Tag Archives: Titonius Karto

Ku Ka Marketplace Barang Lokal

Ku Ka Luncurkan Platform ruKuKa untuk Jual Produk Lokal di Pasar Mancanegara

Ku Ka startup marketplace yang khusus menjual produk lokal Indonesia kembali membuat inovasi dengan menghadirkan ruKuKa. Sebuah platform yang nantinya akan membantu memasarkan produk lokal ke pasar global, salah satunya Jepang. Ku Ka juga bekerja sama dengan Riri dan Dot untuk menggelar pameran dan bazar produk lokal Indonesia ke Jepang.

ruKuka sendiri dikembangkan dengan konsep mirip dengan e-commerce kebanyakan. Hanya saja produk dan merek Indonesia yang ada di ruKuka akan melewati kurasi. ruKuka juga melayani transaksi dan pengiriman internasional yang memudahkan pelanggan internasional terhubung dengan produk Indonesia.

ruKuKa hadir dengan latar belakang kepercayaan bahwa produk lokal Indonesia dengan kualitas terbaik punya pasar sendiri di pasar global, lahirnya ruKuKa bersamaan dengan berpartisipasinya Ku Ka bersama (X)SML Fashion di panggung Amazon Fashion Week Tokyo 2018.  Saat itu, Ku Ka melakukan kurasi produk aksesoris, tas dan sepatu untuk melengkapi koleksi fesyen (X)SML,” terang Sr. Marketing Strategist Stephanie Edelweiss.

Mengenai pameran yang diselenggarakan, CEO dan Co-founder Ku Ka Titonius Karto menjelaskan bahwa Jepang menjadi negara pertama yang dipilih oleh Ku Ka dalam upayanya mengglobalkan produk-produk Indonesia. Jepang dipilih karena di negara tersebut banyak merek yang bisa dijadikan role model terkait pengembangan produk. Standar kualitas, detail, dan inovasinya bisa menjadi contoh merek produk lokal.

“Dengan membawa produk-produk Indonesia ke Jepang, Ku Ka berserta merek-merek lokal yang berpartisipasi mendapat banyak masukan dengan mengikuti standardisasi produk mereka. Ini yang membuat kami melanjutkan penetrasi melalui acara pameran dan bazar di Hikarie, setelah Januari lalu di Seibu. Pada akhirnya tujuan kami, orang-orang Jepang bisa membeli produk lokal Indonesia dengan mudah di platform online, tapi kami sadar kepercayaan pasar perlu dibentuk melalui kegiatan offline,” terang Titonius.

Optimisme Ku Ka sebagai marketplace produk lokal Indonesia

Ku Ka yang diluncurkan pada 2016 silam, saat ini mengklaim sudah memiliki 5000 toko online/produsen barang. Ku Ka sejauh ini tidak menerima toko dalam bentuk reseller atau distributor. Dari 5000 toko online, ada 1000 – 2000 toko online yang aktif.

Berkat dukungan KBRI Tokyo, Ku Ka berhasil membawa 3200 unit produk dari 34 merek lokal untuk pameran di Jepang, sebagai bentuk usaha Ku Ka memperkenalkan produk Indonesia di kancah internasional.

Dari segi inovasi Ku Ka sedang dalam proses pembaruan website dan menyiapkan beberapa fitur yang diharapkan membantu para pengguna dan penjual Ku Ka.

“Kami sedang dalam proses upgrading website, dashboard analytic untuk seller dan main dashboard. Fitur ini nantinya diharapkan dapat mempermudah analisa perkembangan serapan produk lokal Indonesia di platform online. Kami juga dalam tahap pengembangan Ku Ka versi mobile apps,” jelas Stephanie.

Beberapa waktu lalu Qlapa, startup yang berada di segmen yang sama dengan Ku Ka memutuskan untuk menutup layanan. Menanggapi hal ini pihak Ku Ka menjelaskan bahwa berada di segmen yang memasarkan produk lokal di tengah gempuran produk luar bukanlah perkara mudah.

Namun mereka masih percaya bahwa produk lokal masih bisa bertahan, hanya butuh mencari pasar dan cara yang tepat. Dibutuhkan juga peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk membantu bisnis marketplace khusus produk lokal untuk tetap bertahan.

“Kami turut berempati, kami bisa mengatakan bahwa memilih untuk mempromosikan produk lokal pada perdagangan digital bukanlah hal yang mudah. Mengingat arus dagang global yang kuat, kemudahan masuk barang dari luar yang menawarkan harga murah di tengah market yang masih price sensitif.”

“Namun Ku Ka percaya bahwa bangsa ini harus terus menggali kekuatan produknya dan mencari pasar serta cara yang tepat untuk mempromosikan, selebihnya tugas bersama untuk terus membangun kualitas dan kemudahan bisnis kreatif. Peran pemerintah dan masyarakat juga sangat kuat untuk mendukung bisnis seperti ini tetap bertahan,” imbuh Stephanie.

 

Ku Ka Marketplace Fokuskan Pada Produk Lokal Buatan Indonesia

Berangkat dari kecintaan terhadap produk lokal, CEO dan Founder KU KA Titonius Karto mendirikan online marketplace yang sarat dengan produk fashion dan makanan minuman buatan Indonesia. Terdapat dua situs yang saat ini tengah dikembangkan dan sudah bisa diakses sejak bulan September 2015, yaitu Ku Ka (baju) dan Kedai KuKa (makanan).

“Untuk Ku Ka konsumen bisa mengakses dan membeli semua produk fashion buatan desainer muda Indonesia, sementara untuk Kedai KuKa konsumen bisa membeli produk makanan dan minuman asli buatan pelaku usaha lokal,” kata Tito.

Saat ini Ku Ka mengklaim telah memiliki sekitar 1.000 penjual produk lokal. Sebanyak 600 di antaranya menjual produk baju, peralatan rumah tangga, produk seni dan juga kecantikan. Total produk yang ada saat ini di portal Ku Ka sudah lebih dari 3500 produk. Sedangkan produk makanan dan minuman di Kedai Ku Ka telah mencapai lebih dari 400 produk yang berasal dari hampir 300 penjual.

“Ku Ka didirikan lebih dari sebuah marketplace biasa, kita ingin mengajak semua orang di Indonesia yang memiliki usaha kecil-kecilan (UMKM) di rumah untuk kemudian menjual dan mempromosikan produknya di Ku Ka dan Kedai Ku Ka,” kata Tito

Proses selektif kurasi penjual

Beberapa produk di Kedai Ku Ka

Hal lain yang paling membedakan Ku Ka dan Kedai Ku Ka dengan marketplace lainnya adalah semua penjual yang ada hanya bisa menjual produk buatan Indonesia. Jika ada penjual nakal yang kemudian menjual produk luar seperti buatan Tiongkok atau Bangladesh akan segera dihapus keberadaan tokonya. Hal ini dilakukan untuk memastikan semua produk yang dijual buatan asli Indonesia.

“Tim kami senantiasa melakukan proses kurasi untuk penjual, selain itu untuk menambah lebih banyak penjual kami juga secara aktif melakukan pendekatan langsung di seluruh kota di Indonesia terutama kalangan UKM, koperasi dan komunitas,” kata Tito.

Pendekatan yang dilakukan secara personal oleh tim Ku Ka dan Kedai Ku Ka terbukti telah menampung jumlah penjual UKM yang ada di Indonesia. Saat ini tercatat komunitas Ku Ka dan Kedai Ku Ka telah tersebar di 13 kota besar di Indonesia.

“Bulan depan rencananya Ku Ka dan Kedai Ku Ka akan membuka kantor cabang di Yogyakarta, untuk mendapatkan lebih banyak penjual lokal untuk menjadi bagian dari komunitas Kuka dan Kedai Ku Ka ,” ungkap Tito.

Saat ini Ku Ka dan Kedai Ku Ka juga menyatakan telah mendapatkan transaksi cukup aktif setiap harinya, dalam kesempatan tertentu Ku Ka mengklaim pernah mendapatkan nilai transaksi hingga Rp 60 juta dalam satu hari saja.

“Kebanyakan pemesanan yang datang di Ku Ka adalah repeat order, namun demikian banyak juga jumlah konsumen baru yang kemudian membeli berbagai produk di Ku Ka dari lokal hingga mancanegara,” kata Tito.

Dengan pilihan pembayaran melalui kartu kredit, bank transfer, rekening ponsel dan kemitraan yang dilakukan dengan perusahaan logistik ternama di Indonesia Ku Ka senantiasa konsisten dalam hal pengiriman, penyediaan produk serta kesigapan tim yang ada.

“Meskipun saat ini metode komunikasi yang kami tawarkan masih mengandalkan cara-cara tradisional yaitu melalui WhatsApp, BBM dan SMS, kami berkomitmen untuk membantu para pemilik usaha untuk memotong kendala komunikasi yang biasanya cukup mengganggu dan terlalu lama dengan pembeli,” kata Tito.

Ekspansi mancanegara dan rencana penggalangan dana

Tim Ku Ka saat jumpa pers

Saat ini Ku Ka dan Kedaikuka masih menjalankan bisnisnya secara bootsrapping, namun demikian diharapkan akhir tahun 2016 nanti akan mendapatkan pendanaan dari investor asal Malaysia. Siapa VC yang akan berinvestasi dan berapa jumlah uang yang akan dikucurkan masih belum bisa diinformasikan.

“Tentunya kami berharap pendanaan yang nantinya akan kami dapatkan bisa memperluas bisnis kami, menambah jumlah pegawai dan menambah fitur serta teknologi yang ada,” kata Tito.

Saat ini Ku Ka dan Kedai Ku Ka hanya tersedia dalam versi web saja, rencananya akhir tahun 2016 akan diluncurkan aplikasi mobile di platform mobile untuk Android dan iOS.

Terkait dengan target pasar yang disasar sepenuhnya adalah masyarakat Indonesia, namun demikian tidak dapat dipungkiri dengan ragam produk yang ada dan tergolong niche, banyak juga konsumen mancanegara yang kemudian tertarik untuk membeli berbagai produk food and beverage serta fashion yang ditawarkan, di antaranya adalah negara Jepang dan Malaysia.

“Target pasar utama kami tentunya adalah masyarakat Indonesia namun demikian seiring berjalannya waktu penjual kami juga mulai menerima banyak pesanan dari luar negeri, untuk ke depannya potensi ini akan kami kembangkan,” kata Tito.

Saat ini Ku Ka belum melakukan monetisasi dan masih memberikan layanan gratis dengan 0% komisi kepada semua penjualnya hingga akhir tahun 2016, namun demikian melihat potensi serta peluang yang ada, diharapkan marketplace yang memfokuskan kepada produk buatan lokal ini akan berinovasi dan melakukan transformasi yang positif sebagai startup Indonesia.

“Saya percaya dengan model bisnis yang kami jalankan dan mendukung semua usaha dari UKM asal Indonesia Ku Ka dan Kedai Ku Ka bisa menjadi marketplace yang lengkap, terbaik dengan produk berkualitas buatan asli Indonesia,” tuntas Tito.