.000 adalah nilai yang paling masuk akal. Dengan nilai tersebut, umumnya saya bisa mendapatkan semua layanan yang diperlukan seperti layanan data, SMS, dan telepon.

ARPU

Rasanya sedikit ironis juga bila melihat data yang diungkapkan oleh Telkomsel MSight, bahwa mayoritas konsumen ternyata mengkonsumsi kurang dari 30 MB data per bulannya. Apalagi Indonesia saat ini disebut sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk iklan dengan format video. Meskipun begitu, ada satu benang merah yang bisa ditarik dari permasalahan ini.

Sebelumnya kami juga pernah membahas perihal faktor apa saja yang mengganjal pertumbuhan mobile Internet di Indonesia. Menurut Consumer Marketing Manager Google Indonesia Sandy Tantra, pertumbuhan mobile Internet dapat diakselerasi jika masalah harga smartphone, kualitas perangkat, dan biaya akses Internet dapat diatasi.

Harga smartphone di Indonesia saat ini terbilang masih tinggi dan ini berimbas pada rendahnya penggunaan perangkat smartphone itu sendiri. Tak jauh berbeda dengan Opera Mediaworks, dari dua belas kawasan yang menjadi fokus riset MSight dapat dilihat bahwa pengguna feature phone masih banyak. Bahkan pengguna smartphone tak ada yang menembus angka 50 persen di sini.

Penetrasi smartphone

Inilah yang menjadi tantangan bersama para pelaku bisnis teknologi digital. Tingginya pengguna feature phone membuat monetisasi yang berkaitan dengan layanan data masih belum bisa dilakukan optimal. Ada pula teknik-teknik optimasi, misalnya penggunaan Opera Mini atau Opera Max yang membuat konsumsi data menjadi lebiht irit. Bagaimana dengan biaya akses Internet?

Ironi yang tak jauh berbeda juga dapat ditemui di sini. Menurut sudut pandang pelaku industri telekomunikasi, tarif data di Indonesia masih terlalu murah. Sayangnya pendapat ini tak sejalan dengan komentar konsumen yang cenderung merasa tarif yang ada masih mahal. Anda bisa lihat dari data ARPU yang disebutkan sebelumnya.

Indonesia memang masih perlu menempuh jalan yang panjang untuk merasakan mobile internet yang sepantasnya. Dari sisi infrastruktur, Indonesia sendiri tengah berbenah dengan pengimplementasian konektivitas 4G/LTE di berbagai daerah. Para pelaku bisnis telekomunikasi masih harus mempertimbangkan skema terbaik yang dapat meningkatkan penetrasi ponsel pintar dan konsumsi layanan data.


Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel.

Telkomsel MSight adalah bagian dari layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui MSight, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen secara spesifik mulai dari segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.

Pasar Ponsel Pintar di Indonesia Dikuasai Merek Ponsel Pintar Asal Asia

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kini peta kompetisi perangkat bergerak, khususnya ponsel, di Indonesia sudah tak dikuasai lagi oleh satu atau dua merek saja. Perubahan ini terjadi sejak sistem operasi Android untuk ponsel pintar mulai menjejakkan kaki ke tanah bumi pertiwi ini. Pertanyaan yang sering terlontar adalah, bagaimana kondisinya saat ini?

Semenjak Android masuk ke Indonesia, terutama mulai sistem operasi berkode Gingerbread (2.3), peta kompetisi pasar ponsel pintar di Indonesia telah mengalami perubahaan yang drastis.

Sudah menjadi rahasia umum juga bahwa Android kini telah menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Berdasarkan laporan Telkomsel MSight Syndicate Report juga ditemukan bahwa di 12 kawasan Indonesia, Android adalah pemimpin marketshare untuk sistem operasi ponsel pintar.

Android share in 12 city MSight

Tapi, ada hal menarik di sini. Meski sudah tak menjadi pilihan, terlihat bahwa Blackberry masih memiliki ‘nama’ di Indonesia dan menjadi merek yang paling sering digunakan di Indonesia. Ini tak lepas dari fakta yang ditunjukkan dari laporan sebelumnya bahwa 90% dari pembelanja yang pernah menggunakan BBM Group menjadikannya channel belanja online yang utama.

Terkait dengan marketshare dari sisi merek, hasil yang tak jauh berbeda juga terlihat di sini. Blackberry masih menjadi pemimpin dengan pangsa pasar 32%. Namun, hal menarik yang dapat dilihat adalah hampir setengah dari pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia nyatanya telah dikuasi oleh merek asal Asia, seperti Samsung, LG, Lenovo, Asus, Oppo, Sony, hingga Advan.

Smartphone brand ownership

Penetrasi pengguna ponsel pintar sendiri paling tinggi ditemukan berada di kawasan Jakarta (40%), Bodetabek (36%), Surabaya (35%), Denpasar (36%), dan Yogyakarta (37%). Sementara itu untuk penetrasi non smartphone sendiri ditemukan paling tinggi berada di kawasan Medan (74%), Malang (71%), Makassar (72%), Semarang (70%), dan Palembang (72%). Ditemukan juga bahwa pengguna ponsel pintar cenderung memiliki daya beli yang lebih baik bila dibandingkan pengguna non smartphone dan memiliki ketertarikan topik yang lebih merata dan variatif.

Smartphone Spending

Sebagai acuan, data pengeluaran rumah tangga bulanan berdasarkan SES dari MSight dibagi menjadi enam kategori. SES A, di atas 4 juta Rupiah. SES B, antara 3 – 4 juta Rupiah. SES C1, antara 2,5 – 3 juta Rupiah. SES C2, antara 2 – 2,5 juta Rupiah. SES D, antara 1 – 2 juta Rupiah. Terakhir, SES E dengan pengeluaran di bawah 1 juta Rupiah.


Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel

Telkomsel MSight merupakan bagian layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui MSight, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen. Insight tersebut di antaranya monitoring perubahan dan penambahan jumlah trafik konsumen, segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.

Produk Fashion adalah Segmen yang Paling Sering Dibeli Pembelanja Online Jabodetabek

Produk fashion adalah segmen terpopuler di kalangan online shopper di Jabodetabek / Shutterstock

Tidak dapat dipungkiri bahwa Jabodetabek adalah pasar yang penting bagi pelaku bisnis di Indonesia. Selera berbelanja penduduk di kelima kota ini seakan tidak pernah mengendur. Jakarta saja memiliki lebih dari 170 mal, hingga membuatnya termasuk di dalam daftar kota besar dengan jumlah pusat perbelanjaan terbanyak di dunia menurut portal properti Lamudi.com.

image006

Para pelaku bisnis online pun turut tergiur mencicipi nikmatnya pasar Jabodetabek. Belakangan ini mungkin banyak dari Anda yang menyadari bahwa ruang iklan kini banyak diisi oleh promosi dari pelaku bisnis e-commerce.

Mencermati fenomena ini, kami dari Telkomsel MSIGHT (Mobile Consumer Insight), layanan Telkomsel yang bergerak di bidang riset konsumen, melakukan survei terhadap para pembelanja online di Jabodetabek. Survei tersebut dilakukan di bulan Agustus 2015 via telepon dengan metode random sampling kepada 300 pelanggan Telkomsel yang berusia 15 tahun ke atas, menggunakan smartphone / tablet komputer, dan menggunakan layanan mobile data.

Rupanya, 7 dari 10 konsumen Jabodetabek pernah berbelanja online dalam 30 hari terakhir, di mana 78% di antaranya dilakukan melalui perangkat mobile (ponsel pintar dan tablet komputer).

image007

Mari kita mengenal siapakah para pembelanja online di Jabodetabek. Mayoritas dari mereka adalah wanita, berusia 30-39 tahun, menggunakan pulsa rata-rata di atas Rp 100 ribu per bulan, dan pengguna Android.

image009

Hampir semua pembelanja online pernah menggunakan online market place, namun BBM Group adalah channel yang paling sering digunakan. Menariknya, 90% dari pembelanja yang pernah menggunakan BBM Group menjadikannya channel belanja online yang utama.

image013

Lantas, produk apakah yang paling banyak dibeli? Fashion menduduki peringkat pertama dengan 69% pembelanja, diikuti oleh gadgets & electronics (43%), hotel & flight ticket (40%), food & beverage (24%), dan cosmetics (9%) dalam daftar 5 kategori produk teratas.

Namun, antara satu produk dengan yang lainnya tidak jauh berbeda dari sisi frekuensi belanja. Rata-rata, masing-masing kategori produk dibeli satu kali dalam satu bulan.

Yang membedakan di antara kategori-kategori produk teratas adalah rata-rata nilai belanja per transaksi. Kategori produk gadgets & electronics menduduki peringkat pertama dengan nilai Rp 2,5 juta per transaksi, diikuti oleh hotel & flight ticket sebesar Rp 1,9 juta per transaksi, dan fashion sebesar Rp 600 ribu per transaksi. Untuk kategori produk yang lain di sini tidak dicantumkan karena secara sampel tidak mencukupi. Jika seluruh kategori produk digabungkan, seorang konsumen membelanjakan Rp 2,5 juta / transaksi.

msight_fashion

Dari sisi metode pembayaran, pembelanja online masih menyukai pembayaran dengan tunai, khususnya menggunakan transfer bank (89%). Hal serupa juga nampak dari semua kategori produk.

image014

Sebagaimana terlihat dari insight sebelumnya, mayoritas konsumen menggunakan perangkat mobile untuk berbelanja online. Maka menjadi logis ketika para pelaku bisnis e-commerce ingin berpromosi kepada mereka melalui sarana mobile advertising. Survei menunjukkan bahwa 7 dari 10 konsumen pada akhirnya berbelanja secara online setelah melihat iklan di perangkat mobile mereka.

Apalagi yang dapat Anda ketahui dari pembelanja online di Jabodetabek? Atau, bagaimana dengan kota lain? Puaskan rasa ingin tahu Anda dengan menghubungi digitalads@telkomsel.co.id.


Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel