Tag Archives: Tutup Layanan

Traveloka memiliki sub-unit yang semuanya mengarah pada satu tujuan, yakni meningkatkan pengalaman dalam perjalanan

Traveloka Segera Tutup Layanan Pembayaran Tagihan

Traveloka tengah memangkas sejumlah layanan yang dianggap kurang menopang bisnis inti perusahaan. Layanan pembayaran tagihan dan top-up akan segera berhenti beroperasi pada Oktober 2023. Hal ini telah diinformasikan pada laman “My Bills” di aplikasi Traveloka.

Tidak hanya itu, produk investasi ‘Tabungan Emas Pegadaian di Traveloka’ yang sempat diluncurkan bekerja sama dengan PT Pegadaian juga sudah tidak lagi beroperasi. Informasi terkini di aplikasi, layanan ‘Gold’ di Traveloka kini sudah tidak tersedia, dan pengguna diarahkan untuk membuat akun langsung di Pegadaian.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, salah satu industri yang paling terpukul adalah travel dan pariwisata. Ketika itu, bisnis Traveloka terbilang sedang berada di puncak kejayaan. Beberapa inisiatif baru digulirkan, termasuk fitur PayLater, serta optimalisasi layanan Xperience untuk mendukung kegiatan rekreasi penggunanya.

Namun, dampak pandemi semakin terasa dan hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan sesuatu. Dalam usaha bertahan di situasi pandemi, Traveloka bertransformasi menjadi sebuah lifestyle superapp, dengan semangat agar perusahaan tetap relevan dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat.

Sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih usai pandemi, Traveloka memutuskan untuk masuk ke layanan food delivery dengan TravelokaEats dan healthtech melalui produk asuransi. Perusahaan juga mengembangkan produk baru di unit bisnis keuangan, disusul dengan layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart.

Pada akhirnya, tidak semua layanan ini bisa bertahan. September 2022, perusahaan mengambil langkah efisiensi bisnis yang berujung pada penutupan layanan pesan-antar makanan dan logistik ‘Traveloka Eats’ dan ‘Traveloka Send’. Penutupan ini menyusul layanan online grocery Traveloka Mart yang sudah tutup akhir Agustus 2022.

Pihaknya mengaku pemberhentian kedua layanan ini adalah bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan. Ketika itu, sektor perjalanan dan pariwisata disebut tengah bangkit dan Traveloka siap menyambut hal ini dengan fokus pada bisnis inti perusahaan.

Tren perjalanan diprediksi meningkat pada beberapa tahun ke depan. Menurut laporan e-Conomy SEA 2022, sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan yang bertahap dan akan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2024. Salah satu sektor yang paling berpengaruh adalah perjalanan domestik yang menunjukkan pemulihan lebih cepat.

Fokus ke bisnis inti

Di akhir tahun 2022 lalu, Traveloka meluncurkan tagline baru, “Life, Your Way”. Dengan tagline ini, Traveloka menegaskan komitmennya sebagai platform travel nomor satu di Asia Tenggara yang menghadirkan pengalaman konsumen dengan mengedepankan teknologi melalui beragam solusi layanan perjalanan.

Berdasarkan data internal Traveloka pada kuartal III/2022, terdapat peningkatan pemesanan hingga lima kali lipat untuk perjalanan destinasi internasional, dan lebih dari 30 persen peningkatan pemesanan pada perjalanan destinasi domestik. Selain itu, pemesanan tiket pesawat juga mengalami peningkatan hingga empat kali dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam menyediakan ragam produk yang relevan dan memudahkan konsumen, Traveloka menerapkan tiga kunci utama, yakni solusi produk serta layanan yang menyeluruh, jaminan layanan berkualitas dan fitur-fitur terbaik untuk meningkatkan kenyamanan konsumen, serta best value deals yang menguntungkan bagi konsumen.

Beberapa layanan yang sudah tersedia dalam aplikasi, termasuk program loyalitas ‘Traveloka Points’ dan ‘Traveloka Priority’ yang menawarkan keuntungan eksklusif seperti diskon hotel dan prioritas layanan pelanggan.

Selain itu juga ada fitur ‘Reschedule+’ yang memungkinkan konsumen mengubah tidak hanya jadwal penerbangan, tetapi juga destinasi dan maskapai. Traveloka juga siap memperkuat posisinya di Asia Tenggara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial.id, CMO Traveloka Shirley Lesmana meyakini kemampuan dan kesiapan Traveloka untuk dapat terus beradaptasi guna merespon kebutuhan konsumen saat ini dan di masa depan.

“Dengan menjadi brand yang semakin berpusat pada konsumen, kami berharap Traveloka dapat menjadi inspirasi sekaligus platform travel pilihan konsumen dalam mewujudkan aspirasi, mengeksplorasi berbagai destinasi baru, serta menemukan hidden gems untuk lebih memaknai hidup.” Tutup Shirley.

WowBid to Discontinue Service Due to Shrinking Revenue During Pandemic

WowBid, an auction-concept marketplace had to discontinue its services at the end of June 2020. Pandemic caused revenue to shrink down significantly. Recently adapted to various strategies, but eventually, the shutdown was inevitable.

WowBid’s Founder & CEO, Rafli Ridwan shared stories on WowBid’s previous journey. One thing causing WowBid’s struggle during the pandemic was because the marketplace sold tertiary goods, while the majority of people allocated their spending funds to basic needs and health. Sales are going further down.

“Wowbid is actually an auction, we sell items such as smartphones, clothes, etc. We don’t sell basic items at all. During this pandemic, people were reluctant to buy smartphones, not interested in buying clothes. They are more interested in buying rice or APD [health uniform],” explained Rafli.

Before the pandemic, they were quite optimistic about their achievements. Statistics submitted, they already have 720 thousand registered users, with 180 thousand active monthly users. However, when the pandemic began to enter Indonesia WowBid services suddenly became quiet. The peak will be in March and April 2020.

“Before closing the service there are considerations to temporarily stop the service, to be able to operate again after the pandemic. After a long discussion with shareholders and recalculating the results we will still find it difficult to enter the top five marketplaces in Indonesia. Then, we make a decision (closing the service),” Rafli explained.

Employees affected by the shutdown were mostly transferred to other companies owned by the founder. The others were dismissed with agreed compensation.

“There is compensation agreed between the employee and the company,” Rafli said.

It was doing well at first

WowBid is one business marketplace that is brave enough, choosing the auction concept in the midst of fierce competition in the e-commerce industry. Rafli claims, within one-year, WowBid has managed to get 1 million downloads.

In 2019 WowBid managed to secure US$ 5 million Pre Series A funding or equivalent to Rp70 billion from PT Envy. Funding was then used to accelerate business growth. With a different concept than most, WowBid has the ambition to become an online shopping choice for Indonesian people, of course by prioritizing more attractive price offers.

“The reality is, to succeed as a marketplace in Indonesia, we need huge funds to compete. Wowbid customers are the same customers as Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, and others. They are the same people. The difference is, they have the opportunity to buy cheaper goods. It’s hard to compete with other businesses with more capital,” Rafli concluded.

Update: We added information from the founder regarding the employees condition post-shutdown.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

WowBid tutup layanan

Pandemi Surutkan Omzet, WowBid Tutup Layanan

WowBid, marketplace dengan konsep lelang memutuskan untuk menutup layanannya di akhir Juni 2020 ini. Pandemi menyebabkan omzet bisnis turun drastis. Sempat menyesuaikan diri dengan berbagai strategi, tapi pada akhirnya penutupan layanan tak bisa dihindari.

Founder & CEO WowBid Rafli Ridwan berbagi cerita mengenai perjalanan WowBid sebelumnya. Salah satu yang menyebabkan perjuangan WowBid terasa berat di masa pandemi karena marketplace tersebut menjual barang-barang tersier, sementara masyarakat kebanyakan mengalokasikan dana belanja mereka ke kebutuhan pokok dan kesehatan. Penjualan pun anjlok.

“Wowbid itu kan aplikasi lelang ya, kami menjual barang-barang seperti smartphone, baju, dan lain-lain. Nah kita tidak menjual sama sekali barang-barang pokok. Di saat pandemi ini orang-orang enggan membeli smartphone, tidak tertarik beli baju. Mereka lebih tertarik beli beras atau APD,” terang Rafli.

Sebelum pandemi mereka cukup optimis dengan apa yang mereka capai. Statistik yang disampaikan, mereka telah memiliki 720 ribu pengguna terdaftar, dengan 180 ribu pengguna aktif bulanan. Namun, ketika pandemi mulai masuk Indonesia layanan WowBid mendadak menjadi sepi. Puncaknya pada Maret dan April 2020.

“Sebelum menutup layanan ada pertimbangan untuk memberhentikan sementara layanan, untuk bisa beroperasi lagi setelah pandemi. Setelah diskusi panjang dengan para pemegang saham dan menghitung ulang hasilnya kita tetap akan susah masuk top five marketplace di Indonesia. Sehingga kita ambil keputusan (menutup layanan),” jelas Rafli.

Karyawan yang terdampak penutupan WowBid sebagian besar dipindahkan ke perusahaan lain milik founder. Yang lainnya, diberhentikan dengan diberikan kompensasi.

“Ada kompensasi yang disetujui antara karyawan dan perusahan,” terang Rafli.

Sebelumnya semua tampak baik-baik saja

WowBid adalah salah satu bisnis marketplace yang cukup berani, memilih konsep lelang di tengah persaingan yang cukup ketat di industri e-commerce. Rafli mengklaim, satu tahun berjalan WowBid sudah berhasil mendapatkan 1 juta unduhan.

Pada tahun 2019 silam WowBid berhasil mengamankan pendanaan pra-seri A sebesar US$5 juta atau setara Rp70 miliar dari PT Envy. Pendanaan itu kemudian dimanfaatkan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis. Dengan konsep yang berbeda dengan kebanyakan, WowBid berambisi untuk menjadi salah satu pilihan berbelanja online masyarakat Indonesia, tentunya dengan mengedepankan penawaran harga yang lebih menarik.

“Kenyataannya adalah untuk sukses sebagai marketplace di Indonesia kita butuh dana yang besar untuk bersaing. Pelanggan Wowbid itu adalah pelanggan yang sama dengan pelanggan Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan lainnya. Mereka orang yang sama. Jadi yang membedakan adalah, mereka berkesempatan membeli barang lebih murah. Berat untuk berkompetisi dengan bisnis lain yang lebih banyak modalnya,” tutup Rafli.

Update: Kami menambahkan keterangan dari founder mengenai kondisi para karyawan pasca-penutupan perusahaan

Twitter akan tutup layanan dan aplikasi Dashboard

Twitter Akan Tutup Layanan dan Aplikasi Dashboard

Pertengahan tahun kemarin, Twitter mengeluarkan layanan serta aplikasi Dashboard. Dashboard menyasar para pelaku bisnis yang menggunakan Twitter. Layanan dan aplikasinya menyediakan fitur yang lebih beragam dibanding aplikasi Twitter resmi, seperti memantau tweet atau list dengan keyword tertentu, penjadwalan tweet serta analitik. Sayangnya, tidak lama lagi, Dashboard akan segera ditutup oleh Twitter.

Lewat pengumuman di akun resmi, layanan serta aplikasi Dashboard akan ditutup per 3 Februari mendatang. Twitter juga berharap akan dapat membawa fungsionalitas yang ada pada Dashboard ke pengguna yang lebih luas lagi. Apabila Anda memiliki tweet yang sudah dijadwalkan via Dashboard dan melewati tanggal 3 Februari, tweet tersebut akan tetap terpublikasi sesuai jadwal.

https://twitter.com/dashboardapp/status/818891867274153984

https://twitter.com/dashboardapp/status/818891977345232897

https://twitter.com/dashboardapp/status/818892147940167680

https://twitter.com/dashboardapp/status/818892298545041408

https://twitter.com/dashboardapp/status/818892523326226432

Saya sendiri sempat mencoba aplikasi Dashboard Twitter di iPhone. Menurut saya, aplikasi lebih bermanfaat dibandingkan dengan aplikasi resmi Twitter. Pada tampilan utamanya pengguna dapat membuat feeds selain timeline. Bisa berupa lists yang sudah dibuat sebelumnya ataupun dari hasil pencarian tweet dengan keyword tertentu. Untuk beralih dari timeline ke feed lain cukup swipe ke kiri atau kanan. Jauh lebih mudah ketimbang menggunakan aplikasi resmi Twitter.

Tambahan tab analitik di bagian bawah aplikasi Dashboard berguna untuk memantau perkembangan akun Twitter seperti berapa banyak tweet yang dikirim, jumlah media, reply, follower baru dan jumlah engagements.

Ketika membuat tweet baru via aplikasi Dashboard, akan muncul pertanyaan untuk menjadwalkan tweet atau langsung dikirimkan. Fitur serupa juga terdapat di beberapa aplikasi untuk mengelola sosial media seperti Buffer atau Hootsuite.

Alasan Twitter untuk menutup layanan dan aplikasi Dashboard bisa jadi karena jumlah pengguna yang tidak terlalu besar. Seperti yang dikutip dari TechCrunch, menurut Sensor Tower, aplikasinya hanya diunduh sekitar 40.000 kali secara worldwide dan sebanyak 3000 kali di bulan lalu. Sedangkan menurut App Annie, aplikasi Dashboard berada di peringkat 432 pada kategori Business di iTunes. Selain itu mungkin saja Twitter ingin meringkas layanannya. Seperti beberapa bulan yang lalu ketika Twitter menutup Vine dan menjadikannya sebuah fitur di aplikasi resmi.

Semoga saja nanti Twitter menambahkan beberapa fitur di Dashboard seperti penjadwalan tweet, kemudahan beralih antar timeline ke lists. Kita tunggu saja.

Sumber: TechCrunch.

Kronologis Ditutupnya Layanan Kronologger.com

Layanan microblogging buatan lokal, Kronologger.com kini resmi ditutup, berita ini menambah jajaran startup lokal yang resmi menghentikan layanannya setelah ArusMedia juga diberitakan ditutup kemarin.

Para pembaca DailySocial mungkin sudah memiliki akun di Twitter, Plurk, Jaiku, atau Facebook, tetapi mungkin ada yang belum tahu layanan Kronologger. Kronologger merupakan salah satu layanan microblogging buatan lokal yang muncul ketika layanan microblogging lain belum populer.

Kini layanan Twitter, dan Facebook merajalela dan menjadi sangat populer di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa layanan Kronologger kini secara resmi dihentikan, meski sampai tulisan ini ditulis layanan Kronologger masih bisa digunakan namun, berita tentang penutupan layanan ini muncul dari salah satu pendiri Kronologger Kukuh TW dari berbagai Tweet-nya tanggal 18 November malam hari.

Continue reading Kronologis Ditutupnya Layanan Kronologger.com