Tag Archives: transportasi

Gojek dan TBS kendaraan listrik Electrum

Gojek dan TBS Umumkan “Electrum”, Babak Baru Ekosistem Kendaraan Listrik di Industri Ride Hailing

Meningkatnya tren kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) telah mendisrupsi sektor transportasi secara global. Di Indonesia sendiri, teknologi ini sudah mulai muncul dan berkembang. Bukan hanya dari pemerintah, namun juga perusahaan dari berbagai industri terkait ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik ini.

Perusahaan ride hailing Gojek dan perusahaan energi terintegrasi TBS Energi Utama melalui PT Karya Baru TBS resmi mengumumkan kerja sama dalam membentuk usaha patungan atau joint venture (JV) bernama Electrum. Ini menjadi kolaborasi strategis pertama di Indonesia sekaligus dukungan terhadap rencana pemerintah dalam menjadikan pengembangan industri EV sebagai prioritas nasional.

Melalui perusahaan patungan tersebut, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.

Bagi Gojek, kolaborasi strategis ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan komitmen Sustainability Grup GoTo “Zero Emissions” (Nol Emisi Karbon). Gojek menargetkan menjadi platform karbon-netral dan mentransisi menjadi 100% kendaraan listrik di tahun 2030.

“Kami berharap upaya ini dapat mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkontribusi kepada penanggulangan perubahan iklim di Indonesia. Kendaraan listrik merupakan masa depan bagi sektor transportasi dan kami memastikan hal tersebut dapat terwujud lebih cepat melalui kolaborasi ini,” ujar CEO Gojek, Kevin Aluwi.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kerja sama strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap, untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Dilanjutkan dengan uji coba komersial pemanfaatan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, yang skalanya akan terus ditingkatkan hingga 5.000 unit dengan jarak tempuh 1 juta kilometer dalam platform Gojek.

Terkait kolaborasi ini, Pandu Sjahrir, selaku Wakil Direktur Utama TBS menyampaikan, “Kolaborasi dengan Gojek ini merupakan salah satu bagian dari komitmen reinvestasi pendapatan usaha TBS ke sektor energi bersih dan energi baru dan terbarukan [..] Pengalaman dan pemahaman kami di bidang energi bersama dengan ekosistem dan teknologi Gojek yang luas, bisa menjadi katalisator pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.”

Potensi kendaraan listrik di Indonesia

Sebelum pandemi Covid-19 mengguncang berbagai macam industri, termasuk otomotif, kendaraan listrik tengah menjadi sorotan. Menurut laporan Deloitte, penjualan tahunan gabungan kendaraan listrik baterai dan kendaraan listrik plug-in hybrid mencapai angka dua juta kendaraan untuk pertama kalinya di tahun 2019.

Meskipun sempat terhambat oleh pandemi, terjadi pola pertumbuhan yang berkelanjutan yang diharapkan dapat dipertahankan di tahun 2020 ke depan. Indonesia sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.

Dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, baterai menjadi komponen penting yang menyumbang 35 persen dari biaya produksi. Meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik dinilai akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta masih tingginya cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan aluminium.

Menurut laporan Deloitte, perkiraan EV global untuk tingkat pertumbuhan tahunan gabungan adalah mencapai 29 persen selama sepuluh tahun ke depan: Total penjualan EV tumbuh dari 2,5 juta pada tahun 2020 menjadi 11,2 juta pada tahun 2025, kemudian mencapai 31,1 juta pada tahun 2030.

Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya menjadi pusat produksi kendaraan listrik di kawasan dengan target produksi 600.000 mobil listrik dan 2,5 juta sepeda motor listrik pada 2030.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah mengembangkan proyek konversi sepeda motor bekas menjadi kendaraan listrik. Pengembangan proyek ini telah diuji coba pada 10 kendaraan. Pemerintah juga telah melakukan pendekatan dengan industri untuk memproduksi baterai dan konverter dengan harga murah. Hal ini diyakini akan mempercepat pengembangan proyek tersebut.

Dari sisi transportasi umum, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turut menargetkan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk bisa sepenuhnya menggunakan bus listrik pada 2025. Wacana tersebut telah dimasukkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2020-2030. Uji coba pengoperasian bus listrik Transjakarta telah diadakan sejak tahun lalu melibatkan dua merek bus asal China.

Dari industri ride hailing, Gojek bukan satu-satunya yang memiliki inisiatif dalam hal mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Kompetitor utamanya, Grab, juga sudah lebih dulu mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek.

Grab juga upayakan kendaraan listrik

Rival utama Gojek, yakni Grab, juga terus menggencarkan inisiatif ke EV. Salah satunya mereka bermitra dengan Hyundai Motor Group juga meluncurkan program percobaan kendaraan listrik baru untuk memungkinkan kepemilikan kendaraan listrik yang terjangkau dan mudah diakses, sembari juga mengembangkan peta jalan untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Selain itu mereka juga mulai bekerja sama dengan beberapa produsen kendaraan roda dua elektrik, termasuk produsen lokal seperti Gesits dan Selis hingga produsen multinasional seperti Hyundai, Honda, Viar, dan Kymco.

Infrastruktur baterai juga dibangun bersama dengan perusahaan BUMN, PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan Pertamina, perusahaan bahan bakar BUMN untuk menghadirkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum tersedia di SPBU Pertamina di Rawa Bokor, Jakarta. Kerja sama tiga arah itu berupa dukungan listrik PLN dengan tarif khusus; lokasi dan izin Pertamina, aplikasi dan pengoperasian pengisian daya serta Alat Pengisian Daya Kendaraan Listrik Grab bagi pengguna kendaraan roda 4 umum untuk mengisi daya kendaraannya.

Application Information Will Show Up Here
Otomoto rencana bisnis

Rencana Bisnis Otomoto di Tengah Pasar Otomotif yang Mulai Membaik

Sebagai konsekuensi dari penyebaran global virus corona, mobilitas sehari-hari masyarakat telah berubah signifikan. Dampaknya juga dirasakan oleh berbagai pihak dalam bisnis, tak terkecuali industri otomotif tanah air. Pada awal pandemi memang terbilang cukup terpukul akibat penurunan transaksi ekonomi yang terjadi, namun berangsur-angsur membaik.

Perubahan pola di masyarakat juga terjadi, misalnya makin banyak yang mempertimbangkan untuk menggunakan kendaraan pribadi, alih-alih kendaraan umum. Untuk mengakomodasi transaksi produk motor atau mobil yang makin signifikan, beberapa perusahaan juga menggencarkan inisiatifnya dengan membentuk platform jual/beli kendaraan. Otomoto menjadi salah satu yang fokus melayani kebutuhan sepeda motor.

Industri otomotif selama pandemi

Industri otomotif menjadi salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Disebut dalam situs Kementrian Perindustrian bahwa sektor ini telah menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp99,16 triliun dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38,39 ribu orang.

Co-Founder Otomoto Indonesia Marwoto Soebiakno mengungkapkan, “Pada awal pandemi, industri otomotif cukup terpukul, sehingga operasional kami juga cukup terganggu. Kami juga harus banyak beradaptasi dengan kondisi market. Namun, hal ini cukup memberikan dampak positif bagi Otomoto dan rekanan showroom motor bekas kami.”

Tentunya semua startup mengalami banyak tantangan. Menurut Marwoto, tantangan utama mereka adalah market education. Segmen pasar Otomoto mirip dengan beberapa startup dibidang FMCG, misalnya Ula, WarungPintar, dan lainnya, sehingga dibutuhkan strategi dan usaha khusus untuk membiasakan pengguna untuk melakukan transaksi otomotif secara online. Namun, timnya melihat hal ini kami sebagai peluang besar untuk dapat melakukan digitalisasi pasar tersebut.

Sebagai contoh, banyak pengendara motor yang terganggu secara finansial sehingga harus melepas kendaraannya. Disisi lain, banyak juga pengguna yang karena takut menggunakan kendaraan umum, lebih memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Dalam hal ini, produksi kendaraan baru, cukup terhambat karena pabrik yang tutup dan hal-hal lainnya. Maka dari itu, pasar kendaraan bekas menjadi alternatif yang menarik.

Perusahaan rebrand dari Sumo365 ini memiliki model bisnis utama C2B Model (Customer to Business). Hal ini serupa dengan Carro, Carsome & OLX Autos (yang sebelumnya adalah BeliMobilGue). Platform ini memfasilitasi pengendara motor yang ingin menjual atau menukar tambahkan unitnya secara online dengan mudah dan cepat.

Terdapat dua fitur andalan, yaitu Price Engine dan Smart Inspection yang saat ini masih fokus pada sepeda motor. Melalui fitur ini, pengendara motor bisa memiliki keterbukaan harga dan memaksimalkan transaksi jual/beli/tukar-tambah. Selain itu, pengguna juga bisa mengajukan pinjaman/ re-financing dalam platform Otomoto.

Perusahaan mengklaim bahwa mengalami pertumbuhan yang cukup baik, terutama di tahun 2021. Selama Semester I 2021, Revenue tercatat sebesar CMGR 31.2% dan meningkat cukup drastis di Q3 ini dan timnya optimis bisa meraih pencapaian maksimal di Q4 tahun ini.

Rencana ke depan

Sejalan dengan recovery industri otomotif, terutama sepeda motor, Otomoto yakin penjualan sepeda motor akan tetap bertumbuh. Menurut data perusahaan, sebelum pandemi, rata-rata penjualan motor tahunan ada di angka 6 juta. Selama pandemi 2020, angka tersebut sempat turun ke angka 4.3 juta. Per Agustus 2021, penjualan motor keseluruhan di Indonesia sudah mencapai angka 3.2 juta dan di prediksi mencapai angka 4.7-5 juta di akhir tahun ini. “Maka dari itu, kami cukup confident bahwa market otomotif akan tetap berkembang,” tambah Marwoto.

Selain itu, perusahaan juga melihat ada dua hal yang akan mengubah dinamika di pasar otomotif dan akan membawa dampak positif. Pertama, pertumbuhan di industri logistik. Banyak startup seperti Shipper, Waresix, dll dan 3PL convensional seperti JNE, Tiki, dll. Di kota dan kabupaten kecil (tier-2), logistik masih cukup terbatas. Sehingga penetrasi ke kota dan kabupaten ini, akan membuka market baru.

“Kami melihat bahwa kebutuhan last-mile delivery tentunya akan berdampak positif kepada industri otomotif termasuk Otomoto. Kedua, mulai masuknya kendaraan listrik. Saat ini, EV (Electric Vehicle) masih memiliki harga yang cukup tinggi. Namun, pemerintah memprediksi bahwa harga EV bisa turun hingga 40%, dengan pembangunan infrastruktur seperti SPBKLU. Juga, inisiatif pabrik baterai dan lainnya. Hal ini tentunya akan memberikan angin segar bagi industry mobil dan motor,” ungkap Marwoto.

Melihat investor yang mulai tertarik untuk menyalurkan pendanaan di industri otomotif, seperti yang belum lama ini didapat oleh Carsome dan Carro, Otomoto saat ini sedang melakukan persiapan secara internal dan menargetkan untuk fundraising di awal Q1 2022. Selain itu, timnya juga berencana untuk berekspansi di Pulau Jawa. Perusahaan ingin bisa menjangkau pasar lebih luas di kota tier 1 dan harapannya bisa mencakup di kota-kota di tier 2.

“Secara business model, mungkin akan tetap memiliki landasan yang sama, namun kami juga sedang piloting untuk beberapa O2O (online-to-offline) solution yang bisa lebih membantu dan meningkatkan layanan Otomoto kepada para pengguna sepeda motor,” tutup Marwoto.

Application Information Will Show Up Here

Manuver Blue Bird Hadapi Pandemi Lewat Akselerasi Digital

Ketika Gojek dan platform on-demand lainnya beroperasi secara komersial, sejumlah penyedia jasa transportasi konvensional sempat berteriak. Gojek dinilai telah mendisrupsi bisnis transportasi yang sudah ada. Kehadiran layanan seperti ini bahkan sempat memunculkan perseteruan antara penyedia transportasi konvensional vs on-demand.

Selang beberapa tahun kemudian, situasinya berkebalikan. Penyedia jasa transportasi konvensional maupun on-demand kini saling merangkul untuk me-leverage peluang baru lewat teknologi.

Konteks di atas turut terjadi pada operator taksi terbesar di Indonesia, Blue Bird, yang pada akhirnya berkolaborasi dengan Gojek di 2016. Korporasi semakin melihat esensi digitalisasi terhadap keberlangsungan bisnis. 

Lalu bagaimana manuver Blue Bird menghadapi perkembangan digital, terutama di masa pandemi? Simak selengkapnya lewat wawancara DailySocial dengan Chief Strategy Officer Blue Bird Paul Soegianto.

Transformasi digital Blue Bird

Bicara transformasi digital, Blue Bird dinilai perlu mengambil langkah baru dengan posisinya sebagai operator taksi terbesar di Indonesia. Apalagi, teknologi telah mengubah bagaimana pasar berperilaku.

Sejak 2015 hingga 2019, Blue Bird mencatatkan penurunan pada kinerja keuangannya. Puncak penurunan ini mulai terlihat pada pendapatan Blue Bird di periode 2015-2017, di mana saat itu popularitas layanan transportasi on-demand tengah meroket di sejumlah kota besar Indonesia.

Penurunan kinerja Blue Bird dalam 4 tahun terakhir

Yang tidak banyak diketahui, Blue Bird sebetulnya sudah lebih dulu mengembangkan aplikasi pemesanan taksi My Blue Bird sekitar 2011/2012. Dapat dikatakan aplikasi ini sudah jauh lebih dulu meluncur sebelum Gojek.

Menurut Andeka Putra, mantan Chief Information Officer Blue Bird di wawancara terdahulu, My Blue Bird kurang dipromosikan dengan baik sehingga popularitasnya belum dapat mengejar transportasi on-demand.

Kini, Paul Soegianto mengomandoi transformasi digital yang gencar dilakukan sejak tahun lalu oleh divisi Strategic Transformation Office (STO) untuk mengelola strategi, portofolio, dan transformasi digital perusahaan. Sebelumnya, transformasi digital dieksekusi divisi Business Transformation Office (BTO).

Paul mengungkap ada sejumlah inisiatif baru untuk mengakselerasi bisnisnya. Sebagai perusahaan berbasis aset, ia menilai Blue Bird perlu melakukan diferensiasi dengan kompetitor. Per akhir 2019, Blue Bird memiliki 20.633 unit armada taksi reguler, 883 unit taksi eksekutif, 6.231 unit limosin dan mobil sewaan, dan 601 unit bus.

Fokus utamanya adalah menjadi Mobility-as-a-Service (MaaS) di mana perusahaan menggunakan tiga pendekatan utama, yakni menjadi penyedia multiplatform/channel, multiproduct/service, dan multipayment. Tujuannya tak lain untuk menciptakan ekosistem layanan terintegrasi dan memperkuat posisinya di industri transportasi di era digital.

Pendekatan pertama, multichannel, adalah memperluas akses layanan transportasi Blue Bird di lebih dari satu channel. Sebelumnya, layanan ini sudah tersedia di Gojek dan Traveloka. “Kami akan perbanyak channel ini, akan ada akhir September ini,” ungkapnya di sesi virtual meet dengan DailySocial.

Saat ini My Blue Bird menjadi platform utama perusahaan dalam pemesanan taksi. Menurut Paul, aplikasi tersebut akan hadir dengan sejumlah pembaruan pada Desember mendatang.

Blue Bird juga melakukan diferensiasi layanan di luar jasa transportasi, yakni sewa mobil dan bus, serta logistik. Paul juga menargetkan layanan tersebut juga dapat dipesan melalui multiplatform.

“Terkait mobility partnership, kami juga akan umumkan kolaborasi dengan salah satu perusahaan besar di Indonesia untuk layanan multimoda. Ini berkaitan ke multiproduct/service tadi,” ungkap Paul.

Terakhir adalah multipayment. Opsi pembayaran beragam dinilai menjadi salah satu kunci utama di era inklusivitas layanan. Apalagi masuknya Gojek sebagai pemegang saham minoritas Blue Bird akan memungkinkan integrasi GoPay ke layanan My Blue Bird.

“Semua layanan Blue Bird menerima jenis pembayaran nontunai, termasuk platform digital. Bahkan sejak empat bulan terakhir, kami sudah roll out Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) ke 12.000 armada Blue Bird dan sudah selesai,” tambahnya.

Tak kalah penting, lanjut Paul, perusahaan juga berupaya mendigitalisasi semua armada taksi selama sebulan terakhir. Paul mengungkap bahwa kini setiap armada dilengkapi front panel yang dapat mengukur sensor di dalam taksi, melakukan tracking akurat dengan GPS, dan safety management.

“Kami mendukung ujung tombak (pengemudi) dengan teknologi, seperti IoT dan AI. Sekarang kami lagi moving semuanya ke cloud based. Sistem dan jaringan juga kami revamp supaya baru semua di akhir tahun ini. Ini semua untuk meyakinkan konsumen bahwa kami dapat memenuhi good factor layanan kami,” paparnya.

Masuk ke layanan logistik

Pandemi Covid-19 sangat memukul sektor transportasi di dunia. Dampaknya turut dirasakan Blue Bird akibat kebijakan pembatasan sosial yang mengharuskan kegiatan kerja dan sekolah di rumah.

Berdasarkan kinerja di kuartal II 2020, Blue Bird mengalami penurunan signifikan pada total pendapatan dan laba. Pandemi membuat kontribusi pendapatan dari jasa taksi Blue Bird turun 43 persen menjadi Rp865 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp1,5 triliun.

Dampak pandemi terhadap kinerja Blue Bird
Sumber: Laporan Keuangan Kuartal II (2019-2020) / Diolah kembali oleh DailySocial

Blue Bird melakukan manuver dengan masuk ke layanan logistik sejak Maret lalu. Perusahaan memperkenalkan program COD (Chat-Order-Delivery) Blue Bird yang dapat dipesan melalui WhatsApp. Layanan ini tersedia untuk kawasan Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Padang, Pekanbaru, Batam, dan Palembang.

Program COD ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah layanan baru, BirdKirim. Pelanggan dapat mengantar barang atau dokumen yang tarifnya disesuaikan dengan jarak kirim. Layanan yang tersedia di aplikasi My Bluebird ini diperkenalkan pada Juni lalu.

“Sekarang kami tinggal tunggu [pengembangan] untuk layanan logistik grosir, jadi dapat dipesan via aplikasi juga. Bagi kami, layanan logistik untuk korporasi sangat menarik. Sudah banyak perusahaan besar yang memindahkan layanan logistiknya ke kami. Ada [platform] e-commerce B2B yang pengiriman logistiknya sudah pakai jasa Blue Bird, hanya saja belum bisa kami umumkan,” jelasnya.

Selain itu, Paul mengungkap bahwa pihaknya berencana mengumumkan kolaborasi dengan salah satu startup logistik yang sudah berjalan sejak Maret lalu. Lewat upaya kolaborasi ini, perusahaan memproyeksikan pertumbuhan bagus dari layanan logistik.

Menentukan “Make-or-buy decision”

Bicara tentang pengembangan inovasi, baik sendiri maupun kolaborasi ini, tentu dibutuhkan komitmen solid dari top level. Dalam prosesnya, Paul menegaskan pentingnya menerapkan strategi “make-or-buy decision“.

Menurutnya, model ini belum diterapkan dengan baik oleh banyak perusahaan di Indonesia. Di Blue Bird sendiri, Paul mengaku terus mengamati kapabilitas perusahaan untuk memahami perlunya pengembangan sendiri, pengelolaan sendiri, atau berkolaborasi dengan pihak ketiga.

Sebetulnya model ini sudah tak asing bagi korporasi. Umumnya, strategi membeli lewat akuisisi sering dipilih karena lebih efisien secara waktu dan sumber daya. Dan konsep ini dinilai lebih cepat untuk men-deliver layanan di pasar. Namun, mengembangkan sendiri juga tidak ada salahnya selama ada modal dan sumber daya yang cukup dan mumpuni.

Di konteks ini, saham minoritas Blue Bird bahkan telah diakuisisi Gojek senilai $30 juta atau sekitar Rp411 miliar) pada Februari 2020.

Sampai saat ini belum diketahui rencana besar apa di balik pembelian saham Blue Bird oleh Gojek. Yang pasti, Blue Bird saat ini tengah menyiapkan sinergi menguntungkan bagi kedua belah pihak. Paul sendiri menolak berkomentar terkait rencana selanjutnya dari akuisisi tersebut.

“Beberapa hal yang bukan kompetensi Blue Bird pasti akan kami beli. Artinya, skema beli ini untuk long term partnership. Sebentar lagi, Blue Bird akan ada tanda tangan kontrak besar terkait hal ini,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here
Gojek dan Grab semakin digdaya dengan segudang layanan dan integrasi yang dimiliki, membuat pemain baru kesulitan memasuki pasar transportasi on-demand

Sulitnya Pemain Baru Masuki Pasar Transportasi “On Demand”

Layanan transportasi on demand di Indonesia sudah berkembang. Belakangan ini ramai diperbincangkan bahwa ada beberapa nama baru yang bakal mengaspal di Indonesia.

Pemain baru yang memulai debutnya di Indonesia adalah BitCar. Layanan yang berasal dari Malaysia ini masuk ke Indonesia di bawah naungan PT Bitokenpay Digital Indonesia. Perusahaan tersebut mengelola merk BitCar di Indonesia.

Bitcar Indonesia saat ini berkantor di kawasan Ruko Garden Shooping Arcade, Central Park, Grogol Jakarta Barat. Layanan yang mulai beroperasi Agustus 2019 ini menawarkan jasa taksi online. Mitra pengemudinya disebut sudah mencapai 1.000 pengemudi.

“Kami ini bukan anak perusahaan, kami kerja sama. Kami pernah ketemu dengan mereka di Malaysia, saya bicarakan beliau setuju. Kami kerja sama menggunakan mereknya,” ungkap COO Bitcar Indonesia Christian Wagey.

Masih dari sumber yang sama, Wagey menjelaskan bahwa mereka tidak memosisikan diri sebagai pesaing, tapi sebagai alternatif mereka bagi masyarakat Indonesia. Bitcar cukup optimis bisa sukses di Indonesia karena strategi pendekatan terhadap komunitas sopir taksi online yang ada.

Ada pula Maxim, aplikasi transportasi online yang sudah beroperasi di sejumlah kota di Indonesia, bahkan sempat terjadi penolakan di beberapa daerah karena menyalahi aturan tarif yang sudah ditetapkan pemerintah. Kemudian FastGo, perusahaan asal Vietnam ini dikabarkan juga menyasar Indonesia sebagai target ekspansi.

Sayangnya, saat ini adalah waktu yang tidak tepat.

Variabel pengganjal

Untuk menarik perhatian pengguna, biasanya layanan akan menggunakan strategi promosi dengan menawarkan potongan harga. Meskipun demikian, strategi memangkas tarif mungkin tak lagi efektif.

Harga masih jadi acuan banyak pengguna sebelum memutuskan untuk mencari tumpangan, tetapi kenyamanan dan kemudahan pembayaran ada dalam variabel-variabel perhitungan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat paham bahwa kredibilitas dan keamanan menjadi faktor utama dalam melakukan perjalanan, itu sebabnya potongan tarif tidak lagi efektif.

Tantangan selanjutnya di bagian regulasi. Tak hanya soal izin tetapi juga regulasi yang menata tarif atas dan tarif bawah transportasi online. Regulasi ini cukup lama disiapkan dan baru-baru ini sudah disahkan untuk segera diterapkan sebagai acuan.

Belum lagi, para raksasa perusahaan teknologi transportasi punya segudang promosi setiap harinya.

Loyalitas

Di Indonesia, pengguna ada di ambang loyal dan tak loyal. Saya pribadi dan beberapa orang yang saya temui memiliki lebih dari satu aplikasi dengan fungsionalitas yang sama untuk transportasi online dan belanja. Namun aplikasi-aplikasi tersebut jarang ada lebih dari tiga. Alasannya beragam, mulai dari promo yang ditawarkan cukup menggiurkan atau bahkan aplikasinya ringan sehingga dianggap tidak membebani kinerja smartphone.

Gojek dan Grab menjelma menjadi sebuah aplikasi yang multifungsi. Mereka menyebutnya sebagai “super app”, satu aplikasi dengan segudang layanan di dalamnya. Ini adalah konsep yang sempurna untuk menjaga pelanggan “tak kemana-mana”. Hanya di satu aplikasi. Tak hanya transportasi, keduanya juga menawarkan fitur isi pulsa, pesan makanan, pesan hotel, berbelanja, pesan tiket cinema, hingga bahkan isi pulsa. Keduanya juga memperluas fungsionalitas dengan menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan digital lainnya.

Satu fitur yang menurut saya berperan penting dalam hal menjaga pengguna adalah pilihan metode pembayaran. Integrasi dengan dua platform e-money terbesar di Indonesia, Go-Pay dan Ovo, membuat perjuangan para pemain baru semakin berat.

Gojek dan Grab tak hanya lengkap dari segi layanan, tapi juga jangkauan. Keduanya sama-sama sudah memperluaskan jaringan di hampir seluruh penjuru Indonesia. Kota-kota dengan permasalahan kepadatan lalu lintas sudah mereka singgahi.

 

Dewasa bersama pengguna

Gojek dan Grab saat ini sudah masuk pada fase memperkaya inovasi dan variasi layanan. Masa-masa mencari mitra driver dan pengguna, mengedukasi pasar, dan penolakan-penolakan sudah mereka lewati beberapa tahun lalu. Mereka sudah berkembang dan dewasa bersama pasar. Sebaliknya, para pemain baru di Indonesia, meski sudah beroperasi di negara asalnya, tetaplah pemain baru. Mereka harus mulai dari awal mengenali keunikan pasar Indonesia.

Dari sudut pandang pengguna sulit untuk berpaling dari kedua aplikasi ini. Butuh strategi “pelokalan” bagi para pemain baru dari luar negeri untuk bisa mendapat tempat di Indonesia.

Kesimpulan

Gojek dan Grab ada di mana-mana. Di berbagai kota dan berbagai jenis layanan. Mereka tak hanya berhasil mengakuisisi pengguna di Indonesia tetapi juga berhasil tumbuh dan berkembang bersama pasar yang ada. Gojek dan Grab telah melalui serangkaian penolakan, memaksa regulator menelurkan regulasi, hingga berhasil mengubah keseharian masyarakat.

Saat ini hampir tidak ada celah untuk para pemain baru untuk bisa menggeser dominasi keduanya. Sekedar jadi alternatif cukup berat, promo saja juga tak cukup. Butuh sesuatu yang benar-benar inovatif dan berguna–yang belum ada di keduanya.

Go-Car L Gojek

Layanan “Go-Car L” Sudah Bisa Dinikmati di Beberapa Kota

Go-Car salah satu layanan andalan Gojek saat ini memiliki variasi baru, yakni Go-Car L. Sebuah pilihan yang memungkinkan pengguna memesan layanan Go-Car dengan tempat yang lebih luas, yakni berkapasitas hingga 6 orang. Layanan ini bisa menjadi alternatif mereka yang bepergian ramai-ramai maupun mereka yang memiliki bawaan lebih. Sesuai dengan kode namanya “L” atau Large.

Saat ini Go-Car L sudah bisa dinikmati oleh pengguna Gojek yang berada di Surabaya (termasuk Gresik dan Sidoarjo), Manado, Solo, Bali (termasuk Gianyar dan Tabanan), Padang, Bandar Lampung, Pekanbaru, Malang, Bandung, Yogyakarta, Semarang (termasuk Salatiga dan Ungaran), Medan, Makassar, dan Jabodetabek.

Dalam aturan penggunaannya, Go-Car L sama seperti dengan layanan Go-Car. Untuk pembayaran bisa menggunakan Go-Pay atau tunai, begitu pula untuk jarak, sama-sama memiliki maksimal jarak 100 Km.

Layanan Go-Car L selain menghadirkan pilihan tumpangan bagi pengguna juga memberikan kesempatan bagi mitra driver yang memiliki mobil dengan jumlah kursi yang besar. Karena dengan mengaktifkan Go-Car L harga yang didapatkan tentu akan berbeda dengan layanan Go-Car biasa.

Layanan ini secara jelas dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan penumpang yang membutuhkan kursi lebih banyak untuk tumpangan ramai-ramai atau hanya sekedar untuk menaruh barang yang berlebih. Selain Gojek yang menawarkan Go-Car L, layanan “kursi yang lebih banyak” juga telah ditawarkan pesaing mereka Grab, melalui GrabCar 6 seater.

Application Information Will Show Up Here
PickMe merupakan jasa transportasi antar jemput dengan konsep berlangganan bulanan. Dimulai di Semarang, kini mulai beroperasi di kota-kota besar lainnya

Mengenal Jasa Transportasi Antar Jemput Ala PickMe

Membawa konsep mirip transportasi on demand, PickMe secara khusus melayani masyarakat yang membutuhkan jasa antar dan jemput, baik untuk sekolah maupun kerja dengan konsep berlangganan. Startup asal Semarang ini fokus memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi yang membutuhkan jasa antar jemput.

PickMe secara konsep tak ubahnya layanan transportasi online dengan konsep berlangganan. Diharapkan metode ini bisa membantu pengguna yang membutuhkan sekaligus bisa menambah pemasukan mitra pengemudi.

Di kuartal pertama 2019, PickMe mengklaim sudah beroperasi di lima kota besar di Pulau Jawa, meliputi Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Dengan total mitra pengemudi mencapai 500 orang. Targetnya di penghujung tahun ini mereka bisa hadir di 27 ibukota provinsi di Indonesia dengan total driver mencapai 5.000 orang.

PickMe digagas Susanto Wibowo dan Simon Surianto. Menjalani bisnis dengan bootstrap, mereka cukup optimis untuk bisa terus berkembang sambil membuka kesempatan bagi investor untuk bergabung.

Pengguna yang memanfaatkan PickMe untuk antar jemput anak sekolah terlebih dulu akan membuat janji dengan driver untuk bertemu di rumah orang tua dan anak. Selanjutnya pengguna bisa menentukan apakah melanjutkan berlangganan dengan driver tersebut atau tidak.

Untuk memastikan kenyamanan, PickMe memiliki kebijakan setiap driver untuk antar jemput anak sekolah adalah perempuan yang ditinggal dan memiliki keluarga di kota setempat. Saat ini ada dua jenis layanan yang ditawarkan oleh PickMe, pertama paket antar jemput sekolah (PickMe School) dan antar jemput untuk profesional atau pekerja kantoran (PickMe Pro).

Acara peluncuran PickMe

PickMe dibuat untuk menjawab problem pemerintah dalam mengatasi kemacetan di kota besar. Pada waktu jam kerja dan waktu jam sekolah pasti semua jalanan macet karena semua orang memakai kendaraan masing-masing. PickMe dibuat dengan konsep bahwa ibu-ibu yang sekarang mengantar anaknya berangkat sekolah sendiri dapat memanfaatkan mobilnya untuk mengantar anak-anak lain yang sejalan dengan sekolah anaknya, aktifitas ibu tetap jalan dan ibu mendapat tambahan uang jajan setiap bulannya,” ujar Co-Founder PickMe Simon Surianto.

Application Information Will Show Up Here
Pembukaan portal registrasi untuk calon mitra pengemudi menandai keseriusan Go-Jek untuk segera hadir di Singapura

Go-Jek Buka Portal Registrasi Mitra Pengemudi Singapura

Kehadiran Go-Jek di Singapura semakin dekat. Hari ini mereka membuka portal pre-registration untuk warga Singapura yang ingin menjadi mitra pengemudi Go-Jek. Mereka yang mendaftarkan diri pada portal tersebut akan menerima pemberitahuan lebih detail dari pihak Go-Jek mengenai langkah-langkah pendaftaran untuk bergabung dengan Go-Jek Singapura.

Belum ada tanggal pasti mengenai kapan Go-Jek akan resmi beroperasi, hanya saja juru bicara Go-Jek dalam laman resminya menyebutkan pembukaan portal ini menjadi langkah penting untuk proses perekrutan mitra selanjutnya.

Di portal tersebut Go-Jek hanya mendata untuk calon mitra pengemudi untuk kendaraan roda empat, sementara kendaraan roda dua tidak ada izin sebagai sarana transportasi di Singapura.

“Ada banyak minat [untuk menjadi mitra] pengemudi di Singapura dan kami senang mengambil langkah pertama yang penting menuju perekrutan pengemudi. Di Go-Jek, kami memahami bahwa pengemudi sangat penting untuk operasi yang sukses, itulah sebabnya kami menantikan untuk membangun hubungan yang kuat dan menarik dengan komunitas pengemudi,” terang juru bicara Go-Jek.

Diluncurkan di Jakarta sejak tahun 2011 Go-Jek menjelma menjadi salah satu perusahaan digital terdepan. Tidak hanya menyediakan layanan transportasi, Go-Jek kini memiliki banyak vertikal, termasuk yang melayani sektor gaya hidup, kesehatan hingga fintech.

Kehadiran Go-Jek di Singapura akan melanjutkan program ekspansi dari Go-Jek yang sudah diaktivasi beberapa waktu lalu. Go-Jek lebih dulu hadir di Vietnam dengan Go-Viet, Kemudian di Thailand dengan nama GET dan sedang dalam usaha masuk ke pasar Filipina. Di Singapura Go-Jek juga akan berhadapan dengan salah satu pesaing terbesar mereka, Grab, yang baru saja menerima pendanaan dari Microsoft.

Application Information Will Show Up Here
Tiga layanan digital baru dari Grup Astra adalah Seva.id, CariParkir, dan Sejalan. Semuanya masih terhubung dengan sektor transportasi

Grup Astra Perkenalkan Tiga Layanan Digital Baru, Semua Terkait dengan Transportasi

Semakin banyaknya orang yang terhubung dengan internet dan pasar yang semakin savvy membuat Grup Astra semakin tertarik dengan industri digital. Mereka meluncurkan tiga layanan baru, Seva.id, CariParkir dan Sejalan. Benang merah ketiganya adalah keterkaitan dengan sektor transportasi.

Seva.id adalah platform digital yang memungkinkan penggunanya untuk membeli mobil baru, mobil bekas, atau membeli properti, seperti apartemen dan real estate.

Seva.id memungkinkan pengguna untuk melakukan pemesanan kendaraan, tukar tambah, melakukan permohonan test drive untuk mobil yang ingin dibeli, menghitung cicilan bulanan dengan kalkulator kredit, hingga melakukan penjadwalan servis kendaraan.

Layanan digital berikutnya yang diluncurkan Astra adalah CariParkir. Layanan ini tersedia di platform Android dan didesain memudahkan penggunanya menemukan lokasi parkir terdekat yang sesuai dengan kebutuhan. Ada dua fitur utama yang disajikan. Pertama memberikan informasi seperti harga, waktu, alamat, dan fasilitas yang ada di lokasi parkir.

Fitur selanjutnya adalah kemampuan membantu melakukan booking lahan parkir di mitra. CariParkir disebut bisa digunakan oleh pengendara mobil dan sepeda motor.

Layanan ketiga yang diluncurkan Astra adalah Sejalan. Sejalan adalah platform untuk nebeng, memungkinkan pengguna (disebut Kapten Sejalan) berbagi kursi kosong di kendaraan mereka dengan pengguna lain (disebut Teman Sejalan). Aplikasi Sejalan sudah tersedia untuk platform iOS dan Android.

Chief of Astra Digital Djap Tet Fa menyebutkan, langkah yang mereka lakukan ini memiliki tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang didominasi generasi milenial.

“Dengan memperkuat platform digital, Astra Digital hadir untuk memberikan solusi yang lebih inovatif, relevan, dan customer oriented,” terang Tet Fa.

Ketiga layanan Astra tersebut memang tidak mengusung konsep yang benar-benar baru, namun eksekusinya di lapangan bakal menentukan apakah layanan ini bisa bertahan dan berkesinambungan.

Tahun ini Grup Astra sudah terlibat dalam beberapa inovasi digital di Indonesia, seperti meluncurkan chatbot untuk layanan asuransi dan mendirikan layanan fintech lending AWDA bersama WeLab. Astra juga Februari lalu memberikan pendanaan senilai 2 triliun Rupiah untuk Go-Jek.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
MK tolak akui ojek online sebagai alat transportasi yang perlu diatur undang-undang

Keputusan MK: Ojek Online Bukan Angkutan Umum

Kamis (28/6) Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan untuk menolak melegalkan ojek online sebagai alat transportasi umum. Putusan ini diambil setelah MK melakukan uji materi perkara Nomor 41/PUU-XVI/2018 yang diajukan para pengemudi ojek dua bulan lalu.

Tepatnya pada bulan April para pengemudi ojek online melakukan demo dengan tuntutan untuk memasukan ojek online sebagai bagian dari moda transportasi umum. Hal ini juga berkaitan dengan status mereka yang ingin diakui sebagai pegawai dari perusahaan on demand transportasi seperti Go-Jek dan Grab. Tuntutan ini juga terkait tarif yang ditetapkan para penyedia layanan on demand transportasi yang dinilai cukup rendah dan tidak melibatkan pengemudi ketika membuat rumusannya.

Permohonan yang diajukan 54 orang pengemudi ojek online menggugat Pasal 47 ayat (3) UU Nomor 22 Tahun 209 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

“Menolak Permohonan pemohon untuk seluruhnya,” kata Hakim MK Anwar Usman membacakan putusan seperti dikutip dari Kompas.

Pihak MK menolak permohonan pemohon karena menganggap motor bukan sebagai kendaraan yang aman untuk angkutan umum. Namun meski demikian ojek onine tetap dapat berjalan meski tidak diatur dalam UU LLAJ.

“Ketika berbicara angkutan jalan yang mengangkut barang dan atau orang dengan mendapat bayaran, diperlukan kriteria yang dapat memberikan keselamatan dan keamanan,” terang majelis hakim membacakan perimbangan amar putusan.

Pihak MK juga menyampaikan tidak menutup mata dengan adanya fenomena ojek online namun hal tersebut tidak ada hubungannya dengan aturan dalam UU LLAJ. Namun hakim MK menilai permohonan para pemohon tidak beralasan menurut hukum.

Peneliti MIT Kembangkan Perahu Otomatis untuk Mengangkut Orang dan Barang

Di kota seperti Amsterdam, Bangkok maupun Venice, peran perahu atau kapal sebagai moda transportasi tidak kalah pentingnya dibanding mobil. Di masa yang akan datang, ada kemungkinan kanal di kota-kota tersebut bakal dipenuhi oleh perahu otomatis. Demikian kira-kira visi dari tim peneliti MIT yang mengerjakan proyek bernama Roboat ini.

Dimensi perahunya sekitar 4 x 2 meter (setara mayoritas mobil), dirancang untuk mengangkut orang maupun barang selagi membantu menurunkan angka kemacetan di jalanan. Sederet sensor dan komponen elektronik lainnya tentu sudah ditanamkan agar perahu ini dapat bergerak dengan sendirinya secara amat presisi.

Prototipenya yang dibuat menggunakan 3D printer sudah berfungsi dengan cukup baik, meski ukurannya masih belum sebesar yang dibayangkan. Sejumlah tantangan tentu masih harus dipertimbangkan, seperti misalnya pengaruh arus air terhadap pergerakan perahu, maupun ombak kecil yang dihasilkan perahu atau kapal berukuran besar.

MIT autonomous boat

Terlepas dari itu, pengembangnya memiliki visi di mana perahu otomatis ini bisa menjadi solusi alternatif di bidang transportasi maupun logistik. Mengirim barang, atau mungkin malah mengangkut sampah, bisa dilakukan dengan perahu otomatis ini; dan itu tidak harus pada jam-jam sibuk, tapi bisa juga di malam hari, sehingga pada akhirnya peluang terjadinya kemacetan bisa dikurangi, baik di darat maupun air.

Lebih lanjut, sejumlah perahu otomatis ini dapat diprogram agar membentuk semacam infrastruktur sementara. Bisa untuk dijadikan jembatan, panggung konser, atau mungkin kalau diterapkan di sini, sebagai pengganti jalanan yang ditutup karena ada pasar malam dadakan yang digelar.

Sumber: Futurism dan MIT.