Tag Archives: Tony Keusgen

Mengenal Lebih Jauh Tiga Produk Baru Google untuk Indonesia

Google mengumumkan tiga produk dan program baru dalam acara tahunan kedua “Google for Indonesia.” Ketiga produk tersebut ialah Google Station Wi-Fi, YouTube Go, dan Google Assistant berbahasa Indonesia. Seluruh produk ini menjadi rangkaian upaya Google untuk membuat internet jadi lebih bermanfaat dan relevan bagi orang Indonesia.

“Tujuan kami di Google adalah membangun teknologi bukan untuk beberapa orang saja, tapi untuk semua orang. [..] Saat ini kami berupaya melakukan tiga hal utama, yaitu memberikan akses internet lebih baik, mempermudah akses informasi yang relevan, dan memberikan lebih banyak cara bagi orang Indonesia agar internet dapat bermanfaat bagi mereka,” kata Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, Kamis, (24/8).

Dari ketiga hal di atas, yakni akses, informasi, dan kontribusi, menjadi acuan Google dalam menawarkan solusi atas seluruh produk baru yang diumumkan pada hari ini. Berikut detilnya:

Google Station

Google akan menyediakan sarana hotspot Wi-Fi publik secara gratis di ratusan lokasi tersebar di Jawa dan Bali dalam satu tahun mendatang. Dalam menyediakan akses ini, Google menggandeng dua mitra yaitu FiberStar dan CBN sebagai penyedia jaringan internet.

Indonesia jadi negara kedua yang mencicipi produk ini setelah sebelumnya hadir di India. Hasil yang diperoleh Google saat pertama kali hadir di India adalah berhasil memperkenalkan internet kepada 15 ribu orang baru setelah membangun jaringan internet gratis di 200 stasiun.

“Kami ingin mendorong orang baru untuk go online sebanyak mungkin. Indonesia dan India memiliki masalah yang serupa, makanya kami banyak tes produk baru di kedua negara ini,” terang Head of Youtube Marketing for Next Billion User Zuber Mohammad.

Menurut Zuber, Google Station ke depannya akan menjadi sarana baru perusahaan untuk monetisasi. Hanya saja, proses tersebut baru akan terjadi apabila seluruh jaringan Wi-Fi sudah kuat dan stabil.

YouTube Go

Ini adalah aplikasi baru yang didesain khusus untuk memberikan akses menonton video yang hemat data. Aplikasi ini membantu pengguna menyimpan dan menonton video dengan lancar meski dalam koneksi lemah, tersedia pula transparansi dan kontrol terhadap jumlah data yang dihabiskan untuk menonton video.

Pengguna juga dapat melihat preview video terlebih dahulu dan memilih ukuran file video sebelum menyimpannya secara offline untuk ditonton kapan saja.

Terkait alasan dari pertimbangan Google meluncurkan aplikasi terpisah dari YouTube, disebabkan perusahaan memandang segmentasi target konsumen yang disasar adalah pengguna smartphone di kota tier 2, bukan di kota besar seperti Jakarta. Meski ada pemisahan aplikasi, Google tetap yakin aplikasi YouTube tetap akan dikonsumsi pengguna di kota besar.

Mengutip dari App Annie, lebih dari 50 juta orang Indonesia aktif menggunakan YouTube di ponsel mereka setiap bulannya.

“Kami banyak hadapi tantangan saat mempertimbangkan peluncuran aplikasi YouTube Go, salah satunya infrastruktur jaringan internet di Indonesia yang belum rata. Sedangkan kami ingin memastikan siapa pun punya pengalaman yang sama saat berselancar di YouTube. Oleh karena itu, ini jadi alasan kami meluncurkan aplikasi yang berbeda,” terang Zuber.

Zuber bilang, saat ini aplikasi YouTube Go belum resmi hadir karena masih dalam proses pengecekan berbagai tes. Dia berharap dalam beberapa bulan mendatang dapat segera dirilis ke publik.

Google Assistant berbahasa Indonesia di Allo

Kini Google Assistant yang didukung dengan Bahasa Indonesia telah hadir di aplikasi chat Allo. Google Assistant adalah produk berteknologi Artificial Intelligence (AI) dan didukung machine learning, yang memungkinkan pengguna berinteraksi dalam berbagai hal. Misalnya, mendapat bantuan dalam mencari restoran baru, memeriksa skor harian sepak bola, dan bermain game dengan teman.

“Kami berharap dengan semakin banyak pengguna yang menggunakan Allo, mesin Google Assistant akan makin pintar dalam memahami berbagai logat Bahasa Indonesia yang diucapkan,” terang Product Lead Google Allo Adam Rodriguez.

Penyempurnaan produk lainnya

Petinggi Google / DailySocial
Petinggi Google / DailySocial

Selain tiga produk di atas, Google juga melakukan sejumlah penyempurnaan dari produk lamanya. Di antaranya, Google Search yang kini menambahkan fitur shortcuts, dapat di-tap untuk menjelajahi topik pilihan pengguna lebih detil. Selain itu, terdapat juga fitur feed yakni konten yang dapat disesuaikan tentang topik favorit, hobi, dan berita yang sedang tren di Google App.

Google Search juga menyediakan informasi detil tentang gejala umum dan perawatan untuk 700 gangguan kesehatan paling lazim. Data ini hadir berkat kerja sama antara Google dengan jaringan rumah sakit Mitra Keluarga. Indonesia jadi negara kelima yang mendapat tambahan informasi kesehatan.

Untuk pencarian gambar di Google Search, bakal tersedia versi lite. Diklaim dalam versi ini pencarian akan lebih cepat hingga 30%, meski berada dalam koneksi 2G.

Tak hanya itu, Aplikasi navigasi Waze juga mendapat penyempurnaan agar makin relevan dengan orang Indonesia. Kini Waze menambahkan fitur seperti penentuan rute baru berdasarkan pelat nomor ganjil dan genap, mengikuti aturan yang kini diberlakukan di Jakarta.

Rencananya, Waze juga akan menambah perintah suara Bahasa Indonesia tanpa pengguna harus memegang ponsel dan navigasi nama jalan dalam Bahasa Indonesia, serta serangkaian suara orang Indonesia.

Menurut Director of Growth Waze Di-Ann Eisnor, aplikasi Waze sudah digunakan oleh lebih dari dua juta pengguna aktif bulanan. Menariknya, keseluruhan angka tersebut mayoritas berasal dari Jakarta. Angka ini membuat Jakarta jadi pengguna terbesar keenam di Waze.

Komitmen penuhi aturan main di Indonesia

Dalam sesi terpisah, Tony juga mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen penuh untuk memenuhi aturan main di Indonesia sebagai layanan over-the-top (OTT) asing. Kendati demikian, dia tidak mengatakan secara spesifik detil mengenai apa saja yang akan dilakukan perusahaan dan bagaimana targetnya.

“Kami akan tetap menghormati aturan di Indonesia dan berusaha untuk tetap comply,” kata dia.

Seperti diketahui, pemerintah masih “mengejar” pajak dari pemain OTT asing seperti Google dan Facebook. Kedua perusahaan raksasa tersebut padahal saat ini telah menyepakati aturan pemerintah untuk membuat status Badan Usaha Tetap (BUT).

Google for Entrepreneur Gaet Kibar Dirikan Google Lounge di Jakarta

Google resmikan kerja sama dengan tech-startup ecosystem builder Kibar dengan mendirikan Google Lounge yang berada di lantai 2 kantor baru Kibar di Jakarta. Tempat ini akan difokuskan sebagai wadah untuk membentuk komunitas dan memperkuat ekosistem startup di Indonesia.

Anggota Google Lounge Jakarta juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke program Google for Entrepreneurs Pasport yang berada di 20 tempat di seluruh dunia, mulai dari Seoul sampai San Francisco. Kibar pun akan bergabung dengan 50 organisasi yang lebih dulu berkarya dalam kancah global di lebih dari 135 negara, termasuk enam kampus yang dimiliki dan dioperasikan Google untuk para pengusaha.

“Kami sangat bangga dengan langkah awal ini karena bisa memberikan kesempatan pada startup lokal untuk berkembang bersama startup lainnya di seluruh dunia,” terang Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, Rabu (19/7).

Dalam peresmian, turut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, APAC Partnership Manager Google for Entrepreneurs Michael Kim, dan Direktur ICT Infrastruktur Bekraf Neil EL Himam.

Menurut Keusgen, kehadiran Google Lounge turut memperkuat komitmen perusahaan terhadap pengembangan startup digital di Indonesia agar menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Di kancah global, Google for Entrepreneurs pernah membuat program Campus Exchange Fintech di Sao Paolo, Google Demo Day, pelajaran programming khusus pengusaha perempuan, dan lainnya.

Bersama Kibar, nantinya Google for Entrepreneurs akan mengadakan serangkaian program untuk para anggotanya di Indonesia. Salah satu program edukasi yang saat ini dijalankan Google adalah melatih 100 ribu pengembang seluler melalui tiga komponen. Yakni, kurikulum universitas offline untuk para mahasiswa jurusan ilmu komputer, menerjemahkan berbagai kursus online dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi workshop coding online/offline yang dipandu oleh pengajar dengan nama Indonesia Android Kejar.

“Kami bersemangat lewat kemitraan bersama Google for Entrepreneurs. Kami yakin, kemitraan ini bisa menghasilkan generasi inovator, kreator, dan entrepreneur selanjutnya di Indonesia,” ujar CEO Kibar Yansen Kamto.

Keterbatasan Talenta Masih Dianggap Tantangan Terbesar Ekosistem Teknologi Indonesia Hingga 2025

Dari hasil paparan riset yang dilakukan oleh Google dan Temasek bertajuk ‘E-conomy SEA: Unlocking the $200 billion opportunity in Southeast Asia,” disebutkan pada 2025 Indonesia bakal menjadi market leader untuk pasar online yang mencapai $81 miliar pada 2025. Dari angka tersebut, e-commerce menyumbang $46 miliar atau 56% dari total pasar online, dengan asumsi pertumbuhan 39% per tahunnya dari posisi tahun lalu sebesar $1,7 miliar.

Meskipun demikian, potensi tersebut masih memiliki lima tantangan yang harus secepatnya bisa diselesaikan oleh seluruh stakeholder, yaitu talent, mekanisme pembayaran, infrastruktur internet, infrastruktur logistik, dan kepercayaan konsumen.

[Baca juga: Menyikapi Jurang antara Kebutuhan dan Penyediaan Sumberdaya Manusia di Bidang Teknologi]

Google dan Temasek menghadirkan tiga narasumber untuk memberikan masukan dan pendapatnya mengenai hasil riset tersebut. Ada tiga orang yang dihadirkan, Nadiem Makarim (CEO dan Founder Go-Jek Indonesia), Dannis Muhammad (CMO Traveloka), dan Hadi Wenas (CEO MatahariMall).

Ketiga narasumber menyetujui bahwa Indonesia membutuhkan talent yang lebih banyak lagi untuk siap terjun ke dunia startup. Nadiem mengungkapkan tenaga engineer di Indonesia masih sangat minim. Dia mengklaim meski tenaga engineer yang bekerja di Go-Jek mencapai 70% dari total pekerja, namun secara umum Indonesia supply tenaga engineer masih sangat minim.

Penyebabnya bisa karena kurang sesuainya kurikulum yang diajarkan saat di bangku kuliah. Solusi tercepat, sambungnya, adalah dengan mengirimkan bibit-bibit baru tersebut ke sekolah luar negeri. Untuk itu, perlu ada andil dari pemerintah dengan memberikan insentif-insentif berupa kemudahan beasiswa bagi pelajar yang berpotensi untuk menuntut ilmu di luar negeri.

“Masih banyak persepsi negatif dari orang tua Indonesia mengenai engineering, mereka mengira belajar coding itu seperti main internet. Perlu langkah cepat dari pemerintah dengan memberikan insentif berupa beasiswa,” ujarnya, Kamis (25/8).

Hadi Wenas menambahkan, menurutnya untuk sektor e-commerce perlu talent marketing yang cara bekerjanya sesuai dengan dunia startup. Kebanyakan saat ini pola pikir tenaga pemasaran di Indonesia masih konvensional, di mana ada dana yang masuk dari perusahaan kemudian dibelanjakan ke berbagai lini iklan.

Padahal, sebenarnya di startup teknik pemasaran seperti itu tidak cocok untuk diaplikasikan. Untuk mengatasi hal tersebut, teknik yang ia lakukan adalah dengan mempekerjakan mahasiswa fresh graduate karena dinilai lebih mudah untuk diajarkan.

Sedangkan Traveloka menyiasati talent dengan mempekerjakan tenaga-tenaga lulusan 10 universitas di Asia Tenggara. “Kami menyiasati hal tersebut dengan mempekerjakan talent terbaik dari 10 universitas top di kawasan Asia Tenggara,” ujar Dannis.

Nadiem menambahkan, masalah empat masalah lainnya menurutnya bisa diselesaikan oleh Indonesia. Mengingat, kini sudah banyak startup baru yang fokus ke usaha logistik dan pembayaran bertebaran di Tanah Air. Sehingga, dalam ke depannya seluruh ekosistem startup digital akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat mendukung tingkat kepercayaan konsumen lebih tinggi lagi.

Hasil riset Google dan Temasek

Lebih dalam lagi, dalam riset Google dan Temasek menyebutkan tiga sektor yang berpeluang terbesar dalam ekonomi digital Indonesia adalah e-commerce, online travel, dan online rides. Indonesia diprediksi akan memimpin region Asia Tenggara dalam jumlah pelaku e-commerce menjadi 52% pada 2025 dari sebelumnya 31%.

Secara nilai ekonomi, nilai sektor e-commerce di Indonesia bakal mencapai $46 miliar di 2025 dengan asumsi pertumbuhan 39% per tahunnya, dibandingkan perolehan di 2015 sebesar $1,7 miliar. Untuk online travel diprediksi akan menjadi $24,5 miliar dengan asumsi pertumbuhan bisnis 22% per tahunnya, dibandingkan perolehan sebelumnya $5 miliar.

Ini akan menempatkan Indonesia di urutan pertama di sektor online travel Asia Tenggara dengan porsi 32% dari sebelumnya 26% di 2015.

Hal yang sama juga untuk online rides. Diperkirakan nilainya akan mencapai $5,6 miliar dengan asumsi pertumbuhan 22% per tahun, dibandingkan perolehan sebelumnya sebesar $800 juta. Nilai tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai market leader di Asia Tenggara dengan porsi 43% dibandingkan startup online rides lainnya.

Hal riset lainnya, Indonesia dinilai bakal menjadi negara paling aktif kedua setelah Singapura untuk kegiatan venture capital dalam hal jumlah transaksi. Sekitar 28% dari semua transaksi yang menerima funding Seri A+, serupa dengan di Singapura yang sebesar 29%.

“Peluang Indonesia sangat besar, $81 miliar, dan saya yakin bahwa tantangan yang ada akan dapat diatasi, seperti yang dapat dilihat saat ini dengan adanya sejumlah perusahaan lokal yang berhasil melebarkan usahanya di wilayah ini. Google bertekad untuk membantu bisnis Indonesia, mulai dari pemain startup besar hingga kecil demi mencapai pelanggan baru dan mendunia,” pungkas Tony Keusgen, Managing Director Google Indonesia.

Melihat Lebih Dekat Strategi Google untuk Pasar Indonesia di Google for Indonesia

Kemarin (9/8) Google menggelar acara Google for Indonesia di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta yang merupakan acara besar pertama Google di Indonesia. Dalam acara ini sejumlah eksekutif Google dari kantor pusat hadir untuk menjelaskan bagaimana strategi Google untuk bermain di pasar Indonesia yang unik. Beberapa adalah strategi baru, seperti menambahkan Go-Jek dan Grab dalam Maps. Sedangkan lainnya merupakan optimasi produk Google yang dilokalkan guna mempermudah penggunaan di Indonesia.

Sejak industri digital di Indonesia tumbuh dengan pesat, banyak pihak asing yang melirik Indonesia sebagai pasar baru yang menjanjikan. Google, sebagai salah satu raksasa di industri digital, pun merasakan hal yang sama. VP Product Management Google Caesar Sengupta sendiri mengungkapkan bahwa Indonesia adalah pasar yang penting bagi Google. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari hal tersebut.

Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen yang membuka acara Google for Indonesia / DailySocial

Pertama, Caesar percaya bahwa akan ada jumlah yang signifikan dari miliran pengguna Google yang berasal dari negara-negara berkembang seperti di India dan Indonesia. Ini dilatarbelakangi oleh masih besarnya potensi pengguna internet baru di negara-negara berkembang. Sebagai informasi, Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen menyebutkan bahwa kini pengguna internet di Indonesia sudah tembus 100 juta dan jumlah tersebut masih belum ada setengah dari jumlah populasi di Indonesia.

Kedua, perbedaan cara akses ke internet. Caesar yakin bahwa pengguna internet baru ke depannya akan lebih banyak melalui perangkat mobile, dalam beberapa kasus malah hanya melalui mobile. Indonesia sendiri sudah dikenal di mata dunia sebagai mobile first country.

Ketiga, negara berkembang seperti Indonesia bisa menunjukkan bagaimana generasi muda menggunakan teknologi nantinya. Dari sini, Caesar yakin bahwa bila Google bisa membuat produk yang bagus untuk negara berkembang, sama saja Google sudah membuat produk baik untuk dunia.

“Jadi tujuan kami bukan hanya membuat lebih banyak orang Indonesia untuk online, tetapi juga untuk membantu Indonesia untuk membuat internet yang mereka inginkan […] dan bisa memberikan dampak pada seluruh dunia. Untuk merealisasikan hal tersebut, kami akan fokus pada tiga area kunci, yaitu Akses, Platform, dan Produk.”

Tiga area kunci Google di Indonesia

Hugh Williams - Vice President of Maps Engineering, Google / DailySocial
Hugh Williams – Vice President of Maps Engineering, Google / DailySocial

Dari sisi Akses, Google akan berjanji untuk memberikan akses penuh yang lebih baik ke internet bagi warga Indonesia, terutama untuk mereka yang memiliki keterbatasan data dan koneksi dengan bandwidth rendah seperti 2G. Di sini, beberapa produk Google seperti Search, Maps dan Youtube akan dioptimasi lagi.

VP Product Management untuk Google Search Tamar Yehoshua mengumumkan Lite Mode baru di Google Search akan dikembangkan sehingga mampu memuat hasil pencarian hingga 5x lebih cepat. VP Engineering untuk Google Maps Hugh Williams menjelaskan bahwa Maps dioptimasi untuk penggunaan offline yang bisa disimpan di SD Card untuk menghemat penggunaan bandwidth. Sedangkan VP of Engineering for Emerging Experiences di YouTube John Harding mengumumkan bahwa fitur Akselerator yang dapat menyajikan video YouTube dengan kecepatan instan akan segera diluncurkan di Indonesia.

Dari sisi Platform, Google menyediakan “peralatan” agar masyarakat Indonesia dapat mengekspresikan budaya lokal dan menciptakan aplikasi inovatif untuk memecahkan masalah lokal. Di sini, Google juga bekerja sama dengan universitas-universitas terkemuka di Indonesia dan menyediakan program-program menarik sebagai platform untuk pengembangan startup dan juga developer Indonesia.

Ben Galbraith - Director of Product Management and Developer Relations, Google / DailySocial
Ben Galbraith – Director of Product Management and Developer Relations, Google / DailySocial

Product Management Director Developer Product Group Google Ben Galbraith menjelaskan bahwa saat ini Google tengah menjalankan program untuk bantu melatih 100.000 pengembang hingga 2020 nanti. Sebagai bagian dari program ini, Google kini tengah mengembangkan program pelatihan khusus tentang dasar­dasar Android yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Bina Nusantara yang akan menambahkan mata kuliah tersebut di kurikulumnya tahun depan.

Di samping itu, masih ada program Launchpad Accelerator untuk startup, program Google Developer Certification yang dilokalkan lewat bahasa, dan program Android Kejar yang kini membuka pendaftaran gelombang kedua. Dari sisi Youtube, Harding juga mengumumkan bahwa Google telah meluncurkan Creator Hub dan Creator Community yang telah diterjemahkan sepenuhnya ke dalam Bahasa Indonesia.

Tamar Yehoshua - Vice President of Search, Google / DailySocial
Tamar Yehoshua – Vice President of Search, Google / DailySocial

Dari sisi Produk, Google berjanji untuk terus mengoptimalkan produk-produk mereka dengan melokalkan kontennya agar bisa digunakan warga Indonesia lebih mudah. Contohnya, produk Search yang kini sudah bisa menampilkan hasil penelusuran (knowedlge card) yang menyajikan informasi ringkas dalam bahasa Indonesia yang lebih baik. Tamar juga mengumumkan bahwa Google Asisten akan segera dirilis dalam Bahasa Indonesia.

Sementara itu Williams mengungkapkan bahwa Google Maps kini telah mengintegrasikan data bus TransJakarta secara real-time dan belum lama ini sudah mengingtegrasikan Go-Jek dan Grab juga. Keindahan Pulau Komoda dan kekayaan lautnya pun sudah bisa dinikmati secara 360 derajat lewat fitur StreetView di Maps. Selain itu, Chromecast versi baru juga akan segara hadir di Indonesia secara resmi lewat salah satu kanal e-commerce yang ada di Indonesia, yakni Lazada.

Vice President of YouTube Engineering Google John Harding di acara Google for Indonesia / DailySocial
Vice President of YouTube Engineering Google John Harding di acara Google for Indonesia / DailySocial

Sebelumnya, Google sendiri sudah meluncurkan berbagai program yang berupaya untuk membantu usaha kecil menengah di Indonesia. Contohnya, program Gapura yang kini diklaim Google telah melatih 7.000 UKM di lima kota besar tentang cara membangun kehadiran yang lebih baik di internet. Lalu, masih ada juga Google Bisnisku yang diklaim telah membantu ribuan UKM untuk bisa hadir secara online di tahun ini.

Ke depannya, Google juga berencana untuk bisa menjaga hubungan erat dengan pemerintah Indonesia. Salah satunya lewat rencana peluncuran aplikasi Global Fishing Watch yang bekerja sama dengan Oceana dan SkyTruth. Global Fishing Watch ini menggunakan pembelajaran mesin, koputasi awan, dan visualisasi Google Earth untuk membantu pemerintah dalam upaya memeraangi perikanan illegal.

Tony Keusgen jadi Country Director Google Indonesia yang Baru

Setelah hampir setahun kosong, pucuk pimpinan Google Indonesia bakal diisi oleh Tony Keusgen per awal tahun 2016. Tony bukanlah orang baru di Google, sebelumnya ia menjabat sebagai Managing Director Google Selandia Baru selama tiga tahun dan Head of Technology Google ANZ selama empat tahun. Di Indonesia, Tony bakal fokus menentukan strategi bisnis dan kemitraan untuk produk Google.

Sebelum bekerja di Google, Tony sempat bekerja di perusahaan telekomunikasi Grup SingTel. Dalam penyataannya, Tony mengatakan, “Adalah sebuah kehormatan memulai bekerja dalam sebuah pasar yang sangat penting bagi Google. Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan smartphone tertinggi di Asia Tenggara, Indonesia membantu mendorong perubahan besar di dalam industri, seperti bagaimana masyarakat mencerna konten hingga bagaimana bisnis menjangkau targetnya.”

“Saya sangat antusias dapatt menjadi bagian dari sebuah dinamika suatu negara dan berharap dapat membantu perusahaan Indonesia mengembangkan bisnisnya dengan produk mereka sementara itu juga menyediakan masyarakat Indonesia dengan berbagai produk yang mereka cintai dan mereka nikmati saat menggunakannya,” lanjutnya.

Tidak ada keterangan tentang mengapa Google tidak mengisi posisi ini dengan orang lokal. Tampaknya Google cukup kesulitan memperoleh orang yang benar-benar mengerti pasar Indonesia, sebelum akhirnya menunjuk pegawainya dari kawasan lain.

Posisi Country Director Google Indonesia kosong sejak 11 bulan yang lalu karena Rudy Ramawy pindah ke Grup Lippo. Rudy kini menjabat sebagai Vice Chairman MatahariMall dan Managing Partner Venturra Capital.