Tag Archives: Triputra Group

Praktis, startup penyedia solusi rantai pasok menyeluruh, telah mengumpulkan dana sebesar $20 juta untuk putaran Seri A yang dipimpin oleh East Ventures (Growth fund)

Praktis Tutup Pendanaan 294 Miliar Rupiah Dipimpin oleh East Ventures

Praktis, startup penyedia solusi rantai pasok menyeluruh, telah mengumpulkan dana sebesar $20 juta (lebih dari 294 miliar Rupiah) untuk putaran seri A yang dipimpin oleh East Ventures (Growth Fund), dengan partisipasi dari Triputra Group dan SMDV.

Investasi ini akan dialokasikan perusahaan untuk mempercepat peningkatan teknologi bagi para brand sekaligus para pemasok yang ingin memiliki proses bisnis yang lebih mudah. Lalu, membangun tim dan meningkatkan ekosistem rantai pasok secara end-to-end.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder dan CEO Praktis Adrian Gilrandy menyampaikan, dalam riset internalnya, terdapat lebih dari $30 miliar pasar fesyen dan kecantikan di Indonesia yang diisi oleh UKM. Melalui proses agregasi, peningkatan proses, dan implementasi teknologi, pihaknya optimistis dapat membantu mereka memiliki proses rantai pasok yang lebih efisien sehingga dapat fokus meningkatkan dan mengembangkan bisnisnya.

“Hal ini menjadi tujuan kami sejak hari pertama, dan tercermin dari pertumbuhan kami yang luar biasa dan kesuksesan dalam menjaga keuntungan yang telah kami capai sejauh ini,” ucap Adrian.

Sementara, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, pihaknya kembali berinvestasi di Praktis karena alasan upaya mereka memberdayakan brand D2C di Indonesia dan pencapaian profitabilitas yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Kami yakin pada kemampuan Praktis untuk merevolusi solusi di industri rantai pasok di Indonesia, sejalan dengan usahanya dalam membantu para bisnis untuk berkembang dan menghadirkan dampak positif bagi masyarakat,” kata Willson.

East Ventures dan Triputra Group merupakan investor terdahulu di Praktis. Sebelumnya, kedua investor ini memimpin pendanaan pra seri A dengan nominal yang dirahasiakan pada Desember 2021.

Solusi Praktis

Praktis adalah end-to-end supply chain enabler dengan rangkaian solusi, mulai dari pembelian bahan baku, produksi, fulfillment, dan logistik dengan peningkatan teknologi untuk menyediakan proses operasi yang mudah, efisien, dan dapat diandalkan, baik untuk direct-to-consumer (D2C) brand dan pemasok berfokus di industri fesyen dan kecantikan.

Hal ini memungkinkan brand untuk fokus pada kompetensi utama mereka dan membiarkan Praktis menangani sisa operasi bisnis mereka melalui platform berbasis data dan teknologi yang andal untuk kelancaran proses rantai pasok. Dengan visibilitas penuh dari semua proses supply chain, Praktis membantu brand untuk mengoptimalkan operasinya.

Diklaim Praktis mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 12 kali lipat pada 2021 (YoY) dan pertumbuhan sebesar empat kali lipat pada 2022 (YoY).

Semua inisiatif dieksekusi dengan baik karena kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar dan kemampuan dalam menyelesaikan pain point yang sebenarnya. Pandemi COVID-19 turut membantu perusahaan untuk mempercepat tingkat penyerapan produk ke pasar.

Startup penyedia solusi rantai dingin terintegrasi Coldspace mengumumkan penyelesaian putaran awal senilai $3,8 juta dipimpin oleh Intudo Ventures

Startup Rantai Dingin “Coldspace” Kantongi Pendanaan Awal 56 Miliar Rupiah

Startup penyedia solusi rantai dingin terintegrasi Coldspace, hari ini (3/5) mengumumkan penyelesaian putaran awal senilai $3,8 juta (hampir 56 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Intudo Ventures, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), dan konglomerat pertanian Triputra Group, dengan partisipasi dari MKA dan ITS.

“Kami menghargai kepercayaan investor kepada Coldspace karena kami sedang membangun penyedia layanan cold chain end-to-end pertama di Indonesia yang melayani pelanggan B2B dan B2C. Ini memungkinkan bisnis berkembang dengan cepat dan mencapai kelincahan dalam cakupan distribusi mereka,” kata Co-Founder dan CEO Coldspace Arnold Giovanni dalam keterangan resmi.

Coldspace didirikan pada Desember 2022 oleh Arnold Giovanni (CEO), Ivan Liadi (Head of Business Development & Product), David Loei (Head of Sales), dan Jan Sunaryanto (Head of Finance). Coldspace hadir karena saat ini Indonesia masih kekurangan solusi cold chain terintegrasi.

Perusahaan menawarkan fasilitas penyimpanan dingin dan truk reefer melalui inventarisnya sendiri dan agregat pihak ketiga marketplace dari mitra rantai dingin yang diberdayakan melalui teknologinya, dengan menyasar pengguna dari kalangan B2B dan B2C.

Melalui platform marketplace, Coldspace menyediakan skema penetapan harga yang unggul bagi pelanggan, sekaligus meningkatkan pemanfaatan bagi mitra melalui pencocokan penawaran dan permintaan. Tak hanya itu, perusahaan sedang membangun infrastruktur rantai dingin untuk mengisi kekosongan guna memastikan pengendalian iklim produk secara menyeluruh melalui pergudangan dan armadanya sendiri sebagai mata rantai penting dalam rantai dingin Indonesia.

Serta, menyediakan solusi cold fulfillment yang dirancang untuk memungkinkan layanan quick commerce, melalui model hub-and-spoke yang memastikan pengiriman cepat produk yang sensitif terhadap suhu.

Sumber: Coldspace

Coldspace bekerja sama dengan importir, eksportir, distributor, produsen makanan & minuman, perusahaan logistik, dan bisnis lainnya untuk menyediakan penyimpanan dan pengangkutan produk yang sensitif terhadap suhu secara transparan dan efisien.

Dalam kategori makanan & minuman, Coldspace menawarkan layanan untuk perikanan, produsen daging & unggas, makanan dan minuman kemasan, penjual susu, buah dan sayuran, serta produk farmasi. Dengan layanan pelanggan berkualitas sebagai penekanan utama, Coldspace juga menawarkan kepada pelanggan perjanjian tingkat layanan (SLA) yang hati-hati dan layanan manajemen produk untuk memastikan kepuasan pelanggan.

Perkembangan Coldspace

Solusi rantai dingin sangat diminati di Indonesia. Dengan iklim tropis dan geografi kepulauan Indonesia, negara ini mengalami kehilangan dan pemborosan makanan yang tinggi, serta pembusukan kargo yang sensitif terhadap suhu seperti obat-obatan dan bahan kimia.

Seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, terdapat kenaikan pesat permintaan makanan dan minuman pra-paket, yang harus ditangani dan disimpan di fasilitas yang dikontrol suhunya untuk menjaga kesegaran dan melindungi bisnis dari kehilangan persediaan.

Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, dengan meningkatnya permintaan akan makanan segar, obat-obatan, dan produk sensitif suhu lain, Indonesia seringkali kekurangan infrastruktur yang dikendalikan secara terbatas diperlukan untuk mencegah pembusukan, yang menyebabkan pemborosan dan kehilangan produk.

“Dengan menargetkan ruang yang terfragmentasi dan tradisional yang ditandai dengan ketidakefisienan dan kesenjangan dalam layanan, Coldspace sedang membangun rantai dingin ujung ke ujung yang mulus yang memastikan penanganan produk yang tepat sambil menyediakan alat berteknologi canggih kepada pelanggan untuk memantau dan mengelola produk di seluruh rantai pasokan,” kata dia.

CEO ASSA Prodjo Sunaryanto menambahkan, nantinya Coldspace bersinergi dengan anak usaha ASSA lainnya, mulai dari ASSA Logistik, Anteraja, dan Titipaja. Sinergi ini memungkinkan seluruh grup di bawahnya dapat memberikan layanan cold chain yang berkelanjutan dari first mile, last mile, end customer, dan bisnis.

“Kami tertarik untuk berinvestasi di Coldspace untuk lebih mengintegrasikan solusi rantai dingin kami serta fakta bahwa meskipun mereka hanya sebuah startup, mereka mampu membukukan kinerja yang sehat,” ujar Prodjo.

Coldspace saat ini beroperasi di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Bali, dan Medan, dengan rencana ekspansi ke seluruh nusantara. Perusahaan mengoperasikan fasilitas penyimpanan dingin yang berlokasi strategis di dekat pelabuhan dan bandara utama Jakarta untuk memfasilitasi penanganan barang-barang yang sensitif terhadap suhu saat masuk ke Indonesia.

Per April 2023, Coldspace mengelola 3.000 ton kapasitas penyimpanan dingin dan 20 truk berpendingin, sementara pasarnya memiliki kapasitas penyimpanan berpendingin 30 ribu ton dan 100 truk berpendingin yang dioperasikan oleh mitra Coldspace.

Dengan putaran pendanaan ini, Coldspace berencana memperluas kapasitas, termasuk cold storage, truk reefer, fulfillment, dan cakupan area layanan. Kemudian, meluncurkan rangkaian solusi manajemen bagi pelanggan untuk membantu mengelola dan melacak produk, termasuk Warehouse Management System (WMS), Transportation Management System (TMS), dan menyediakan solusi tambahan gratis sebagai nilai lebih bagi klien untuk melakukan analitik, menawarkan pelatihan, dan meningkatkan kualitas layanan.

“Membangun lebih dari 15 titik distribusi dalam waktu tiga bulan peluncuran telah menunjukkan kemampuan kami untuk menskalakan dengan cepat, dan kami akan mempercepat proses ini dengan memanfaatkan ekosistem logistik investor strategis kami untuk memberikan keunggulan operasional terbaik di kelasnya dan harga yang kompetitif.” Tutup Arnold.

Agridesa ingin memodernisasi para petani berskala kecil di Indonesia melalui ekosistem digital end-to-end / Pixabay

Agridesa Kembangkan Ekosistem Digital, Dorong Modernisasi Petani Skala Kecil

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang sangat cerah untuk sektor agrikultur. Namun, di tengah limpahan lahan dan kesempatan, masih banyak petani kecil yang tidak memiliki akses ke modal dan kesejahteraan secara umum. Hal ini menjadi salah satu yang menginspirasi hadirnya platform Agridesa.

Didirikan pada awal tahun 2022, Agridesa memiliki tiga punggawa yaitu Allen D. Nicolas sebagai CEO profesional, Luqman Arif sebagai COO, dan Kristian Harahap sebagai Interim CTO/CPO. Perusahaan memiliki misi untuk memodernisasi para petani berskala kecil di Indonesia melalui ekosistem digital end-to-end.

CEO Agridesa, Allen D. Nicolas mengungkapkan, “Kami melihat masih banyak petani kecil yang hidupnya belum sejahtera. Melalui platform Agridesa, Kami berharap para petani bisa mendapat akses yang lebih layak dan transparansi harga guna menghasilkan profit yang lebih besar. Di samping itu, bisa memenuhi kebutuhan supply dari hulu untuk para pembeli mitra.”

Perusahaan ini merupakan joint portofolio pertama dari Katalys Partners yang digawangi oleh Rama Manusama, Peter Witkamp dan Edbert Mauritius dan Muhammad Iqbal dari Capital Commerce. Katalys Partners sendiri adalah sebuah Pembangun Ventura (venture builder) yang fokus membantu impact startup. Saat ini, perusahaan juga telah didukung oleh PT Triputra Agro Persada, yang juga berinvestasi di startup KedaiSayur dan Aria.

Agridesa memiliki tiga skema bisnis, yaitu: (1) Skema Budidaya, dengan membantu para petani mitra untuk membudidayakan lahan mereka guna menghasilkan panen yang akan diserap oleh pembeli mitra;  (2) Skema Trading, untuk membantu memenuhi kebutuhan supply para pembeli mitra melalui skema perdagangan; (3) Skema Pascapanen, guna meningkatkan kualitas hasil panen agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan pembeli mitra.

Salah satu misi utama Agridesa adalah untuk memberdayakan petani skala kecil melalui pertanian berbasis data dan solusi digital terintegrasi. Dengan jumlah tim yang masih terbatas, pihaknya mencoba memberikan solusi yang maksimal dengan menyediakan ekosistem pertanian yang menyeluruh. Solusi berbasis aplikasi digital dari Agridesa didesain dengan fitur yang lengkap untuk membantu monitoring, efisiensi dan mitigasi risiko petani.

Petani skala kecil dan pemilik lahan di bawah kelompok tani yang telah bergabung bisa memanfaatkan solusi Agridesa untuk membangun skor kredit (credit scoring) yang nantinya bisa digunakan untuk akses yang lebih luas ke permodalan. Saat ini perusahaan sudah bekerja sama dengan Bank BRI untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sebagai nilai tambah, Agridesa menawarkan akses dengan pembeli terjamin. Perusahaan juga membangun kemitraan dengan bank dan institusi finansial non-bank untuk membuka akses keuangan bagi petani skala kecil. Selain itu, platform ini juga menyediakan fungsi pengelolaan seperti perkebunan untuk ekosistem yang masih terfragmentasi, serta menyalurkan keahlian agronomi melalui perangkat digital dan kemitraan dengan instruktur lokal di lapangan.

Digitalisasi sektor pertanian

Pada tahun 2020, Bank Dunia menyatakan bahwa kehadiran teknologi digital dapat meningkatkan pengetahuan teknis petani; memungkinkan perhitungan penggunaan pupuk, bibit, atau input pertanian lain secara lebih efisien; dan meningkatkan pengambilan keputusan petani melalui informasi mengenai cuaca, pengelolaan tanaman, kondisi pasar, ataupun data ternak.

Faktanya, hanya segelintir petani yang dapat menikmati manfaat tersebut. Kebanyakan teknologi digital pertanian memiliki pengguna kurang dari 10.000 pengguna. Artinya, jutaan petani masih belum memiliki akses terhadap teknologi digital pertanian. Hal ini dikarenakan masih banyaknya tantangan mendasar yang menghalangi petani untuk menggunakan teknologi digital pertanian yang mutakhir.

Modernisasi dalam sektor pertanian bukanlah hal baru. Sebelum Agridesa, sudah ada beberapa pemain yang berfokus pada digitalisasi sektor pertanian, seperti Agriaku, Tanihub, dan Eratani yang menawarkan ekosistem pertanian kuat dengan layanan mulai dari pembiayaan, pengadaan barang, pengolahan, hingga distribusi hasil panen.

Sebagai pemain yang relatif baru di sektor pertanian, Agridesa menawarkan solusi yang tidak jauh berbeda dengan pemain sebelumnya. Meskipun begitu, pihaknya mengungkap telah berhasil mencetak revenue senilai 2 miliar Rupiah per bulan selama kurang dari satu tahun beroperasi. Hal ini didukung oleh skema perdagangan yang dilakukan dengan memfasilitasi sekitar 30 petani mitra, bekerja sama dengan Kedai Sayur dan Pangan Sari Utama (PSU) sebagai pembeli mitra utama.

Allen turut mengungkapkan bahwa pihaknya sangat serius dalam memetakan jalur menuju profitabilitas perusahaan. Disinggung mengenai target, Agridesa mematok angka yang cukup besar yaitu untuk bisa mencapai Rp 10 miliar revenue per bulan pada Agustus 2023. Saat ini, perusahaan juga mengaku berencana menggalang dana untuk bisa mencapai target yang telah ditetapkan.

Startup agritech ARIA mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $5 juta yang dipimpin East Ventures, diikuti Triputra Group, GK-Plug & Play

ARIA Kembali Peroleh Pendanaan 74 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup agritech ARIA mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $5 juta (lebih dari 74 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, investor sebelumnya yang berpartisipasi dalam putaran pra-awal pada Maret 2022. Triputra Group dan GK-Plug & Play kembali berpartisipasi dalam putaran ini, bersama dengan investor strategis lainnya, seperti Michael Sampoerna dan Arkana Ventures.

Dana segar ini akan dialokasikan ARIA untuk membantu petani membangun sistem pertanian termekanisasi dengan pemberdayaan drone, menjamin pengembangan produk yang baik dan terarah, dan pengembangan IoT. Sistem ini terus dikembangkan dengan target spesifik para petani demi kemajuan agrikultur di Indonesia.

Co-founder & CEO ARIA William Sjaichudin menyampaikan perolehan dana segar ini merupakan bukti kuat dari keyakinan ARIA untuk mengembangkan sektor pertanian Indonesia dengan pemanfaatan solusi digital. “Kami percaya solusi yang kami hadirkan dapat membuka potensi terbesar dari industri agrikultur di Indonesia, serta menciptakan dampak positif dalam perkembangan Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (29/8).

Partner East Ventures Melisa Irene turut menyampaikan keputusan di balik East Ventures untuk melipatgandakan investasinya di ARIA. Menurut dia, pihaknya telah melihat perkembangan yang positif yang dihadirkan ARIA dalam menyediakan solusi digital yang lebih baik untuk para petani.

“Dengan besarnya potensi di bidang agrikultur Indonesia, kami percaya ARIA akan menjadi solusi yang tepat dalam mengintegrasikan solusi digital dan agrikultur untuk memberdayakan lebih banyak petani di Indonesia,” kata Melisa.

Pencapaian ARIA

ARIA Drone / ARIA

Bersamaan dengan pengumuman ini, sambungnya, ARIA turut meluncurkan aplikasi pertamanya, “ARIA TANI”. Aplikasi ini adalah solusi menyeluruh bagi B2C untuk memberikan layanan agrikultur yang terintegrasi. ARIA TANI ditenagai dengan teknologi IoT dan konektivitas untuk meningkatkan produktivitas pada perkebunan skala besar di Indonesia.

“Aplikasi ini menawarkan penggunaan drone sebagai layanan utama dan diintegrasikan dengan layanan produk lainnya, seperti pupuk, agrokimia, serta alat-alat pertanian, untuk memastikan para petani dapat menerima layanannya secara tepat waktu.”

Sebagai catatan, ARIA didirikan pada Oktober 2021 oleh William Sjaichudin, Arden Lim (CPO) dan Yosa Rosario (COO). Mereka menyadari bahwa salah satu permasalahan terbesar dalam sektor agrikultur di Indonesia adalah penurunan jumlah petani yang semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat proses penyiraman serta proses panen sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja, yang berakibat pula pada turunnya kualitas tanaman, tingginya risiko gagal panen dan menimbulkan kerugian pada petani.

ARIA juga mengembangkan solusi IoT untuk pelacakan para pekerja (worker tracker). pengembangan ini memiliki fokus meningkatkan visibilitas para petani di perkebunan skala besar, serta mengatasi konektivitas yang buruk di kondisi lapangan yang sulit. Solusi ini dikombinasikan dengan mekanisasi pemupukan lewat drone sprayer untuk meningkatkan efisiensi waktu kerja dan pengunaan bahan baku di perkebunan pada tahapan penyemprotan, pemupukan, dan hingga proses panen.

“Dengan pengembangan inovasi IoT dalam penerapan agrikultur, ARIA memberikan sebuah solusi untuk meningkatkan visibilitas dalam kondisi lapangan yang sulit dengan worker tracker yang dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja, serta dengan drone sprayer yang memberikan layanan pemupukan secara mekanik. Dengan solusi tersebut, para petani memperoleh hasil analisa lahan dan informasi akurat mengenai kebutuhan pupuk di area-area yang telah ditentukan serta meningkatkan efisiensi pemupukan di lapangan,” ungkap Co-Founder dan CPO ARIA Arden Lim.

“Pada tahun 2022, kami berkolaborasi dengan ARIA untuk mendukung Precision Forestry Project di Provinsi Jambi. ARIA dengan cepat beradaptasi dan mencapai lebih dari 95% pencapaian kuantitatif dalam 3 bulan, yang menjadi bukti performa yang memprioritaskan kepuasan konsumen. Kami berharap pencapaian ARIA dapat ditingkatkan lebih jauh melalui kolaborasi yang saat ini berlangsung dan di masa depan,” ujar Koordinator Remote Sensing Sinar Mas Forestry Umar Hadi Sucipto.

Arden menuturkan, perusahaan akan terus mengembangkan jaringan infrastruktur dan secara cepat membentuk titik distribusi pada 17 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjangkau pasar potensial, memudahkan pembelian armada drone dalam jumlah besar, serta pengembangan aset kunci IoT berupa teknologi pelacakan, sehingga menghadirkan nilai tambah dan dampak bermakna bagi para pelanggan ARIA.

Dalam beberapa bulan penerapan, ARIA telah mendapatkan hak eksklusif untuk penyemprotan dengan drone di Indonesia dari Bayer Agrochemicals. Pencapaian ini membuktikan kualitas serta dedikasi yang konsisten terhadap layanan yang dimanfaatkan serta didukung oleh 17 cabang layanan ARIA di seluruh nusantara. ARIA juga mengamankan kontrak pemetaan hutan dengan APP untuk 300 ribu Hektar QC Weeding, dengan hasil terbaik di kelasnya dan memperkuat keunggulan dengan kualitas gambar dan penerimaan sebesar 97%, sehingga menjadi standar terbaru dalam kualitas pekerjaan.

Application Information Will Show Up Here
KedaiSayur Umumkan Pendanaan Seri A, Ingin Perkuat Rantai Pasok Untuk Petani dan Peternak

KedaiSayur Umumkan Pendanaan Seri A, Ingin Perkuat Rantai Pasok untuk Petani dan Peternak

Startup agritech KedaiSayur mengumumkan perolehan dana segar dalam putaran seri A yang dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit dengan nominal dirahasiakan. Investor dari putaran sebelumnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut, yaitu Triputra Group dan beberapa investor strategis lainnya dengan identitas dirahasiakan.

Dalam keterangan resmi disampaikan bahwa KedaiSayur akan memanfaatkan raihan dana tersebut untuk memperkuat infrastruktur farm-to-table dan mempercepat kolaborasi dengan bagian hulu pemasok produk pertanian. Diharapkan kolaborasi ini akan membantu para petani dan peternakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka.

“KedaiSayur akan menghadirkan lebih banyak lagi layanan terbaik bagi para konsumen dan juga memperkuat supply chain dari titik awal, yaitu para petani dan peternak itu sendiri melalui bantuan teknologi,” ucap CEO KedaiSayur Adrian Hernanto.

Fund Director Kejora-SBI Orbit Fund Billy Boen turut menyampaikan alasan dibalik ketertarikan perusahaan memimpin pendanaan di KedaiSayur. Vertikal agrikultur merupakan pasar besar yang memiliki banyak permintaan. Hal tersebut tentunya harus diimbangi dengan infrastruktur rantai pasok yang kuat.

“Kami percaya bahwa KedaiSayur memiliki ekosistem yang tepat untuk membangun jaringan farm-to-table terkuat yang terintegrasi sepenuhnya dari hulu ke hilir dengan teknologi,” kata Billy.

Kejora–SBI Orbit Fund merupakan joint venture berbentuk perusahaan modal ventura yang fokus untuk pendanaan startup tahap awal di Indonesia. Dalam portofolionya terdapat sejumlah startup, di antaranya Olsera, SWAP Energy, dan Selleri.

Bergerak di online grocery, KedaiSayur merupakan startup di bawah konglomerasi Triputra Group. Grup ini juga memiliki anak usaha yang bergerak di industri agrikultur, Triputra Agro Persada, yang berfokus pada pengembangan teknologi agrikultur dan Sumber Energi Pangan yang merupakan produsen komoditas pangan.

CFO Triputra Group Erida Gunawan menambahkan, pihaknya melihat komitmen KedaiSayur dalam meningkatkan efisiensi rantai pemasok akan berdampak positif bagi konsumen dan meningkatkan kualitas petani di Indonesia. “Melalui dukungan penuh dari ekosistem Triputra Group dan Kejora-SBI Orbit, KedaiSayur akan dapat terus berkembang dengan pesat,” kata Erida.

Sejak beroperasi di 2018, diklaim pertumbuhan perusahaan naik hingga 5x lipat dalam satu tahun terakhir, melayani lebih dari ratusan ribu pelanggan. Pencapaian tersebut didukung pula dengan akuisisi dan kolaborasi dengan hulu rantai pemasok produk pertanian.

Saat ini perusahaan memiliki beberapa lini bisnis: KedaiMart (B2C online grocery), KedaiBiz (B2B food supplies), KedaiVenture (manajemen supply chain dan petani).

Prospek industri online grocery

Menurut laporan IGD, ukuran pasar grocery di Indonesia akan mencapai $169,4 miliar di tahun 2022 ini dengan CAGR mencapai 5,2% dalam dua tahun terakhir. Posisi ini mengukuhkan Indonesia sebagai peringkat ke-13 untuk pasar grocery terbesar di dunia, dan kedua terbesar di Asia setelah Tiongkok. Tentu ini menjadi potensi bisnis yang sangat besar, mengingat mayoritas masih dilayani oleh bisnis ritel tradisional.

Digitalisasi yang diakselerasi oleh pandemi menjadi kesempatan kunci bagi para pemain online grocery. Tak heran jika sepanjang periode pandemi, startup di bidang ini terus melancarkan penggalangan dana untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka.

Sejumlah aksi korporasi terkait penguatan bisnis online grocery juga dilakukan oleh raksasa teknologi lokal. Pada September 2021 lalu, Blibli resmi mengakuisisi 51% saham Ranch Market yang mengoperasikan 48 unit toko ritel grocery di berbagai kota. Dari situ, tersedia kanal resmi Ranch Market di aplikasi Blibli. Sementara GoTo juga mengakuisisi 6,74% saham pemilik jaringan ritel Hypermart, yang berpotensi untuk memperkuat bisnis GoMart.

Pemain baru juga terus bermunculan dengan pendekatan berbeda. Misalnya, Japang yang diinisiasi oleh pendiri dan investor ex-Tanihub, yang fokus menyediakan akses ke layanan online grocery untuk pengguna di luar Jawa. Hingga Astro yang hadir dengan konsep quick commerce.

Application Information Will Show Up Here

KedaiSayur Announces the Latest Funding Worth of 50 Billion Rupiah

KedaiSayur (PT Kedai Sayur Indonesia) announced the latest funding in a bridge round worth of $3.5 million or around 50 billion Rupiah. The investors involved are yet to be disclosed. In the release, KedaiSayur also confirmed its status as a tech-based wholesale company under the Triputra Group.

The bridge round concept is basically investors participating in a startup funding to close the next series. In general, the latest equity count will be delivered after the company met a certain target, according to the agreement and based on the value disbursed by each investor. In addition, there is an agreed deadline regarding the closing of the next series.

Previously, the competitor, Sayurbox, also announced the funding in the bridge round from Metrodata.

The fresh funds is said to be focused on supporting business acceleration and advancing the platform’s technology. This is in line with the target growth — until the end of 2021, KedaiSayur claims to have achieved 24x business growth compared to the previous year through the KedaiMart application.

“With our commitment as a good supply chain management to provide grocery from upstream to downstream, KedaiSayur continues to improve service quality and always offer added value for all partners. It is because customer satisfaction is the key in our business development, therefore, we will continue to make efforts to create operational excellence,” KedaiSayur’s CEO, Adrian Hernanto said.

Adrian also mentioned, in addition to providing convenience to fulfill people’s needs of groceries through applications and dashboards for ordering, KedaiSayur is currently focus on slowly developing the land digitization. “Through monitoring with tech, we can do forecasting and each region will later be able to have sufficient data to increase their business scale, which is supported by the data transparency generated through the digitization process,” he said.

Pivoting due to pandemic

In May 2020, KedaiSayur announced a business pivot to online food delivery service. Previously, the company served B2B consumers such as hotels, restaurants and cafes, and vegetable vendors who wanted to supply food ingredients for selling.

The thing is, the food product market has started to change since the Covid-19 began in early March. Demand from hotels, restaurants and cafes drop by 50%. Previously, the growth of this business could reach more than 20% per month. Meanwhile, at the same time, the demand from vegetable growers and household customers has increased significantly. The company is confident to take pivot decisions based on this.

On the other hand, operational restrictions on the wholesale market and local markets disrupt the distribution pattern of fresh food products in Indonesia. This has an impact not only on consumers who cannot shop at the market, farmers also lose the medium to distribute their harvests.

In February 2021, KedaiSayur released the KedaiMart application to provide daily grocery with the concept of “supermarket in your pocket”. Previously, apart from the application itself, users could also order KedaiSayur products through Tokopedia and Blibli.

Growing market, tighten competition

Since it was founded in 2018, KedaiSayur has closed two funding rounds, with a total of $5.3 million supported by some investors, including East Ventures, SMDV, Triputra Group, and Multi Persada Nusantara. Currently, they have more than 5 thousand partners from vegetable traders, HORECA, and wholesale markets. They also cooperate with 250 farmers who provide product supplies to meet their needs.

According to the IGD report, the size of the wholesale market in Indonesia will reach $169.4 billion in 2022 with a CAGR of 5.2% in the last two years. This position confirms Indonesia as the 13th largest wholesale market in the world, and the second largest in Asia after China. It iis indeed a huge business potential, considering the size of traditional retail businesses.

The pandemic that accelerates digitization is a key opportunity for online store players. It’s clear that throughout the pandemic, startups in this field continue to raise funds to support the business growth.

Period Startup Investasi
November 2021 Astro Seed Funding
September 2021 Dropezy Series A
August 2021 Pasarnow Seed Funding
August 2021 Segari Series A
July 2021 HappyFresh Series D
April 2021 Sayurbox Series B
March 2021 Dropezy Seed Funding
March 2021 Segari Seed Funding
March 2021 Eden Farm Seed Funding
August 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Series A
July 2020 BorongBareng Pre-Series A
March 2020 Chilibeli Series A

Local technology giants has held a series of corporate actions related to strengthening the wholesale online business. Last September 2021, Blibli online marketplace officially acquired a 51% stake in Ranch Market, which operates 48 wholesale retail stores in various cities. Recently, there are also several integration, from the creation of the official Ranch Market channel on the Blibli application. Meanwhile, GoTo also acquired 6.74% of Hypermart retail network owners, which is likely to strengthen GoMart’s business.

New players also keep popping up with different approaches. For example, Japang, which was initiated by the founder and investor of ex-Tanihub, which focuses on providing access to online wholesale services for users outside Java. Until Astro came up with the quick commerce concept.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan KedaiSayur 2022

KedaiSayur Umumkan Perolehan Dana Segar 50 Miliar Rupiah

KedaiSayur (PT Kedai Sayur Indonesia) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dalam bridge round senilai $3,5 juta atau sekitar 50 miliar Rupiah. Tidak diumumkan secara spesifik siapa investor yang terlibat. Dalam keterangannya, KedaiSayur turut menegaskan sebagai perusahaan grosir berbasis teknologi di bawah naungan Triputra Grup.

Konsep bridge round  ini pada dasarnya menjadi partisipasi investor dalam sebuah pendanaan startup untuk menyambut penutupan seri selanjutnya. Umumnya pembagian ekuitas baru disampaikan setelah target pendanaan pada seri tertentu terpenuhi, disesuaikan dengan formula yang telah disepakati dan didasarkan pada nilai yang dikucurkan tiap investor. Selain itu, dalam perjanjian ada tenggat batas yang disepakati terkait penutupan seri berikutnya.

Sebelumnya kompetitor mereka, yakni Sayurbox, juga mengumumkan perolehan dana dalam bridge round dari Metrodata.

Dana segar yang didapat KedaiSayur akan difokuskan untuk mendukung percepatan bisnis dan penguatan teknologi yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan growth yang tengah diupayakan — hingga akhir 2021 KedaiSayur mengklaim telah meraih pertumbuhan bisnis 24x lipat dibanding tahun sebelumnya melalui aplikasi KedaiMart.

“Dengan komitmen kami sebagai penyedia supply chain management yang baik untuk memenuhi suplai bahan makanan dari hulu ke hilir, KedaiSayur terus meningkatkan kualitas layanan dan senantiasa memberikan nilai tambah untuk semua pihak yang terlibat. Karena kepuasan pelanggan merupakan kunci dalam pengembangan bisnis kami, sehingga kami akan terus melakukan upaya untuk menciptakan operational excellence,” ujar CEO KedaiSayur Adrian Hernanto.

Adrian menambahkan, di samping memberikan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat melalui aplikasi dan dasbor untuk pemesanan, saat ini fokus KedaiSayur juga dalam pengembangan digitalisasi lahan secara perlahan. “Melalui monitoring menggunakan teknologi, kami bisa melakukan forecasting dan nantinya setiap daerah akan dapat memiliki data yang cukup untuk menaikkan skala bisnis mereka yang didukung oleh adanya transparansi data yang dihasilkan lewat proses digitalisasi tersebut,” ujarnya.

Sempat lakukan pivot akibat pandemi

Di bulan Mei 2020 lalu, KedaiSayur mengumumkan perubahan fokus bisnis menjadi layanan pesan antar makanan online. Sebelumnya perusahaan melayani konsumen B2B seperti hotel, restoran, dan kafe, dan tukang sayur yang ingin memasok kebutuhan bahan makanan untuk berjualan.

Alasannya, pasar produk pangan mulai berubah sejak persebaran Covid-19 merebak pada awal Maret. Permintaan dari hotel, restoran, dan kafe merosot hingga 50%. Padahal sebelumnya pertumbuhan dari bisnis ini lebih dari 20% per bulan. Sementara, di saat yang bersamaan, permintaan dari tukang sayur dan pelanggan rumah tangga meningkat signifikan. Atas dasar inilah perusahaan percaya diri untuk mengambil keputusan pivot bisnis.

Di sisi lain, pembatasan operasional pasar induk dan pasar lokal mengganggu pola distribusi produk pangan segar di Indonesia. Kondisi tersebut berdampak tidak hanya pada konsumen yang tidak bisa belanja ke pasar, petani pun kehilangan medium untuk menyalurkan hasil panennya.

Hingga akhirnya pada Februari 2021, KedaiSayur merilis aplikasi KedaiMart untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan harian dengan konsep “supermarket in your pocket“. Sebelumnya, selain melalui aplikasinya sendiri, pengguna juga bisa memesan produk KedaiSayur melalui Tokopedia dan Blibli.

Pasar bertumbuh, kompetisi makin sengit

Sejak berdiri pada 2018, KedaiSayur sudah dua kali mendapat pendanaan, dengan total $5,3 juta didukung sejumlah investor seperti East Ventures, SMDV, Triputra Group, dan Multi Persada Nusantara. Kini mereka telah memiliki lebih dari 5 ribu mitra dari kalangan pedagang sayur, HORECA, dan pasar induk. Mereka turut bekerja sama dengan 250 petani yang memberikan suplai produk untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut laporan IGD, ukuran pasar grocery di Indonesia akan mencapai $169,4 miliar di tahun 2022 ini dengan CAGR mencapai 5,2% dalam dua tahun terakhir. Posisi ini mengukuhkan Indonesia sebagai peringkat ke 13 untuk pasar grocery terbesar di dunia, dan kedua terbesar di Asia setelah Tiongkok. Tentu ini menjadi potensi bisnis yang sangat besar, mengingat mayoritas masih dilayani oleh bisnis ritel tradisional.

Digitalisasi yang diakselerasi oleh pandemi menjadi kesempatan kunci bagi para pemain online grocery. Tak heran jika sepanjang periode pandemi, startup di bidang ini terus melancarkan penggalangan dana untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka.

Periode Startup Investasi
November 2021 Astro Pendanaan Awal
September 2021 Dropezy Seri A
Agustus 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
Agustus 2021 Segari Seri A
Juli 2021 HappyFresh Seri D
Apri 2021 Sayurbox Seri B
Maret 2021 Dropezy Pendanaan Awal
Maret 2021 Segari Pendanaan Awal
Maret 2021 Eden Farm Pendanaan Awal
Agustus 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Seri A
Juli 2020 BorongBareng Pra-Seri A
Maret 2020 Chilibeli Seri A

Sejumlah aksi korporasi terkait penguatan bisnis online grocery juga dilakukan oleh raksasa teknologi lokal. September 2021 lalu, online marketplace Blibli resmi mengakuisisi 51% saham Rach Market yang mengoperasikan 48 unit toko ritel grocery di berbagai kota. Baru-baru ini integrasi awal juga mulai dilakukan, dimulai pembuatan kanal resmi Ranch Market di aplikasi Blibli. Sementara GoTo juga mengakuisisi 6,74% saham pemilik jaringan ritel Hypermart, yang berpotensi untuk memperkuat bisnis GoMart.

Pemain baru juga terus bermunculan dengan pendekatan berbeda. Misalnya Japang yang diinisiasi oleh pendiri dan investor ex-Tanihub, yang fokus menyediakan akses ke layanan online grocery untuk pengguna di luar Jawa. Hingga Astro yang hadir dengan konsep quick commerce.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Kedai Sayur

Kedai Sayur Kembali Dapatkan Pendanaan Senilai 57 Miliar Rupiah

Kedai Sayur hari ini (23/8) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $4 juta, setara dengan 57 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dengan dukungan SMDV, Triputra Group dan Multi Persada Nusantara.

Sebelumnya pada bulan Mei 2019 lalu, Kedai Sayur juga mengumumkan mendapatkan pendanaan awal senilai $1,3 juta yang dipimpin East Ventures.

Didirikan pada Oktober 2018, Kedai Sayur menjadi startup yang coba membawakan inklusi teknologi untuk meningkatkan model bisnis tukang sayur. Fasilitas yang mereka berikan didesain untuk mengakomodasi ekosistem petani sayur, pemilihan produk sayuran, dan jaringan distribusi ke pelanggan rumah tangga.

Secara sederhana, cara kerja platform tersebut membuka akses bagi tukang sayur untuk mendapatkan produk segar berkualitas dengan harga pasar yang bersaing melalui aplikasi. Selanjutnya produk yang dipesan dapat diambil di Mitra Sayur pada titik drop-off terdekat. Mitra Sayur juga menawarkan kendaraan distribusi baru yang disebut “Si Komo”, pembiayaan dapat dibantu dengan pengajuan ke Kedai Sayur.

“Sejak hari pertama, kami ingin membuat dampak nyata untuk semua pedagang sayur dan memungkinkan mereka untuk menikmati hidup dengan kualitas yang lebih baik. Kami senang bisa melihat purchase value para Mitra Sayur yang meningkat secara konstan, dan bagaimana mayoritas dari mereka bisa meningkatkan purchase value tersebut hingga dua kali lipat dalam enam bulan pertama,” terang Co-Founder & CEO dari Kedai Sayur Adrian Hernanto.

Dana modal baru ini akan digunakan untuk mempercepat perusahaan dalam menarik lebih banyak tukang sayur dan pedagang menjadi Mitra Sayur. Termasuk mengembangkan jaringan supplier dan pengembangan platform teknologi. Hingga sekarang, Kedai Sayur menyediakan lebih dari 300 produk di pusat distribusi mereka.

Application Information Will Show Up Here