Tag Archives: Telunjuk

Hanindia Narendrata: Telunjuk’s Fortunate Leads the Way towards Its Goal

In the late 2021, the Telunjuk price comparison platform was acquired by PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamonds). Through the Company’s subsidiary, PT Sukanda Djaya, they have signed a conditional share purchase agreement for the 81% ownership of the company. This is the company’s new chapter after it was founded in 2012.

Telunjuk’s CEO, Hanindia Narendrata said, Telunjuk’s next mission is to develop Compas and maintain its first product, a price comparison platform.

Company’s Journey

One of the company’s milestones was its Series A funding from Venturra in 2015. Back then, Telunjuk was quite aggressive to channeling marketing actions, however, the strategy hs changed to be more focused on profit.

“The thing is, if you only focus on branding, it will be just like make up, it’s only on the surface but the value is not there. For me, value is when you can give positive results to stakeholders,” Narendrata said.

Entering 2019, Telunjuk is working on the B2B segment. Instead of just being an ordinary price comparison platform, they use big data to process SKU in various marketplaces.

In the late 2020, Telunjuk introduced Compas, an e-commerce market insight dashboard to facilitate more online entrepreneurs to develop their businesses. In the platform, users can observe marketshare data summarized from four e-commerce players, including Tokopedia, Bukalapak, Shopee, and JD.id.

“Over the past three years we have experienced positive growth, even during the pandemic. Although Compas launching did not immediately get positive results, in the fourth quarter of 2020 we began to see new challenges,” Narendrata said.

It all started with a client

Hanindia Narendrata and Compas team / Compas

Diamond is one of Compas debut clients. During the process, its subsidiary, PT Sukanda Djaya, was interested in a more intensive collaboration. As the company found similarities in mission, vision, and values, they were interested to acquire Telunjuk.

“Back then, at the same time, Telunjuk was approached by two different companies, to provide investments and make acquisitions as well. However, we prefer PT Sukanda Djaya,” Narendrata said.

Narendrata also mentioned, it was a big dream for him and Telunjuk to join an experienced company.

The sense of acceptance and kinship by Diamond is said to align with Telunjuk’s working culture. The sense of trust and comfort between the two parties convinced Narendrata and team to accept this acquisition.

“There were some obstacles during the acquisition process, however, all of them could be resolved together. I also saw how they made plans, implemented corporate governance while executing them pretty well. I think these are attractive things,” Narendrata said.

Although most of the company’s shares have been taken by PT Sukanda Djaya, Narendrata emphasized on Telunjuk’s business and future plans will not be changed whatsoever. He still acts as the Director of PT Telunjuk Komputasi Indonesia.

“In the future, the data [managed by Telunjuk] will be used for further monetization of Diamond’s [business process]. It is not only useful for the benefit of the company, but also for the FMCG [industry] as a whole,” he added.

Mentor for the new generation

Narendrata also emphasized that they will be focused on developing Telunjuk in  the long term. He wants to use his experience in running a startup business to help the next generation of startups–whether as a mentor or access to information and consulting.

“I feel so lucky that the startup community helped a lot in the beginning. I personally want to focus here for the long term. There are no plans to launch my own product and I’m not interested in being an angel investor. In the future, I’m more open to being a mentor and want to pursue new dreams,” he said.

He also suggested for startups who want to develop their business to an advanced stage to conduct extensive collaboration early on. “Never be afraid to be more open and transparent, because in tough times collaboration helps businesses survive.”

“I was among those who realized this concept quite late. Startups generally have limited funding. [..] Usually [they] can build a trustworthy business and work together if there are friends who can support them. The point is to be more open,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CEO Telunjuk Hanindia Narendrata

Hanindia Narendrata: Keberuntungan Membawa Telunjuk Melanjutkan Mimpi

Di akhir tahun 2021 platform pembanding harga Telunjuk diakuisisi oleh PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamond). Melalui entitas anak Perseroan, yakni PT Sukanda Djaya, mereka telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat untuk kepemilikan 81% perusahaan. Ini merupakan babak baru bagi startup yang didirikan tahun 2012 lalu.

Kepada DailySocial, CEO Telunjuk Hanindia Narendrata mengungkapkan, misi Telunjuk selanjutnya adalah mengembangkan Compas dan mempertahankan produk pertama mereka, yaitu platform pembanding harga.

Perjalanan perusahaan

Salah satu tonggak milestone perusahaan adalah saat mendapatkan pendanaan Seri A dari Venturra di tahun 2015. Saat itu Telunjuk sempat agresif melakukan aksi pemasaran, namun kemudian mereka mengubah strategi dan fokus ke metrik profit.

“Kesannya jika hanya fokus kepada branding akan seperti kosmetik saja, yaitu hanya di permukaan namun value tidak dirasakan. Bagi saya justru value adalah ketika bisa memberikan hasil positif kepada stakeholder,” kata Hanindia.

Memasuki tahun 2019, Telunjuk menggarap segmen B2B. Tak sekadar platform pembanding harga biasa, mereka memanfaatkan big data untuk mengolah data SKU di berbagai marketplace.

Di akhir tahun 2020 Telunjuk memperkenalkan Compas, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat data marketshare yang dirangkum dari empat pemain e-commerce, yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id.

“Selama tiga tahun terakhir kami mengalami pertumbuhan yang baik, bahkan saat pandemi. Meskipun pada awal diluncurkan Compas tidak langsung mendapatkan hasil yang positif, di kuartal keempat tahun 2020 kami mulai melihat tantangan yang baru,” kata Hanindia.

Berawal dari klien

Hanindia Narendrata dan tim Compas / Compas

Diamond adalah salah satu klien yang memanfaatkan Compas. Saat melakukan diskusi, entitas anak perusahaan, yakni PT Sukanda Djaya, tertarik melakukan kolaborasi yang lebih intensif. Melihat adanya kesamaan misi, visi, dan value, mereka tertarik mengakuisisi Telunjuk.

“Saat itu, di saat yang bersamaan, Telunjuk juga didekati oleh dua perusahaan yang berbeda, untuk memberikan investasi dan melakukan akuisisi juga. Namun kami lebih memilih PT Sukanda Djaya,” klaim Hanindia.

Menurut Hanindia, menjadi mimpi besar bagi dirinya dan Telunjuk untuk bergabung dengan perusahaan yang telah berpengalaman.

Keterbukaan dan rasa kekeluargaan yang diterapkan Diamond diklaim memiliki kesamaan dengan kultur yang diterapkan Telunjuk selama ini. Rasa kepercayaan dan kenyamanan antara kedua belah pihak meyakinkan Hanindia dan tim untuk menyetujui rencana akuisisi ini.

“Meskipun ada hambatan yang ditemukan saat proses akuisisi, namun semua bisa diselesaikan bersama. Saya juga melihat bagaimana mereka membuat perencanaan, menerapkan corporate governance sambil eksekusi dengan baik. Menurut saya hal-hal tersebut yang menarik perhatian,” kata Hanindia.

Meskipun sebagian besar saham perusahaan sudah diambil PT Sukanda Djaya, Hanindia menegaskan tidak ada perubahan dari bisnis dan rencana Telunjuk ke depannya. Hanindia juga masih menempati posisi Direktur PT Telunjuk Komputasi Indonesia.

“Ke depannya data [hasil kelolaan Telunjuk] tersebut akan dimanfaatkan untuk monetisasi [proses bisnis] Diamond selanjutnya. Bukan hanya berguna untuk kepentingan perusahaan, melainkan juga [industri] FMCG secara keseluruhan,” kata Hanindia.

Ingin jadi mentor untuk generasi baru

Hanindia menegaskan, untuk jangka panjang fokusnya adalah mengembangkan Telunjuk. Pengalamannya menjalankan bisnis startup ingin dimanfaatkan untuk membantu startup next generation–apakah sebagai mentor atau akses informasi hingga konsultasi.

“Saya merasa beruntung di masa awal banyak dibantu oleh komunitas startup. Saya pribadi masih ingin fokus di sini untuk jangka panjang. Tidak ada rencana untuk meluncurkan produk sendiri dan tidak tertarik sebagai angel investor. Ke depannya lebih terbuka menjadi mentor dan ingin melanjutkan mimpi baru,” katanya.

Tips yang disarankan Hanindia bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya ke tahap lanjutan adalah melakukan kolaborasi luas sejak dini. Jangan pernah takut untuk lebih terbuka dan transparan, karena di masa sulit kolaborasi membantu bisnis untuk bertahan.

“Saya termasuk yang terlambat menyadari konsep ini. Startup pada umumnya memiliki pendanaan yang terbatas. [..] Biasanya [mereka] bisa membangun bisnis yang bisa dipercaya dan bergerak bersama jika ada teman yang bisa mendukung. Intinya harus bisa lebih terbuka,” kata Hanindia.

Telunjuk Acquired by a Subsidiary of PT Diamond Food Indonesia

PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamond) as one of the FMCG companies in Indonesia officially announced its acquisition of PT Telunjuk Komputing (Telunjuk). It was stated in the disclosure as of December 21, 2021 through the Company’s subsidiary, PT Sukanda Djaya, the company had signed a conditional share purchase agreement for 81% of Telunjuk’ shares.

Telunjuk’s acquisition is expected to bridge Diamond’s strategy to increase product distribution in the e-commerce channel and carry out digital transformation. First established since 1974, Diamond manufactures and markets a wide range of fresh beverage and instant food products. It invloves milk, juice, cheese, ice cream, and others.

Was founded in 2012, Telunjuk is present as a platform for product recommendaton and price comparison in e-commerce. However, as day goes by, they had a business model targeting the B2B segment. In an interview with DailySocial.id, Telunjuk’s Co-Founder & CEO, Hanindia Narendrata said that this way the company claims to be able to earn enough profit to run the company.

For business players, the services provided are in the form of market insight that can help companies analyze market dynamics. “Initially, we received an offer from a big brand who wanted to see price estimates on various e-commerce platforms in Indonesia. Then, we explored with the crawling engine we already had and the data that had been collected. It was ideal for us to present this service and the demand turned out to be quite large among brands,” Hanindita said.

In 2020, Telunjuk also launched the “Compas”, the e-commerce market insight dashboard to facilitate more online entrepreneurs to develop their businesses. Through Compass, users can see online market share data summarized from four e-commerce players, such as Tokopedia, Bukalapak, Shopee, JD.id and others; price monitoring, placement health check, and promo monitoring.

Aside from Hanindita, Telunjuk was also founded by Redya Febriyanto. In terms of funding, they have secured the series A stage. There are a number of investors involved, one of which is Venturra Discovery.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telunjuk Diakuisisi Diamond

Telunjuk Diakuisisi Anak Usaha PT Diamond Food Indonesia

PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamond) sebagai salah satu perusahaan FMCG di Indonesia resmi mengumumkan telah mengakuisisi PT Telunjuk Komputasi (Telunjuk). Dalam keterbukaan informasi, disampaikan bahwa per 21 Desember 2021 melalui entitas anak Perseroan, yakni PT Sukanda Djaya, mereka telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat untuk 81% saham Telunjuk secara langsung.

Akuisisi Telunjuk diharapkan dapat menjembatani strategi Diamond untuk meningkatkan distribusi produk di saluran e-commerce dan melakukan transformasi digital. Didirikan sejak 1974, Diamond memproduksi dan memasarkan berbagai produk minuman dan makanan instan segar. Mulai dari susu, jus, keju, es krim, dan lain-lain.

Didirikan tahun 2012, Telunjuk hadir sebagai platform rekomendasi dan pembanding harga produk di e-commerce. Namun seiring perjalanan waktu, mereka sempat model bisnis menyasar segmen B2B. Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan DailySocial.id, Co-Founder & CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menyebutkan, dengan cara tersebut perusahaan mengklaim mampu memperoleh profit yang cukup untuk menjalankan perusahaan.

Untuk pelaku bisnis, layanan yang dihadirkan berupa market insight yang dapat membantu perusahaan melakukan analisis terhadap dinamika pasar. “Awalnya kita mendapat tawaran dari brand besar yang ingin melihat perkiraan harga di berbagai platform e-commerce yang ada di Indonesia. Dari situ kita melihat dengan engine crawling yang sudah dimiliki serta data yang telah dikumpulkan. Menjadi ideal bagi kami untuk menghadirkan layanan tersebut dan ternyata demand-nya cukup besar di kalangan brand,” ujar Hanindita.

Tahun 2020 lalu, Telunjuk juga meresmikan produk “Compas”, yakni dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, JD.id dan lainnya; price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

Selain Hanindita, Telunjuk turut didirikan oleh Redya Febriyanto. Untuk pendanaan, mereka telah membukukan sampai ke tahap seri A. Sejumlah investor turut tergabung, salah satunya Venturra Discovery.

Platform pembanding harga Telunjuk meresmikan produk terbarunya Compas dalam versi beta, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk pelaku online UMKM

Telunjuk Resmi Rilis Layanan Compas, Dasbor Analisis Pasar E-commerce

Platform pembanding harga Telunjuk meresmikan produk terbarunya Compas dalam versi beta, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Pengumuman ini sebenarnya sudah dihembuskan kepada DailySocial pada tahun lalu.

Co-Founder dan CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menuturkan, banyak pelaku UKM yang belum mengadaptasi peran data yang sebetulnya menguntungkan bisnis mereka. Data pendukung itu diolah menjadi market insight yang dapat meningkatkan penjualan karena menyasar audiens dan mengaplikasikan strategi bisnis yang tepat.

Inteligensi bisnis yang kerap dikaitkan dengan pemanfaatan data sejatinya akan membantu bisnis memantau kondisi perusahaan dan pasar dengan memberikan data yang berkaitan dengan data historikal, maupun saat ini untuk menganalisis masalah dan perencanaan ke depannya.

“Namun masih banyak UKM yang belum sadar terhadap kepentingan karena dianggap membingungkan dan memilih untuk tetap menggunakan cara yang tradisional. Compas berinisiasi untuk membantu pelaku UKM melalui penetapan harga, serta menyajikan pemahaman terhadap persaingan dalam industri,” kata Hanindia dalam keterangan resmi, Rabu (5/8).

Dia melanjutkan, “Berada dalam lingkup data-driven company membuat kami memiliki tugas untuk mengedukasi pemilik usaha atas pentingnya data bagi perkembangan bisnisnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat.”

Compas diharapkan dapat membantu para pelaku UKM di Indonesia. Menurut BPS, terdapat 64,2 juta unit UKM, namun baru 13% di antaranya yang telah go digital. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id, price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

“Ke depannya kami akan mengambil langkah besar untuk lebih memperkenalkan pemanfaatan data kepada pasar yang lebih luas dan menggaet setidaknya 70 ribu UKM pada akhir tahun ini, termasuk melalui bentuk kerja sama dengan berbagai pihak,” tutup dia.

Telunjuk berdiri sejak 2012 silam, telah mendampingi 3 juta pembelanja setiap bulannya untuk berbelanja di lebih dari 65 platform e-commerce dan marketplace di Indonesia dengan 140 juta produk pilihan dari berbagai kategori.

Application Information Will Show Up Here
Keterbatasan "ticket size" dan belum banyak pengalaman di sektor digital menjadi kendala investor lokal untuk berpartisipasi di pendanaan tahap lanjut

Menyiasati Terbatasnya Investor Lokal di Pendanaan Tahap Lanjut

Meskipun makin banyak memberikan pendanaan di tahap awal (seed), jumlah investor lokal yang berpartisipasi di pendanaan tahap lanjut masih cukup terbatas.

Di Indonesia, mereka yang terlibat di pendanaan Seri B ke atas biasanya adalah Corporate Venture Capital (CVC) atau yang didukung keluarga konglomerat ternama.

Persoalan keterbatasan “ticket size”

Tentunya banyak alasan mengapa belum banyak investor lokal bermain di tahapan lanjutan. Salah satunya masih belum besarnya ticket size atau jumlah investasi yang bisa mereka gelontorkan untuk setiap startup. Biasanya perusahaan modal ventura lokal telah memiliki nominal yang sudah ditentukan.

“Saya melihat untuk melakukan pendanaan dengan nominal yang besar, misalnya $20 juta ke atas, agak sulit untuk venture capital lokal. Pada akhirnya yang bisa membantu adalah Corporate Venture Capital (CVC) atau Private Equity,” kata CEO PrivyID Marshall Pribadi.

Hal senada diungkapkan CEO Akseleran Ivan Tambunan. Menurutnya, untuk tahapan Seri B ke atas, belum banyak venture capital lokal yang bisa memberikan nominal lebih besar.

Untuk ticket size pendanaan tahap awal rata-rata VC memberikan mulai dari $500 ribu hingga $1 juta. Jika startup mulai masuk ke tahapan lanjutan, jumlahnya bisa beragam sesuai kebutuhan dan perjanjian.

To be honest, aku selalu lihat values sih, bukan hanya besaran uang. Contoh jika ada investor asing mau invest $10 juta lalu ada investor lokal mau investasi $3 juta ditambah akses ke pemerintahan, akses ke media, akses ke grupnya dia yang merupakan potential client/partner bisnis kita. Kita akan ambil yang mana?,” kata CEO Telunjuk Hanindia Narendrata (Drata).

Nilai tambah, termasuk dalam bentuk jaringan dan akses, menjadi faktor penting di luar nominal uang yang ditawarkan.

Venture capital lokal maupun asing bisa dipertimbangkan selama relevan dengan strategi dan visi-misi perusahaan. Perusahaan lokal akan dapat memberikan value add yang kuat dalam business development, organization building, dan business network untuk menguasai pangsa nasional. Jika menargetkan go international ataupun regional, perusahaan asing tentunya dapat memberikan value add tersendiri,” kata Principal Investment Alpha JWC Ventures Melina Subastian.

Menentukan pilihan

Pada akhirnya, ketika berbicara soal penggalangan dana, semua kembali lagi ke visi dan misi startup. Pendiri startup dan jajaran manajemen bisa menentukan pilihan sesuai dengan roadmap yang bakal diterapkan selanjutnya.

Jika startup lebih banyak terlibat dengan jaringan perusahaan lokal dan pemerintahan, ada baiknya untuk memilih investor lokal dan meminimalisir keterlibatan investor asing. Sebaliknya, jika berupaya melakukan ekspansi global, mulailah mencari tahu dan membuka jaringan lebih luas dengan investor asing.

“Mungkin yang harus diperhatikan ketika startup memilih investor asing untuk pendanaan adalah apakah pada akhirnya investor akan menempatkan talenta asing, seperti engineer dan posisi lainnya, ke dalam tim startup. Hal tersebut yang perlu diperhatikan jika startup melakukan penggalangan dana memanfaatkan investor asing,” kata CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Meidy menambahkan, ke depannya persaingan secara global tidak hanya terkait segmentasi pasar dan peluang bisnis, namun juga bagamana inovasi masing-masing negara bisa menjadi yang terdepan. Akan lebih ideal jika produk lokal diciptakan talenta lokal pula.

Menurut Drata, secara umum belum banyak investor lokal yang memiliki pengalaman di dunia digital ini. D sisi lain, investor di Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa sudah memiliki pengalaman lebih baik.

“Saya percaya dan tren sudah membuktikan, makin ke sini jumlah investor lokal tahap lanjutan makin banyak. Sejarah membuktikan, dulu investor lokal tahap awal saja jarang sekali jumlahnya, sekarang sudah menjamur. Jadi para investor lokal juga butuh success stories sebelum memutuskan ‘nyemplung’ lebih jauh.”

Startup yang berencana menggalang dana tahapan lanjutan sebaiknya mengenali profil VC/CVC yang dibidik, dalam bentuk tesis, portofolio, tim, dan value added yang bisa diberikan.

Pastikan mereka adalah mitra yang tepat dan dapat bekerja sama dalam membangun bisnis ke depannya.

“Melihat hal ini, kami [Alpha JWC] berusaha untuk menjadi venture capital berbasis Indonesia yang dapat memberikan pendanaan tahap lanjut hingga $10 juta, sekaligus untuk dapat membantu pembangunan startup di Indonesia yang telah mencapai tahap lanjut,” kata Melina.

Telunjuk kini fokus menyasar segmen B2B. Memiliki rencana melakukan ekspansi regional jika mendapatkan dana segar

Bukukan Profit, Telunjuk Siapkan Dasbor “Market Insight” Compas

Didirikan tahun 2012, platform pembanding harga Telunjuk saat ini fokus ke revenue, menyasar segmen B2B, dan tidak terlalu agresif melakukan penggalangan dana. Kepada DailySocial, CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menyebutkan, dengan cara tersebut perusahaan mengklaim mampu memperoleh profit yang cukup untuk menjalankan perusahaan.

Berawal dari platform rekomendasi dan pembanding harga antar layanan e-commerce, Telunjuk telah memiliki beragam produk memanfaatkan data untuk kebutuhan klien korporasi. Meskipun masih meng-cater kebutuhan layanan e-commerce, dengan produk market insight baru yang bisa dikustomisasi, perusahaan makin fokus mengembangkan layanan ini ke depannya.

“Awalnya kita mendapat tawaran dari brand besar yang ingin melihat perkiraan harga di berbagai platform e-commerce yang ada di Indonesia. Dari situ kita melihat dengan engine crawling yang sudah dimiliki serta data yang telah dikumpulkan. Menjadi ideal bagi kami untuk menghadirkan layanan tersebut dan ternyata demand-nya cukup besar di kalangan brand.”

Memperkenalkan Compas

Di awal tahun mendatang, Telunjuk berencana meluncurkan Compas, sebuah dasbor yang berisikan online marketshare data, price monitoring, health check placement, dan monitoring untuk platform e-commerce di Indonesia.

“Kita sengaja memanfaatkan tren official store yang banyak ditawarkan oleh layanan e-commerce, seperti Tokopedia, Shopee hingga Bukalapak. Banyaknya brand besar yang mulai memanfaatkan platform tersebut namun masih sedikit informasi dan cara tepat penggunaannya membuat produk kami menjadi relevan,” kata Hanindia.

Kehadiran official store diklaim bisa membantu mendorong pendapatan dan penjualan perusahaan secara online.

“Saya perkirakan tahun 2020 mendatang akan lebih banyak lagi perusahaan yang mengadopsi teknologi dan pastinya membutuhkan platform yang relevan untuk membantu mereka. Untuk itu saya lihat tahun 2020 bakal lebih banyak startup yang menyasar segmen B2B dibandingkan B2C,” kata Drata.

Rencana tahun depan

Selain meluncurkan produk Compas, Telunjuk juga memiliki rencana menambah vertikal bisnis mereka. Mulai dari market insight atau survei untuk berbagai pihak terkait hingga insight yang menyasar segmen khusus, seperti travel, asuransi, dan lainnya.

“Meskipun masih berfokus kepada layanan e-commerce hingga brand besar, harapannya Telunjuk bisa menambah produk baru yang bisa digunakan oleh berbagai pihak. Masih dalam tahap uji coba [..]. Harapan kami tahun 2020 mendatang produk baru tersebut bisa kami tawarkan kepada publik,” kata Hanindia.

Meskipun tidak secara agresif melakukan penggalangan dana, Hanindia menegaskan pihaknya tidak menutup kemungkinan jika adanya tawaran untuk fundraising dari investor. Pendanaan rencananya akan digunakan Telunjuk untuk melakukan ekspansi secara regional. Negara yang memiliki kemiripan dari sisi pasar, sehingga ideal menjadi sasaran ekspansi, adalah Vietnam.

“Kami tidak terlalu agresif melakukan penggalangan dana karena dengan model bisnis yang kami tawarkan saat ini, mendapatkan revenue dari brand besar dan perusahaan jauh lebih ideal dan positif untuk perusahaan. Namun jika ada investor yang cocok dengan kami, tidak menutup kemungkinan penggalangan dana tahapan Seri B bakal kami lakukan, ” kata Hanindia.

Application Information Will Show Up Here
Belajar dari CEO Akseleran, Sribulancer, Sirclo, dan Telunjuk tentang kapan waktu yang tepat untuk menggalang dana

Memahami Urgensi Penggalangan Dana

Di artikel sebelumnya, DailySocial memberikan tips melakukan penggalangan dana untuk startup pemula. Penggalangan dana adalah hal yang krusial dalam proses pengembangan bisnis startup, meskipun bukan menjadi satu-satunya cara agar bisnis terus berjalan.

Salah satu cara konvensional yang bisa digunakan adalah memanfaatkan profit perusahaan untuk menutup biaya operasional dan biaya lain yang diperlukan. Hal ini tidak mudah, mengingat biasanya fokus startup adalah mengembangkan produk dan bisnis. Namun demikian kebanyakan startup memutuskan untuk melakukan penggalangan dana dengan tujuan yang beragam.

Satu hal yang pasti, fundraising bisa membantu startup bergerak lebih cepat, apapun model bisnis atau segmen yang disasar startup tersebut.

CEO Sribulancer Ryan Gondokusumo berpendapat:

“Akan menjadi sulit bagi startup untuk tidak melakukan penggalangan dana karena adanya kebutuhan capital itu sendiri untuk mempercepat pertumbuhan startup. Untuk itu pastikan fokus awal startup terlebih dahulu sejak awal, apakah mengejar growth atau sustainability.”

Fokus ke tujuan awal

Meskipun saat ini makin sulit menarik perhatian venture capital (VC) untuk berinvestasi di startup baru, hal ini tidak menyurutkan kegiatan penggalangan dana oleh berbagai startup.

Banyak startup yang mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang besar. Meskipun demikian, perolehan funding bukan berarti otomatis startup tersebut akan mampu bertahan lama. Padahal aspek ini menjadi kunci utama agar startup bisa terus menjalankan bisnis.

Sangat penting bahwa founder tidak membiarkan proses penggalangan dana mengalihkan perhatian perusahaan menemukan product market fit yang diperlukan untuk menciptakan bisnis yang nyata.

“Menurut saya sebenarnya pada akhirnya orang membangun startup agar bisa menghasilkan uang. Jadi pasti memang harusnya profit dan sustain untuk bisnis yang baik. Pada akhirnya ada dua pilihan: apakah startup ingin bergerak secara organik atau kemudian mulai fokus kepada pertumbuhan bisnis dengan memanfaatkan fundraising,” kata CEO Sirclo Brian Marshal.

Brian menambahkan, agar bisa terus eksis dan relevan ke pengguna, stakeholder, dan investor, proses penggalangan dana memang sebaiknya dilakukan. Meskipun tidak terlalu sering, paling tidak bisa menjadi benchmark untuk startup itu sendiri.

Selain VC, Ryan melihat penggalangan dana dengan melakukan pendekatan kepada perusahaan bisa menjadi alternatif yang ideal. Selain mendapatkan modal, startup juga bisa menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan itu sendiri.

“Pada akhirnya startup dibangun agar bisa menjadi bisnis yang menguntungkan. Jika tidak menguntungkan tentunya akan menjadi percuma. Untuk itu fundraising perlu dilakukan, menyesuaikan dengan prioritas dan target dari startup yang ingin dicapai,” ujar Ryan.

Profit dan skalabilitas

Mulai banyak startup yang kembali fokus memperoleh pendapatan demi menjalankan bisnis, terutama yang menyasar segmen bisnis atau B2B. Sifat B2B yang tergolong lebih rasional dibandingkan B2C atau C2C (yang biasanya lebih emosional), menjadikan segmen B2B makin banyak dilirik startup, seperti misalnya Sirclo, Ralali, Akseleran, atau Telunjuk untuk menjalankan bisnis.

“Kami memilih untuk tidak melakukan fundraising saat ini dan hanya fokus memanfaatkan profit dari perusahaan. Meskipun tidak terlalu besar namun paling tidak kami tidak tergantung dengan investasi dan ekuitas yang kerap diminta oleh venture capital,” kata CEO Telunjuk Hanindia Narendrata.

Penggalangan dana terakhir yang didapatkan Telunjuk adalah pada pertengahan tahun 2015 lalu. Telunjuk memperoleh pendanaan Seri A dari Venturra (sebelumnya Lippo Digital Ventures).

Untuk meraih profit, ada beberapa langkah yang wajib dilalui. Salah satunya adalah mengelola dan menekan biaya pengeluaran perusahaan. Perusahaan juga harus bisa mendapatkan repeat order dan memperoleh klien baru secara rutin.

Hal tersebut yang juga dilakukan Sribulancer, Mereka mencoba menggunakan funding dengan cara yang paling tepat dan menekan pengeluaran yang tidak diperlukan setelah tahu siapa target pasar yang ingin dicapai.

“Untuk startup yang menyasar bisnis B2B seperti Akseleran tentunya lebih menguntungkan karena kita berhubungan dengan pasar yang sudah mature. Namun tidak bisa dipungkiri penggalangan dana tetap kita butuhkan meskipun waktunya tidak harus terlalu sering,” kata Ivan.

Saham dan kontrol pendiri

Banyak alasan mengapa startup memutuskan untuk melakukan penggalangan dana, mulai dari mengakuisisi pengguna, melancarkan kegiatan pemasaran, hingga menambah jumlah tim.

Sabagai “imbalan” terhadap penggalangan dana, investor mendapatkan saham perusahaan. Menurut Hanindia, pembagian saham yang ideal tergantung dari kebutuhan masing-masing startup itu sendiri. Jumlah dan persentase saham bisa dinegosiasikan antara VC dan pendiri startup.

“Tergantung seberapa besar ekspektasi founder terhadap calon investor. Tergantung juga bagaimana ekspektasi investor terhadap founder. Apapun yang diinginkan founder dan investor, pastikan disepakati bersama secara tertulis dalam akta perusahaan.”

Hal senada disampaikan CEO Akseleran Ivan Tambunan. Ivan menambahkan, valuasi startup juga menjadi faktor pertimbangan.

“Kalau menurut saya, biasanya angel investor sampai 15%, kemudian tahapan seed dan Seri A investor masing-masing [mendapat] sekitar 20%-25%. Semakin advance pendanaan, dilusi biasanya juga makin besar.”

Setelah jumlah saham ditentukan antara founder dan VC, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memastikan startup memiliki kontrol usai penggalangan dana dilakukan. Yang Ryan lakukan di Sribulancer adalah membuat cap table dan simulasi. Jika ada investor baru yang ingin masuk dengan memberikan sekitar X%, maka startup bisa mendapatkan sisanya–apakah kurang dari 51%.

“Jika pada akhirnya jumlah tersebut kurang dari 51% yang kemudian sisanya didapatkan oleh startup, bisa jadi startup sudah tidak lagi mendapatkan kontrol pada startup mereka,” kata Ryan.

Sementara menurut Ivan, ada dua cara yang bisa dilakukan agar startup masih bisa memiliki kontrol usai penggalangan dana dilakukan. Cara pertama adalah memastikan founders memegang tidak kurang dari 50,1% saham. Cara lainnya, dalam shareholders agreement diatur bahwa manajemen (direksi) diisi oleh orang-orang yang didominasi oleh founders sekalipun saham founders tidak sampai 50,1%.

Founders perlu berdiskusi dengan lawyer yang biasa memegang transaksi fundraising startup atau Mergers dan Acquisitions (M&A), agar tidak salah langkah dan mendapat perlindungan yang tepat,” kata Ivan.

Memahami strategi perekrutan pegawai dari CEO Telunjuk Hanindia Narendrata dan CEO Akseleran Ivan Tambunan

Cara Tepat Merekrut Pegawai yang Sesuai dengan Kultur Perusahaan

Bagi startup yang sedang bertumbuh, proses perekrutan pegawai baru dalam jumlah tertentu menjadi kegiatan yang wajib dilakukan. Meskipun demikian, di lapangan, ketika perekrutan sudah dilakukan, bakal muncul dinamika antara pegawai baru dan pegawai lama. Seorang pegawai yang tidak cocok dengan dinamika startup akan mudah mengundurkan diri, walaupun baru saja masuk ke dalam perusahaan.

Penting bagi startup memikirkan dengan benar proses perekrutan. Idealnya dari awal, CEO atau jajaran C-Level lain yang terlibat, bisa melakukan kurasi dengan baik saat proses wawancara dilakukan.

“Di Akseleran dulunya saya sebagai CEO masih terlibat untuk semua proses perekrutan pegawai baru. Dari awal sudah bisa terlihat apakah orang ini bisa beradaptasi dengan baik atau tidak dengan perusahaan, jika terlihat kurang bisa beradaptasi biasanya tidak kami lanjutkan proses perekrutan,” ungkap CEO Akseleran Ivan Tambunan menceritakan pengalamannya.

Media sosial sebagai “citra perusahaan”

Saat ini media sosial menjadi salah satu platform ideal untuk mempromosikan perusahaan. Mulai dari suasana kantor, job description hingga perkembangan perusahaan, semua bisa diteliti calon pegawai yang tertarik untuk melamar pekerjaan di perusahaan. Citra perusahaan yang dikenalkan di media sosial bisa membantu perusahaan merekrut pegawai yang sesuai

Setelah pegawai yang tepat direkrut, lakukan proses adaptasi dengan baik. Hindari adanya konflik antara pegawai lama dan baru yang menimbulkan pengelompokan antar pegawai. Menurut CEO Telunjuk Hanindia Narendrata, hal tersebut bisa mempengaruhi kecepatan jalannya perusahaan.

“Di Telunjuk sendiri kami sempat mengalami kendala antar pegawai sehingga kolaborasi di perusahaan terganggu. Hal tersebut terjadi karena saya sebagai CEO kurang terlibat dalam proses adaptasi pegawai baru dan lama,” kata Hanindia.

Ia melanjutkan, menjadi penting bagi startup untuk melakukan proses yang benar saat pegawai baru masuk ke perusahaan. Mulai dari menjelaskan dengan benar kultur perusahaan, memperkenalkan ke semua tim hingga membiasakan antar pegawai melakukan kolaborasi. Dengan demikian konflik atau pengelompokan di antara pegawai bisa diminimalisir.

“Dalam hal ini menjadi tugas kita sebagai CEO dan jajaran C-Level lainnya untuk bisa menciptakan lingkungan kerja yang positif, sarat dengan kolaborasi antar pegawai,” katanya.

Penambahan secara bertahap

Salah satu kunci agar proses perekrutan pegawai bisa berjalan dengan baik adalah melakukan secara bertahap. Jangan samakan kemampuan yang dimiliki dengan perusahaan teknologi besar yang melakukan proses perekrutan secara besar-besaran dan berkelanjutan. Dengan demikian proses adaptasi antara pegawai baru dan lama bisa berjalan lebih baik.

“Di Akseleran sendiri kami biasa melakukan perekrutan secara bertahap, misalnya satu bulan lima pegawai, disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing tim. Dengan demikian pegawai baru bisa lebih mudah melakukan adaptasi. Intinya adalah rekrut pegawai yang memang sesuai dengan kriteria perusahaan itu sendiri,” kata Ivan.

Hal lain yang mulai menjadi norma bagi startup adalah menciptakan peraturan yang fleksibel. Mulai dari fleksibilitas bekerja secara remote, jam masuk kerja yang fleksibel, hingga dress code yang informal. Suasana “work hard play hard” bisa tercipta tanpa meninggalkan semangat kerja dan kinerja pegawai.

Ketika jumlah pegawai makin bertambah, tempatkan satu orang supervisor atau manajemen untuk memonitor dan mengawasi kerja masing-masing tim. Dapatkan informasi terkini tentang kinerja pegawai langsung dari masing-masing supervisornya.

“Intinya adalah prioritaskan proses perekrutan pegawai dengan benar. Kalau bisa semua tim hingga jajaran manajemen terlibat saat proses ini. Karena pada akhirnya proses perekrutan di awal, mempengaruhi jalannya perusahaan di masa mendatang,” kata Hanindia.

Telunjuk B2B

Fokus Bisnis dan Rencana Telunjuk di Tahun 2019

Masih menjalankan bisnis sebagai penyedia layanan rekomendasi dan perbandingan harga belanja online, PT Telunjuk Komputasi Indonesia (Telunjuk) tahun 2019 berencana untuk meluncurkan layanan baru menyasar segemen B2B. Masih dalam tahap pengembangan, jika nantinya secara resmi diluncurkan, layanan ini bisa berguna untuk perusahaan FMCG, elektronik hingga perusahaan multinasional untuk mengetahui lebih lanjut analisis hingga proses komparasi harga sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Kepada DailySocial CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menyebutkan, layanan tambahan ini sengaja dihadirkan oleh Telunjuk setelah adanya permintaan dari perusahaan elektronik untuk merapikan tampilan foto dan deskripsi produk di semua marketplace di Indonesia.

“Banyak perusahaan besar yang menginginkan tampilan untuk tertata dengan baik dari foto hingga informasi produk. Dari demand itulah akhirnya kami berencana untuk meluncurkan layanan khusus B2B dalam waktu dekat,” kata Hanindia.

Sementara itu layanan utama yang sejak awal sudah menjadi unggulan di Telunjuk yaitu Performance Marketing masih tetap tersedia di platform. Bukan sekadar pembanding harga biasa, Telunjuk juga big data untuk mengolah data SKU di marketplace yang ada.

“Dari sisi teknologi fokus kita adalah meningkatkan penerapan machine learning dan big data. Ke depannya kita juga berencana untuk membuka API kita, bermitra dengan startup dan perusahaan yang relevan untuk kemudian dimanfaatkan,” kata Hanindia.

Disinggung apakah Telunjuk memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Hanindia mengungkapkan saat ini fokus dari Telunjuk adalah memperoleh revenue. Dengan demikian diharapkan perusahaan tetap bisa menjalankan bisnis, tanpa harus melakukan penggalangan dana.

Pertengahan tahun 2015 lalu, Telunjuk memperoleh pendanaan seri A dari Venturra (sebelumnya Lippo Digital Ventures).

“Secara rutin summary berupa perkembangan dari perusahaan tetap kita bagikan kepada investor. Namun untuk saat ini Telunjuk fokus untuk memperoleh pendapatan langsung untuk perusahaan,” kata Hanindia.

Membentuk company culture dan tim yang solid

Lama tidak terdengar, Telunjuk ternyata sempat mengalami pasang surut perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah kurang maksimalnya kolaborasi dan kurang solidnya hubungan antar pegawai. Belajar dari kesalahan yang terjadi, Hanindia kemudian mencoba untuk melakukan pendekatan yang berbeda terkait dengan proses perekrutan hingga proses adaptasi pegawai baru di perusahaan.

“Setelah mendapatkan funding tahun 2015 lalu, kita langsung kebut untuk mempercepat bisnis dengan merekrut banyak pegawai baru. Karena tidak dibarengi dengan proses adaptasi yang tepat dan pendekatan secara personal kepada masing-masing pegawai, ternyata mampu untuk menciptakan lingkungan yang ‘toxic’ di perusahaan,” kata Hanindia.

Sebelumnya Telunjuk sempat memiliki hampir 30 orang pegawai. Namun karena adanya persoalan dan penurunan bisnis yang cukup drastis di perusahaan, banyak kemudian pegawai yang mengundurkan diri. Saat ini Telunjuk sudah memiliki 20 tim yang solid membantu melancarkan bisnis perusahaan.

“Sebagai pemimpin ternyata penting bagi saya untuk memiliki leadership yang baik. Artinya tidak hanya melulu fokus kepada traksi dan percepatan bisnis saja, namun juga company culture dan pendekatan yang tepat kepada pegawai,” kata Hanindia.

Di tahun 2019 ini selain fokus kepada revenue, Telunjuk juga memiliki rencana untuk memperluas partnership dengan pihak yang relevan dan mengembangkan teknologi big data agar bisa dimanfaatkan oleh berbagai industri.