Pemanfaatan teknologi blockchain yang semakin familiar tak ayal menciptakan pasar yang semakin besar. Namun, pemahaman terkait teknologi ini serta turunannya masih terbilang rendah di kalangan masyarakat Indonesia. Tokocrypto, sebuah platform marketplace aset kripto, menelurkan inisiatif baru dalam memberikan edukasi terkait ekosistem blockchain yang diberi nama “TokoScholars”.
Inisiatif tersebut berawal dari sebuah proyek yang memberikan benefit pada mahasiswa yang berhasil mengajak mahasiswa lain untuk bergabung dalam sebuah kegiatan referral. Seiring perkembangan ekosistem Tokocrypto, inisiatif ini dirasakan perlu untuk diangkat sebagai sebuah program tersendiri untuk edukasi murni yang memberikan konten yang terstruktur dan tepat guna di luar hype harga koin di pasar.
Minat investasi aset kripto di Indonesia juga terbukti semakin meningkat. Berdasarkan data dari Bappebti, jumlah investor kripto per Februari 2022 telah menembus angka 12,4 juta investor. Sejak Januari hingga Februari 2022, total nilai transaksi aset kripto sudah mencapai Rp 83,88 triliun.
Lead of TokoScholars by Tokocrypto Dimas Surya Al-Faruq mengungkapkan bahwa teknologi blockchain sebenarnya telah digunakan di Indonesia sejak generasi awal perkembangannya. Namun, masih terfokus pada aplikasi transaksi finansial.
“Padahal, potensinya bisa untuk membantu sektor lain di Indonesia yang masih tertinggal, seperti pertanian dan kesehatan. Butuh riset yang mendalam untuk mengembangkan blockchain dan aset kripto di Indonesia,” ujar Dimas.
Edukasi aset kripto yang inklusif
TokoScholars mulai menjadi induk dari setiap inisiatif Tokocrypto terkait edukasi sejak akhir tahun 2021. Mulai dari kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung edukasi aset kripto, aplikasi Kriptoversity, hingga TokoVerse, kehadiran TokoScholars diharapkan bisa menjadi kanal utama masyarakat untuk belajar secara utuh tentang blockchain dan aset kripto.
Belum lama ini, Tokocrypto melalui TokoScholars meluncurkan program pendanaan riset aset kripto dan blockchain di Indonesia yang dinamakan “Tokocrypto Researcher Grants”. Program pendanaan riset ini terbuka untuk masyarakat Indonesia dengan minimal pendidikan sedang menjalankan program magister S2.
Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Dimas juga mengungkapkan salah satu alasan diadakannya program Tokocrypto Researcher Grants adalah karena pengembangan riset di Indonesia sendiri masih rendah, terutama dalam bidang kripto. Tokocrypto sebagai penggerak industri ingin mendorong pengembangan ini.
“Salah satu tujuan utama TokoScholars adalah membawa riset dan inovasi aset kripto dan blockchain pada level yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat atau inklusif. Oleh karena itu, tentunya peran dan kolaborasi sangat diperlukan dengan berbagai pihak untuk peningkatan dan optimalisasi bidang riset di Indonesia,” tambah Dimas.
Untuk proposal riset yang didaftarkan, diharuskan bisa memberi benefit untuk ekosistem kripto di Indonesia dan Tokocrypto. Beberapa topik yang diusulkan termasuk di bawah ini:
- Strength and weakness of Indonesian crypto exchanges: a comparison study of Indonesian crypto exchanges.
- What kind of crypto products that Indonesians need from Tokocrypto.
- Tax and Regulation study of crypto assets in Indonesia: The impact of new tax law and strengthened regulation on the crypto market in Tokocrypto exchanges.
“Saya melihat Indonesia sebagai pasar yang luar biasa untuk pengembangan aset kripto. Namun kenyataannya di pasar banyak orang yang masih kurang memahami fundamental dari teknologi ini. Di sinilah Tokocrypto ingin menjembatani mereka yang tertarik dengan industri ini melalui edukasi murni dan menyeluruh terkait blockchain dan aset kripto,” ujar Dimas.
Dalam program perdana ini, Tokocrypto menyediakan dana sebesar Rp100 juta untuk dua penelitian terbaik yang dipilih. Tentunya Tokocrypto akan memfasilitasi kebutuhan terkait data atau diskusi dengan para ahli dalam ekosistem mereka. Terkait dana yang disalurkan, pihaknya tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang siapa saja yang terlibat.
Dimas juga mengungkapkan, salah satu alasan mengapa banyak orang yang memiliki pandangan yang salah bahkan hingga terjerumus karena aset kripto adalah banyaknya informasi yang viral yang berfokus pada keuntungan instan tanpa didasari pemahaman tentang dasar dari aset ini. Maka dari itu, melalui TokoScholars, ia berharap ini bisa menjadi program edukasi yang inklusif terkait dunia blockchain dan aset kripto.
Dari sisi bisnis, Dimas belum bisa membagikan banyak hal, namun timnya saat ini tengah bekerja keras untuk bisa mengembangkan setiap inisiatif. Kita sudah melihat tren ke depan bahwa aset kripto akan banyak dipakai sebagai alternatif aset. Menurut data Kementerian Perdagangan RI, teknologi blockchain bersamaan dengan 5G, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan cloud computing bisa mendorong ekonomi digital Indonesia melesat hingga Rp4.531 triliun pada tahun 2030.
Selain mengadakan pendanaan riset, untuk tujuan meningkatkan pertumbuhan market dan literasi kripto di Indonesia, TokoScholars juga telah bekerja sama dengan program Kampus Merdeka untuk mengakomodasi inisiatif peningkatan kapasitas dan pelatihan di tempat kerja bagi mahasiswa Indonesia.
TokoScholars juga menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Telkom University dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendirikan pusat inovasi blockchain dan aset kripto, serta yang baru saja dihelat, penandatanganan MoU kerja sama dengan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia untuk membangun ekosistem blockchain di lingkungan kampus dengan menghadirkan Pojok Kripto.