Tag Archives: tiket.com

Pendapatan Bersih Blibli Naik 16%, Bukukan Rp7,7 Triliun di H12023

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) atau Blibli membukukan total pendapatan bersih sebesar Rp7,7 triliun di semester I (H1) 2023. Perolehan ini tumbuh 16% dari Rp6,7 triliun pada periode yang sama tahun di sebelumnya. Transaksi lini B2C berkontribusi terbesar terhadap total pendapatan perusahaan.

Dalam siaran kinerja keuangan perusahaan, pendapatan Ritel 1P mengambil porsi terbesar dengan Rp3,9 triliun di semester I 2023, tetapi turun 6% (YoY) dari Rp4,1 triliun. Pertumbuhan tertinggi justru berasal dari segmen Ritel 3P sebesar 710% meski kontribusinya terendah dengan Rp567 miliar.

Total pendapatan Blibli juga didorong pertumbuhan tahunan dari segmen Institusi dan Toko Fisik, masing-masing sebesar 67% menjadi Rp1,2 triliun dan 18% menjadi Rp2 triliun. Secara keseluruhan, perusahaan menyebut pertumbuhan pendapatan bersih mendorong kenaikan marjin laba bruto konsolidasi sebanyak 690-bps (YoY) menjadi 15,3%.

Perlu diketahui, Ritel 1P adalah segmen platform perdagangan B2C untuk berbagai produk dan layanan dari pihak pertama (1P). Sementara, Ritel 3P adalah segmen penjualan produk dan layanan dari pihak ketiga (3P) mencakup platform e-commerce dan agen perjalanan online (OTA).

Alami rugi bersih Rp1,7 triliun, menyusut 29,7%

Blibli masih mengalami rugi sebesar Rp1,7 triliun di semester I 2023, tetapi menyusut 29,7% (YoY) dari rugi Rp2,4 triliun di periode sama tahun 2022. Adapun penyusutan ini terjadi karena ada penurunan beban penjualan dan struktur biaya membaik.

Total Processing Value (TPV) di semester I 2023 tercatat Rp36,7 triliun atau naik 52% dari Rp24,1 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Segmen Ritel 3P menyumbang TPV terbesar dengan Rp25,8 triliun atau naik 81% (YoY) dari Rp14,2 triliun, diikuti Ritel 1P Rp4,4 triliun atau turun 3% (YoY).

Beban operasional terhadap TPV tercatat turun menjadi 7,9% (YoY) di semester I 2023. Penurunan ini mendorong kinerja EBITDA konsolidasi sebesar 520-bps (YoY) menjadi -4,3%.

Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto mengungkap kinerja keuangan di semester I 2023 telah memperlihatkan tren positif. Namun, ia tetap memastikan akan terus mengimplementasikan berbagai strategis yang mengarah pada peningkatan kinerja profitabilitas.

“Peningkatan kinerja yang kuat pada kategori gaya hidup didukung dengan pemulihan bisnis perjalanan online setelah pembukaan kembali pembatasan akibat pandemi di Indonesia. Kami akan mengarahkan fokus pada kebutuhan pelanggan dengan pilihan kategori produk yang membedakan kami dari kompetitor,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Penguatan strategi omnichannel

Sejumlah faktor lain juga disebut berkontribusi terhadap perbaikan kinerja perusahaan yang baru IPO akhir 2022, di antaranya penguatan strategi omnichannel melalui penambahan 14 gerai consumer electronic selama paruh tahun 2023. Blibli juga memulai pembangunan gudang baru yang dirancang menjadi gudang all-in-one-tech-powered dalam mendukung manajemen rantai pasok dan logistik yang pintar.

Hingga sekarang, Blibli telah mengoperasikan  156 gerai consumer electronic dan 70 gerai supermarket premium. Jumlah pengguna yang menyelesaikan setidaknya satu transaksi pada platform Blibli dan/atau Tiket.com, mencapai 3 juta atau naik 9% dari 2,8 juta pengguna.

Blibli juga telah melepas kepemilikan sahamnya di Halodoc melalui PT Polinasi Iddea Investama agar dapat kembali fokus pada bisnis inti dan mempercepat target kinerja di tahun ini. Dengan aksi divestasi tersebut, perusahaan mengantongi nilai transaksi sebesar Rp538 miliar lewat PT Global Investama Andalan (GIA).

Ketatnya persaingan industri e-commerce mendorong sejumlah pemain besar untuk memperluas vertikal dan strateginya agar dapat memperkuat posisinya di pasar, mulai dari masuk ke segmen e-grocery, food delivery, hingga fulfillment. 

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, nilai industri e-commerce ditaksir mencapai $59 miliar di 2022 dan diperkirakan akan menjadi industri pendorong ekonomi digital di Indonesia. meski aktivitas belanja offline sudah mulai meningkat. Adapun. e-commerce menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital di tanah air.

George Hendrata joined Tiket.com in 2017 and drives the company to be a market leader / Tiket.com

George Hendrata Turns Tiket.com Business Around with Strong Company Culture

This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

The tourism sector is one of the worst affected by the impacts of COVID-19, blocking the economies, livelihoods, public services, and opportunities on all continents. As Indonesia’s President Joko Widodo announced an end to the public activity restrictions, this will significantly affect the travel industry, including OTAs regaining their dominant position within travel distribution.

George Hendrata has an educational background in tech from Columbia University and MBA from Harvard Business School. He has working experience  in several multinational companies, including Motorola & Boston Consulting Group, and became the Director of Djarum’s Business Diversification before taking the opportunity with tiket.com. With his persistent character and creative mind, George turns tiket.com around and makes it blossom.

Nobody expects that the travel sector would be a bridge to disseminate something horrible such as coronavirus disease. As much as we cannot believe it, Covid-19 has been staying in this country for over three years now. However, due to hard work across sectors, we can at least say that the pandemic has been handled. It is now the time for the travel industry to rise again.

During six years with George, the t-fam (tiket.com employees) has grown significantly and managed to survive this pandemic without doing any layoffs to the core team. At the end of last year, tiket.com along with Blibli and Ranch Market announced a unified omnichannel ecosystem called blibli-tiket. The initial public offering (IPO) is said to be the 5th largest listing ever on the IDX, and the 2nd largest last year.

Alongside his current position as the CEO of tiket.com, George also likes to mentor and invest in companies. He said it gives him an opportunity to share ideas, learn new things, help entrepreneurs, and contribute to the economy.

DailySocial had the opportunity to have an exclusive interview with George Hendrata and discuss his career journey and leadership. Below is the complete version of his story.

I’m not sure to say that we are past the pandemic. However, the pandemic has transformed many lives and significantly affect some industries, including the OTA business. I want to know how are things going on in the OTA sector nowadays, especially tiket.com?

At that time (the first case in China), we still think that we were immune to this. When it finally happened, we were expecting the revenue would get to zero. Many customers asked for a refund and reschedule. Obviously, we have to focus on our people, that is our consumers, our partners, and our t-fam. We reinforced our Customer Service team, seconded by other teams in order to take care of all the issues. Because of this focus on people, we gained market share even during the pandemic.

Our travel partners, such as airlines, tour operators, and accommodations are deeply affected. Their businesses went down significantly. Not long after, they had to lay off. Even though business was slow, we kept trying to promote our partners. Since our customers were not able to explore international destinations, they started to explore their own backyards. Many visited Labuan Bajo or Raja Ampat for the first time. Fortunately, during the pandemic, hotel room occupancy was higher than expected, due to people doing staycation and staying during quarantine.

During the crisis, we have to creatively look for opportunities. Due to covid, our customers prefer to travel with their families, stay outdoors, and avoid common areas. Hence, we launched alternative accommodation (villas) category called tiketHomes.

Currently, tiket.com has 3.6 million accommodation listings in total, including 2.2 million tiketHomes listings. The pandemic also hits hard on the economy. People may have reduced buying power when it comes to travel. Hence we try to solve this issue by offering Tiket Paylater. Now, our customers can enjoy purchasing travel products and installments.

PPKM restrictions have shut down offline attractions. We experimented with offering online attractions. To our surprise, it turned out that people not only like to scream when they go to theme parks but also in their own homes while watching online horror live shows; and customers are willing to pay for this. 2022 is getting off to a great start with all the offline concerts, events & attractions coming back. To date, the offline and online combination has created almost 8 times the volume compared to before the pandemic.

To date, the travel & lifestyle sector recovery has been amazing. There is no longer PPKM in the 2nd quarter of 2022. By September 2022, based on national data, the flight industry has recovered around 65% by seats; domestic recovery is about 70% and international recovery is about 55%In accommodations, the occupancy rate has reached the pre-pandemic level. Travel in the 4th quarter of 2022 has gone very strong. This makes 2022 the best year ever at tiket.com, in terms of bookings.

Originally, Tiket.com was founded in 2011. An interesting fact, you joined the OTA later in 2017. Who are you before the CEO of tiket.com?

I graduated from Columbia University and majored in electrical engineering in VLSI (Very Large Scale Integrated circuit). I used to work for a mobile phone company, Motorola, before I finished my MBA from Harvard Business School and joined Boston Consulting Group. Djarum Group wanted to diversify the business, and that attracted me to join the business development/diversification team as Business Development Director.

We have been blessed to run successful businesses in FMCG, consumer electronics, financial services, telecom infrastructure, natural resources, and tech. By being exposed to these businesses, I realized that my strength is in either starting up or turning around. With tiket.com, we saw an opportunity to turn around the business, and I took it.

I led the due diligence for tiket.com and fell in love with the founders. As we interviewed our travel partners, it was clear that there is a space to compete with the current market leaders. They would like to have a better relationship with online travel agents. On the other side, customers also need options. Hence I believe that we should go ahead.

How was your early days with tiket.com? How did you take the succession?

One of the issues with companies that have been stagnating is that typically the positive energy & spirit is no longer there. Typically the star employees have left as well. The first thing I did was to speak to the employees. We were around 250 people with about 60 people in the tech team.

I interviewed them one by one, asking simple fundamental questions. After the assessment, I asked, “Do you believe that we can be number one?”. The ones who said yes, became part of tiket 2.0 The ones who said no left, as they didn’t find the place right for them. We grew our tech from about 60 people to about 500 people in 5 years. tiket.com currently has around 1200 employees.

Today’s tech companies are fraught with layoff news. However, (so far) tiket.com has managed to survive the pandemic without any. What kind of insights can you share about this current issue?

We call our employees the t-fam. Yes, we did not do any layoffs. We focus on strengthening our core team and downsizing only the outsourced workers.

However, it all comes down to the hiring process. We are being prudent in our hiring, by being careful and selective. We are doing selective hiring to complete our manpower planning, instead of massive hiring. Therefore, in the downturn, we did not have to downsize as much. To build an effective team, company values & culture is very important. This depends on what the company is all about.

Also, it depends on what the leaders and management are like. Company culture can’t differ much from the leaders’ culture. If the leaders do not embody the intended company culture, the culture won’t stick. tiket.com is a startup that disrupts the travel space. It needs people who are “hungry” to meet the unmet needs. To find areas where you can disrupt, and where you can provide value for customers.

Also, we need to be “agile” as customers’ demands will be changing over time like in factories, where arguably the most important asset is the machine, and the most important asset for start-ups is its people. Therefore, we need to be “people-oriented” Also, a dream is only a dream if doesn’t get implemented. In order to implement well, we need to have a “performance orientation” to monitor whether products are being launched well and timely.

Lastly, we need people to join us not only with their arms and legs but also with their hearts and minds. For that, you have to be a unique “you”, so you can be creative in your approach we put the initials together, and it will form the word “HAPPY”, that is the culture of tiket.com. This is what glues us together. When people are engaged, they are more passionate in delivering apps that people love. That is our vision.

In October 2022, Blibli, tiket.com, and Ranch Market announced a merger into BlibliTiket. What is the story behind this merger, and what changes after?

The beauty of a merger with Blibli and Ranch Market is that we don’t need to overextend ourselves to reach a bigger market. We have seen some companies trying to increase the total addressable market by going into areas that are not natural extensions. We are not going that way.

People typically travel between 3-4X per year, maybe buy through e-commerce every couple of weeks, and buy groceries every couple of days. This merger offers a very unique combination of travel, e-commerce, and grocery, naturally allowing more frequent, and deeper engagement with our combined customers.

The three platforms have proven profitable business models worldwide. As we offer each other services and provide single sign-on, it will naturally extend the overlap between three different businesses and increase the synergy of the whole ecosystem. With the synergy, you’ll be able to acquire more customers into each other’s platform and create a bigger, better ecosystem.

Based on the study by Frost & Sullivan and Euromonitor, eCommerce in Indonesia is projected to reach US$150 billion by 2025. The travel & lifestyle market is projected to be US$ 41 billion. Most OTAs are also profitable and publicly listed. International Air Transport Association (IATA) said Indonesia will be the 4th largest travel market in the world by 2030.

Grocery, which is served by Ranch Market is projected to be USD 245 billion by 2025. The combined total addressable market is USD 436 billion by 2025. This is about one-third of Indonesia’s current GDP. It is HUGE. We want to create an ecosystem of choice through omnichannel. Indonesia will still have a huge offline market, even though the online market grows rapidly. Hence omnichannel is the right strategy for Indonesia.

Integrating two companies is hard enough, let alone three. How would you overcome the challenges?

Any merger is never easy. The important thing is that the people involved understand that unity brings bigger synergy. Each of the businesses has a different natural frequency, and the current customer overlap is small. By bringing each platform’s customers into a single ecosystem, we have a better picture of the consumer journey. Our recommendation will become sharper, and consumers will become more sticky and loyal.

Corporate action allows us to improve our corporate structure to grow better. Being a public company also means better corporate governance. We can attract more talents as we can provide ESOP During this volatile equity market condition, we have successfully executed the 2nd largest tech IPO in Asia Pacific in 2022, and the 5th largest of all time in IDX. It gives us a lot of confidence to move forward.

Our focus is on the fundamentals of the business. The support from investors during the IPO provides the confidence that this is a good company to back and that the company is going to be there for the long run. We believe this successful IPO also shores up confidence in Indonesia’s tech startups.

During your 6-year journey with Tiket.com, have you ever thought of starting something new or shifting industry

I personally love people, I love to connect. I like to share ideas and learn new things. Also, I’m obsessed with building GREAT products to meet unmet needs. When I was developing mobile phones, I used to bring 4 mobiles to take the same pictures and compare the quality of the mobile cameras. I love the challenge to start a greenfield operation or turn a company around. With deep curiosity, there are lots of things that interest me.

Personally, I like mentoring and investing in companies. It gives me an opportunity to share ideas, learn new things, support entrepreneurs and contribute to the economy. In terms of investment, in my opinion, if you have experience operating a company, your investment acumen sharpens.

What is your projection for the OTA business in 2023 and forward?

First, the OTA sector is consumer tech, meaning that the size of the business is driven by the number of consumers. With a large population in Indonesia (about 270 million), and South East Asia (about 600 million), this will continue to grow. Second, the travel sector usually grows at 2-3 times the GDP growth. Since online travel penetration in Indonesia is still increasing, online travel usually grows at about 2X the total travel growth. The year 2022 growth is much faster than the typical year, due to revenge travel post covid.

Indonesia’s internet economy will likely reach $330 billion in value by 2030, almost double the current Southeast Asia’s digital economy value of $170 billion, according to a recent report by Google, Temasek, and Bain released in 2021.

Third, Indonesia’s GDP per capita is currently at USD 4000 per capita. Travel inflection point typically happens at USD 7000 per capita level, as we have seen in other markets. As Indonesia crosses this GDP per capita level, travel growth (and OTA growth) is expected to accelerate even more.

I am optimistic that 2023 will be a better year than 2022 in terms of travel. However, we also need to be prepared should things don’t turn out as rosy, by controlling our expenses well. Personally, I think when we finally overcome the pandemic, we’ve grown even stronger. It’s just like the saying “What doesn’t kill you makes you stronger”.

Blibli resmi tercatat di papan utama perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BELI dengan kapitalisasi pasar Rp53,3 triliun

Resmi IPO, Blibli Andalkan Omnichannel untuk Kejar Profitabilitas

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) mengungkapkan strategi omnichannel bersama ketiga unit bisnis, e-commerce, online travel, dan e-grocery, akan membantu perlancar langkah perseroan menuju profitabilitas. Terlebih, ketiganya masih punya prospek yang positif ke depannya.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan pada hari ini (8/11), CFO Blibli Hendry menyampaikan, meski ia tidak bisa merinci secara spesifik, tetapi ia bilang ambisi perseroan untuk masuk ke strategi omnichannel sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu, dan proses pembangunan ekosistemnya sudah kelar. Sejak itu, perseroan bisa melakukan efisiensi terhadap EBITDA yang terlihat dari kinerja di paruh pertama tahun ini.

“Indikasi tersebut kami optimistis, paving block untuk strategi omnichannel sudah selesai akhir tahun lalu. Tapi sudah terlihat impact-nya [dari EBITDA] di semester I ini,” ucap dia.

Mengenai efisiensi terhadap EBITDA, mengacu pada laporan kinerja perseroan, sejak 2019 hingga paruh pertama tahun ini, perseroan telah melakukan efektivitas pemasaran. Rasio biaya pemasaran terhadap TPV (Total Processing Value) turun dari 6% di 2019 menjadi 3,6% pada semester I 2022.

Efisiensi juga dilakukan pada potongan harga atau diskon promosi. Di 2019, rasio diskon Blibli terhadap TPV sebesar 7,1%, kemudian turun menjadi 2,3% di semester I 2022. “Maka margin EBITDA menunjukkan margin positif. Pada semester I 2022, margin EBITDA Blibli menunjukkan perbaikan sebesar 140 basis poin.”

Blibli punya empat segmen dalam pembagian TPV. Pertama, 1P retail, yakni Blibli menawarkan produk sendiri, sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin. Kedua, 3P retail, yakni Blibli menjalin kerja sama dengan brand prisipal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk.

Dalam segmen itu, sekitar 50% berasal dari perjalanan gaya hidup dan perjalanan, sumber bisnis utama Tiket.com. Lalu berikutnya, institusi dan gerai fisik. Segmen gerai fisik ini baru dimulai pada Maret 2021 dengan membuka toko fisik dan dilanjutkan dengan akuisisi Ranch Market.

Dari keempat segmen ini Blibli mencatatkan pertumbuhan TPV sebesar 45% sepanjang 2021 dengan total Rp32,4 triliun. Sementara itu, pada semester I 2022, TPV tercatat sebesar Rp24,13 triliun atau naik 89,29% (YoY) dari Rp12,75 triliun di semester I 2021.

Prospek dari keempat segmen tersebut, menurut Hendry, masih besar dan terus menunjukkan tren positif. Untuk bisnis perjalanan saja misalnya, tercatat mulai rebound dan diprediksi tren ini bakal terus terjaga ke depannya. Begitu pula untuk bisnis e-grocery, dengan kontribusi terhadap total belanja ritel nasional yang masih minim, masih besar ruang bertumbuhnya. Belum lagi, di bisnis ini punya take rate yang besar untuk menyokong pertumbuhan margin double digit.

“Dari sinergi dengan tiga perusahaan [Blibli, Tiket, Ranch Market] dengan menjalankan omnichannel, efisiensinya akan jauh lebih besar. Dari yang awalnya akuisisi konsumen dilakukan sendiri-sendiri sekarang bisa dilakukan bersama. Maka kami percaya dengan potensi profitablitas BELI ke depannya.”

Jadi perusahaan terbuka

Di saat yang bersamaan, pada pagi tadi Blibli resmi tercatat di papan utama perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BELI. Harga perdana yang ditawarkan mendekati batas atas rentang harga penawaran pada Rp450 per saham.

Dana yang berhasil raup dari hajatan tersebut adalah sekitar Rp8 triliun dengan valuasi Rp53,3 triliun. Dipaparkan bahwa penawaran umum saham perdana inni mendapat dukungan dan minat dari berbagai investor domestik dan internasional, yang terdiri dari sovereign wealth funds, long-only funds, multi-strategy funds, private wealth management, dan lainnya.

Diklaim antusiasme investor mencatatkan tingkat kelebihan permintaan hingga 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat (pooling portion), sehingga menyebabkan peningkatan jumlah alokasi dari 2,5% menjadi 5% dari keseluruhan jumlah penawaran.

Co-founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto menyampaikan Blibli merupakan satu-satunya internet-unicorn di kawasan Asia Pasifik yang melantai di pasar modal sejak Mei 2022 dan terbesar kedua di Asia Pasifik yang melakukan IPO sepanjang 2022.

“Ini juga merupakan IPO terbesar kedua sepanjang tahun 2022 dan IPO terbesar kelima sepanjang sejarah di Indonesia. Kami berhasil menyelesaikan IPO di tengah kondisi pasar saham yang bergejolak dan aksi jual yang luas di sektor teknologi,” kata Kusumo.

Dana bersih yang diperoleh perseroan akan digunakan untuk pelunasan utang serta untuk modal kerja. Dalam IPO Blibli, Credit Suisse (Singapore) Limited dan Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte bertindak sebagai Joint Global Coordinators (JGC), sedangkan PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Underwriters/JLU).

PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia, dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia bersama dengan sindikasi lainnnya bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek.

Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market umumkan merger

Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market Merger [UPDATE]

Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market mengumumkan penyatuan bisnis (merger) menjadi “Blibli Tiket”. Inisiatif ini diumumkan melalui sebuah video komersial yang diunggah di kanal kanal YouTube Blibli hari ini (14/10).

“Blibli Tiket merupakan campaign of a unified omnichannel ecosystem antara Blibli bersama entitas anak, Tiket.com – penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup terlengkap; dan Ranch Market – a leading high quality supermarket chain di Indonesia. Ekosistem omnichannel Blibli Tiket memberikan kemudahan dan nilai tambah bagi para pelanggan, serta menyediakan layanan yang lebih lengkap, bermanfaat dan terintegrasi dari tiap channel dan platform di dalam ekosistem,” ujar VP Public Relations Blibli Yolanda Nainggolan.

Belum diketahui bagaimana struktur legal pasca merger. Ketika dikonfirmasi pihak perusahaan belum mau memberikan komentar. Dari pantauan di situs Blibli, saat ini struktur direksi perusahaan sudah dikondisikan layaknya PT umum dengan Direksi dan Dewan Komisaris, termasuk komisaris independen.

Kabar soal merger ini sebenarnya sudah terendus sejak beberapa bulan lalu, bebarengan dengan rumor rencana IPO yang akan digalakkan perusahaan tahun ini. Sementara integrasi aplikasi antara Blibli dan Tiket.com sudah dilakukan sejak awal tahun ini, dimulai dengan integrasi akun antar-aplikasi.

Tiket.com adalah pionir OTA (Online Travel Agent) di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2011, perusahaan ini diakuisisi oleh Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Pun demikian Ranch Market, tahun 2021 lalu Blibli mengakuisisi saham mayoritas perusahaan untuk memperkuat lini grocery yang dimiliki.

Kendati angka valuasinya tidak disebutkan secara eksplisit, baik Blibli maupun Tiket.com saat ini mengonfirmasi telah menyandang status unicorn. Harapannya, bergabungnya ketiga layanan ini diharapkan bisa memberikan pengalaman yang utuh, melalui fitur unggulan yang mereka miliki.

*Pembaruan per 17 Oktober 2022: Kami menambahkan statement dari pihak Blibli terkait “Blibli Tiket”

Application Information Will Show Up Here

Cara Pesan Hotel di Tiket.com, Bayarnya Gampang!

Cara pesan hotel di Tiket.com saat ini semakin mudah dan tentunya begitu membantu orang-orang yang mulai berencana pergi berlibur. Karena musim liburan akan sangat mengundang banyak pengunjung di berbagai kawasan wisata, melalui layanan tiket.com kamu dapat mempersiapkannya sejak kini. Tidak usah takut kehabisan.

Sebenarnya layanan tiket.com tidak hanya berguna bagi dalma mem-booking hotel saja. Kamu juga bisa memesan tiket perjalanan seperti kereta api maupun pesawat. Cukup membuka aplikasi maupun websitenya saja.

Memesan Hotel di Tiket.com

Tiket.com sebagai perusahaan perdagangan dan agen perjalan menyediakan layanan pemesanan hotel, vila dan apartemen, tiket pesawat, tiket kereta api, penyewaan mobil, tiket konser hingga tiket aktivitas lainnya berbasis aplikasi dan situs web.

Untuk pemesanan hotel sendiri, berikut DailySocial.id jelaskan padamu.

  • Cari nama hotel atau lokasi hotel, kamu juga bisa menyesuaikan tanggal, jumlah orang yang akan menginap, jumlah kamar, dan tipe kamar yang kamu inginkan. Kemudian klik Cari Hotel.
  • Kemudian beragam pilihan akan muncul di layarmu, kamu bisa memilih sesuai kehendakmu.
  • Setelah dirasa menemukan yang menarik, kamu bisa klik dua kali jika menggunakan desktop pada hotel pilihanmu.
  • Kemudian kamu bisa klik Pilih Kamar ataupun scroll ke bawah untuk menemukan pilihan kamar yang ditawarkan.
  • Setelah menemukan yang sesuai klik Pilih untuk melanjutkan ke proses booking dan pembayaran.
  • Isi data dirimu mulai dari Nama, Nomor Hp, dan Email untuk menerima voucher pemesanan.
  • Kamu juga bisa mengeluarkan sedikit biaya tambahan untuk asuransi perlindungan.
  • Langkah terakhir adalah melakukan proses pembayaran dengan memilih media pembayaran mulai dari kartu kredit, transfer bank, hingga pembayaran via Alfamart dan Indomart.

Itulah langkah-langkah dalam memesan hotel di tiket.com. Kamu juga bisa melakukannya melalui aplikasi dan login akun, biasanya akan ada lebih banyak tawaran promo yang menarik jika kamu log in terlebih dahulu.

Sekian artikel kali ini, selamat bersenang-senang!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa dalam acara TIA Conference di Jakarta

CMO Tiket.com Ceritakan Strategi Bertahan Saat Pandemi: Kami Memotong Semua Kecuali Pegawai

Sebagai pionir OTA di Indonesia, Tiket.com masih konsisten memperdalam layanan mereka yaitu akomodasi dan tiket perjalanan. Meskipun saat ini sudah ada beberapa layanan tambahan, namun perusahaan memilih untuk fokus kepada core business tersebut.

Dalam sesi acara “Tech in Asia Conference 2022″, Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan, setelah memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia selama 11 tahun, saat ini menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk bangkit kembali, setelah pandemi mengganggu pertumbuhan bisnis selama dua tahun terakhir.

Tidak melakukan PHK

Tahun ini perusahaan juga mengklaim telah mengalami record breaking pertumbuhan, dengan pulihnya kegiatan wisata di tanah air. Sejak awal perusahaan tetap percaya bahwa pada akhirnya kegiatan wisata akan kembali pulih, meskipun sempat mengalami penurunan secara drastis selama pandemi.

“Pandemi menyerang industri travel paling besar, dalam waktu 2 tahun tidak ada yang mau berwisata. Kami masih percaya dengan industri ini dan travel menjadi esensial. Kami menyadari bahwa ada kesempatan besar, karena saat krisis biasanya ada big button yang disebut reset,” kata Gaery.

Meskipun pandemi mengganggu bisnis mereka, namun tidak ada satu pun pegawai yang mereka rumahkan. Dikatakan perusahaan tetap memegang keyakinan bahwa pegawai adalah investasi dan faktor pendukung terbesar untuk perusahaan.

Gaery menyebutkan keputusan ini tentunya menjadi hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh perusahaan, ketika perusahaan lain yang menawarkan layanan serupa melakukan PHK secara besar-besaran. Namun demikian hal tersebut tidak pernah terjadi di Tiket.com selama pandemi hingga saat ini.

“Bukan hal yang mudah bagi kami, kami memotong semua kecuali pegawai. Kami percaya dengan mereka. Setelah kondisi mulai kembali normal, kami bisa mempertahankan talenta terbaik, kepercayaan pegawai kepada perusahaan juga makin tinggi dan kami juga masih terus melakukan perekrutan,” kata Gaery.

Saat ini Tiket.com sudah memiliki sekitar 1200 pegawai. Berbagai strategi pun dilancarkan oleh perusahaan untuk bisa bertahan saat keadaan sedang sulit. Di antaranya adalah mulai diversifikasi bisnis ke produk pendukung perjalanan (non-esensial).

Tren staycation yang merebak sepanjang pandemi, juga menjadi salah satu faktor pendukung dibalik pencapaian tersebut. Pertumbuhan tertinggi juga datang dari penjualan tiket aktivitas liburan TO DO melonjak hingga 10.083% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Lalu, dari segi pengguna naik 299% atau hampir 3x lipat.

Menurut Gaery, pandemi menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk bisa melihat peluang baru dan bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, meskipun dalam kondisi yang sulit.

“Saat waktu sulit lihat kepada kesempatan yang ada, terutama ketika membangun bisnis untuk jangka panjang,” kata Gaery.

Rencana IPO

Disinggung tentang rencana IPO Tiket.com, Gaery enggan untuk berkomentar. Sebelumnya dikabarkan perusahaan akan melakukan IPO di bursa saham New York melalui SPAC. Perusahaan tengah berdiskusi dengan COVA Acquisition Corp. (COVA), dengan estimasi nilai gabungan perusahaan mencapai $2 miliar.

Tahun 2021 lalu perusahaan juga telah menyandang status unicorn. Fokus Tiket.com saat ini adalah bisa cepat pulih dan kembali menjadi pemain layanan OTA yang unggul dengan memberikan layanan dan produk yang relevan kepada pengguna.

Tiket.com didirikan tahun 2011 dan diakuisisi Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Saat ini keduanya tetap berjalan dengan entitas legal (PT) terpisah, sehingga memungkinkan jika Tiket.com melangsungkan IPO terlebih dulu.

Para pendiri Tiket.com di antaranya adalah Mikhael Gaery Undarsa (CMO), Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Yaputra (CCO), dan Natali Ardianto (CTO – sudah exit). George Hendrata saat ini menjadi CEO perusahaan.

Application Information Will Show Up Here
SSO Blibli Tiket.com

Blibli dan Tiket.com Permudah “Login” Antarplatform Lewat “Widget Single Sign-On”

Usai resmi mengumumkan integrasi akun pengguna, Blibli dan Tiket.com meluncurkan widget single sign-on (SSO) untuk memudahkan pengguna melakukan login aplikasi antarplatform.

SSO adalah teknologi yang menggabungkan beberapa login di aplikasi berbeda menjadi satu. Pengguna tinggal memasukkan kredensial login mereka, seperti nama pengguna dan kata sandi, pada satu halaman untuk mengakses beberapa ekosistem layanan. Widget SSO memampukan pengguna untuk mengakses Tiket.com melalui platform Blibli dengan akun yang sama terdaftar di Blibli.

CMO Blibli Edward Kilian Suwignjo mengatakan, pihaknya fokus untuk membangun ekosistem terintegrasi dan menyeluruh ke level berikutnya sehingga dapat menjadi omnichannel commerce dan lifetstyle platform terpercaya di Indonesia.

“Kami berkomitmen meningkatkan ekosistem digital yang lengkap dan terpercaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, mulai dari kebutuhan harian, integrasi single sign-on, hingga pelayanan travel dan lifestyle,” tuturnya.

Lebih lanjut, Co-founder dan CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, “Sebagai platform OTA yang fokus ke customer-centric, inovasi ini bertujuan untuk memaksimalkan kemudahan bagi pelanggan. Ekositem cerdas yang terintegrasi ini akan memenuhi setiap kebutuhan masyarakat Indonesia,” tambahnya.

Seperti diketahui, Blibli dan Tiket.com mengumumkan sinergi pertama antarplatform e-commerce dan Online travel Agent (OTA) di Indonesia pada Februari lalu. Sinergi ini juga mempermudah pengguna untuk berkontribusi ke satu loyalty level untuk menaikkan level secara otomatis, mengikuti level tertinggi pada keanggotaan Blibli Loyalty dan Elite Rewards di Tiket.com.

Cara integrasi akun

Untuk mengintegrasikan akun di kedua platform, pengguna cukup membuka aplikasi Blibli dan pilih widget “tiket.com” di menu kategori. Kemudian, pilih tombol “Match Now” yang tersedia pada laman “Onboarding”.

Pengguna akan memperoleh permintaan konfirmasi untuk mengizinkan tiket.com mengakses data. Pilih “Allow Access” dan masukan OTP dari pesan yang dikirimkan ke nomor terdaftar. Apabila pelanggan memilih “Cancel”, tiket.com tetap dapat bisa dikunjungi melalui pilihan Webview tanpa akses akun.

Fitur SSO sudah dapat dinikmati pengguna Android dan iOS. Cara menggunakannya adalah mengklik ikon “Tiket.com” di dalam kategori mobile app. Jika akun Blibli tidak teregistrasi di tiket.com, akun baru akan otomatis terbuat dan terdaftar secara langsung dengan menggunakan email sama dalam akun Blibli.

Namun, jika pelanggan sudah pernah mencocokkan akun di kedua aplikasi, pelanggan akan diarahkan ke tiket.com Webview dan masuk dalam akun yang sudah sesuai. Pilih tombol “Keren” setelah status membership pelanggan disesuaikan.

Sinergi menuju IPO

Bertahap tapi pasti, sinergi kedua perusahaan ini menjadi langkah strategis Blibli untuk melantai di bursa saham. Bisa jadi langkah integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan valuasinya nanti.

Bahkan awal April ini, Bloomberg melaporkan Tiket.com tengah mempertimbangkan opsi merger dengan Blibli. Adapun, Tiket.com telah diakuisisi oleh Blibli sejak Juni 2017.

Sebelum ini, Blibli juga telah bermitra secara eksklusif dengan bank digital “blu” pada tahun lalu. Sinergi tersebut diklaim sebagai yang pertama antara platform e-commerce dengan bank digital.

Baik Blibli, Tiket.com, dan blu (anak usaha BCA) sama-sama merupakan anak usaha milik perusahaan konglomerasi Grup Djarum.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
SSO Blibli Tiket.com

Tiket.com Pertimbangkan Merger dengan Blibli Sebelum IPO

Platform OTA Tiket.com dilaporkan tengah mempertimbangkan merger dengan e-commerce Blibli untuk memuluskan rencana IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kabar tersebut pertama kali mencuat dari pemberitaan Bloomberg.

Sebelumnya kepada DailySocial.id, baik Tiket.com maupun Blibli mengonfirmasi bahwa saat ini valuasinya sudah lebih dari $1 miliar dan masuk ke jajaran unicorn. Sehingga aksi go public dengan penggabungan bisnis ini dapat menghasilkan gabungan valuasi setidaknya $2 miliar saat IPO.

“Penjajakan [merger dengan Tiket] tengah berlangsung tetapi belum ada keputusan final,” ungkap sumber tersebut. Baik perwakilan COVA dan Tiket.com menolak berkomentar terkait rencana merger ini. Sementara, perwakilan Blibli belum menanggapi kabar tersebut.

Apabila ini rencana ini benar, Tiket.com ini berpotensi bergabung ke PT Global Digital Niaga yang menaungi Blibli, sebelum melantai di bursa saham — atau membuat sebuah entitas holding seperti yang dilakukan GoTo. Kedua perusahaan mengandalkan konglomerat Djarum Group untuk mendukung IPO ini.

Sebelumnya, Blibli dikabarkan bekerja sama dengan Credit Suisse Group AG dan Morgan Stanley untuk merealisasikan rencana IPO ini.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Tiket.com awalnya juga mempertimbangkan untuk merger dengan COVA Acquisition Corp dengan nilai $2 miliar. Namun, menurut laporan terbaru Bloomberg, sumber menyebut pembicaraan dengan perusahaan cek kosong atau SPAC ini dihentikan karena tidak menemui titik temu.

Selain opsi SPAC, Chief Executive Officer George Hendrata juga tengah mengeksplorasi opsi IPO secara tradisional serta kemungkinan untuk melakukan penggabungan bisnis dengan salah satu super app di Asia Tenggara.

Tiket.com resmi diakuisisi sepenuhnya oleh Blibli yang berada di bawah naungan GDP Ventures. Adapun, GDP Venture merupakan perusahaan venture capital di sektor digital milik Djarum Group. Platform ini tercatat memiliki jaringan lebih dari 90 maskapai penerbangan serta 2,8 juta hotel dan penginapan lainnya. 

Blibli.com merupakan platform e-commerce yang mengandalkan model bisnis B2C, B2B, hingga B2B2C untuk memasarkan berbagai produk dengan lebih dari 100.000 mitra bisnis.

Sinergi

Jika IPO ini terealisasi, Blibli bakal menyusul PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) yang go public dengan opsi merger. GoTo resmi melantai di BEI hari ini, Senin (11/4), dan berhasil memperoleh dana IPO sebesar Rp15,8 triliun.

Pada kasus Blibli dan Tiket.com, sinergi keduanya sudah lebih dulu terjalin manakala keduanya mengumumkan integrasi akun pengguna dan program loyalitas di masing-masing platform pada Februari 2022 lalu. Sinergi ini diklaim menjadi yang pertama antara platform e-commerce dan OTA di Indonesia.

Kemudian, Blibli juga bermitra secara eksklusif dengan bank digital “blu”, yang juga anak usaha BCA yang dimiliki Djarum Group. Seperti halnya kolaborasi Tiket dan Blibli, sinergi ini diklaim juga yang pertama antara e-commerce dan bank digital.

Dalam skala besar, merger ini memungkinkan Blibli untuk mengeksekusi bisnis utamanya untuk memenangkan pasar online dan offline di Indonesia, terutama di segmen UMKM.

Saat ini baik Tiket.com dan Blibli juga turut didukung Cermati Fintech Group, salah satunya dengan mengaplikasikan layanan paylater dari Indodana (salah satu produk CFG). Adapun Cermati juga sebelumnya telah menjadi bagian dari Djarum Group melalui investasi strategis yang digelontorkan. Selain paylater, mereka memiliki sejumlah layanan finansial lainnya, termasuk insurtech, agregator, hingga open finance.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Integrasi Tiket.com Blibli

Blibli dan Tiket.com Resmi Integrasikan Akun, Upaya Memperkuat Ekosistem dan Loyalitas

Platform Blibli dan Tiket.com resmi mengumumkan integrasi akun pengguna di kedua platformnya. Langkah ini diklaim sebagai sinergi pertama antara platform e-commerce dan Online Travel Agent (OTA) di Indonesia.  Tiket.com sendiri telah diakuisisi Blibli sejak Juni 2017 lalu.

Disampaikan pada konferensi pers virtual, Co-founder & Chief Marketing officer Ticket.com Gaery Undarsa mengatakan bahwa ini menjadi langkah awal untuk memperkuat ekosistem digital di platform masing-masing secara seamless dan integrated.

“Kami melihat kebutuhan masyarakat semakin banyak, mereka ingin serba praktis dan cepat. Kami ingin menjadi the most customer-centric OTA. Dengan sinergi ini, pengguna bisa mendapatkan pengalaman dan manfaat maksimal,” ungkap Gaery.

Chief Marketing Officer Blibli Edward Kilian Suwignyo menambahkan, sinergi ini menggabungkan kelebihan yang dimiliki platform masing-masing ke dalam satu akun tunggal pengguna. Dengan begitu, pengguna dapat menikmati manfaat secara efisien. “Integrasi akun pengguna merupakan langkah awal dari sinergi berkesinambungan yang akan dilakukan kedua platform ke depan,” tuturnya.

Untuk dapat menikmati pengalaman bertransaksi terintegrasipengguna harus menghubungkan atau mencocokkan akun Blibli dan Tiket.com terlebih dulu. Setelah tervalidasi, pengguna dapat bertransaksi apapun di satu akun yang sama  untuk memenuhi kebutuhan harian, perjalanan, rekreasi, fashion, hingga elektronik.

Beberapa reward yang dapat dinikmati di antaranya, voucher gratis ongkir, dedicated customer care line, hingga early access berbagai program promosi. Sinergi ini juga mempermudah pengguna untuk berkontribusi ke satu loyalty level untuk menaikkan level secara otomatis, mengikuti level tertinggi pada keanggotaan Blibli Loyalty dan Elite Rewards di Tiket.com.

Kolaborasi lintas vertikal

Dalam konteks kolaborasi strategis, sinergi antar-platform/startup bukanlah sesuatu yang baru di industri digital Indonesia. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, sinergi justru lebih banyak terjadi antara startup dan bank digital. Misalnya, Akulaku-Bank Neo Commerce dan Gojek-Bank Jago.

Namun, sinergi antara OTA dan e-commerce yang dilakukan Blibli dan Tiket.com tampaknya menjadi yang pertama di Indonesia. Langkah ini masuk akal mengingat platform OTA mulai mulai memperkuat lini produk lifestyle sejak pandemi Covid-19 menjatuhkan pasar pariwisata yang selama ini berkontribusi signifikan ke bisnis OTA.

Adapun, sinergi yang dilakukan oleh Tiket.com dan Blibli tampaknya menjadi langkah strategis untuk menaikkan valuasi terkait kabar rencana IPO keduanya. Tiket.com, seperti dilaporkan Bloomberg tahun lalu, mempertimbangkan IPO dan bergabung dengan salah satu super app. Blibli juga dikabarkan akan go public.

Sebagai informasi, keduanya merupakan sama-sama anak usaha di bidang digital milik perusahaan konglomerasi Grup Djarum.

Menurut catatan DailySocial.id, tahun lalu Blibli bermitra secara ekslusif dengan bank digital “blu” yang notabene anak usaha BCA yang juga dimiliki oleh Grup Djarum. Seperti halnya sinergi di atas, kolaborasi Blibli dan blu diklaim sebagai platform e-commerce pertama yang terintegrasi dengan bank digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Indonesia-Miliki-12-Gelar-Unicorn-di-Tahun-2021-Anggota-Baru-Muncul-di-Penghujung-Tahun

Indonesia Miliki 12 Gelar Startup Unicorn di Tahun 2021, Anggota Baru Muncul di Penghujung Tahun

Penghujung tahun 2021 memberikan kejutan kepada para pelaku dan startup enthusiast. Bagaimana tidak, berbagai startup telah dinobatkan sebagai unicorn di tahun ini. Berdasarkan data dari DailySocial.id Annual Report 2021, tercatat total sebanyak 11 startup Indonesia telah menjadi Unicorn di tahun 2021. Jumlah ini bertambah dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari laporan Startup Report 2020, pada tahun 2020 saja, Indonesia hanya memiliki 5 startup unicorn, yaitu Tokopedia, Gojek, Traveloka, Bukalapak dan OVO. Namun, tujuh startup Indonesia saat ini telah mengisi deretan startup unicorn pada tahun 2021.

Unicorn sendiri merupakan level ke-4 dari tingkatan bisnis startup. Dalam tingkatan level Unicorn, nilai valuasi yang digunakan sebagai indikator adalah senilai USD$ 1 miliar – USD$ 10 miliar atau jika dirupiahkan adalah sebesar 10,47 triliun.

Beberapa startup yang telah menjadi unicorn di tahun 2021, merupakan startup pada level centaur di tahun sebelumnya. Berikut 11 startup Indonesia yang telah mencapai unicorn:

1. GoTo

GoTo merupakan startup merger antara Gojek dan Tokopedia. PT GoTo Gojek Tokopedia didirikan pada 17 Mei 2021 dengan fokus industri teknologi informasi. GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem.

November tahun ini, Grup GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO lebih dari $1,3 miliar (lebih dari 18,5 triliun Rupiah) dari berbagai investor.

2. Traveloka

Traveloka sendiri telah menyandang status unicorn pada tahun 2017, ketika mengantongi investasi sebesar USD350 juta dari Expedia. Berdiri sejak tahun 2012, Traveloka telah mengembangkan berbagai produk, hingga menjadi startup non fintech pertama yang menerapkan paylater “beli sekarang, bayar nanti”.

3. Bukalapak

Bukalapak merupakan salah satu perusahaan e-commerce Indonesia yang didirikan pada tahun 2010 lalu. Bukalapak berhasil menjadi unicorn pada tahun yang sama dengan Traveloka, dengan valuasi mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun.

Tahun 2021, Bukalapak dikabarkan memperoleh pendanaan sebesar $234 juta (lebih dari 3,4 triliun Rupiah) dalam putaran pendanaan Seri G yang dipimpin oleh Microsoft, GIC sovereign wealth fund Singapura, dan EMTEK.

4. OVO

Tahun 2019, OVO berhasil menjadi startup unicorn. Finance Asia menyebut valuasi OVO saat dinobatkan menjadi unicorn sudah mencapai $2,9 miliar (lebih dari 40 triliun Rupiah).

Sebagai perusahaan yang memimpin industri pembayaran digital bersama GoPay, OVO jelas memproses perputaran dana yang sangat besar yang mencapai triliunan Rupiah per tahunnya.

5. JD.id

Awal tahun 2020 lalu, JD.id telah mencapai valuasi perusahaan lebih dari US$1 miliar dan menambah jajaran startup unicorn saat itu. JD.id merupakan salah satu e-commerce yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari JD.com yang berkantor pusat di Beijing China.

6. Blibli.com

Blibli.com merupakan satu-satunya e-commerce yang meraih status unicorn pada tahun ini. Per Agustus 2021, blibli.com telah mencapai valuasi sebesar 1 miliar dollar AS. Berdiri pada tahun 2010, butuh waktu sekitar 11 tahun bagi blibli.com untuk mencapai level ke-4 pada tingkatan bisnis startup ini.

7. Tiket.com

Menyusul pesaingnya, Traveloka, Tiket.com akhirnya menjadi unicorn pada awal tahun 2021.

Tiket.com sendiri didirikan tahun 2011 dan diakuisisi Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Saat ini keduanya tetap berjalan dengan entitas legal (PT) terpisah, sehingga memungkinkan jika Tiket.com melangsungkan IPO terlebih dulu.

8. J&T Express

Awal tahun 2021, J&T Express telah menjadi unicorn dengan valuasi sebesar mencapai 7,8 miliar dollar AS atau setara Rp 113,5 Triliun. J&T Express menduduki posisi kedua sebagai startup unicorn Indonesia dengan nilai valuasi terbesar setelah Gojek.

J&T Express menjadi mitra pengiriman logistik dari sejumlah e-commerce besar, termasuk, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Shopee, dan JD.id.

9. Kredivo

Kredivo merupakan startup yang berada di bawah naungan PT FinAccel Teknologi Indonesia dan berdiri pada Desember 2015. Kredivo memiliki performa serta pertumbuhan yang pesat hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun sejak didirikan sehingga menarik perhatian para investor.

Sama dengan blibli.com, Kredivo menjadi unicorn pada pertengahan tahun 2021 ini.

10. Xendit

September 2021, Xendit mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta atau setara 2,1 triliun Rupiah. Putaran ini sekaligus mengokohkan valuasi perusahaan di atas $1 miliar dan menjadikan Xendit sebagai startup “unicorn” selanjutnya di Indonesia.

Sebelumnya Xendit telah menutup putaran pendanaan seri B senilai $64,6 juta pada Maret 2021 lalu dipimpin Accel. Dengan perolehan baru ini, secara total mereka telah mengumpulkan dana Rp3,4 triliun ($238 juta) sejak ronde awal di tahun 2015.

11. Ajaib

Sama seperti namanya, Ajaib berhasil menjadi startup unicorn hanya dalam waktu 2,5 tahun. Ajaib menyandang gelar unicorn setelah menutup putaran seri B sebesar $153 juta (lebih dari 2,1 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh DST Global. Pendanaan ini membawa jumlah total yang dikumpulkan Ajaib menjadi $243 juta. Ajaib sendiri telah memiliki 1 juta investor ritel saham, sejak pertama kali berdiri dua setengah tahun lalu.

 

Menutup tahun 2021 ini, sebuah kejutan muncul dari salah satu startup dengan dasar bisnisnya adalah kedai kopi, yaitu Kopi Kenangan. Desember 2021, Kopi Kenangan jadi “Unicorn New Retail” Pertama di Indonesia.

Kopi Kenangan mengumumkan telah menutup putaran pertama untuk pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Dengan tambahan dana investasi ini, perusahaan turut mengumumkan bahwa telah mencapai tonggak “unicorn” atau bervaluasi lebih dari $1 miliar. Dengan ini, Kopi Kenangan menambah deretan startup unicorn Indonesia.

Tidak hanya telah menjadi unicorn, beberapa startup lainnya juga sudah menjadi centaur di tahun ini. Untuk mengetahui informasi lainnya mengenai startup sepanjang 2021 ini, kunjungi DailySocial.id Annual Report 2021!

***

Disclosure : Artikel ini ditulis oleh Masni Rahmawatti. S