Tag Archives: university of tokyo

Robot CanguRo Bisa Jadi Asisten Pribadi Sekaligus Alat Transportasi

Pembuatan robot dilakukan untuk berbagai macam kebutuhan, dari mulai manufaktur, riset, hingga turisme. Sudah lama pengembangannya juga diarahkan ke end-user, misalnya dijadikan asisten di rumah, menjaga toko sampai menemani Anda dalam bepergian. Dan belum lama ini, dipamerkan-lah kombinasi unik antara konsep asisten dengan sistem transportasi

Dua pakar robotik bernama Shunji Yamanaka dari University of Tokyo serta Takayuki Furuta dari Future Robotics Technology Center di Chiba Institute of Technology mengungkap RidRoid CanguRo. Diambil dari bahasa Itali kangguru, CanguRo adalah campuran antara robot asisten pribadi dan kendaraan self-driving. Ia memang tidak bisa melompat, tetapi sang robot mampu membawa beban yang berat.

Wujud seperti hewan asli Australia itu merupakan efek yang diberikan desain setang melengkung di ‘kepalanya’ serta sepasang roda yang dipengang oleh dua lengan di bagian depan, mempunyai bobot total 64-kilogram. Buat saya pribadi, penampilan robot ini menyerupai sepeda roda tiga terbalik.

Dengan mengaktifkan mode ‘asisten’, CanguRo dapat mengikuti ke manapun Anda pergi. Selain itu, ia juga bisa membantu kita membawakan barang-barang belanjaan. Lalu jika Anda merasa lelah setelah berjalan jauh, tinggal buka aplikasi mobile dan perintahkan CanguRo untuk jadi alat transportasi personal. Selanjutnya, sang robot akan mengantarkan majikannya pulang atau ke alamat yang diinginkannya.

RidRoid CanguRo 1

CanguRo mampu melesat dikecepatan maksimal 10-kilometer per jam. Untuk mencapai lokasi tujuan secara otomatis, robot dibekali teknologi pemetaan serta pengenalan objek real-time. Saat berbelanja, Anda bisa memposisikannya di satu tempat, kemudian memanggil CanguRo jika membutuhkan bantuan. Tentu saja Anda bisa mengambil alih kendali robot jika menginginkannya. Metode pengendalian CanguRo menyerupai sepeda.

RidRoid CanguRo 2

Robot multi-fungsi ini menyimpan sistem body-sonic built-in serta mampu menghasilkan denyutan yang dipicu saat ia melintas. Teknologi tersebut dimaksudkan agar pengendara/ operator mendapatkan ‘sensasi haptic‘ ketika melaju di kecepatan tertentu, serta memungkin-kannya mendeteksi kemiringan tubuh dengan akurat, yang kemudian diterjemahkan sebagai manuver gerakan secara responsif.

Faktor keamanannya juga menjadi perhatian para penciptanya. CanguRo dilengkapi fungsi penghentian pintar, gunanya ialah menerapkan rem secara otomatis tanpa membuat Anda terpental begitu mendeteksi adanya bahaya.

Terlepas dari kemampuannya yang terlihat matang ini, belum diketahui apakah Chiba Institute of Technology akan menghadirkan RidRoid CanguRo sebagai produk konsumen. Namun bahkan jika akhirnya dipasarkan nanti, harganya kemungkinan tidak akan murah.

Via Japan Times & Japan Trends.

Drone Ini Dapat Berubah Bentuk dengan Sendirinya Selagi Mengudara

Sudah ada cukup banyak drone yang mampu mengudara di dalam ruangan dengan cekatan, tapi sejauh ini baru yang ukurannya kecil saja. Drone besar di sisi lain bakal kesulitan ketika harus berhadapan dengan pintu, tembok dan berbagai perabot lainnya di dalam ruangan.

Namun drone buatan para ahli robotik di JSK Lab University of Tokyo ini berbeda. Ukurannya besar, tapi ia dapat berubah bentuk dengan sendirinya, menyesuaikan dengan kondisi di sekitarnya selagi mengudara. Kalau memang perlu, bentuknya bahkan bisa menyerupai seekor naga seperti pada gambar di atas.

Drone ini dinamai DRAGON, namun seperti proyek sains pada umumnya, nama tersebut ada kepanjangannya: “Dual-rotor embedded multilink Robot with the Ability of multi-deGree-of-freedom aerial transformatiON”. Ya, lebih baik kita panggil dia DRAGON saja.

DRAGON drone

Prototipe robot terbang ini sebenarnya terdiri dari empat modul yang disatukan. Masing-masing modul memiliki sepasang rotor yang tersambung ke gimbal, sehingga arah dorongannya bisa diatur sesuai kebutuhan. Setiap modul kemudian disambungkan dengan semacam lengan robotik, dan yang menjadi otak semuanya adalah komputer mini Intel Euclid yang dilengkapi kamera 3D.

Pengembangnya membayangkan skenario di mana DRAGON dapat memanfaatkan kemampuan transformasinya untuk berinteraksi dan memanipulasi objek di sekitarnya. Misalnya, kedua ujungnya bisa ditemukan lalu membentuk semacam penjepit, atau malah ‘memeluk’ sebuah objek dan membawanya dari titik A ke B.

DRAGON tentu saja masih belum benar-benar matang. Prototipenya untuk sekarang baru bisa mengudara selama 3 menit saja. Selain itu, pengembangnya juga bilang bahwa DRAGON sebenarnya bisa terbentuk dari 12 modul, bukan cuma 4.

Sumber: IEEE Spectrum.