Tag Archives: Tribe

Mandiri Investment Singapore Backs Blockchain Accelerator Program Tribe

Tribe Accelerator today (14/4) announced a new strategic investment from Mandiri Investment Management Singapore, a subsidiary of Bank Mandiri. Korea Investment Partners, Greg Kidd, and Stellar Partners are also involved in the first blockchain accelerator program supported by the Singapore government.

Apart from upgrading the accelerator program, funds will also be used for the development of the Tribe Academy; including to expand its business coverage to embrace more blockchain startups and talents.

In addition, Tribe also informed that the startups participated in its program have raised $70 million in funding, supported by global investors. Currently, it’s already 4 batches, some of the startups include DigiX, WhatsHalal, xfers, and others.

“We support cutting-edge blockchain startups from around the world, with a total valuation of over $1 billion, solving problems ranging from food safety to drug delivery […] We are delighted to welcome our new strategic investors from Indonesia, as well as the United States, South Korea, and Hong Kong to help expand into new markets,” Tribe’s CEO, Yi Ming Ng said.

Meanwhile, Mandiri Investment’s CIO, Kevin Widjaja commented, “Mandiri Investment Management Singapore has a track record of supporting local startups, especially those at the forefront of deep technology. Over the years Tribe has supported several startups using blockchain for a variety of issues. Investing in Tribe enables us to help them expand their global footprint and network.”

Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri
Mandiri Investment’s company structure / Bank Mandiri

Bank Mandiri’s digital transformation path

Even though with a broad use case, it is undeniable that in its initial phase, blockchain started to become famous as it is considered to be able to democratize financial services with a more efficient approach. In Indonesia, blockchain innovation is still very minimal – most used for matters relating to cryptocurrency assets.

Bank Mandiri’s arrival into this landscape can also be interpreted as the company’s efforts to bridge the planned digital transformation. Referring to the 2020 Corporate Digital Transformation Report published by DSInnovate, the investment approach to the financial ecosystem is one of the strategies that are emphasized to produce what they call “value generation”.

Strategi transformasi digital Bank Mandiri
Bank Mandiri’s digital transformation strategy

In Indonesia, they operate CVC Mandiri Capital Indonesia, the focus is on investing in various fintech services, both reaching consumers and business people. Other synergy efforts, especially with digital companies, are carried out with an integrated approach through the banking service APIs they provide.

Although the blockchain disruption for the financial industry in Indonesia is yet to be obvious, slowly but surely many people think that the newborn technological innovations could present a new paradigm that disrupts legacy businesses. By entering and integrating with the ecosystem early, it is possible for market leaders to be up to date by synergizing businesses with more relevant technological developments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Unit Bank Mandiri di Singapura Berinvestasi ke Tribe, Penyelenggara Akselerator Blockchain

Tribe Accelerator hari ini (14/4) mengumumkan perolehan investasi strategis baru dari Mandiri Investment Management Singapore, anak perusahaan dari Bank Mandiri. Korea Investment Partners, Greg Kidd, dan Stellar Partners juga turut terlibat untuk mendukung program akselerator blockchain pertama yang didukung pemerintah Singapura tersebut. 

Selain untuk peningkatan program akselerator, dana juga akan digunakan dalam pengembangan Tribe Academy; termasuk memperluas cakupan bisnisnya agar dapat merangkul lebih banyak startup dan talenta blockchain.

Selain itu, Tribe juga menginformasikan bahwa startup yang telah berpartisipasi dalam programnya telah mengumpulkan pendanaan $70 juta, didukung investor global. Sejauh ini sudah berjalan 4 batch, beberapa startupnya meliputi DigiX, WhatsHalal, xfers, dan lain-lain.

“Kami mendukung berbagai startup blockchain termutakhir dari seluruh dunia , dengan total valuasi lebih dari $1 miliar, yang memecahkan masalah mulai dari keamanan pangan hingga pengiriman obat […] Kami senang menyambut investor strategis baru kami dari Indonesia, serta Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Hong Kong untuk membantu perluasan ke pasar baru,” sambut CEO Tribe Yi Ming Ng.

Sementara itu CIO Mandiri Investment Kevin Widjaja berkomentar, “Mandiri Investment Management Singapore memiliki rekam jejak dalam mendukung startup lokal, terutama yang berada di garis depan deep technology. Selama bertahun-tahun Tribe telah mendukung beberapa perusahaan baru yang menggunakan blockchain untuk berbagai masalah. Berinvestasi di Tribe memungkinkan kami membantu mereka memperluas jejak dan jaringan global.”

Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri
Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri

Jalan digital transformasi Bank Mandiri?

Kendati use case-nya sangat luas, tidak dimungkiri dalam fase awalnya blockchain mulai tenar karena dinilai dapat mendemokratisasi layanan finansial dengan pendekatan yang lebih efisien. Di Indonesia sendiri geliat inovasi blockchain tergolong masih sangat minim — paling banyak dimanfaatkan untuk hal-hal berkaitan dengan aset mata uang kripto.

Masuknya Bank Mandiri ke lanskap ini juga bisa diartikan sebagai upaya perusahaan dalam menjembatani transformasi digital yang direncanakan. Merujuk pada Corporate Digital Transformation Report 2020 yang diterbitkan DSInnovate, pendekatan investasi ke ekosistem finansial menjadi salah satu strategi yang memang ditekankan untuk menghasilkan apa yang mereka sebut dengan “value generation”.

Strategi transformasi digital Bank Mandiri
Strategi transformasi digital Bank Mandiri

Di Indonesia sendiri, mereka mengoperasikan CVC Mandiri Capital Indonesia, fokusnya berinvestasi ke berbagai layanan fintech, baik yang menjangkau kalangan konsumer maupun pebisnis. Upaya sinergi lain, khususnya dengan perusahaan digital, dilakukan dengan pendekatan integrasi melalui API layanan perbankan yang mereka sajikan.

Kendati disrupsi blockchain untuk industri finansial di Indonesia belum kentara, namun perlahan tapi pasti banyak yang menilai bahwa penemuan-penemuan inovasi teknologi yang lahir bisa saja menghadirkan paradigma baru yang mengganggu bisnis legasi. Dengan lebih awal masuk dan berbaur dengan ekosistem, memungkinkan bagi para pemimpin pasar untuk dapat up to date dengan mensinergikan bisnis dengan perkembangan teknologi yang lebih relevan.

Dalam berkarya melalui Sociabuzz Tribe, kreator konten bisa membuat paket berbayar berlangganan melalui dompet digital

SociaBuzz Tribe Bantu Hargai Kreator Konten dalam Berkarya

Setelah menjalankan bisnis selama empat tahun, platform marketplace jasa kreatif SociaBuzz meluncurkan fitur baru bernama SociaBuzz Tribe. Kepada DailySocial, CEO SociaBuzz Rade Tampubolon mengungkapkan, rencana fitur ini sudah ada di roadmap sejak tahun 2017 lalu.

“Cara kerjanya tidak berbeda jauh dengan Patreon, platform yang memungkinkan pelanggan untuk menyumbangkan sejumlah uang setiap kali seorang konten kreator atau talenta kreatif menciptakan sebuah karya seni. Perbedaan yang dimiliki oleh Tribe adalah pilihan pembayaran yang semuanya mengedepankan dompet digital lokal, bukan kartu kredit, sehingga memudahkan proses pembayaran.”

Pilihan pembayaran yang tersedia saat ini adalah melalui Ovo. Alternatif melalui LinkAja, GoPay, Dana, dan transfer bank segera menyusul dalam waktu dekat. Platform serupa sebelumnya sudah hadir dalam bentuk Karyakarsa. Beberapa kreator di platform tersebut kini sudah memiliki lebih dari 100 pelanggan berbayar.

Konsep yang dihadirkan Patreon dan Tribe diklaim memberikan kemudahan bagi semua orang yang memiliki skill dan ingin melakukan monetisasi. Fitur SociaBuzz Tribe dapat dimanfaatkan tipe kreator konten apapun, termasuk YouTuber, podcaster, komikus, penulis, musisi, jurnalis, dan lain sebagainya.

“Kami sangat antusias dengan diluncurkannya layanan baru ini. Karena selain dapat membantu content creator hidup dari karyanya, kami juga berharap ini bisa menjadi salah satu roda penggerak ekonomi kreatif di Indonesia,” kata Rade.

Fokus ke “Passion Economy”

Salah satu fokus SociaBuzz tahun adalah menerapkan konsep “Passion Economy”, sebuah istilah yang diperkenalkan Managing Partner NFX Venture Capital James Currier. Di tulisannya disebutkan, dalam waktu 10 tahun ke depan semua akan mulai menyasar ke “Market Network”. Jaringan pasar ini diklaim akan menghasilkan kelas baru perusahaan unicorn dan berdampak pada bagaimana jutaan profesional dan layanan akan bekerja dan mencari penghasilan.

“Fakta tersebut yang kemudian menjadi perhatian kami dari SociaBuzz dan melihat apa yang sudah kami hadirkan dan akan kami luncurkan di masa mendatang sudah sejalan dengan konsep tersebut. Intinya adalah semua orang kini bisa berkarya dan menghasilkan uang yang menjanjikan secara digital,” kata Rade.

Saat ini perusahaan telah memiliki 39.000 talenta dan kreator konten yang telah bergabung di platform. Fokus SociaBuzz kini masih terus menambah jumlah kreator ke dalam platform. Rade percaya bahwa pelanggan yang masif akan mengunjungi dan menggunakan platform jika mereka memiliki kreator konten yang berkualitas dan berjumlah besar.

Meskipun saat ini SociaBuzz masih meng-cater brand besar yang ingin melakukan kegiatan pemasaran melalui agensi, namun untuk scale-up perusahaan masih berupaya menghadirkan fitur baru, termasuk penyediaan platfrom SaaS untuk talenta kreatif.

“Tentunya tidak mudah bagi kami untuk bisa menjadi plaform seperti saat ini. Dibutuhkan penyesuaian hingga penyederhanaan fitur yang sebelumnya banyak kami tawarkan. Tujuan kami tentunya adalah bisa menjadi platform yang bisa dimanfaatkan semua content creator untuk berkarya,” kata Rade.

Disinggung apakah SociaBuzz memiliki rencana meluncurkan aplikasi, Rade menyebutkan, penggunaan SEO untuk tujuan pemasaran digital masih relevan bagi platform berbasis web. Mengklaim perusahaan telah memperoleh keuntungan, Rade juga enggan menyebutkan rencana penggalangan dana.

“Saat ini kita sudah mendapatkan profit dan fokus kami selanjutnya adalah merilis fitur baru yang menarik belajar dari platform asing yang sedang tren untuk kebutuhan content creator dan pengguna SociaBuzz,” tutup Rade.

Mencermati Peranan Media Sosial untuk Startup

Sejak pertengahan tahun 90-an, diawali dengan situs jejaring sosial, blog dan mikroblog, media sosial saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang cepat. Bukan hanya untuk berbagi cerita, tulisan hingga aktivitas, media sosial sudah sarat dengan fitur terkini seperti gambar, video hinga GIF. Melihat tren dan kebiasaan dari pengguna, media sosial saat ini juga sudah menjadi platform promosi dan publikasi secara gratis hingga berbayar yang paling efektif untuk startup hingga korporasi. Menargetkan kalangan tertentu atau orang banyak dalam waktu yang diinginkan, semua informasi, perkembangan terkini hingga tanggapan dari perusahaan, bisa di sampaikan melalui media sosial.

Kontribusi besar media sosial untuk startup

Di dunia startup sendiri media sosial sudah menjadi platform “wajib” untuk melakukan engagement hingga penyebaran informasi kepada pelanggan. Sudah banyak keberhasilan yang diraih oleh startup memanfaatkan akun media sosial, dalam hal penambahan jumlah pengguna, branding, awareness, hingga edukasi produk.

Brilio sendiri sebagai media teknologi yang sepenuhnya mengandalkan media sosial untuk penyebaran informasi hingga artikel yang viral, sudah sangat membantu kegiatan tersebut sekaligus menargetkan pengguna yang diincar yaitu kalangan millennial.

“Media sosial memiliki peran yang cukup penting bagi kami di Brilio, terutama ketika saat ini sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia adalah mereka yang masuk dalam kategori millenial,” kata CEO & Co-Founder Brilio Joe Wadakethalakal.

Menurut Joe, meskipun masih didominasi oleh startup berbasis teknologi, pemanfaatan media sosial secara perlahan namun pasti juga mulai diterapkan oleh perusahaan besar yang masih menjalankan bisnisnya secara konvensional.

“Penyebaran informasi melalui media sosial saat ini tidak bisa dihiraukan lagi, ketika kegiatan pemasaran banyak yang berhasil melalui channel media sosial.”

Hal senada juga diutarakan CEO Picmix Calvin Kizana. Menurut Calvin, keberhasilan Picmix saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh eksistensi akun media sosial yang ada. Hal tersebut memiliki efek yang cukup positif, terutama bagi startup yang berupaya untuk mendapatkan pertumbuhan pengguna.

“Namun demikian ketika semua startup memanfaatkan channel yang sama yaitu media sosial akan menjadi crowded dan sarat dengan kompetisi memanfaatkan media sosial untuk berpromosi.”

Pada akhirnya, menurut Calvin, selama startup bisa menjaga kepuasan dan loyalitas dari pengguna melalui engagement atau program loyalitas yang dilakukan, hubungan baik dengan target pengguna akan menuai hasil yang positif.

“Kami cukup rajin melakukan kegiatan kompetisi, pemberian hadiah atau permainan lainnya kepada pengguna melalui media sosial, kegiatan tersebut cukup mampu untuk mempertahankan hingga menambah jumlah pengguna.”

Media sosial sebagai sumber komunitas startup

Menurut Head Marketing Blanja Faiz Fashridjal, saat ini media sosial sudah memberikan kontribusi terbesar untuk mendapatkan pengguna baru sekaligus penjualan di Blanja. Untuk bisa terus mempertahankan jumlah yang ada, Blanja kemudian mengumpulkan jumlah pengguna yang ada dalam sebuah komunitas yang merupakan channel organik sebagai media penyebaran informasi, promosi online dan offline.

“Kebanyakan orang di Indonesia memanfaatkan media sosial terlebih dahulu sebelum berbelanja untuk mendapatkan informasi dan rekomendasi, dari situlah akun media sosial memiliki fungsi yang penting untuk menarik perhatian calon pelanggan,” kata Faiz.

Selain memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Youtube dan channel publisher lainnya, Blanja juga rajin memperluas kemitraan dengan operator telekomunikasi, bank dan perusahaan terkait lainnya demi menyebarkan informasi dan menambah jumlah pengguna. Hal tersebut cukup membantu Blanja memanfaatkan celah baru untuk mempercepat pertumbuhan jumlah pengguna.

Sementara itu bagi Tribe yang sepenuhnya mengandalkan aplikasi, media sosial merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk penyebaran informasi hingga promosi sekaligus akuisisi pelanggan. Kegiatan tersebut dilakukan secara agresif setiap harinya.

“Saat ini kami melihat hanya media sosial platform yang bisa memberikan target segmen yang tajam untuk ke calon pengguna yang memang kami tuju. Platform lain selain media sosial audience-nya terlalu luas,” kata Country Head Tribe Indonesia Rasyefki Sultani.

Rayakan Hut Pertama, Layanan Video On Demand Tribe Fokus Kepada Akuisisi Pelanggan

Konsisten dengan tayangan film, tv hingga reality show, layanan video on demand dan tv streaming berbasis aplikasi besutan XL Axiata “Tribe” hingga kini mengklaim telah diunduh sebanyak 850 ribu pengguna di Indonesia, dengan jumlah pelanggan aktif per bulannya berada di kisaran 250 ribu penonton. Jumlah tersebut menurut Tribe merupakan prestasi tersendiri sebagai layanan video on demand di Indonesia.

“Persaingan di pasar video on demand dan tv streaming di Indonesia sangat sengit, banyak pemain yang saat ini ada di industri ini, sehingga kami sangat bersyukur dengan apa yang sudah kami capai dalam waktu yang singkat ini,” ungkap Country Head of Tribe Indonesia Rasyefki Sultani.

Salah satu keunggulan Tribe saat ini adalah layanan tv streaming, dengan channel premium yang biasanya hanya bisa ditonton di tv kabel atau berlangganan seperti Fox Sports, KBS, TvN, Thrill hingga Kix. Kerja sama yang dilakukan secara langsung kepada stasiun televisi tersebut sengaja dilakukan, agar bukan hanya mendapatkan konten segar secara eksklusif namun juga tayangan televisi langsung untuk pelanggan Tribe.

“Kerja sama linear tersebut sengaja kami lakukan untuk memastikan hanya konten yang terbaru saja yang tersedia di Tribe, sekaligus acara televisi langsung dari negara tersebut,” kata Rasyefki.

Selain film, acara televisi dari Korea, Tribe juga menghadirkan tayangan film dari Indonesia, animasi dari Jepang dan film bioskop lainnya dari Korea hingga Indonesia. Untuk menambah jenis tayangan, saat ini Tribe juga mulai aktif mencari partner atau pihak yang mau bekerja sama dalam membuat dan memproduksi konten-konten video yang menarik untuk bisa di tayangkan di Tribe.

“Dari sisi demografi kami banyak mendapatkan pelanggan perempuan usia 20-35 tahun. Masing-masing menyukai konten anime hingga drama tv dan film Korea yang tersedia di Tribe,” kata Rasyefki.

Peluang untuk berpromosi melalui Tribe

Sebagai layanan video on demand yang menyasar kalangan perempuan dan millennial, Tribe memiliki jumlah pelanggan yang cukup beragam dan tentunya sesuai dengan pemilik brand untuk memanfaatkan platform Tribe melakukan kegiatan pemasaran. Dengan konsep yang bisa disesuaikan, iklan tersebut nantinya bisa tampil dalam platform Tribe melalui iklan video pre-roll yang tayang sebelum pengguna menonton tayangan tertentu.

“Kami menyadari untuk menjalankan bisnis Tribe tidak bisa hanya mengandalkan biaya berlangganan saja dari pelanggan, dengan demikian iklan pre-roll dan bentuk iklan lainnya nantinya akan hadir di Tribe,” kata Rasyefki.

Masih terus fokus melakukan akuisisi pelanggan, diharapkan Tribe bisa lebih luas dikenal dengan terus melakukan promosi hingga kegiatan pemasaran melalui media sosial. Untuk konten sendiri untuk saat ini Tribe masih mengandalkan kemitraan strategis yang telah dilakukan dengan televisi asing, insan film Indonesia dan konten original yang secara khusus dibuat oleh Tribe.

“Meskipun jumlah unduhan Tribe hampir menginjak satu juta namun jumlah tersebut masih sedikit dibandingkan dengan kompetitor dan peluang yang ada, untuk itu sepanjang tahun 2017 diharapkan kami bisa menambah jumlah pelanggan,” tutup Rasyefki.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Resmikan Kehadiran Layanan Video Streaming Tribe

Hari ini (18/3) XL Axiata (XL) resmi menghadirkan layanan streaming video yang bernama Tribe. XL sendiri sebelumnya sudah mengindikasikan kehadiran Tribe pada bulan Februari silam. Saat ini, layanan video dari Tribe yang dapat diakses melalui smartphone dan tablet masih bersifat eksklusif untuk pelanggan XL saja.

CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, “Visi dari XL meluncurkan layanan Tribe adalah untuk menyediakan layanan hiburan berkualitas bagi penggunanya. Dengan dukungan XL 4G LTE, kebutuhan pelanggan dan masyarakat untuk menyaksikan film, serial, dan siaran olahraga kapan dan di mana saja bisa terpuaskan. Melalui Tribe, XL juga [memberi] dukungan untuk memajukan film nasional.”

“Kami kerja samanya [menghadirkan Tribe] dengan Axiata Digital Video, jadi memang ini kerja samanya esklusif untuk XL. […] Ada investasi, tapi tidak besar. Untuk kontennya, Axiata Digital Video yang menyiapakan. Modelnya, revenue sharing dengan mereka,” tambah Dian.

XL sendiri bekerja sama dengan beberapa rumah produksi besar untuk menyediakan konten film, termasuk juga OH!K, Channel M, serta FOX Sport. Saat ini Tribe diklaim telah menyediakan konten film yang cukup lengkap, mulai dari horor, action, drama, hingga olahraga. Namun yang menjadi titik fokus utama adalah konten film-film Asia yang berasal dari Korea Selatan karena saat ini konten tersebut tengah menjadi tren di kalangan milenial.

Terkait konten film Indonesia, melalui TRIBE, XL juga ingin menunjukkan komitmen dalam mendorong pengembangan industri film nasional. Dengan layanan ini, film-film nasional termasuk produksi baru bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Joko Anwar adalah salah satu tokoh perfilman Indonesia yang turut mendukung kehadiran Tribe.

Meski disebutkan telah tersedia di Google Play dan Apps Store, namun saat ini untuk menikmati Tribe secara gratis selama 30 hari pelanggan XL wajib mengaktifkan langgan melalui aplikasi MyXL. Untuk pembayaran sendiri, XL baru menerima metode melalui potong pulsa XL. Biaya yang dikenakan yakni sekitar Rp 25.000 per bulan.

Syarat lain yang harus dipenuhi selain menggunakan nomor XL adalah spesifikasi minimum perangkat keras ponsel pintar atau tablet yang digunakan. Disebutkan XL bahwa Tribe baru bisa dinikmati secara maksimal dengan menggunakan smartphone yang sudah mengadopsi 4G/LTE. Secara spesifik, jenis ponsel atau gawai yang ideal yakni yang terpasang sistem operasi Android versi 4.4 ke atas atau iPhone minimal tipe 5S.

Dengan hadirnya Tribe, artinya pasar streaming video di Indonesia kini semakin bergairah untuk dijamah. Meski tersandung pemblokiran, namun secara teknis Netflix sudah hadir di Indonesia. Masih ada juga HOOQ dari SingTel yang akan menyambangi Indonesia lewat Telkomsel dan iflix dengan pintu masuk melalui grup Emtek. Belum lagi beberapa alternatif yang disediakan pemain lokal seperti Kineria.

Application Information Will Show Up Here