Bulan November telah tiba, dan itu artinya jumlah turnamen yang tersisa di sirkuit kompetisi Capcom Pro Tour hanya tinggal hitungan jari. Lebih tepatnya hanya tinggal tiga event lagi yang perlu kita lalui. Pertama yaitu Canada Cup 2019 di tanggal 1 – 3 November, North America Regional Finals 2019 pada tanggal 16 – 17 November, dan terakhir adalah turnamen puncak yaitu Capcom Cup 2019 di tanggal 13 – 15 Desember.
Turnamen pertama di bulan November ini adalah Canada Cup 2019 yang baru saja dilaksanakan akhir pekan lalu. Selain merupakan wadah turnamen CPT tingkat Premier, Canada Cup juga menjadi bagian dari kualifikasi untuk SNK World Championship yang mempertandingkan game Samurai Shodown dan The King of Fighters XIV. Tekken World Tour 2019 juga hadir di acara ini dalam wujud turnamen tingkat Dojo.
Mengingat Capcom Cup sudah semakin dekat, wajar bila kemudian Canada Cup dihadiri oleh banyak atlet hebat Street Fighter yang berusaha mengumpulkan CPT Point di saat-saat terakhir. Termasuk di antaranya adalah GamerBee, Justin Wong, Dogura, John Takeuchi, Nemo, Daigo, NuckleDu, dan lain-lain.
Menariknya lagi, ketika turnamen sudah mencapai babak Top 8, seluruh karakter tampil mengandalkan karakter yang berbeda. Salah satu pemain yaitu Mago bahkan memainkan Cammy di Top 8, sebuah pemandangan yang jarang terjadi di kancah Street Fighter V kompetitif. Sementara itu Justin Wong membuktikan bahwa Poison bukan karakter “low tier”seperti anggapan banyak orang.
Pada akhirnya, dua pemain yang bertemu di Grand Final adalah dua veteran yang sudah tak asing, yaitu Tokido dan Oil King. Mereka sebelumnya sudah berhadapan di babak Winners Final, namun di sana Oil King kalah dengan skor 2-3. Setelah mendaki Losers Bracket, Oil King datang kembali untuk membuat perhitungan, tapi ia masih belum bisa mengalahkan permainan Tokido. Oil King pun menyerah dengan skor 1-3 di Grand Final, tanpa sempat melakukan bracket reset.
Peringkat Top 8 Canada Cup 2019 Street Fighter V: Arcade Edition:
Juara 1: ROHTO Z! | Tokido (Akuma)
Juara 2: UYU | Oil King (Rashid)
Juara 3: RAZER | Xian (Ibuki)
Juara 4: Mago (Karin/Cammy)
Juara 5: CAG | Dogura (M. Bison)
Juara 5: Justin Wong (Poison)
Juara 7: FAV | Sako (Menat)
Juara 7: LIQUID | Nemo (Urien
Sementara itu di cabang Samurai Shodown dan The King of Fighters XIV, seorang pemain Jepang bernama Akihito “Score” Sawada dari tim Amaterasu berhasil meraih double winner. Artinya ia berhak berkompetisi di SNK World Championship, tanggal 28 – 29 Maret 2020 nanti, di dua game sekaligus. Ini bukan pertama kalinya Score meraih double winner di satu event. Di ajang REV Major 2019 kemarin pun, Score jadi juara di Samurai Shodown dan KOF XIV.
Kemenangan Tokido di Canada Cup memberikannya hadiah senilai US$7.000 (sekitar Rp98,1 juta), dan 700 CPT Global Point. Saat ini Tokido menduduki peringkat 3 di CPT Global Leaderboard dengan 3.125 poin, di bawah Bonchan (3.845 poin) dan Punk (4.655 poin). Tokido juga menjadi pemain Street Fighter pertama yang berhasil meraih gelar juara CPT Premier sebanyak 10 kali. Bisakah Tokido meraih prestasi serupa di Capcom Cup 2019 nanti?
Selama lebih dari 30 tahun, SNK telah menjadi developer untuk berbagai seri fighting game yang cukup legendaris. Sempat mengalami kebangkrutan di tahun 2001, SNK kemudian diakuisisi oleh perusahaan Playmore dan sejak saat itu kembali bangkit sebagai pemain kuat di dunia video game (khususnya genre fighting). Mereka juga kini aktif terlibat dalam berbagai kompetisi internasional, seperti EVO dan Neo Geo World Tour.
Kiprah SNK di ranah video game kompetitif tahun ini semakin seru saja, dengan diumumkannya ajang esports global baru yaitu SNK World Championship (SWC). Ini merupakan ajang esports global pertama yang digelar langsung oleh SNK, sebelumnya kompetisi-kompetisi sejenis selalu melibatkan organizer pihak ketiga. Terdapat dua judul game yang dipertandingkan dalam SNK World Championship, yaitu Samurai Shodown dan The King of Fighters XIV.
Mirip seperti sistem kompetisi Capcom Pro Tour atau Tekken World Tour, SNK World Championship memberi kesempatan kepada para pemain untuk bertanding dalam kompetisi-kompetisi qualifier di berbagai belahan dunia. Pemenang turnamen di setiap wilayah kompetisi kemudian akan mendapat undangan untuk bertanding di turnamen final di Tokyo, Jepang, pada tanggal 28 – 29 Maret 2020.
SNK menyediakan 16 slot pemain untuk masing-masing judul game di turnamen final nanti, artinya kemungkinan akan ada 16 turnamen qualifier yang digelar. Sementara total hadiah yang ditawarkan adalah sebesar 10.000.000 Yen, atau sekitar Rp1,33 miliar.
Melihat dari jadwalnya, kita bisa menebak bahwa The King of Fighters XV yang diumumkan di ajang EVO 2019 kemarin tidak akan dirilis sebelum Maret 2020. Dan mungkin, turnamen final SNK World Championship nanti akan menjadi momen untuk mengungkap pengumuman penting seputar sekuel baru tersebut.
https://www.youtube.com/watch?v=IvrvA880BVo
Di samping SNK World Championship, Neo Geo World Tour (NGWT) yang diorganisir oleh TKO juga akan tetap berjalan dan memasuki Season 3 dalam waktu dekat. Bedanya, panitia NGWT menyatakan bahwa Season 3 kali ini akan fokus pada judul-judul SNK dan Neo Geo klasik. Namun mereka belum mengumumkan jajaran game yang dipertandingkan secara detail.
SNK baru-baru ini juga menjalin kerja sama dengan Nintendo untuk memunculkan karakter Terry Bogard dalam Super Smash Bros. Ultimate. Melihat kesuksesan Samurai Shodown yang merupakan game terbaru mereka, ditambah semakin gencarnya mereka terjun ke ranah esports, sepertinya kita sudah bisa bilang bahwa tahun 2019 ini benar-benar merupakan era kebangkitan baru bagi SNK.
Apa sih yang membuat fighting game seru untuk dimainkan? Bila ditanya demikian, mungkin setiap penggemar genre ini bisa memiliki jawaban berbeda-beda. Namun saya rasa kita bisa sepakat dalam satu hal: fighting game membuat kita merasa keren. Memilih karakter yang sukai, melancarkan jurus-jurus dan combo yang kompleks, kemudian bertarung hingga berhasil mengalahkan pemain yang lebih kuat, itu semua membuat kita seolah-olah sedang menjalani sebuah kisah di mana kitalah tokoh utamanya.
“Fighting games are anime,” kata YouTuber populer Cosmonaut Marcus dalam salah satu videonya. Perjalanan mengembangkan dan melatih diri untuk menjadi lebih kuat bisa diibaratkan seperti sebuah film aksi, di mana sang jagoan harus berjuang agar dapat mengalahkan sang musuh bebuyutan. Tapi bayangkan bila sang jagoan kalah karena suatu hal random. Misalnya karena di tengah pertarungan ia tiba-tiba sakit perut, atau jatuh terpeleset kulit pisang. Pertarungan jelas jadi tak seru.
Kira-kira begitulah yang terjadi ketika kita salah melakukan input dalam fighting game. Maunya mengeluarkan jurus pamungkas Shinkuu Hadouken, tapi gara-gara salah pencet yang keluar malah Shoryuken biasa. Atau mencoba melakukan gerakan 360 derajat ketika bermain menggunakan Zangief, tapi gagal dan hasilnya malah melompat-lompat di luar keinginan.
Ketepatan input dalam fighting game bisa diasah salah satunya dengan cara rajin berlatih. Namun controller yang kita gunakan juga memiliki pengaruh besar. Untuk menghindari kesalahan input seperti itulah, pemain fighting game biasanya punya preferensi tersendiri terhadap jenis controller yang ia gunakan. Controller seperti apa sih yang optimal untuk digunakan bermain fighting game? Apakah benar controller tertentu dapat memberi suatu keuntungan dalam permainan, atau ini hanya mitos belaka? Mari kita telaah bersama.
Dua Kubu yang Dipisahkan Sejarah
Sebetulnya, tidak ada batasan tentang controller apa yang bisa dan tidak bisa digunakan untuk bermain fighting game. Asalkan suatu perangkat kompatibel dengan platform game yang Anda mainkan, Anda boleh menggunakannya. Bahkan meski perangkat itu berbentuk gitar, piano, atau setir mobil. Akan tetapi secara garis besar pemain fighting game dapat dibagi menjadi dua kubu, yaitu pengguna gamepad dan pengguna arcade stick.
Mengapa muncul perbedaan seperti ini? Menurut analisis oleh Core-A Gaming, faktor penentunya adalah bagaimana si pemain mulai berkenalan dengan fighting game. Era modern ini memang judul-judul fighting game populer bisa ditemui di mana saja. Akan tetapi di zaman tahun 80 – 90an dulu game terbaik hanya bisa kita mainkan di arcade center, termasuk fighting game. Game populer seperti Street Fighter II atau Mortal Kombat memang memiliki versi console rumahan juga, tapi kualitasnya berbeda dengan versi arcade aslinya.
Penggemar fighting game yang banyak menghabiskan waktu di arcade center otomatis akan lebih terbiasa bermain menggunakan arcade stick daripada menggunakan gamepad. Ini terutama sangat terlihat di pemain-pemain Jepang, karena ekosistem arcade di Jepang sangat kuat bahkan hingga sekarang. Karena itulah Anda bisa melihat pemain-pemain profesional Jepang seperti Tokido, Bonchan, atau GO1 menggunakan arcade stick sebagai controller utamanya.
Mereka yang lebih suka bermain dengan gamepad kemungkinan mengenal fighting game dari console rumahan dan PC, atau berasal dari lingkungan yang ekosistem arcade-nya tidak begitu subur. Contohnya Amerika Serikat, di mana popularitas arcade telah menurun jauh sejak akhir tahun 90an. Bila Anda melihat pemain-pemain fighting game yang menggunakan gamepad, kebanyakan mereka berasal dari negara barat atau masih berusia muda. Contohnya Snake Eyez, Punk, dan NuckleDu.
Begitu berbeda cara penggunaan gamepad dan arcade stick, sehingga umumnya begitu seorang pemain fighting game sudah nyaman di satu kubu ia tak akan pindah ke kubu seberang. Seseorang yang sehari-harinya memainkan fighting game di gamepad akan kesulitan bila tiba-tiba disuruh bermain dengan arcade stick, begitu juga sebaliknya. Bahkan meskipun mereka adalah pemain profesional, seperti Daigo Umehara dan Punk dalam video kocak di bawah.
https://www.youtube.com/watch?v=rQn3oSMwj5w
The Devil is in the Detail – Gamepad
Menilik lebih dalam, gamepad maupun arcade stick pun sebetulnya bukanlah produk yang seragam. Kedua jenis controller memiliki banyak variasi detail, dan detail-detail ini bisa jadi penentu dalam memilih juga. Sebagai contoh, meski sama-sama pengguna gamepad, gamepad yang digunakan oleh Snake Eyez berbeda sekali dengan gamepad yang digunakan oleh Punk.
Variasi ini bisa muncul di berbagai aspek, misalnya form factor (bentuk), button layout (penempatan tombol), dan d-pad (tombol arah). Tidak akan ada habisnya bila kita bahas semua tapi sebagai gambaran Anda bisa melihat tiga contoh gamepad populer di bawah.
DualShock 4
Memiliki d-pad 4 arah dengan bentuk agak cekung ke dalam, button layout 4 tombol di muka, ditambah dengan 2 shoulder button (L1 + R1) dan 2 analog trigger (L2 + R2). Gamepad ini, walaupun standar, sudah diakui sebagai salah satu gamepad ternyaman di dunia. D-pad miliknya pun sangat empuk dan jauh lebih nyaman untuk bermain fighting game daripada DualShock 3 di generasi sebelumnya.
Mad Catz Street Fighter IV FightPad
Sangat populer di era Street Fighter IV, gamepad ini tidak memiliki analog stick sama sekali. Sebagai gantinya, MadCatz memberikan sebuah floating d-pad, yaitu d-pad yang mampu bergerak sirkuler bebas layaknya sebuah stik analog. Penempatan tombolnya menggunakan sistem enam tombol. Terinspirasi dari layout SEGA Genesis dan SEGA Saturn.
HORI Fighting Commander 4
Gamepad ini mirip dengan Mad Catz FightPad, namun menawarkan bentuk asimetris. Ini memungkinkan tangan kanan pemain untuk bergerak bebas sementara tangan kiri tetap menggenggam gamepad dengan kuat. Salah satu gamepad keluaran Mad Catz yaitu Mad Catz Street Fighter V FightPad Pro juga memiliki bentuk asimetris serupa.
The Devil is in the Detail – Arcade Stick
Berbicara tentang detail di arcade stick maka topiknya akan jauh berbeda dengan bicara detail di gamepad. Kebanyakan arcade stick memiliki bentuk yang tak jauh berbeda satu sama lain, namun dengan komponen-komponen yang bisa dimodifikasi. Bila Anda tidak suka dengan bentuk suatu gamepad, maka Anda harus mencari gamepad baru. Sementara pemain arcade stick yang kurang sreg dengan perangkatnya cukup mengganti spare part yang ia inginkan saja.
Secara umum ada tiga komponen utama yang menjadi penentu dalam sebuah arcade stick, yaitu lever, gate, dan button. Anda yang tidak pernah memainkan arcade stick mungkin tidak familier dengan istilah-istilah tersebut, jadi mari kita bahas satu persatu.
Lever
Lever adalah tuas/tongkat joystick yang kita kendalikan sebagai pengganti tombol arah di arcade stick. Ada dua jenis bentuk lever yang paling populer, yaitu bat top (pegangan seperti tongkat bisbol) dan ball top (pegangan berbentuk bola). Perbedaan bentuk ini berpengaruh terhadap cara kita memegang lever, dan setiap orang memiliki posisi nyaman yang berbeda-beda.
Lever tipe bat top sering kali disebut juga sebagai Korean lever, American lever, atau Mortal Kombat lever, sebab populer digunakan di negara dan kabinet game tersebut. Sementara tipe ball top dikenal juga dengan sebutan sebagai Japanese lever.
Gate
Gate atau restrictor adalah “gerbang” pembatas di pangkal lever yang menentukan sejauh mana joystick dapat bergerak. Pada awal era kemunculan arcade cabinet, gate hanya memungkinkan sebuah joystick untuk bergerak ke dua arah (kanan dan kiri). Tapi kemudian muncul joystick empat arah yang memiliki gate berbentuk segi empat.
Arcade stick buatan Jepang hingga kini masih banyak menggunakan gate segi empat (square gate). Akan tetapi banyak produk yang memiliki variasi lain, misalnya gate segi delapan (octagonal gate) atau gate lingkaran (circular gate).
Button
Jenis tombol yang ada di sebuah arcade stick juga sangat menentukan kenyamanan penggunaannya. Terutama berkaitan dengan seberapa besar tenaga yang diperlukan untuk menekan tombol, bentuk tombol itu sendiri, serta keawetannya. Button buatan Amerika (misalnya merk Happ/SuzoHapp) umumnya memiliki bentuk cekung ke dalam dan butuh tenaga lebih besar untuk ditekan. Sementara tombol buatan Jepang cenderung lebih sensitif.
Sebetulnya bila kita ingin membahas lebih mendalam, setiap komponen arcade stick punya karakteristik detail tersendiri yang membedakannya satu sama lain. Sebagai contoh, dua joystick yang sama-sama menggunakan square gate dan ball top tetap bisa punya rasa berbeda karena perbedaan ukuran, komponen elektronik, hingga jenis pegas yang digunakan. Tapi kita tidak membahas semuanya di sini karena akan menjadi terlalu panjang.
Bila Anda tertarik untuk mengetahui tentang komponen-kompenen arcade stick lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi situs Slagcoin yang menyediakan info lengkap mengenai perangkat ini.
Alasan untuk memilih
Sekarang kita sudah mengetahui tentang berbagai variasi dalam controller yang populer digunakan dalam fighting game. Lalu bagaimana cara menentukan controller terbaik? Jawaban paling mudah sudah jelas, silahkan coba semua lalu cari mana yang paling nyaman di tangan. Tapi sebetulnya selain sekadar “nyaman”, ada beberapa pertimbangan yang bisa Anda jadikan referensi dalam memilih.
Hybrid mengumpulkan pendapat dari beberapa pemain fighting game di berbagai komunitas di Indonesia tentang pertimbangan dalam memilih controller. Ini kata mereka.
Christian “R-Tech” Samuel, atlet Tekken 7 dari Alter Ego Esports, bermain menggunakan arcade stick gaya Korea yaitu produk merk etokki. Selain itu, ia juga menggunakan beberapa controller lain seperti gamepad, keyboard, hingga hit box. Tapi ia paling sering menggunakan arcade stick karena ia merasa arcade stick membuatnya lebih bisa bergerak dengan leluasa di Tekken.
“Biasanya pro player menggunakan arcade stick karena rata-rata Tekken dikeluarkan di arcade, jadi agar nyaman seperti di arcade. Tetapi ada juga pro player yang memakai pad, biasanya dari USA. Karena di USA tidak ada arcade (tidak updated),” ujarnya. Bagi R-Tech, pemilihan controller itu tergantung pada selera masing-masing pemain saja.
Di antara jenis-jenis arcade stick sendiri, R-Tech berpendapat bahwa jenis square gate lebih mudah digunakan karena lebih mudah untuk mendapatkan sudut diagonal. Sementara untuk jenis octagonal gate yang ada di tipe Korea butuh usaha ekstra. “Cuma gerakannya juga lebih leluasa jika sudah menguasainya,” kata R-Tech.
Bram “buramu” Arman, co-founder komunitas Advance Guard, juga menggunakan arcade stick tapi dengan jenis dan alasan yang berbeda. Ia menyukai arcade stick dengan komponen standar Jepang (Sanwa), karena arcade stick tidak akan membuat jari tangan cedera walau bermain untuk waktu lama. Selain itu juga supaya ia bisa bermain di arcade yang dulu masih menjamur.
“Sebenarnya ga ada suatu keharusan dalam memilih suatu controller sih. Yang penting nyaman dan bisa all out aja. Karena sudah terbukti, beberapa player dengan controller andalan mereka, mereka bisa juara. Misalnya Street Fighter IV ada Luffy yang juara dengan karakter Rose dengan gamepad PS1, di mana console yang sering dipergunakan untuk turnamen (waktu itu) adalah PS3 dan Xbox 360,” papar Bram.
Ia juga mencontohkan Daigo Umehara yang belakangan berganti controller ke dari arcade stick ke hit box dan bisa melakukan eksekusi jurus sangat optimal (nyaris frame perfect). Tapi pada akhirnya di EVO 2019 Daigo tetap kalah. Meskipun hit box disebut-sebut sebagai controller yang sangat hebat, bahkan sempat dilarang di turnamen, itu tidak otomatis bisa membuat seseorang juara.
Lain halnya dengan Andrew “Wahontoys” Widjaja dari Indonesia Soul Calibur Community (ISCC). Ia lebih memilih menggunakan gamepad, namun gamepad yang digunakannya bukan gamepad standar seperti DualShock 4. Ia menggunakan gamepad dengan layout enam tombol, seperti HORI Fighting Commander. Mengapa memilih gamepad? Jawab Andrew, “Arcade stick berat bawanya.” Ia sadar bahwa pilihannya adalah minoritas di kalangan pemain fighting game.
Membawa arcade stick yang berukuran besar ke mana-mana memang merepotkan, tapi Andrew juga memilih gamepad karena ada hubungannya dengan game yang ia mainkan, Soulcalibur. Menurutnya penggunaan gamepad lebih nyaman karena di Soulcalibur banyak input dual button dan just frame.
“Yang buat Soulcalibur sih dulu ada karakter namanya Siegfried inputnya agak susah, jarak masing-masing tombol itu 1 frame,” kata Andrew. Ia pernah mencoba arcade stick karena banyak pemain pro menggunakannya, kemudian berhenti karena tidak terbiasa dan repot membawanya jika ada gathering. “Jadi saya cari yang layout button-nya kayak arcade stick tapi kecil kayak pad,” lanjutnya.
Untuk pemilihan controller, Andrew memberi saran, “Yang perlu diperhatikan kalau saya pertama layout (tombol), terus ukuran. Jangan terlalu besar dan berat, karena bukan gak mungkin kita harus bawa-bawa travel ke luar negeri atau naik ojek. Terus kalau bisa yang support PS4, soalnya yang support PS4 pasti support PC tapi gak sebaliknya.”
Sementara itu Bayu “KentutBerdahak” Indra Sakti—juara The King of Fighters di Fight Fest 2019—secara gamblang berpendapat bahwa arcade stick lebih baik dari gamepad. “Untuk arcade stick sama gamepad secara presisi jelas berbeda kalau saya rasa, di gamepad sendiri ada keterbatasan yang hanya arcade stick yang bisa mewujudkan,” jelasnya.
Keterbatasan yang dimaksud Bayu adalah bahwa di fighting game tertentu, ada hal-hal yang lebih sulit dieksekusi menggunakan gamepad ketimbang arcade stick. Di dunia profesional pun, orang yang sudah ahli dengan gamepad kemungkinan bakal lebih jago ketika berganti menggunakan arcade stick. Tapi sebaliknya pun bisa terjadi, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan pemain karena semua controller ada plus dan minusnya.
Ia bercerita, “Saya main KOF di tiga controller: keyboard, arcade stick, dan gamepad. Untuk keyboard saya menggunakan merk apa saja, arcade stick saya menggunakan Mad Catz TE 1 dan Razer Panthera. Gamepad sendiri sejauh ini masih nyaman di DS4.”
Meski percaya bahwa controller berpengaruh pada performa, untuk orang yang berminat bermain fighting game Bayu tidak merekomendasikan controller apa-apa. Ia menyerahkan pilihan ke selera pemain saja, lebih nyaman di pad atau stick.
“Dari masing-masing controller sendiri juga balik lagi ke masing-masing. Misal kata saya pad merk DS4 nyaman belum tentu kata orang lain nyaman. Sama halnya untuk arcade stick dan gak jarang dari kebanyakan orang nge-custom arcade stick-nya (dari lever, button, dll),” paparnya.
Saya pribadi, sebagai penyuka fighting game juga, termasuk yang tidak bisa menggunakan arcade stick dan selalu menggunakan gamepad. Namun sayangnya gamepad yang menurut saya ideal saat ini sudah tidak diproduksi lagi, yaitu Genius MaxFire Blaze 2. Saya menyukai gamepad ini karena menggunakan circular d-pad delapan arah yang cocok untuk game tipe anime fighters, seperti Guilty Gear dan BlazBlue.
Di samping itu gamepad ini memiliki shoulder button berbentuk melengkung dan non-analog (bukan trigger seperti DualShock 4), yang nyaman sekali untuk bermain fighting game dalam waktu lama. Tapi gamepad ini sudah mulai susah dicari, tidak kompatibel dengan PS4, dan tidak mendukung XInput di PC. Terus setia menggunakan gamepad ini rasanya cukup merepotkan, jadi sekarang saya bermain dengan DualShock 4 saja seadanya.
Yang lebih penting daripada controller
Pada akhirnya, pemilihan sebuah controller adalah suatu hal yang sangat personal. Seseorang bisa memberi alasan-alasan teoritis tentang mengapa suatu controller itu baik, misalnya dari segi respons tombol, keleluasaan arah, dan sebagainya. Tapi alasan-alasan itu bukanlah hal yang berlaku secara universal. Keunggulan suatu controller dibanding controller lainnya lebih banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang sifanya subjektif.
Diskusi tentang controller adalah hal yang selalu muncul di dunia fighting game, dan sejujurnya merupakan salah satu daya tarik tersendiri dalam genre game ini. Tapi daripada terlalu terpaku harus pakai controller ini dan itu, yang lebih penting adalah having fun dan terus mengasah keahlian di game yang kita sukai. Jenis controller yang kita gunakan memang berpengaruh, tapi penentu hasil permainan bukanlah alat melainkan pengguna alatnya.
YouTuber Tekken populer, TheMainManSWE, merangkum realita tentang fighting game dalam ucapan di salah satu videonya: “Apa yang harus kita pahami paling pertama, adalah bahwa tidak ada jalan pintas. Bermain dengan arcade stick tidak menjamin Anda akan sangat sukses memainkan Mishima, atau karakter lainnya. Seperti segala hal, mereka yang unggul adalah mereka yang banyak berusaha. Saya memiliki eksekusi yang baik, dan tahukah Anda, itu berasal dari latihan selama bertahun-tahun (bukan karena perbedaan controller).”
Bila Anda baru masuk ke dunia fighting game dan menemukan kesenangan di dalamnya, mungkin akan ada waktu di mana Anda merasa kemampuan Anda mentok di level tertentu. Ketika hal itu terjadi, saran saya, jangan berpikir bahwa mengganti controller akan langsung mengubah segalanya. Justru sebaliknya, berganti dari gamepad ke arcade stick atau dari arcade stick ke gamepad bisa makan waktu berbulan-bulan hingga Anda terbiasa.
Silahkan coba berbagai jenis controller di pasaran—bahkan controller yang tak lazim sekalipun—dan bila Anda menemukan sebuah controller yang sangat pas di hati, tak ada salahnya “ganti senjata”. Tapi ingatlah bahwa percuma membeli controller mahal bila tidak mengasah keahlian bermain diri sendiri. Lagi pula, mobil tercanggih pun tidak akan memenangkan balapan bila pengemudinya payah, bukan?
Setelah melalui rangkaian panjang turnamen di 30 negara dari berbagai penjuru dunia, ajang Neo Geo World Tour 2 akhirnya akan memasuki babak klimaks. Pada tanggal 12 – 14 Juli nanti, para jagoan The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98 akan berkumpul di Expo Dome, Taipei, untuk menentukan siapa petarung yang layak membawa pulang gelar juara dunia “King of KOF”.
Indonesia juga punya perwakilan yang cukup istimewa dalam ajang tersebut. Dia bernama Bayu Indra Sakti, alias KentutBerdahak, sang juara turnamen NGWT 2 dalam ajang Fight Fest 2019. Nama Bayu Indra Sakti di kalangan penggemar esports mainstream mungkin kurang familier, tapi di komunitas The King of Fighters, dia adalah veteran yang sudah punya banyak prestasi.
Bayu yang dikenal ahli menggunakan karakter Goro Daimon, berhasil jadi juara nasional di cabang KOF XIV dan KOF 98 sekaligus. Ia pun berhak mendapat transportasi dan akomodasi untuk terbang ke NGWT 2 Global Finals di Taipei nanti. Seperti apa persiapan serta kans Bayu untuk menghadapi perhelatan besar tersebut?
“Sejauh ini sih persiapan buat NGWT nanti sering latihan aja, nonton match-match turnamen di YouTube,” ujarnya dalam obrolan santai bersama Hybrid. Bayu memang bukan pertama kalinya menghadiri turnamen di luar negeri, bahkan prestasinya di kancah KOF global terbilang cukup mentereng. Ia pernah meraih juara 3 di Thailand dalam ajang Thaiger Uppercut 2018, juga juara 2 di Malaysia dalam ajang FV Cup Road to EVO Japan. Selain itu Bayu pun berhasil masuk peringkat Top 8 dalam acara KOFGCC Oman Summer Salt dan SEA Major Singapore.
Meski punya prestasi di Thaiger Uppercut 2018, Bayu tidak mengikuti Thaiger Uppercut 2019 yang beberapa waktu lalu digelar. Alasannya karena turnamen tersebut merupakan bagian dari NGWT 2 juga, dan NGWT 2 menggunakan sistem region lock. “Jadi untuk di luar Thailand bisa ikut, tapi gak dapet hadiah apa-apa andai menang, dan (andai menang) runner up-nya yang berhak mendapatkan,” ujarnya.
Namanya juga Global Finals, sudah jelas bahwa turnamen ini akan dihadiri oleh pemain-pemain KOF yang berbahaya. Ketika ditanya siapa saja lawan yang perlu diwaspadai, Bayu menjawab, “Hampir semua calon lawan nanti di NGWT patut diwaspadai sih. Khususnya Japan, China, dan Taiwan. Dari Japan ada M’Dash, dari China ada Xiaohai, dari Taiwan ada ET.” Xiaohai merupakan juara bertahan KOF 98 di NGWT sebelumnya, sementara M’Dash (alias M’) adalah juara bertahan di KOF XIV.
Sayangnya meski memiliki pemain berprestasi seperti Bayu, komunitas The King of Fighters sendiri di Indonesia saat ini sedang mengalami masa “agak redup” dalam artian anggotanya tidak sebanyak komunitas fighting game yang lain. Alasannya adalah karena game KOF itu sendiri cukup sulit dipelajari dan butuh waktu lama untuk dikuasai, sehingga membuat orang jarang meminatinya. Para pemain KOF di Indonesia saat ini rata-rata adalah pemain yang sudah cukup berumur dan sudah setia mengikuti seri KOF sejak lama.
“Yang sudah bagus dari komunitasnya sendiri sih ya kita udah punya wadah untuk chit-chat, dan gathering di toko GameBox Mangga Dua Square lantai GF, dan toko Sinar Electronic Mangga Dua Mall lantai 1. Jadi buat yang mau iseng-iseng atau coba-coba main KOF bisa langsung dateng aja,” kata Bayu. Sementara kekurangan komunitas KOF justru menurutnya datang dari game KOF itu sendiri yang kurang promosi terutama di Indonesia, kalah jauh oleh promosi judul-judul fighting game lain.
Ia melanjutkan, “Bahkan banyak orang yang gak tau game KOF ini tuh sebetulnya game apa. Malah ada orang yang baru tau KOF karena main Mobile Legends wkwkwk.” Beberapa waktu lalu memang Moonton sempat berkolaborasi dengan SNK untuk merilis skin Mobile Legends bertema The King of Fighters.
Di NGWT 2 Global Finals nanti, Bayu berharap agar bisa meraih prestasi yang lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Kita pun tentu berharap hal yang sama, apalagi kalau bisa menjadi juara tentu akan membanggakan dan membuat nama Indonesia semakin dikenal di ekosistem esports fighting game dunia. Mari kita dukung bersama Bayu Indra Sakti dalam ajang Neo Geo World Tour 2 Global Finals di Taipei agar ia dapat memberikan performa yang terbaik!
Pada bulan Oktober 2018 lalu, Moonton menggelar sebuah survei untuk mencari tahu seberapa tinggi popularitas karakter-karakter SNK di kalangan para pemain Mobile Legends: Bang Bang. Survei itu tentu membuat kita bertanya-tanya, apakah Moonton akan melakukan kolaborasi dengan SNK dalam waktu dekat? Sebagian pemain berspekulasi bahwa mungkin akan ada karakter SNK muncul sebagai hero Mobile Legends, sementara sebagian lainnya menebak bahwa mereka mungkin muncul sebagai skin saja.
Sekarang misteri itu akhirnya terungkap. Moonton telah resmi mengumumkan kolaborasi dengan SNK dalam wujud skin untuk tiga hero berbeda. Saat ini hanya ada satu skin yang diumumkan sepenuhnya, yaitu skin Athena Asamiya untuk karakter Guinevere. Dua skin lagi belum ditunjukkan, akan tetapi bocoran dari beberapa forum Mobile Legends mengatakan bahwa dua skin itu adalah skin Leona Heidern untuk Karina, dan skin Iori Yagami untuk Chou.
Sebetulnya pengumuman kolaborasi ini agak membingungkan, karena Moonton merilis poster dengan menyebut kalimat, “Hero SNK pertama telah terungkap!”Begitu pula di versi bahasa Inggrisnya, mereka berkata, “The first KOF hero revealed!” Poster tersebut tentu membuat kita berpikir bahwa Mobile Legends akan kedatangan hero baru, tapi ternyata tidak. Saya rasa Moonton harus memperbaiki cara mereka menyusun kata-kata promosi agar tidak menimbulkan salah paham.
Bila Anda tidak percaya dengan bocoran forum, Moonton juga mengadakan event khusus untuk mengungkap skin apa saja yang akan hadir. Caranya, pemain cukup login di halaman event yang telah disediakan (bisa dari browser ataupun in-game) pada periode 8 – 23 Maret 2019 untuk menyumbangkan Popularity Point ke event. Setelah total Popularity Point di seluruh dunia mencapai angka tertentu, Moonton akan mengungkap skin berikutnya. Skin kedua akan diungkap ketika Popularity Point mencapai 6.000.000, sementara skin ketiga saat mencapai 8.000.000.
Selain poin untuk mengungkap skin berikutnya, pemain juga dapat mengundang pemain lain lewat media-media sosial untuk memperoleh poin Personal Popularity. Poin Personal Popularity ini dapat ditukar dengan berbagai hadiah in-game, seperti Hero Fragment atau Magic Dust.
Sementara itu, untuk mendapatkan skin The King of Fighters sendiri caranya adalah dengan mengikuti bingo event pada tanggal 19 Maret nanti. Artinya ada faktor keberuntungan yang berpengaruh, dan kemungkinan untuk mendapatkannya secara pasti kita akan butuh mengeluarkan Diamond yang tidak sedikit. Mudah-mudahan saja cara mendapatkan skin tersebut tidak terlalu sulit, dan Moonton semakin rajin melakukan kolaborasi menarik semacam ini di masa depan.
Capcom Pro Tour sudah di depan mata! Terhitung mulai bulan Maret ini, serangkaian turnamen di seluruh dunia akan digelar untuk memberikan CPT Point kepada para petarungnya, untuk kemudian menentukan siapa yang berhak maju ke acara puncak Capcom Cup 2019 di bulan Desember. Sirkuit turnamen resmi ini akan berlangsung selama sembilan bulan, dengan total prize pool mencapai lebih dari US$600.000.
Sesuai pengumuman dari Capcom di akhir Januari kemarin, sirkuit Capcom Pro Tour 2019 memiliki empat tingkatan turnamen, yaitu Super Premier Event, Premier Event, Ranking Event, dan Online Ranking Event. Salah satu organizer populer Asia Pasifik, BEast of the East, dalam waktu dekat akan menggelar turnamen berkasta Ranking Event di kota Kuala Lumpur, Malaysia. Turnamen ini bernama FV x SEA Major 2019.
Mengapa namanya demikian? Itu karena turnamen ini merupakan hasil kerja sama antara BEast of the East dengan Flash Vision Esports, organisasi fighting game terbesar di Malaysia. Flash Vision sendiri selama ini sudah memiliki turnamen yang cukup bergengsi dengan nama FV Cup, namun sejak tahun 2018, FV Cup telah terintegrasi sebagai bagian dari kompetisi SEA Major.
Berbeda dengan kompetisi-kompetisi genre lain yang biasanya berwujud satu event berdiri sendiri, sudah jadi hal lumrah di dunia fighting game bila ada satu event yang diisi beragam kompetisi sekaligus. Contohnya bisa kita lihat dalam turnamen Fight Fest 2019 yang berlangsung pada bulan Januari lalu. FV x SEA Major 2019 pun isinya bukan hanya Ranking Event Capcom Pro Tour, tapi melingkupi beberapa acara lain.
Berikut ini daftar kompetisi dalam FV x SEA Major 2019, beserta game yang dilombakan:
CPT Asia Ranking 2019 (Street Fighter V: Arcade Edition)
Neo Geo World Tour 2 (The King of Fighters XIV, The King of Fighters 98, Metal Slug)
Console Games (Tekken 7, Dragon Ball FighterZ, Soulcalibur VI, Super Smash Bros. Ultimate, Ultra Street Fighter IV)
Mobile Games (Mobile Legends: Bang Bang)
Sama seperti Fight Fest 2019, rupanya FV x SEA Major 2019 juga merupakan salah satu pemberhentian kompetisi Neo Geo World Tour 2. Uniknya lagi rupanya tak hanya fighting game, tapi judul yang dilombakan juga mencakup Metal Slug. Kompetisi final SEA Major 2019 sendiri nantinya akan digelar di Singapura pada tanggal 12 Oktober, dan merupakan turnamen CPT dengan kasta Premier Event.
Berhubung FV x SEA Major 2019 merupakan turnamen CPT, sudah bisa ditebak bahwa akan muncul pemain-pemain kawakan yang turut bertanding. Beberapa nama yang sudah dikonfirmasi BEast of the East antara lain meliputi Itabashi Zangief, OilKing, Fujimura, Sako, Tokido, John Takeuchi, Bonchan, dan lain sebagainya. Anda yang mengikuti dunia esports Street Fighter pasti tahu bahwa mereka semua adalah nama-nama besar dengan prestasi tingkat dunia.
FV x SEA Major 2019 akan digelar di gedung Lightbox, Kuala Lumpur, Malaysia. Turnamen ini terselenggara berkat dukungan berbagai pihak, temasuk di antaranya Victrix Pro, GameStart Asia, Capcom Pro Tour, Twitch, dan XSplit. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi situs resmi BEast of the East di tautan berikut.
Fight Fest merupakan ajang yang cukup penting, karena bukan hanya acara ini mempertandingkan enam fighting game berbeda, tapi Fight Fest juga mewadahi kompetisi Tekken 7 yang jadi bagian dari acara IEG 2018. Juga termasuk di dalamnya adalah kompetisi The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98 sebagai bagian dari rangkaian acara global yaitu Neo Geo World Tour 2.
Seluruh acara Fight Fest telah selesai, menghasilkan berbagai pertarungan seru, tidak terprediksi, serta diisi dengan kemunculan pemain-pemain baru yang tampil mengejutkan. Berikut ini hasil seluruh turnamennya.
Tekken 7
Tekken 7 bisa dibilang merupakan salah satu “menu utama” Fight Fest. Setelah babak kualifikasi yang diadakan di MyRepublic Jakarta pada tanggal 26 Januari, para petarung kemudian harus menjalani babak final dalam acara Indonesia Esports Games esok harinya, bertempat di Jakarta Convention Center. Turnamen Tekken 7 kali ini diikuti cukup banyak petarung senior Indonesia, termasuk di antaranya R-Tech dari tim Alter Ego Esports, M45T4Z (mastaz) dari tim Bigetron Esports, serta TJ dari DRivals.
Di luar dugaan, R-Tech yang merupakan langganan juara justru tidak berhasil maju ke babak final di JCC. Ia kalah oleh TJ yang terkenal ahli menggunakan banyak karakter, termasuk Geese Howard dan Lee Chaolan. TJ ditemani oleh Mishima Boy dan M45T4Z di babak final, kemudian akhirnya Mishima Boy berhasil menjadi juara berkat karakter andalannya yaitu Heihachi.
Peringkat Tekken 7:
1st: Mishima Boy
2nd: DRivals | TJ
3rd: Bigetron | M45T4Z
4th: Alter Ego | R-Tech
5th: Chaos | hero
5th: lee_yo
7th: D2Station | USH
7th: WIF | Silver
The King of Fighters XIV
Selain Tekken 7, kompetisi The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98 juga memiliki pertaruhan yang besar. Dua game ini masuk ke dalam Neo Geo World Tour 2, dan pemain yang menjuarai Fight Fest akan dikirim bertanding dalam Neo Geo World Tour 2 Global Finals, melawan petarung-petarung dari berbagai negara seperti Jerman, Singapura, dan sebagainya.
Juara KOF XIV kali ini diraih oleh KentutBerdahak yang terkenal sebagai ahli karakter Goro Daimon. Ia bertarung di Grand Final melawan navets yang memiliki gaya pertarungan cukup bertolak belakang. Bila KentutBerdahak cenderung menggunakan heavy hitter seperti Daimon dan Clark, navets justru mengandalkan karakter-karakter ringan seperti Shun’ei dan Yuri Sakazaki. KentutBerdahak juga memainkan karakter cepat yaitu Nelson, tapi Daimon-lah yang mengantarkannya menuju puncak.
Peringkat The King of Fighters XIV:
1st: KentutBerdahak
2nd: navets
3rd: Zephy
4th: Aming
5th: Sweet_Martabak
5th: YOLO-man
7th: AnggaGilbert
7th: GAMEBOX
The King of Fighters 98
Meski game ini usianya sudah 20 tahun, The King of Fighters 98 tetap jadi salah satu favorit para pecinta seri KOF. Level pertarungan yang terjadi di sini pun tidak kalah tinggi dari KOF XIV yang lebih modern. Apalagi di KOF 98 belum ada teknik-teknik baru seperti Climax Cancel atau Just Defend. Kemampuan fundamental para pemain betul-betul diuji.
KentutBerdahak juga menampilkan performa kuat dengan Daimon andalannya, namun penantangnya di Grand Final bukanlah navets melainkan Aming. Menariknya, baik KentutBerdahak maupun Aming sama-sama pengguna Daimon. Daimon milik Aming juga sempat mengalahkan Daimon milik KentutBerdahak, memaksa lawannya itu untuk berganti karakter ke Ralf. Strategi ini berhasil, Ralf menghancurkan pertahanan Aming sehingga KentutBerdahak meraih double winner di Neo Geo World Tour 2 ini.
Peringkat The King of Fighters 98:
1st: KentutBerdahak
2nd: Aming
3rd: Sweet_Martabak
4th: Stanxz
5th: navets
5th: VrgKof
7th: Andrikebot
7th: fg_meiji
Street Fighter V: Arcade Edition
Street Fighter V: Arcade Edition saat ini tengah mengalami masa segar kembali berkat balance patch baru di Season 4. Menariknya, selain diisi oleh pemain-pemain Street Fighter Indonesia, posisi Top 8 ternyata juga diisi oleh pemain dari luar negeri, yaitu Asher yang berasal dari Singapura. Asher juga menggunakan karakter yang cukup jarang dipilih yaitu Vega (Claw).
Dua orang yang berhasil lolos ke Grand Final adalah AronManurung (Zeku) dan Burung (Birdie). Keduanya dikenal sangat senior di kancah Street Fighter, bahkan AronManurung memegang peringkat Grand Master di Capcom Fighters Network. Pertarungan mereka berdua berjalan sangat seru dan saling kejar-mengejar angka. Namun pada akhirnya AronManurung dapat mengalahkan Burung, termasuk mencetak Perfect di ronde paling terakhir!
Peringkat Street Fighter V: Arcade Edition:
1st: AronManurung
2nd: Burung
3rd: Dion
4th: Asher
5th: Roxas32
5th: Shamwow
7th: Botanpon
7th: Raja DingDong
Soulcalibur VI
Untuk turnamen Soulcalibur VI cukup disayangkan karena tidak ada video replay sebab kurangnya operator di lapangan. Akan tetapi itu tidak mengurangi keseruan game “bacok-bacokan” ini. Bahkan ada dua pemain luar negeri yang ikut berpartisipasi, yaitu Asher dari Singapura dan Grimrst dari Malaysia. Asher dan Grimrst juga tidak saling bertemu di bracket, jadi semua lawan mereka adalah pemain asal Indonesia.
Fabiozwei yang merupakan pemain muda sekaligus pendatang baru di sini tampil dengan peningkatan signifikan. Ia sempat unggul 2-0 atas Wah On (alias Wahontoys) yang jauh lebih senior. Akan tetapi ia termakan trik ring out yang juga digunakan Wah On saat melawan tim HK SCBA beberapa waktu lalu sehingga kalah. Fabiozwei meraih peringkat tiga, dibawah runner-up Wah On dan juara yaitu sinarkimia.
Peringkat Soulcalibur VI:
1st: sinarkimia
2nd: Wah On
3rd: Fabiozwei
4th: Permac
5th: Asher
5th: HotmanFiras
7th: Ampasmon
7th: Kl3mot
BlazBlue: Cross Tag Battle
Kompetisi BlazBlue: Cross Tag Battle berjalan seru berkat usaha dari komunitas Dfox Dojo yang turut meramaikan. Tak sia-sia rupanya Asher datang jauh-jauh dari luar negeri, karena di turnamen ini akhirnya ia berhasil menunjukkan permainan yang gemilang. Asher memanfaatkan kombinasi dua karakter yang sama-sama bertipe rushdown, yaitu Ruby Rose dan Carmine.
Di Grand Final, Asher bertemu dengan BattleCatsPlayer yang mengandalkan kombinasi karakter cukup kompleks, yaitu Nu-13 (zoner) dan Waldstein (grappler). Menarik sekali melihat gaya pertarungan berbeda saling berbenturan, apalagi dalam game ini setiap hit confirm bisa berakibat fatal. Keahlian BattleCatsPlayer melakukan command grab sempat memunculkan momen-momen hype, namun Asher dapat menguasai pertandingan dan menutup turnamen ini dengan sebuah Astral Finish!
Demikianlah keseruan yang terjadi di sepanjang turnamen Fight Fest 2019, yang juga merupakan bagian dari Indonesia Esports Games 2018 dan Neo Geo World Tour 2. Setelah ini KentutBerdahak akan maju ke Neo Geo World Tour Global Finals, namun untuk saat ini lokasi pastinya belum ditetapkan. Maurice, salah satu panitia NGWT 2, berkata bahwa kemungkinan lokasinya adalah di kota Shanghai pada bulan Juli 2019, tapi ia belum yakin 100%.
“Mereka (komunitas KOF Indonesia) sangat passionate, jadi kami mendapat banyak dukungan dari komunitas lokal dan sangat senang karenanya,” ujarnya dalam wawancara singkat dengan Hybrid, “Saya yakin kami akan kembali lagi di Season 3. (Turnamen) ini adalah pemberhentian Indonesia untuk NGWT Season 2. Season 3 akan mulai kemungkinan bulan Agustus, dan saya yakin kami akan kembali untuk menemukan perwakilan Indonesia di NGWT Season 3.”
NGWT Season 2 hanya menghadirkan The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98, namun Maurice juga berencana mengadakan turnamen Samurai Spirits (Samurai Shodown) setelah game itu sudah terbit nanti. Tantangannya adalah menemukan wilayah dengan komunitas penggemar yang kuat. “Wilayah yang biasanya sulit bagi kami biasanya adalah Amerika Serikat dan Eropa. Saat ini (game buatan SNK) di sana tidak begitu populer, tapi mungkin itu bisa berubah di masa depan,” jelas Maurice.
Wilayah yang banyak memiliki penggemar SNK adalah Tiongkok, Timur Tengah, Asia, dan Amerika Latin. Menurut Maurice, Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah partisipan bagus, begitu juga dengan level permainannya. Tapi apakah gaya permainan pemain Indonesia bisa bersaing melawan pemain-pemain negara lain, itulah yang harus kita buktikan di Neo Geo World Tour Global Finals nanti. Mari kita dukung KentutBerdahak agar dapat mengharumkan nama fighting game Indonesia!
–
Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard
Ingin bertanding di turnamen fighting game dengan hadiah puluhan juta rupiah? Anda bisa coba mengikuti Fight Fest yang akan digelar tanggal 26 – 27 Januari 2019 mendatang. Turnamen ini merupakan hasil kerja sama dari berbagai pihak, antara lain MyRepublic, Advance Guard, Indonesia Esports Games, serta didukung secara resmi oleh SNK. Lokasi acaranya sendiri berada di kantor MyRepublic Jakarta, Jl. Teuku Cik Ditiro No. 37, Menteng, Jakarta Pusat.
Fight Fest melombakan lima fighting game ternama dunia, yaitu Tekken 7, Street Fighter V: Arcade Edition, The King of Fighters XIV, The King of Fighters 98, serta yang baru saja dirilis, Soul Calibur VI. Jumlah game yang dilombakan cukup banyak karena Fight Fest ini adalah wadah yang memayungi beberapa kompetisi sekaligus. Berikut ini rinciannya.
Tekken 7 – Road to Indonesia Esports Games
Kompetisi Tekken 7 di Fight Fest merupakan babak kualifikasi dari ajang Indonesia Esports Games (IEG) cabang Tekken 7 yang diselenggarakan oleh Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Turnamen Tekken 7 Fight Fest berlangsung pada tanggal 26 Januari 2019, dan dari sini akan diambil tiga kontestan terbaik untuk maju ke babak final IEG.
Final Tekken 7 IEG sendiri akan dilaksanakan esok harinya, 27 Januari 2019, di Jakarta Convention Center Hall A. Tersedia uang hadiah senilai Rp25.000.000 bagi empat petarung terbaik, yang akan diserahkan pada hari yang sama.
Neo Geo World Tour 2
Fight Fest melombakan dua cabang fighting game buatan SNK, yaitu The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98. Pemenang masing-masing cabang kompetisi nantinya akan maju mewakili Indonesia di ajang Neo Geo World Tour 2 Global Finals, melawan petarung-petarung hebat dari negara lain seperti Arab Saudi, Jerman, Singapura, dan sebagainya.
Neo Geo World Tour 2 akan diadakan pada Fight Fest hari kedua, yaitu tanggal 27 Januari 2019 di MyRepublic Jakarta. Turnamen ini adalah turnamen resmi di bawah dukungan SNK langsung.
Community Tournaments: Street Fighter, Soul Calibur, BlazBlue
Untuk lebih meramaikan acara, Advance Guard selaku penyelenggara Fight Fest juga mengadakan tiga turnamen sampingan atau Community Tournament, yaitu turnamen Soul Calibur VI, Street Fighter V: Arcade Edition, dan BlazBlue: Cross Tag Battle. Community Tournament ini berlangsung pada hari pertama, yaitu 26 Januari. Juara masing-masing turnamen akan mendapat uang hadiah sesuai dengan jumlah peserta yang ikut bertanding (pot prize).
Pendaftaran untuk seluruh turnamen di Fight Fest saat ini sudah dibuka, dan akan ditutup pada tanggal 11 Januari 2019. Akan tetapi, bila Anda melakukan registrasi sebelum tanggal 10 Desember, Anda akan mendapat potongan biaya pendaftaran. Potongan biaya juga bisa Anda dapatkan dengan cara membagikan post Facebook yang ada di tautan berikut.
Seperti turnamen fighting game pada umumnya, semua kontestan di Fight Fest diharapkan membawa controller sendiri, termasuk juga kelengkapan seperti kabel data untuk DualShock 4. Untuk peraturan lengkap serta pendaftaran, silahkan langsung kunjungi kedua tautan di bawah.
Registrasi Fight Fest 2019 (Tekken 7, Soul Calibur VI, Street Fighter V: Arcade Edition, BlazBlue: Cross Tag Battle)