Tag Archives: teresa condicion

Co-Founder & CEO Shoplinks Teresa Condicion / Shoplinks

Personalisasi Kupon Belanja Shoplinks Dorong Kegiatan Pemasaran Brand FMCG

Berangkat dari pengalamannya bekerja di perusahaan FMCG selama 17 tahun, Teresa Condicion bersama Co-founder JD Lee mendirikan Shoplinks. Yakni berupa platform digital marketing yang menyediakan alat untuk membina relasi antara brand, retailer, dan konsumen memanfaatkan kupon belanja. Shoplinks juga ingin menonjolkan keunikan warung tradisional yang hanya tersedia di kawasan Asia Tenggara.

Kepada DailySocial.id, CEO Shoplinks Teresa Condicion mengungkapkan, selama ini kegiatan promosi secara digital hanya berlaku kepada perusahaan grosir hingga peritel besar saja. Warung tradisional yang masih banyak jumlahnya di Indonesia, kurang mendapatkan perhatian untuk memberikan pilihan membina relasi yang lebih personal dengan pelanggan.

“Shoplinks ingin menyediakan tools yang tepat dan relevan untuk menciptakan kegiatan promosi berupa kupon yang relevan kepada pembeli di warung tradisional. Dengan demikian brand dan retailer bisa mencapai return of investment yang lebih tinggi.”

Saat ini Shoplinks telah bekerja sama dengan brand FMCG besar seperti P&G, Unilever, dan Johnson and Johnson, memproses ribuan penggunaan kupon belanja per bulan. Secara khusus Shoplinks mendapatkan komisi dari brand yang ingin mengeluarkan kupon.

“Kami bekerja dengan warung untuk menyediakan pilihan kupon belanja untuk pembeli mereka, sementara dengan retailer kami memberikan data yang relevan,” kata Teresa.

Didirikan pada tahun 2020 bulan Oktober ini Shoplinks telah memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $900 ribu atau sekitar 12,8 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh perusahaan modal ventura Cocoon Capital dan partisipasi dari Indonesian Women Empowerment Fund (IWEF).

Dana segar ini selanjutnya akan digunakan oleh perusahaan untuk memperkuat posisinya di Indonesia sebelum ekspansi ke pasar lain di kawasan Asia Tenggara. Pihaknya juga berencana menambah jumlah tim dan memperluas jaringan mitra, baik perusahaan ritel maupun warung yang saat ini menyumbang sebanyak 70% terhadap total pengeluaran ritel di Indonesia.

Pandemi dorong adopsi digital

Selama ini, perusahaan FMCG sudah memiliki minat yang cukup besar untuk mengadopsi digital untuk kegiatan promosi dan engagement lebih baik lagi dengan peritel dan warung. Saat pandemi ketika semua perusahaan kecil hingga menengah terpaksa untuk menggunakan teknologi dan mengalihkan usaha mereka secara digital menjadi momentum yang tepat bagi Shoplinks untuk meng-cater perusahaan FMCG, peritel, hingga warung.

“Kami siap untuk menyediakan tools yang tepat menyambut kesiapan para retailers saat ini untuk going digital. Saat ini kebanyakan dari mereka hanya fokus untuk menjual dan bukan personalisasi. Kami mencoba untuk me-leverage dan membuat platform untuk engagement kepada offline store,” kata Teresa.

Memanfaatkan teknologi yang sederhana namun sudah sangat familiar oleh masyarakat Indonesia yaitu WhatsApp Bot, semua kupon promosi hingga cashback bisa dibagikan oleh pemilik toko dan warung kepada anggota mereka masing-masing. Layanan tersebut juga bisa diciptakan membership yang menawarkan informasi hingga promosi yang relevan.

Selain itu, melalui platform analisis data yang dimiliki, Shoplinks juga mampu untuk memberikan promosi dan kupon yang relevan dan lebih personal, menyesuaikan kesukaan dan pembelian pelanggan tersebut sebelumnya.

“Kami membuat kupon cerdas yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan FMCG. Kita membuat semua proses lebih mudah dengan teknologi yang sudah familiar, sehingga tidak perlu membangun teknologi yang kompleks dan menjadi tidak relevan kepada pembeli dan pemilik warung,” kata Teresa.

Saat ini Shoplinks hanya fokus kepada kota tier 1 dan 2 saja. menurut Teresa kawasan tersebut dinilai sudah sangat familiar dengan kegiatan belanja online dan sudah terbiasa berbelanja di gerai seperti Indomaret dan Alfamart. Sehinga memudahkan tim Shoplinks untuk mengimplementasikan teknologi mereka.

“Sebagai retail software platform kami menyediakan teknologi untuk melakukan promosi dan engagement. Memanfaatkan algortima machine learning dan memberikan pengalaman yang lebih personal untuk pembeli,” kata Teresa.

Sekilas layanan yang ditawarkan oleh Shoplinks serupa dengan program loyalty, namun Teresa menegaskan, Shoplinks bukanlah platform atau teknologi yang menawarkan program loyalty. Namun lebih kepada platform yang memungkinkan personalisasi, dengan membangun end to end software, para peritel bisa terhubung dengan program loyalty yang dikembangkan sendiri, bukan oleh Shoplinks.

“Kami melihat Shoplinks sebagai mom and pop stores, yang memungkinkan, e-commerce atau peritel besar di seluruh Asia Tenggara dengan kemampuan untuk mempersonalisasi diskon dan penawaran kepada pembeli,” tutup Teresa.

Digital Marketing Platform Shoplinks Bags 12.8 Billion Rupiah Funding

Singapore-based FMCG marketing platform Shoplinks received seed funding worth of $900 thousand or around 12.8 billion Rupiah. The funding was led by venture capital firm Cocoon Capital with participation from the Indonesian Women Empowerment Fund (IWEF).

Recently, Cocoon Capital also invested in local logistics startup TransTRACK.id. Meanwhile, the Indonesia Women Empowerment Fund, jointly managed by Moonshot Ventures and YCAB Ventures, has announced its debut portfolio for Titik Pintar startup earlier this year.

In an official statement, Cocoon Capital’s Managing Partner and Shoplinks’ Director Michael Blakey said, “We believe this platform can accelerate the digital transformation of retailers in Southeast Asia.”

“We are impressed with the Shoplinks team and their ability to execute. Shoplinks solves the billion dollar problem that exists between FMCG promotions and consumers in Southeast Asia. This will significantly streamline FMCG marketing spending,” he added.

Shoplinks offers digital marketing services by simplifying coupon distribution and personalizing coupons for FMCG brands and retailers. The platform seeks to optimize brand promotion activities, therefore, consumers can get attractive offers, both online and offline.

It is due to Southeast Asia’s FMCG brands are considered difficult to distribute promotional activities to buyers. According to company data, Southeast Asia’s FMCG brands spend $28 billion on promotion every year, but 70% of this total budget is considered wasted because it is not right on target and lacks personalization.

Also, the impact of the Covid-19 pandemic which resulted in the loss of potential retailer income. Sharing shops and supermarket outlets is difficult to promote because the services are yet to be digitized.

Strengthen its position in Indonesia

Furthermore, Shoplinks’ Co-founder & CEO, Teresa Condicion said that she would use this funding to strengthen its position in Indonesia before expanding to other markets in the Southeast Asia region. She also plans to add more teams and expand the partnership networks, both retail companies and stalls, which currently account for 70% of total retail spending in Indonesia.

“We want to democratize Southeast Asia’s retail technology and create a win-win solution for brands, retailers and buyers. This industry is ripe for technological evolution, especially if you look at retailers in developed countries, such as the United States and Europe, which have grown rapidly thanks to technology,” Teresa said.

In general note, Shoplinks was founded by Teresa Condicion and JD Lee. Teresa is Snapcart’s Co-founder, and has served as CEO for four years. She has a strong background of 17 years at P&G. Meanwhile, JD is a techpreneur who is also the co-founder of venture builder Pulsar Ventures.

Was founded in 2020, Shoplinks has proceed thousands of monthly shopping coupons from major FMCG partners, such as Unilever, Johnshon & Johnson, and P&G. It is said to have doubled the use of coupons every month, where these FMCG brands have doubled the profit from its investment in promotions. In addition, Shoplinks said it had contributed to the growth of buyer transactions at the TipTop supermarket chain by up to 30%.

Marketing personalization

Digital transformation in the FMCG sector is taking place although it has not been fully realized at various levels. The world’s major retail brands are starting to focus on consumer data, using analytics to make strategic decisions

In its publication on marketing personalization, the McKinsey report states that advances in technology, data and analytics will greatly enable marketers to create personalized and more ‘human’ marketing across a wide variety of channels to shopping experiences.

Despite the great opportunity, most marketers feel they are not ready to provide such a personalized experience. A McKinsey survey of senior marketing leaders found only 15% of CMOs believe their company is on the right track with personalization. They believe this strategy is proven to drive revenue by 5%-15% and marketing budget efficiency by 10%-30%.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Shoplinks

Platform Pemasaran Digital Shoplinks Memperoleh Pendanaan 12,8 Miliar Rupiah

Platform pemasaran FMCG asal Singapura Shoplinks memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $900 ribu atau sekitar 12,8 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh perusahaan modal ventura Cocoon Capital dan partisipasi dari Indonesian Women Empowerment Fund (IWEF).

Belum lama ini, Cocoon Capital juga berinvestasi ke startup logistik lokal TransTRACK.id. Sementara untuk Indonesia Women Empowerment Fund, yang dikelola bersama oleh Moonshot Ventures serta YCAB Ventures, juga sudah mengumumkan portofolio perdananya pada startup Titik Pintar di awal tahun ini.

Dalam keterangan resminya, Managing Partner Cocoon Capital sekaligus Dewan Direksi Shoplinks Michael Blakey mengatakan, pihaknya meyakini platform ini dapat mengakselerasi transformasi digital pada peritel di Asia Tenggara.

“Kami terkesan dengan tim Shoplinks dan kemampuan mereka untuk mengeksekusi. Shoplinks memecahkan masalah miliaran dolar yang terjadi antara promosi FMCG dan konsumen di Asia Tenggara. Ini akan mengefisiensikan pengeluaran pemasaran FMCG secara signifikan,” tambahnya.

Shoplinks menawarkan layanan pemasaran digital dengan menyederhanakan distribusi kupon dan membuat personalisasi kupon bagi brand dan peritel FMCG. Platform tersebut berupaya mengoptimalkan kegiatan promosi brand sehingga konsumen bisa mendapatkan penawaran menarik, baik online maupun offline.

Alasannya, brand FMCG di Asia Tenggara dinilai sulit untuk mendistribusikan kegiatan promosi kepada pembeli. Menurut data perusahaan, setiap tahunnya brand FMCG di Asia Tenggara menghabiskan $28 miliar untuk promosi, tetapi 70% dari total budget ini dinilai sia-sia karena tidak tepat sasaran dan kurang personalisasi.

Ditambah dampak dari pandemi Covid-19 yang mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan retailer. Berbagi toko dan gerai supermarket sulit untuk melakukan promosi karena layanannya belum terdigitalisasi.

Memperkuat posisi di Indonesia

Lebih lanjut, Co-founder & CEO Shoplink Teresa Condicion mengatakan akan menggunakan pendanaan ini untuk memperkuat posisinya di Indonesia sebelum ekspansi ke pasar lain di kawasan Asia Tenggara. Pihaknya juga berencana menambah jumlah tim dan memperluas jaringan mitra, baik perusahaan ritel maupun warung yang saat ini menyumbang sebanyak 70% terhadap total pengeluaran ritel di Indonesia.

“Kami ingin mendemokratisasikan teknologi ritel di Asia Tenggara dan menciptakan win-win untuk brand, retailer, dan pembeli. Industri ini sudah matang untuk berevolusi secara teknologi, apalagi jika melihat retailer di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa, telah berkembang pesat berkat teknologi,” ujar Teresa.

Sebagai informasi, Shoplinks didirikan oleh Teresa Condicion dan JD Lee. Teresa adalah Co-founder Snapcart, dan pernah menduduki posisi CEO selama empat tahun. Ia memiliki latar belakang kuat selama 17 tahun di P&G. Sementara JD adalah techprenuer yang juga Co-founder dari venture builder Pulsar Ventures.

Sejak berdiri di 2020, Shoplinks telah memproses ribuan penggunaan kupon belanja per bulannya dari sejumlah mitra FMCG besar, seperti Unilever, Johnshon & Johnson, dan P&G. Pihaknya mengklaim telah mengantongi penggunaan kupon dua kali lipat setiap bulannya, di mana para brand FMCG ini telah melipatgandakan laba dari investasinya di promosi. Selain itu, Shoplinks menyebut telah berkontribusi terhadap pertumbuhan transaksi pembeli di jaringan supermarket TipTop hingga 30%.

Personalisasi pemasaran

Transformasi digital pada sektor FMCG tengah terjadi meski belum terealisasi sepenuhnya di berbagai level. Para brand retail besar dunia mulai fokus terhadap data konsumen, hingga memanfaatkan analitik untuk membuat keputusan strategis

Dalam publikasinya terkait personalisasi pemasaran, laporan McKinsey menyebutkan bahwa kemajuan teknologi, data, dan analitik akan sangat memungkinkan marketer untuk menciptakan pemasaran yang bersifat personal dan lebih ‘manusiawi’ di berbagai macam kanal hingga pengalaman berbelanja.

Reynazran Royono

Sempat Digantikan Posisinya, Reynazran Royono Kembali Menjabat CEO Snapcart

Beralasan untuk fokus mengembangkan produk, Reynazran Royono yang merupakan Founder Snapcart sempat meninggalkan jabatannya sebagai CEO selama beberapa bulan. Posisi tersebut kemudian digantikan oleh Teresa Condicion, sebelumnya menjabat sebagai Chief Data Officer (CDO) di Snapcart selama lebih dari 3 tahun.

Akhir bulan September 2019 lalu Reynazran kembali mengambil alih posisi CEO. Perubahan struktur tersebut berbarengan dengan mundurnya Teresa dari Snapcart. Tidak disebutkan lebih lanjut alasan pengunduran dirinya.

Kepada DailySocial Reynazran mengungkapkan, menjadi lebih sulit baginya untuk bisa mempercepat pertumbuhan dan mengembangkan produk saat menjabat sebagai CEO. Untuk itu posisi CEO terpaksa ditinggalkan sesaat.

Ia menegaskan, restrukturisasi ketika dirinya mengawasi produk telah menghasilkan kemampuan Snapcart untuk mengotomatisasi teknologi sepenuhnya,  kecepatan pemrosesan tanda terima sekarang hanya dalam hitungan detik dibandingkan dengan jam, dengan tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dalam operasinya.

“Selanjutnya fokus Snapcart adalah dalam komersialisasi layanan secara real-time, untuk mendorong produk yang tidak hanya melayani riset pasar, tetapi juga sektor-sektor lain yang menguntungkan seperti pemasaran, loyalty, dan promosi. Perusahaan akan terus menyempurnakan teknologi untuk memungkinkan ekspansi global di masa depan, sementara secara fundamental bertujuan untuk mencapai profitabilitas.”

Keputusan restrukturisasi demi pengembangan produk

Meskipun tidak memberikan rilis resmi saat posisinya digantikan, namun dalam halaman Medium pribadinya Reynazran menyampaikan sejumlah alasan mengapa keputusan yang terbilang unik untuk mundur sesaat dari jabatan CEO diambil olehnya. Salah satunya adalah fokus kepada satu hal yaitu pengembangan dan inovasi.

“Sebagai CEO, saya harus mengawasi semua fungsi sekaligus, melihat keseluruhan alih-alih fokus pada satu bagian. Sebagai wajah perusahaan saya juga perlu melakukan berbagai tanggung jawab non-operasional seperti penggalangan dana dan hubungan eksternal, yang semuanya memakan banyak waktu dan sumber daya. Saya dapat berfungsi secara efektif sebagai salah satu dari mereka, tetapi saya tidak dapat melakukan keduanya. Pada saat genting seperti ini, sangat masuk akal bagi saya untuk memimpin pemikiran produk untuk Snapcart.”

Pemilihan Teresa sebagai pengganti dirinya untuk menjabat sebagai CEO juga bukan hal yang mudah, Reynazran melihat profil dan pengalaman serta latar belakang yang dimiliki paling ideal untuk memimpin Snapcart sementara waktu.

Sebelumnya Reynazran juga sempat menyampaikan sejumlah target yang ingin dicapai sepanjang tahun 2019. Di antaranya adalah mengembangkan teknologi dengan meningkatkan kemampuan otomasi. Nantinya diharapkan kemampuan untuk data processing bisa menjadi lebih cepat. Dari yang sebelumnya membutuhkan waktu sekitar satu minggu, ke depannya diharapkan bisa dalam waktu 3 hari saja.

Prioritas selanjutnya adalah mempersiapkan teknologi untuk membantu klien terkait atribusi. Snapcart ingin memanfaatkan data yang dimiliki agar bisa digunakan untuk membantu pihak terkait, seperti sektor finansial, pemerintahan, hingga kesehatan.

Application Information Will Show Up Here