Tag Archives: telkomsel

Cara Transfer Telkomsel

3 Cara Mudah Meminjam Pulsa Telkomsel

Kalau kamu adalah salah satu pelanggan Telkomsel yang sedang kehabisan dan membutuhkan pulsa, kamu bisa lho memanfatkan fitur pinjam pulsa. Telkomsel memberikan fitur pinjam pulsa bagi pelanggan yang merasa memerlukan pulsa atau paket internet saat dalam keadaan darurat.

Layanan pinjam pulsa Telkomsel ini bisa dibilang sebagai paylater. Jadi, kamu akan menerima saldo dalam bentuk pulsa untuk digunakan pada layanan Telkomsel seperti SMS, telepon, dan internet. Lalu, pembayaran akan dialihkan pada transaksi selanjutnya.

Persyaratan Pinjam Pulsa Telkomsel

Sebelum mengajukan pinjam pulsa, kamu perlu memenuhi persyaratan berikut ini.

  • Kartu Telkomsel sudah aktif lebih dari 60 hari atau 2 bulan.
  • Merupakan kartu prabayar.
  • Tidak memiliki tunggakan utang paket darurat.
  • Batasan penggunaan layanan pinjam pulsa maksimal 5 kali dalam sebulan.
  • Pinjam pulsa berbeda-beda nominalnya, mulai dari 3 ribu hingga 15 ribu rupiah.

Cara Meminjam Pulsa Telkomsel

Terdapat tiga cara untuk meminjam pulsa Telkomsel. Berikut cara yang bisa kamu lakukan.

Melalui Aplikasi MyTelkomsel

Telkomsel memiliki aplikasi resmi yaitu MyTelkomsel. Melalui aplikasi ini, kamu bisa melakukan cek pulsa, membeli paket internet, hingga meminjam pulsa Telkomsel.  Aplikasi MyTelkomsel tersedia di Google PlayStore dan bisa kamu unduh secara gratis. Berikut cara meminjam pulsa melalui MyTelkomsel.

  • Log in akun terlebih dahulu dengan menggunakan nomor ponsel Telkomsel.
  • Pada menu Belanja, klik menu Spesial untuk Anda.
  • Pilih menu Promo Hanya Untukmu.
  • Kalau nomormu telah memenuhi persyaratan akan terlihat menu Paket Darurat.
  • Klik paket untuk mengajukan pinjam pulsa, lalu tunggu pesan konfirmasi dari nomor 5111 atau 5050.
  • Jika berhasil maka pinjam pulsa bisa kamu gunakan.

Melalui Kode USSD

Cara kedua, kamu bisa meminjam pulsa Telkomsel melalui kode USSD. Berikut langkah-langkahnya.

  • Buka fitur panggilan pada ponselmu, kemudian ketik *505# klik ikon telepon.
  • Kalau nomor Telkomselmu memenuhi persyaratan pinjam pulsa, maka akan terlihat paket darurat.
  • Pilih angka sesuai menu paket darurat yang tersedia.
  • Ikuti panduan sesuai perintah.
  • Tunggu pesan konfirmasi dari nomor 5111 atau 5050.
  • Jika berhasil, kamu Paket Darurat sudah bisa kamu gunakan.

Melalui SMS

Cara terakhir, kamu bisa meminjam pulsa Telkomsel melalui SMS. Biasanya, saat pulsa habis Telkomsel akan mengirimkan pesan berupa penawaran Paket Darurat. Berikut langkah-langkahnya.

  • Penawaran paket darurat dikirim ke nomor ponselmu dari nomor 5111 atau 5050.
  • Balas “Yes” untuk menyetujui penawaran paket darurat.
  • Tunggu pesan konfirmasi dari nomor 5111 atau 5050 untuk melakukan aktivasi paket darurat.
  • Jika nomormu memenuhi persyaratan, kamu akan menerima SMS konfirmasi dan paket darurat sudah bisa digunakan.

Berikut tiga cara yang bisa kamu lakukan untuk meminjam pulsa Telkomsel. Namun, untuk menggunakan fitur pinjam pulsa Telkomsel pastikan kartumu telah memenuhi persyaratan, ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Cara Transfer Telkomsel

4 Cara Jitu Mengatasi Gangguan Sinyal Internet Telkomsel

Pasti kamu merasa sebal jika koneksi internetmu terdapat gangguan sinyal. Kalau kartu provider Telkomselmu mengalami gangguan sinyal, jangan khawatir. Akhir-akhir ini memang banyak provider yang mengalami gangguan sinyal, tidak terkecuali Telkomsel. Gangguan sinyal menyebabkan koneksi internet menjadi tidak stabil saat digunakan.

Penyebab dari terjadinya gangguan sinyal pun cukup beragam, mulai dari faktor cuaca, sedang pemeliharaan jaringan, dan masih banyak lagi. Namun, kamu bisa melakukan beberapa cara berikut untuk membuat sinyalmu menjadi stabil kembali.

Cara Mengatasi Gangguan Sinyal Telkomsel

Terdapat banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan sinyal pada ponselmu. Tentu saja, kamu bisa melakukannya dengan mudah. Berikut cara mengatasi gangguan sinyal Telkomsel.

Aktifkan Mode Pesawat

Kalau kamu merasa sinyalmu terdapat gangguan atau melemah saat sedang menggunakan internet, kamu bisa mengaktifkan mode pesawat selama beberapa menit. Caranya, klik mode pesawat pada ponselmu untuk mengaktifkan, beberapa menit kemudian matikan mode pesawat dengan klik mode pesawat. Jika berhasil, sinyalmu akan kembali stabil.

Charge Ponsel

Jika daya baterai ponselmu rendah, kamu bisa mengisi daya ponselmu terlebih dahulu, setidaknya sekitar 70 persen. Daya baterai yang cukup akan lebih optimal dalam menangkap sinyal. Setelah daya bateraimu cukup, kamu bisa menggunakan kembali ponselmu untuk internetan.

Berpindah Lokasi

Jika sinyal dalam ponselmu memang sangat terbatas, mungkin saja sinyal kartu Telkomsel belum menjangkau lokasimu. Kamu bisa berpindah lokasi untuk menangkap lebih banyak sinyal. Biasanya, luar ruangan akan menangkap lebih banyak sinyal.

Menggunakan Koneksi Wi-fi

Cara terakhir, kamu bisa menggunakan koneksi Wi-fi selama beberapa saat. Mungkin saja keterbatasan sinyal pada kartu Telkomselmu terjadi karena sedang pemeliharaan jaringan. Dengan menggunakan Wi-fi, kamu tetap bisa terhubung internet pada ponselmu.

Berikut artikel cara mengatasi gangguan sinyal Telkomsel. Kamu bisa mengatasinya dengan mudah dan cepat. Semoga artikel di atas bermanfaat, ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Capai “Product-Market Fit”, Kuncie Lebarkan Pasar ke Segmen Profesional

Satu tahun beroperasi, platform edtech Kuncie kini melebarkan pasarnya ke segmen profesional. Kuncie mulai menggarap program pembelajaran Mini MBA yang bersifat tanpa gelar (non-degree) dan berbasis online.

Disampaikan CEO Kuncie Mario Nicolas, pihaknya telah melakukan riset untuk memvalidasi kebutuhan pasar profesional yang ingin belajar di tingkat lanjut (advanced) di lembaga/institusi pendidikan kredibel, dengan periode waktu singkat, dan biaya lebih terjangkau. Rata-rata biaya sekolah bisnis dan manajemen di Indonesia berkisar 28-45 juta Rupiah per semester atau setara 200 juta Rupiah hingga lulus.

Berdasarkan hasil riset internal terhadap 330 profesional di Indonesia, 73,2% responden menganggap gelar (sertifikasi/s1/s2/MBA) penting. Sebanyak 52,6% tidak menganggap gelar penting, tetapi ingin melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar. Adapun, 84,6% mengaku tertarik untuk ikut program Mini MBA secara online dalam periode 1-12 minggu dan mendapat sertifikasi (bukan gelar) dari universitas ternama di Indonesia.

“Tahun lalu, kami fokus pada entreprenuer dengan konten pembelajaran yang masih gratis. Sejak awal Juni 2022, kami mulai monetisasi dengan masuk ke segmen profesional. Kami melihat sekitar 20% dari total pendapatan kami berasal dari repurchase konten secara harian,” ungkap Mario kepada DailySocial.id.

Adapun, upaya monetisasi ini menjadi langkah selanjutnya Kuncie usai mencapai sejumlah milestone signifikan. Dalam enam bulan beroperasi, platform di bawah naungan INDICO ini telah mengantongi lebih dari 1 juta pengguna dari 300 kota, 100 mentor, 1000 learning video, 25 topik, dan 6,5 juta waktu dihabiskan pengguna untuk belajar.

Kemudian, sejak Desember 2021, Kuncie mengalami peningkatan pengguna menjadi 1,9 juta, lebih dari 70 topik, 1200 learning video, dan mencapai total 12 juta menit dalam mengakses materi pembelajaran

Di awal berdiri, Kuncie membidik pendidikan nonformal atau street learning sebagai starting point masuk ke pasar edtech Indonesia. Kuncie menilai kebutuhan street learning di Indonesia tinggi, tetapi belum banyak pemain yang bermain di segmen ini.

Kerja sama SBM ITB

Sebagai langkah awal, Kuncie bekerja sama dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB untuk menghadirkan program Mini MBA non-degree. Program ini dilaksanakan dalam periode 12 minggu dengan model pembelajaran hybrid, yakni pre-recorded dan live session. Adapun pendaftar akan mendapat akses ke platform Kuncie dan dapat melacak progress belajar.

Ada empat kurikulum model yang disiapkan antara lain Leadership, Strategy, Customer, dan Business Performance. Kurikulum ini dipilih lantaran riset internal Kuncie menunjukkan sebanyak 24,7% responden memilih bisnis dan manajemen sebagai topik belajar favorit, diikuti 20,5% digital skill, dan 16,4% entreprenuership. 

Baik Kuncie maupun STB IBm juga menilai pandemi membawa dampak signifikan terhadap bisnis. Digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk mencari berbagai model bisnis baru. Di samping itu, perusahaan menyadari pentingnya pembekalan keterampilan bagi karyawan agar dapat bersaing.

Director of Executive Education SBM ITB Donald C. Lantu mengatakan, pihaknya telah melakukan benchmark terhadap metode hingga materi pembelajaran dari sejumlah negara di dunia. Topiknya pun dikurasi sesuai kebutuhan dan periode waktu belajar.

“Kami sadar masih banyak yang beradaptasi dengan metode pembelajaran online. Banyak yang merasakan zoom fatigue. Makanya, kami blend materi pre-recorded dan live karena waktu jadi salah satu pertimbangan utama. Sekolah MBA makan waktu dua tahun. Ini bisa memengaruhi kinerja karyawan. Kami harap kinerja SDM dapat meningkat sehingga mereka tidak cuma buat produk saja, tapi menciptakan sesuai kebutuhan pasar,” jelas Donald.

Sementara bagi Mario, ini menjadi tantangan berikutnya bagi platform edtech untuk dapat keep up menyediakan materi dan mentor relevan sesuai perkembangan zaman. “Kami ingin memberikan kualitas yang sama dengan biaya terjangkau, dan mengedukasi pasar bahwa belajar online bukanlah sampingan, melainkan investasi waktu yang hasilnya dapat dipakai di lingkup kerja.” Tutup Mario.

Application Information Will Show Up Here
CEO Fita Reynazran Royono saat sesi Executive Power Breakfast di Jakarta, Minggu (26/6) / DailySocial

Platform Wellness Fita Kenalkan Skema Langganan Berbayar, Siapkan Fitur Baru Demi Tingkatkan Jumlah Pengguna

Platform preventive healthcare berbasis reward Fita tengah menyiapkan pengembangan sejumlah produk dan fitur baru untuk memonetisasi bisnisnya tahun ini. Salah satunya adalah memperkenalkan layanan premium berbasis langganan (subscription) kepada pengguna.

Di sesi Executive Power Breakfast pada Minggu (26/2), CEO Fita Reynazran (Rey) Royono mengatakan bahwa layanan premium ini sebetulnya sudah tersedia di aplikasi Fita, tetapi baru akan diluncurkan secara resmi pada Juli mendatang. Ia mengklaim sudah ada lebih dari 150 transaksi pembelian paket premium per harinya.

Saat ini, Fita menawarkan paket “Exercise Plan” dengan harga mulai dari Rp49 ribu-Rp55 ribu per pembelian. Menurut Rey, layanan premium menawarkan poin reward lebih besar dan dapat ditukar ke paket-paket layanan milik Telkomsel. Ada pula layanan berbayar lainnya, yakni katering dengan menggandeng Yellow Fit Kitchen.

“Selain itu, dari survei internal yang kami lakukan, Fita berada di peringkat ketiga terkait top of mind untuk aplikasi kesehatan di Indonesia. Maka itu, kami akan mengembangkan beberapa fitur dan program lain, seperti penyakit kritis dan kesehatan mental. Kami tidak hanya membidik pasar yang sudah aware terhadap preventive healthcare, justru pasar terbesarnya adalah mereka yang belum pernah melakukan aktivitas kesehatan,” jelas Rey.

Fita dinilai telah memiliki pencapaian signifikan dalam waktu singkat. Sejak resmi meluncur pada November 2021, Fita telah mengantongi lebih dari 1,8 juta unduhan dengan 500 ribu pengguna aktif tiap bulan.

Lebih lanjut, Rey berujar ingin meningkatkan pengalaman aplikasi Fita agar semakin rewarding bagi pengguna. Beberapa fitur yang tengah digarap adalah fitur berbagi foto kepada komunitas atau media sosial. Lalu, fitur berbasis AI yang berfungsi membantu akurasi gerakan olahraga dengan kamera.

Ada juga fitur yang memungkinkan pengguna menghubungkan aktivitas olahraganya ke perangkat wearable dengan tingkat akurasi maksimal. Use case lain yang tengah dipersiapkan Fita adalah pembelian produk vitamin dan suplemen dan rekomendasi paket asuransi yang tepat bagi pengguna.

Peran INDICO

Sejak Maret 2022, Fita tak lagi berada di bawah naungan Telkomsel langsung. Fita telah menjadi entitas resmi terpisah yang masuk ke dalam portofolio Indonesia Digital Ecosystem (INDICO) milik PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED).

TED merupakan entitas baru Telkomsel yang didirikan sebagai holding company bagi sub-bisnis digital Telkomsel. Selain Fita, beberapa perusahaan digital milik Telkomsel yang tergabung dalam INDICO adalah Kuncie (edtech) dan Majamojo (game).

Rey menjelaskan, INDICO punya peran signifikan dalam mengakselerasi pertumbuhan dan impact Fita di Indonesia. Salah satunya adalah memastikan bahwa Fita mendapat dukungan dari aset yang dimiliki Telkomsel.

Aset-aset yang dimaksud adalah basis pelanggan sebesar 170 juta, lebih dari 300 ribu mitra outlet Telkomsel di 514 kota, termasuk koneksi terhadap para inovator, investor, dan stakeholder terkait.

Ia mencontohkan bagaimana Fita memanfaatkan ratusan ribu mitra outlet Telkomsel sebagai channel pemasaran offline-nya melalui produk paket Combo Fit. Saat ini Fita tengah menyiapkan paket-paket lainnya yang dapat dipasarkan ke outlet.

“Fita memang diinvestasi oleh Telkomsel melalui INDICO. Namun, ini bukan hanya soal investasi, melainkan bagaimana INDICO berperan menjadi enabler terhadap kapabilitas yang dimiliki Telkomsel. Ini menjadi keunggulan kami dibandingkan aplikasi lainnya karena akselerasi kami bisa lebih cepat,” ujarnya.

Posisi Fita yang telah memisahkan diri dari Telkomsel memampukan perusahaan mengakses opsi pendanaan eksternal. Menurut Rey, ada beberapa VC yang telah berdiskusi dengannya. Namun, saat ini pihaknya belum berminat untuk menggalang pendanaan dari investor di luar Telkomsel.

Application Information Will Show Up Here
Telkomsel memperluas portofolio bisnis layanan digital dengan meluncurkan platform survei digital tSurvey.id untuk kebutuhan riset pelanggan

Telkomsel Hadirkan tSurvey, Platform Survei Digital dengan Pemanfaatan Data Telko

Telkomsel memperluas portofolio bisnis layanan digital dengan meluncurkan platform tSurvey.id. Ini adalah platform survei digital yang menawarkan solusi bagi seluruh kebutuhan riset pelanggan, baik dalam lingkup akademik, komersial lintas industri, sosial, maupun keperluan riset lainnya secara luas.

Solusi ini beririsan langsung dengan apa yang ditawarkan oleh JakPat, Populix, dan beberapa platform lainnya. Kapabilitas platform tSurvey ini diperkaya dengan data insight telco, sehingga memiliki beberapa keunggulan, mulai dari jangkauan basis responden yang luas, fitur respondent targeting dengan profil yang akurat, keluaran hasil yang lebih cepat, dan fitur manajemen survei yang user friendly.

Direktur Planning and Transformation Telkomsel Wong Soon Nam menuturkan, peluncuran platform ini merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam melanjutkan positioning sebagai digital ecosystem enabler dengan melahirkan inovasi dan teknologi terdepan.

“Juga bagian dari upaya kami untuk membantu dan memfasilitasi berbagai pemangku kepentingan, baik akademisi, profesional, LSM, dan lainnya dalam membuka lebih banyak peluang kemajuan dengan mendorong penguatan kultur pengambilan keputusan berbasis data,” ujar Nam saat konferensi pers virtual, Selasa (24/5).

tSurvey hadir sebagai hasil dari program inkubasi internal Telkomsel InnoXtion (kini Telkomsel TINC Polaris) yang bertujuan mendukung terciptanya data-driven decision-making culture.

Telkomsel sendiri memiliki basis pengguna yang besar mencapai 170 juta orang se-Indonesia. Terdapat pula data internet, suara, SMS yang dapat diutilisasi menjadi insight baru buat perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, terutama yang sangat mengedepankan aspek konsumer.

Sejak tahun lalu, unit bisnis Data Solution Group Telkomsel melakukan berbagai pengembangan berkelanjutan guna memastikan tSurvey menjadi platform survei digital dengan kapabilitas unggul di pasar industri market research. Kemudian, pada bulan Desember 2021 tSurvey mulai diutilitasi secara komersial dan melayani kebutuhan riset pasar bagi sejumlah perusahaan di lintas industri, seperti ride hailing, e-commerce, dan FMCG.

Salah satu pengguna tSurvey adalah Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) untuk pelaksanaan studi dan penyusunan laporan tahunan bertajuk “2022 Consumer Insight Report” untuk mengetahui perilaku konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai aspek. Dalam proses penyusunannya, tSurvey mampu mengumpulkan 1.500 responden se-Indonesia dalam waktu satu hari. Umumnya, dengan kuantitas tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“Pengguna dapat menentukan sendiri respondennya, bisa berdasarkan behaviour, konsumsi penggunaan datanya, dan sebagainya sehingga hasilnya dapat lebih akurat. Juga tidak ada batasan maksimal responden,” tambah VP Data Solutions Telkomsel Mia Melinda.

Kompetitornya di pasar

Kehadiran tSurvey tentunya meramaikan platform survei digital di Indonesia, sebelumnya dihuni oleh Populix dan JakPat. Sejak tahun lalu, Populix memperbarui layanan “Populix for Business” dengan meningkatkan UI/UX guna memudahkan klien memperoleh banyak informasi tentang proyek riset yang mereka lakukan.

Melalui aplikasi baru tersebut, Populix memiliki ambisi untuk menjadi “toko serba ada” bagi bisnis dalam melakukan berbagai penelitian dan mendapatkan wawasan konsumen. Untuk mendukung pengumpulan data, aplikasi Populix kini dapat mengenali tagihan (misalnya dari pembelian di e-commerce) responden dengan teknologi optical character recognition atau pemindaian nota lewat kamera, dinilai akurasinya sampai 93%.

Konsep pengumpulan data melalui nota pembelian ini bukan hal baru, sebelumnya ada startup Pomona yang lakukan hal serupa untuk membantu brand memahami pelanggannya.

Tidak hanya Populix, layanan serupa juga disuguhkan startup asal Yogyakarta bernama Jakpat. Menggunakan aplikasi dan pendekatan gamifikasi, mereka mengajak masyarakat umum menjadi responden sebuah survei yang sesuai dengan kriteria/profilnya.

Telkom Indonesia melalui anak usahanya Telkomsel menyuntikkan modal sebesar Rp292 miliar kepada anak usahanya, PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) atau kini dikenal dengan Indonesia Digital Ecosystem (INDICO)

Telkom Group Suntik 292 Miliar Rupiah untuk INDICO

Telkom Indonesia melalui anak usahanya Telkomsel menyuntikkan modal sebesar Rp292 miliar kepada anak usahanya, PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) atau kini dikenal dengan Indonesia Digital Ecosystem (INDICO). Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Telkom melakukan transaksi afiliasi tersebut dalam rangka memperkuat platform digital yang dimiliki TED.

PGS Direktur Strategic Portofolio Telkom Bogi Witjaksono mengatakan, transaksi ini termasuk transaksi afiliasi mengingat Telkom merupakan perusahaan pengendali Telkomsel dengan kepemilikan sebesar 65%. TED merupakan anak perusahaan yang dikendalikan langsung Telkomsel dengan kepemilikan saham sebesar 99,99%.

“Dalam rangka memenuhi ketentuan Pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan (POJK 42/2020), dengan ini kami sampaikan bahwa pada tanggal 18 Mei 2022 telah dilakukan Transaksi Afiliasi berupa Penyertaan Modal oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED),” tulis Bogi.

TED merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen bisnis dan investasi atau penyertaan modal kepada sejumlah perusahaan. Selain itu, bisnis TED juga bergerak di sektor aktivitas pengolahan data, hosting, dan kegiatan yang berkaitan dengan periklanan.

TED resmi dibentuk pada awal Januari 2022 dan diposisikan sebagai perusahaan holding yang menaungi beberapa anak usaha dari emerging portofolio bisnis vertikal Telkomsel di bidang sektor digital, dengan mengoptimalkan pemanfaatan sinergi seluruh keunggulan ekosistem aset yang dimiliki Telkomsel. Beberapa inovasi digital yang sudah berjalan di antaranya adalah Kuncie (edtech), Fita (healthtech), dan Majamojo (game).

Dalam peresmiannya beberapa waktu lalu, CEO TED Andi Kristianto menegaskan INDICO berkomitmen untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia secara inklusif dan berdampak. “INDICO akan memampukan kami untuk lebih engage dengan para inovator, investor, mitra strategis, dan stakeholder terkait,” tutur Andi.

Untuk jangka pendek, TED mengembangkan platform yang memungkinkan para inovator, investor, collaborator untuk menjangkau pasar lebih mudah dalam lima tahun ke depan. Pengembangan ini akan didasarkan pada kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan aset dan kapabilitas yang dimiliki induk usaha, yakni basis pelanggan sebanyak 170 juta dan lebih dari 300 ribu mitra outlet Telkomsel di 514 kota.

Pengembangan inovasi digital tersebut juga memanfaatkan pemahaman yang dimiliki, baik secara geografis maupun demografis. “Dengan demikian, aset kami tak hanya relevan bagi [pasar] telekomunikasi saja, tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia, dengan strategi growth hacking. Indonesia sangat diverse, pemahaman terhadap lokal itu sangat berharga,” tambahnya.

Untuk tahap awal, lanjut Andi, pihaknya akan mendorong pengembangan produk digital yang sudah ada dalam enam bulan ke depan, yakni Kuncie, Fita, dan Majamojo. Apabila kapabilitas yang dimiliki sudah dimanfaatkan secara optimal, pihaknya baru akan mulai masuk ke vertikal lain.

Pendekatan baru Telkomsel

Merangkum perjalanan transformasi digitalnya, sejak tahun lalu Telkomsel mulai mengambil pendekatan berbeda dalam mengembangkan produk digital. Sebelum ini, pengembangan inovasi digital dilaksanakan lewat kendaraan Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). TINC menjaring ide untuk diinkubasi dan diakselerasi dari startup lokal, sedangkan TMI masuk melalui pemberian investasi ke startup tahap awal (early stage).

Namun, kali ini Telkomsel mencoba mengeksplorasi vertikal yang belum pernah digarap oleh telekomunikasi sebelumnya. Telkomsel mengembangkan platform Kuncie dan Fita yang sama-sama masuk ke segmen digital lifestyle tahun lalu. Kemudian, masuk Majamojo yang didirikan lewat skema patungan oleh TED dan GoTo pada Februari kemarin.

Dalam wawancara terdahulu DailySocial.id dengan Kuncie dan Fita, pendekatan ini tercermin dari langkah Telkomsel mendapuk CEO Kuncie dan Fita dari luar lingkungan perusahaan dan induk usaha. Selain itu, Telkomsel memberikan keleluasaan untuk mengembangkan bisnis dengan model growth hacking, dan punya potensi untuk di-spin-off. Model ini tentu bertentangan dengan model bisnis telekomunikasi yang berorientasi pada Return of Investment (ROI).

Usai memimpin Telkomsel Mitra Inovasi, kini Andi Kristianto didapuk menakhodai INDICO / Telkomsel

Andi Kristianto: INDICO Manfaatkan Aset Telkomsel untuk Membesarkan Bisnis Digital

Andi Kristianto bukanlah sosok baru di industri telekomunikasi. Ia telah dipercaya memimpin berbagai inisiasi dan langkah strategis dalam meningkatkan nilai Telkomsel sebagai penyedia jaringan terbesar melalui produk digital.

Andi merupakan Founder dari program inkubasi dan akselerasi Telkomsel Innovation Center (TINC). Ia juga sempat ditunjuk menakhodai entitas baru Telkomsel di bidang investasi, yakni Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) selama dua tahun. Kini ia kembali dipercaya memimpin Telkomsel Ekosistem Digital (TED) melalui brand INDICO. Pendirian entitas INDICO tentu menjadi penanda penting yang menunjukkan komitmen Telkomsel dalam membesarkan bisnis digital, lepas dari cangkangnya.

Sebelum mendirikan INDICO, Telkomsel telah memperkenalkan produk digital Kuncie (edtech) dan Fita (healthtech) pada paruh 2021. Kedua produk ini dikembangkan berbasis dua hipotesis penting, yakni (1) “inside-out” atau potensi melepas (spin off) bisnis untuk membesarkan valuasinya apabila sukses di pasar dan (2) “outside-in” berfokus dalam mencari ide atau use case yang punya keterkaitan erat dengan business unit Telkomsel.

Hingga akhir 2021, Telkomsel memiliki tiga portofolio dengan mendirikan perusahaan patungan yang didirikan bersama GoTo melalui PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa (AMAB), yakni Majamojo.

DailySocial berkesempatan berbincang dengan Andi seputar pendirian INDICO dan bisnisnya. Berikut rangkumannya.

Ceritakan alasan pendirian entitas baru dengan brand Indonesia Digital Ecosystem (INDICO)?

Jawab: INDICO punya dua peran; (1) sebagai holding atau horizontal platform dan (2) untuk mengembangkan vertikal bisnis. Di poin kedua, INDICO sudah menaungi Kuncie, Fita, dan Majamojo. Potentially more to come.

Holding pada umumnya adalah bagaimana membuat vertikal bisnis punya competitive advantage. Maksudnya begini, semua orang bisa buat startup. Namun, yang membedakan INDICO adalah leverage aset yang telah dibangun Telkomsel selama 27 tahun di industri telekomunikasi. [Aset] ini punya banyak relevansi dalam mendorong kemajuan inovator dengan metrik berbeda. Misalnya, metrik cost acquisition atau market delivery pada startup.

Masalah engagement itu lebih ke “how”, tapi “why”-nya adalah aset Telkomsel bisa relevan. Semua bisa berinvestasi di startup, tetapi ekosistemnya semakin mature selama lima tahun terakhir. Ada VC, ada inkubator. Sudah ada pakem. Kami yakin akan ada pembeda jika aset Telkomsel bisa relevan dalam mendorong inovator [berinovasi dengan cara] berbeda. INDICO menjadi titik awal untuk bisa engage, bisa ke investor, ekosistem partner, dan startup sendiri.

Dari cara [berinovasi], kami sebetulnya agile. Organisasi kami berkembang, ada saya, Andry Firdiansyah (CFO dan CHRO), dan Luthfi K Arif (CTO), ke depan akan terus bertambah. Saat ini cukup untuk kickstart sambil menyiapkan operasional, culture, dan hal teknis lain. Penting untuk punya culture baru dan fundamental bagus ketika membentuk perusahaan, karena tim founder ini yang akan membawa INDICO lebih maju.

Bagaimana cara INDICO leverage aset ini?

Jawab: Kami punya 170 juta pelanggan dan lebih dari 300 mitra outlet di 514 kota. Ini merupakan [aset] yang luar biasa. Ternyata ada banyak use case yang dapat dieksplorasi dari offline presence ini. Selama ini, sebagai perusahaan telekomunikasi, kita tahu ada aset, tetapi leverage ke bisnis digital belum terbayang. Justru terkadang dapat dari ekosistem inovator.

Mungkin ada inovator bingung mulai dari mana, mungkin biaya akuisisi berat. Bisa saja kita go global, tetapi ada banyak yang dapat dieksplorasi. Di sini kita bisa engage untuk mencari win-win. [INDICO] dapat membuat startup bisa go to market lebih cepat, ada efisiensi cost.

Dari sisi konektivitas, semua orang saat ini butuh, berbeda dengan dulu di mana penetrasi masih rendah. Saat ini, kita tinggal membangun di atas konektivitas, yakni platform untuk enable layanan digital lain.

Industri telekomunikasi selama ini dilihat sebagai vertikal bisnis. Namun, sebagai vertikal bisnis, kita juga harus siap jadi enabler di horizontal. Konektivitas itu akan selalu ada, tapi aset kami tidak cuma konektivitas saja. Aset itu sangat luas, bisa networking atau pemahaman terhadap pasar lokal. Kalau bicara horizontal enablement, banyak yang bisa dieksplorasi. Kita tidak mimpi semua bisa dibangun sendiri, makan cost dan waktu, dan eksplorasi ide juga tidak mungkin dilakukan sendiri.

Use case apa yang sedang dieksplorasi oleh INDICO?

Jawab: Saya melihat [industri] telekomunikasi di skala global sudah mencoba [eksplorasi digital], mungkin karena dulu mereka merasa punya basis pelanggan, lalu bikin sendiri saja [produknya]. Sekarang, tidak hanya telekomunikasi, semua perusahaan besar harus membuka diri ke ekosistem jika ingin berinovasi. Tidak bisa bangun sendiri. R&D terlalu lama, banyak potensi di luar sana.

Telkomsel ada di 514 kota. Kami jadi tahu karakteristik pasar di daerah–banyak unknown yang belum kita ketahui. Pada akhirnya, kita harus buka diri dan gabung ke ekosistem.

Bicara pasar healthtech dan edtech, pasarnya besar di Indonesia. Kami yang masuk di dua vertikal ini melihat ini bukan sesuatu yang baru. Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sudah punya portofolio di dua vertikal itu. TMI memang VC, tapi ada bridging ke sinergi.

Mengenai hipotesis inside-out atau outside-in, keduanya kita garap agar inovator manapun bisa engage. Di dalam telkomsel, ada banyak inovator yang paham market dan punya sense of purpose yang kuat. Dunia Games dan Maxstream itu kan dikembangkan dari dalam Telkomsel. Telkomsel juga punya TMI, Telkomsel Innovation Center (TINC), dan The NextDev. Jadi tidak perlu [semua use case] di INDICO, tergantung di mana modelnya cocok.

Saat ini, fokus vertikal kami agnostik. Kami melihat opportunity, juga mengombinasikan antara market dan right-to-play. Ada banyak potensi menarik, tapi ini masih too early to say. Untuk sekarang, saya melihat vertikal di video [streaming atau on-demand], agritech, dan leisure economy menarik. Kalau blockchain, tampaknya masih terlalu early ya.

Apa peran INDICO dalam pengembangan bisnis portofolio?

Jawab: Saat ini, Kuncie, Fita, dan Majamojo sudah punya entitas sendiri. Sudah jadi legal company, bukan business unit lagi. Setiap perusahaan punya CEO dan mereka yang paling paham bisnisnya. Peran kami adalah sebagai holding atau horizontal platform. Awalnya, ada funding [internal], tetapi ke depan harus terbuka. Mereka harus act as a founder. 

Nah yang kami lakukan di INDICO adalah create value. Kami sudah tahu tesisnya. Apa opportunity yang dapat diambil? Apa aset Telkomsel yang bisa di-leverage agar mereka bisa create a difference?

Sejauh ini tiga bulan berdiri, kami sudah melihat perkembangan positif, initial indicator-nya menarik. Memang masih too early ya, apalagi inovator harus menjaga persistensinya.

Operator telekomunikasi umumnya mengacu pada metrik ROI dan EBITDA. Bagaimana INDICO dalam menetapkan metrik bisnis pada portofolionya?

Jawab: Sebetulnya, sebuah perusahaan pada akhirnya akan melihat metrik itu seiring berkembangnya bisnis. Contohnya GoTo. Jadi saya tidak ingin mengkotak-kotakan soal ini. Memang kami memisahkan diri supaya lebih agile, tetapi ini karena mereka sedang berada di fase eksplorasi. Jangan sampai perusahaan yang masih eksplorasi dan belum product market-fit, langsung dihadapkan pada metrik-metrik besar.

Yang lebih penting di masa eksplorasi adalah alasan di belakangnya. Contoh, Objective and Key Result (OKR) menjadi sebuah referensi bagaimana membuat kita aspirasional dalam mengejar target. Proses “so what” itu lebih penting. Selain mengembangkan produk dan mencapai target product market-fit, pastikan jalan menuju monetisasinya juga jelas.

Dengan model OKR, kita bisa diskusikan kenapa target tercapai terlalu cepat? Apakah target kerendahan atau kontribusi kami kurang? Pasti ada sesuatu. Yuk kita coba raise the bar supaya kita bisa proud kerjanya. Kalau tidak tercapai kenapa? Apa ada metrik yang mengganjal? Jadi kita sudah punya mentality di sana.

Apakah INDICO terbuka mencari sumber pendanaan eksternal?

Jawab: Secara struktur, Kuncie, Fita, dan Majamojo tetap punya entitas berbeda. Mereka bisa fundraise sendiri dan menurut saya perlu. Ini bukan masalah uangnya, tetapi pendanaan eksternal itu perlu bagi kredensial bisnis. Belum tentu semua investor punya tesis yang cocok dengan korporat yang filled with startups. Justru ini akan membuat perubahan besar, dalam satu tahun bisa sebesar ini [bisnisnya]. Kami punya network lebih luas. Sementara, mungkin [startup] lain butuh waktu 3 tahun atau lebih. Memang perlu timing yang tepat untuk fundraise. Saat ini [Kuncie, Fita, dan Majamojo] belum, belum decide. Tapi, kami sangat terbuka dengan pendanaan eksternal.

Dalam jangka pendek, kami ingin menunjukkan lewat kesuksesan kami bahwa aset Telkomsel dapat relevan bagi startup, dan beneficial juga buat Telkomsel dan INDICO. Ini bisa menjadi bisnis baru, model bisnis ini ada yang mau beli. Dalam jangka panjang, visi kami adalah membuat sebagian besar orang Indonesia yang tinggal di pedesaan, punya rezeki kota dan bisnisnya mendunia.

Netflix Telkom

Netflix Gandeng Telkom untuk Rangkul Lebih Banyak Pengguna di Indonesia

Hampir dua tahun usai pembukaan blokir, Telkom akhirnya mengumumkan kerja sama dengan platform streaming Netflix. Kerja sama ini menghadirkan paket bundling pada layanan IndiHome dan Telkomsel, baik untuk pelanggan baru maupun existing.

“Kolaborasi dengan Netflix menjadi salah satu konsep IndiHome dalam mewujudkan window of entertainment bagi para pelanggan. Kemudahan melakukan pembayaran juga menjadi prioritas kami dalam kolaborasi ini,” ujar Direktur Consumer Service Telkom Venusiana dalam keterangan resminya.

Direktur Marketing Telkomsel Derrick Heng ikut menambahkan, kolaborasi ini dapat memperkuat posisi Telkomsel sebagai ‘The Home of Entertainment’ untuk membuka akses ke berbagai platform hiburan digital dan meningkatkan kualitas gaya hidup digital pelanggan.

“Kami mengedepankan layanan berbasis customer-centric yang didukung dengan ketersediaan konektivitas digital berteknologi broadband terdepan yang merata dan berkualitas hingga pelosok negeri,” tutur Derrick.

Bagi pengguna IndiHome, paket bundling dengan Netflix dapat dinikmati sebagai layanan add-on. Untuk aktivitasi, pelanggan existing tinggal mengklik tautan yang dikirimkan Netflix ke email terdaftar di aplikasi myIndiHome atau kanal lainnya.

Bagi pengguna Telkomsel, pelanggan Prabayar maupun Telkomsel Halo dapat berlangganan setiap bulan tanpa perlu menggunakan kartu kredit. Telkomsel menyediakan varian paket bundling kuota data dan berlangganan Netflix untuk 1 bulan mulai dari Rp62 ribu dengan pembayaran lewat pulsa.

Jika dibandingkan dengan paket yang sudah ada, paket bundling terbaru sedikit lebih mahal. Sebagai catatan, paket berlangganan untuk smartphone berkisar Rp54 ribu per bulan. Namun, layanan ini hanya dapat diakses lewat satu perangkat saja.

Sementara, paket bundling terbaru ini sudah termasuk akses ke berbagai perangkat seperti TV, laptop, smartphone dan tablet. Biaya langganan juga akan tergabung dalam satu tagihan bulanan. Keduanya sama-sama menawarkan nilai tambah tergantung dengan kebutuhan dari pelanggan. 

Pemblokiran akses

Kolaborasi ini tampaknya telah lama dinantikan oleh banyak pengguna Telkom pasca-konflik pemblokiran akses beberapa tahun silam. Apalagi, Telkom (IndiHome dan Telkomsel) menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia.

Sedikit kilas balik, Telkom pertama kali memblokir akses Netflix pada 27 Januari 2016. Terhitung mulai pukul 00.00 WIB saat itu, seluruh sambungan internet Telkom tidak dapat mengakses Netflix. Pemblokiran ini pun berlaku ke seluruh penggunanya, mulai dari IndiHome, WiFi.id, dan Telkomsel.

Kala itu, dalih Telkom memblokir Netflix karena platform tersebut tidak memenuhi regulasi di Indonesia. Selain itu, pemblokiran ini disebut karena ada konten berbagai pornografi yang di platform tersebut. Kemudian hampir 4,5 tahun berselang, Telkom pun menyerah dan membuka akses Netflix ke seluruh penggunanya pada 7 Juli 2020.

Jumlah pengguna Netflix global / Diolah kembali oleh Katadata

Menariknya, sebelum kolaborasi ini diumumkan, Telkomsel sudah lebih dulu bekerja sama dengan Disney+ untuk menghadirkan paket layanan. Menurut survei Media Partners Asia (MPA), Disney+ bisa lebih cepat unggul penetrasinya karena menggandeng operator seluler lokal. Padahal, Disney+ baru masuk Indonesia per September 2020 kemarin.

MPA melaporkan jumlah pengguna Disney+ di Indonesia mencapai 2,5 juta, sedangkan Netflix yang sudah mengudara di tanah air sejak 2016 baru mengantongi 850 ribu per Januari 2021. Netflix pun masih kalah dari platform on-demand Viu yang memiliki 1,5 juta pengguna di periode tersebut.

Dapat dikatakan bahwa kolaborasi dengan operator seluler menjadi strategi kunci untuk memudahkan jalan masuk terhadap model pembayaran layanan dengan opsi pulsa. Dompet digital juga bisa jadi opsi pembayaran, tetapi belum semua masyarakat memakainya terlepas dari awareness-nya yang terus tumbuh. Pelanggan seluler di Indonesia masih bergantung pada pengisian pulsa.

Dari sudut pandang operator, kerja sama dengan platform streaming dapat berpotensi meningkatkan ARPU pelanggan. Operator dapat meningkatkan nilai tambah mereka sebagai penyedia jaringan.

Kolaborasi antara Telkomsel dan Disney+ juga dinilai strategis karena memberikan akses layanan Disney+ secara gratis pada paket data. Dalam pengamatan kami, operator XL Axiata pun memberikan akses gratis (semacam add-on) layanan Netflix pada beberapa paket data.

Persaingan platform on-demand

Cara-cara tersebut dapat membantu meningkatkan jumlah pelanggan–meski tidak secara organik–untuk memenangkan kompetisi di pasar streaming dan on-demand Indonesia.

Berbeda dengan Netflix yang tidak menggunakan skema iklan, platform streaming milik EMTEK, Vidio memakai skema tayangan premium dan iklan. Berbeda dengan platform on-demand sejenis, Vidio memperkuat posisinya dengan masuk ke konten olahraga yang dinilai punya peminat signifikan di Indonesia. Saat ini Vidio punya 62 juta pengguna, di mana 2,3 juta di antaranya adalah pelanggan berbayar.

Dalam konteks preferensi, survei The Trade dan Kantar melaporkan bahwa drama Korea menjadi konten paling favorit bagi 74 persen penonton OTT perempuan di Indonesia. Sementara, sebanyak 61 persen penonton laki-laki memilih konten berbau olahraga.

Total penonton Indonesia di platform OTT mencapai 83 juta dengan total menonton sebanyak 3,5 miliar jam setiap bulannya atau rata-rata 41,4 jam per bulan tiap penonton.

Application Information Will Show Up Here
PT Telkomsel Ekosistem Digital dan PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa mengumumkan perusahaan patungan PT Games Karya Nusantara (Majamojo)

Anak Usaha Telkomsel dan GoTo Bentuk Perusahaan Game “Majamojo”

Telkomsel melalui anak usahanya PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) dan GoTo melalui PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa (AMAB) mengumumkan perusahaan patungan PT Games Karya Nusantara (Majamojo). Perusahaan ini khusus menggarap pasar game di Asia Tenggara.

Seperti diketahui juga, Telkomsel merupakan salah satu investor strategis di Gojek. Ini adalah inisiatif ke sekian dari hasil sinergi keduanya. Sebelumnya sejumlah agenda telah dijalankan, misalnya mengintegrasikan Telkomsel MyAds dengan GoBiz, paket Telkomsel khusus mitra pengemudi, dan lain-lain. Terkait game sendiri, juga telah diumumkan kolaborasi Telkomsel Dunia Games dengan platform Gopay.

Majamojo akan berfokus menjadi perusahaan penerbit (publisher) yang membuka peluang kemitraan strategis bersama perusahaan pengembang pihak ketiga. Perusahaan akan mendorong penetrasi dan dominasi dalam industri gaming lokal nasional, khususnya platform mobile.

Menurut laporan Newzoo dan Niko Partners, pertumbuhan mobile game di Asia Tenggara pada 2014-2017 mencapai lebih dari 180%. Angka tersebut diprediksi akan terus tumbuh selama lima tahun ke depan. Shibuya Data Count juga memperkirakan pertumbuhan rata-rata tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) industri game di Asia Tenggara akan mencapai 8,5% pada periode 2020-2025.

Potensi tersebut membuat kedua perusahaan percaya diri untuk menggarap industri game secara lebih serius. Mereka akan berkolaborasi dengan menyinergikan sumber daya kedua perusahaan, termasuk kapabilitas digital, aset teknologi, dan ekosistem bisnis yang terintegrasi.

Kerja sama ini akan memperkuat eksistensi para pelaku industri gaming lokal, terutama mendorong lahirnya lebih banyak lagi talenta digital anak negeri. Oleh karena itu, kehadiran Majamojo diharapkan akan mendukung akselerasi transformasi digital dan memperluas manfaat ekonomi digital nasional.

CEO Telkomsel Ekosistem Digital Andi Kristianto mengatakan, pihaknya berupaya memaksimalkan keunggulan aset dan kapabilitas Telkomsel untuk mengembangkan Majamojo dalam ekosistem gaming, melengkapi yang selama ini sudah dicakup oleh Dunia Games. “Kami optimistis Majamojo akan memiliki peran strategis dan bisa berkontribusi optimal dalam memajukan industri gaming di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Andi dalam keterangan resmi, Rabu (23/2).

Kehadiran Majamojo turut memperkuat upaya Telkomsel memperkaya lini bisnis vertikal di bidang digital, setelah PT Kuncie Pintar Nusantara (Kuncie) dan PT Fita Sehat Nusantara (Fita). Pun demikian dari sisi GoTo, melalui Gojek, sebelumnya sudah ada beberapa platform game yang terafiliasi, seperti MPL (diinvestasi Go-Ventures) dan MainGame (diberdayakan untuk GoGames).

Head of GoTo Strategic Partnership Reggy Susanto menambahkan, perusahaan patungan ini memiliki sumber daya yang luar biasa menjadi perusahaan game terbesar di regional. Terlebih itu selama beberapa tahun terakhir, kedua perusahaan sudah menjalin kerja sama yang erat karena ada kesamaan visi dalam menumbuhkan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

“Kami percaya sinergi ini akan memberikan kemudahan bagi semua orang dalam mengakses produk dan layanan digital dari GoTo dan Telkomsel, dengan tujuan melayani kebutuhan pasar mobile-first di Indonesia yang sedang berkembang,” ucap Reggy.

Dalam struktur kepemilikan Majamojo, TED menjadi pemegang saham mayoritas. Jungwon Hahn dipercaya sebagai Direktur Utama dan M. Dody Darmawan sebagai Direktur Keuangan. Jungwon Hahn sebelumnya pernah bekerja sejumlah perusahaan game, seperti Razer, Wargaming, dan Molten Games.

Direktur Utama Majamojo Jungwon Hahn menjelaskan, “Saya bersemangat untuk memimpin Majamojo yang akan fokus pada penerbitan dan pengembangan bisnis gaming. Misi kami adalah untuk melayani para gamer dengan dedikasi dan menjadi perusahaan gaming yang diperhitungkan di Asia Tenggara. Kami menargetkan Majamojo menjadi kekuatan unggul di Indonesia yang akan memperkuat ekosistem game Indonesia di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
PT Telkomsel Ekonomi Digital

Telkomsel Resmikan Anak Usaha Baru untuk Mewadahi Inisiatif Digital Perusahaan

Dalam upaya mendukung kelangsungan peta jalan transformasi digital di Indonesia, Telkomsel secara khusus membentuk sebuah entitas baru yang dinamakan PT Telkomsel Ekosistem Digital. Hal ini dinyatakan sebagai wujud keseriusan perusahaan dalam memperluas portofolio bisnis digital.

PT Telkomsel Ekosistem Digital akan mengambil posisi sebagai perusahaan induk yang menaungi beberapa anak perusahaan dari portofolio bisnis vertikal Telkomsel di sektor digital. Melalui inisiatif ini, mereka akan mengoptimalkan pemanfaatan sinergi seluruh ekosistem aset yang dimiliki. Hingga saat ini, perusahaan belum mengumumkan nama resmi yang akan digunakan sebagai brand atau identitas bisnis.

Selain itu, pembentukan anak usaha baru Telkomsel ini juga diharapkan bisa membuka peluang serta mempermudah pemanfaatan teknologi digital terkini. Hal ini semata-mata bertujuan untuk memperkuat ekosistem digital tanah air demi mengantarkan Indonesia menjadi digital powerhouse di Asia Tenggara.

Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan, “Telkomsel ingin terus memberikan manfaat kepada masyarakat dengan mengoptimalkan kapabilitas digital trifecta (digital connectivity, digital platform, dan digital service) yang dimiliki untuk mendorong perluasan portofolio bisnis di berbagai sektor, terutama yang dapat memperkuat perekonomian digital nasional.”

Indonesia kini telah menjadi salah satu negara dengan penetrasi ekonomi digital yang terus tumbuh positif setiap tahunnya dengan transaksi digital yang diproyeksikan mencapai $124 miliar pada tahun 2025.

Berdasarkan studi yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Co., sekitar 41,9% dari total transaksi ekonomi digital Asia Tenggara berasal dari Indonesia. Nilai ekonomi digital Indonesia sendiri pada 2020 telah mencapai $44 miliar, tumbuh 11% dibandingkan 2019, dan memiliki kontribusi sebesar 9,5% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Kami berharap, PT Telkomsel Ekosistem Digital dapat menjalankan perannya memperkuat Telkomsel sebagai digital ecosystem enabler, melalui optimalisasi kapabilitas ekosistem layanan digital yang dimiliki, guna mewujudkan visi Indonesia menjadi salah satu negara ekonomi digital terbesar di dunia,” ungkap Hendri.

Di tahap awal, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan dipimpin oleh Andi Kristianto sebagai Chief Executive Officer (CEO). Sebelumnya, Andi juga pernah menjabat sebagai CEO Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan SVP Corporate Strategy and Strategic Investment di Telkomsel. Selain itu, Andi juga akan didampingi oleh Andry Firdiansyah sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Chief Human Resource Officer (CHRO), dan Luthfi K. Arif sebagai Chief Technology Officer (CTO).

Inisiatif digital Telkomsel

Beberapa tahun terakhir, Telkomsel telah memperluas cakupan solusi digitalnya melalui divisi inkubasi dan akselerasi internal Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perusahaan perpanjangan investasi di luar ekosistem perusahaan. Ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencari model bisnis yang tepat bagi bisnis telekomunikasinya.

Dalam upaya mendorong pengembangan di gelombang pertama, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan fokus pada tiga sektor industri digital, yakni edtech, healthtech, dan gaming. Ketiga lini bisnis tersebut dinilai berpotensi untuk mendorong perekonomian digital nasional dan akan menjadi bagian dari emerging portofolio bisnis digital Telkomsel yang berkelanjutan.

Di pertengahan tahun 2021, Telkomsel memperkenalkan Kuncie, platform edtech yang menyediakan layanan pembelajaran pengembangan bisnis di berbagai macam kategori dengan mentor berpengalaman. Edtech merupakan vertikal bisnis yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi lini bisnis operator telekomunikasi, baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.

Selang beberapa waktu, tepatnya di akhir tahun 2021, perusahaan resmi meluncurkan platform digital terbaru Fita yang bermain di segmen prevented healthcare. Produk ini disebut mengamalkan growth mentality yang lekat pada kultur startup. Sebelumnya, aplikasi Fita sudah lebih dulu hadir di Google Play Store dan Apps Store pada pertengahan tahun ini.

Dalam waktu dekat, Telkomsel berencana melakukan pemekaran usaha melalui pemisahan keseluruhan bisnis aplikasi Kuncie dan Fita untuk dialihkan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital, guna memperkuat penetrasi bisnis vertikal, masing-masing di sektor edutech dan healthtech.

Sedangkan untuk sektor gaming, Telkomsel juga telah mengalihkan kontrak usaha patungan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital untuk mendirikan perusahaan Joint Venture (JV) yang memiliki fokus bisnis sebagai perusahaan penerbit (publisher) gaming guna meningkatkan kompetensi dan kapabilitas di vertikal bisnis Telkomsel di industri gaming.