Tag Archives: thermoelectric

Matrix PowerWatch 2 Kawinkan Teknologi Thermoelectric dengan Panel Surya Mini

Sekitar dua tahun lalu, sebuah startup bernama Matrix Industries menyingkap smartwatch yang sangat inovatif. Dijuluki Matrix PowerWatch, keunggulannya terletak pada teknologi thermoelectric, yang memungkinkan perangkat untuk mengubah panas tubuh penggunanya menjadi energi, sehingga perangkat pun tidak perlu di-charge baterainya seperti pada umumnya.

Sekarang, Matrix tengah bersiap meluncurkan smartwatch keduanya, PowerWatch 2. Perangkat ini masih mengunggulkan teknologi thermoelectric seperti sebelumnya, akan tetapi kinerjanya kini makin efektif berkat bantuan energi matahari.

Ya, PowerWatch 2 dibekali dengan panel surya mini berbentuk cincin yang mengitari layarnya. CEO Matrix, Akram Boukai, percaya bahwa perpaduan thermoelectric dan panel surya mampu menjaga supaya PowerWatch 2 tidak pernah kehabisan daya. Namun ternyata itu bukan satu-satunya pembaruan yang dihadirkan PowerWatch 2.

Matrix PowerWatch 2

Pembaruan lainnya mencakup heart rate monitor, GPS, layar berwarna, serta ketahanan air yang naik menjadi 200 meter. Usai menerima firmware update nanti, PowerWatch 2 bahkan dapat mendeteksi aktivitas-aktivitas seperti berlari, bersepeda, maupun berenang secara otomatis.

Lebih menarik lagi, semua itu tidak malah membuat fisik PowerWatch 2 jadi lebih bongsor. Pada kenyataannya, tebalnya justru berkurang 1 mm dari pendahulunya. Desainnya pun juga sudah dibenahi, kini tampak lebih sporty dan rugged, sedangkan crown di sisi kanannya kini telah digantikan oleh empat tombol.

Sama seperti pendahulunya, Matrix PowerWatch 2 saat ini sudah mulai dipasarkan lewat situs crowdfunding Indiegogo. Selama masa kampanye, harga paling murahnya dipatok $199, sedangkan harga retail-nya diestimasikan berkisar $499.

Sumber: Wareable.

Ubah Panas Tubuh Jadi Energi, Smartwatch Matrix PowerWatch Tak Perlu Anda Charge

Penutupan Pebble mungkin membuat orang mempertanyakan masa depan smartwatch, tapi kita sebetulnya tidak perlu khawatir. Para developer terlihat tak  lelah mengembangkan beragam device baru, umumnya diperkenalkan di situs crowdfunding, demi memperbaiki sejumlah kelemahan pada smartwatch. Dan bagi Matrix, sasaran mereka adalah kendala payahnya daya tahan baterai.

Baterai di produk-produk smartwatch populer saat ini biasanya butuh diisi ulang setidaknya satu atau dua hari sekali. Itu alasannya tim yang terdiri dari jebolan universitas Caltech, MIT, Harvard dan UCSD tersebut menggarap Matrix PowerWatch: smartwatch pertama di dunia yang tidak perlu di-charge. Betul, Anda tidak salah baca. Device ini mampu mengubah panas tubuh jadi energi untuk memasok unit baterainya.

Matrix PowerWatch 2

Matrix PowerWatch mengusung arahan desain sporty. Bingkainya melingkar seperti jam tangan klasik, dan Anda dipersilakan mengubah-ubah watch face-nya sesuka hati. Tubuhnya terbuat dari material aluminium kelas pesawat terbang, tahan air hingga kedalaman 50-meter. Penggunaannya juga sederhana: PowerWatch menyajikan satu tombol multi-fungsi, misalnya untuk memicu timer ataupun stopwatch.

Layaknya smartwatch spesialis olahraga, perangkat ini bertugas memantau jumlah pembakaran kalori, banyaknya langkah yang Anda tempuh dalam aktivitas sehari-hari, serta mampu menakar mutu tidur. PowerWatch tersambung ke smartphone Andorid ataupun Apple lewat Bluetooth, lalu segala informasinya disuguhkan melalui aplikasi mobile companion. App tersebut kabarnya juga akan kompatibel ke Apple Healthkit dan Google Fit, serta memungkinkan pengguna saling sharing pencapaian mereka.

Matrix PowerWatch 3

Tentu saja, fitur unggulan dari PowerWatch ialah kesanggupannya mengubah panas tubuh menjadi tenaga. Saat smartwatch dilepas, ia jadi nonaktif. Semua data Anda disimpan dalam memori lalu device masuk ke mode sleep. PowerWatch akan segera menyala kembali saat dikenakan di pergelangan tangan, dan perangkat ini menyediakan pula indikator yang menginformasikan besarnya energi dari panas tubuh Anda.

Rahasia dari kemampuan ajaib PowerWatch adalah teknologi thermoelectric, berbasis pada efek Seebeck. Metode ini dimanfaatkan oleh NASA di pesawat angkasa Voyager serta robot rover Curiosity. Lalu sebagai teknik menakar kalori, perangkat menghitung jumlah panas yang dibutuhkan buat menaikkan temperatur 1-gram air sebesar 1 derajat Celcius. Tim Matrix berpendapat, inilah cara paling akurat untuk mengukur pembakaran kalori.

Tertarik? Matrix PowerWatch bisa Anda pesan sekarang di situs Indie Gogo, dijajakan di harga yang cukup terjangkau, hanya US$ 130. Pengiriman untuk backer rencananya akan dilangsungkan di bulan Juli 2017.

Konsep Meja Ini Bisa Menyerap Panas untuk Mengisi Baterai Smartphone

Pernahkah Anda membayangkan bisa mengisi ulang baterai smartphone dengan energi panas? Well, khayalan tersebut bisa terkabul kalau saja konsep besutan Ikea ini benar-benar terealisasikan.

Proyek bernama Heat Harvest ini dikembangkan oleh laboratorium riset Space10 yang dijalankan Ikea. Ide di balik kelahirannya adalah, Anda bisa memanfaatkan energi panas yang ada di dalam rumah menjadi energi listrik.

Mengubah energi panas menjadi listrik memang bukanlah hal baru. Tapi bagaimana kalau itu semua bisa disalurkan hanya dengan sebuah meja? Itulah konsep menarik yang ditawarkan oleh Heat Harvest.

Jadi, saat teknologi ini diaplikasikan ke meja, meja tersebut bisa menyerap panas yang berasal dari berbagai sumber: bisa dari teko air panas atau pitcher berisi kopi, bisa juga dari panci berisi sup yang baru dihangatkan di atas kompor. Selanjutnya, tanpa basa-basi, Anda tinggal menempatkan smartphone di atas meja dan proses charging pun akan berlangsung.

Ikea Heat Harvest

Contoh lain yang tidak kalah menarik adalah laptop. Kalau dirata-rata, sebuah laptop yang tengah digunakan akan mengonsumsi sekitar 40 watt daya listrik sekaligus menghasilkan panas dalam jumlah yang kurang lebih sama. Ketika laptop tersebut ditempatkan di atas meja berteknologi Heat Harvest ini, energi panasnya akan diserap, lalu diubah menjadi energi listrik yang bisa disalurkan ke perangkat lain.

Pengaplikasiannya pun tidak harus berupa meja, bisa juga berupa tatakan kecil yang diletakkan di bawah sebuah set-top box atau perangkat lain yang umumnya menghasilkan panas saat menyala.

Dilihat dari sudut lain, ya, ini memang merupakan salah satu bentuk lain dari teknologi wireless charging. Hal itu juga berarti perangkat yang hendak diisi ulang harus mendukung teknologi tersebut. Tapi seperti yang kita tahu, smartphone generasi terkini rata-rata sudah mengemas teknologi wireless charging.

Yang unik dari Heat Harvest adalah dari mana energi listrik yang disalurkan tersebut berasal. Pada dasarnya pengguna bakal mendapatkan pasokan listrik ekstra tanpa harus membayar uang satu sen pun. Semuanya berasal dari energi panas yang dihasilkan perangkat yang sebelumnya tidak ada artinya sama sekali.

Ikea Heat Harvest

Belum lagi dilihat dari aspek kepraktisannya. Bayangkan, sewaktu sarapan, smartphone yang kita letakkan di atas meja juga akan terisi baterainya. Dan pastinya energi listrik yang disalurkan tidak akan masuk ke dalam tagihan bulanan.

Tentu saja, Heat Harvest sejauh ini baru sekedar konsep – atau paling jauh berupa prototipe – sehingga masih membutuhkan waktu pengembangan lebih lanjut. Tapi kalau semuanya sudah siap, kita pasti bakal menjumpai meja berteknologi Heat Harvest maupun dalam wujud perabot lainnya dijual secara massal di Ikea.

Sumber: Digital Trends.