Kamu mungkin sering mendengar istilah buzzer ketika berbicara tentang dunia media sosial. Istilah buzzer akan muncul ketika berbicara tentang topik viral dan populer di media sosial. Buzzer itu sendiri dianggap memiliki pengaruh, yang menyebabkan perubahan opini publik.
Di Indonesia, istilah buzzer sudah sangat populer di kalangan masyarakat umum karena berperan penting dalam trending berbagai topik di media sosial. Buzzer adalah individu atau kelompok yang berbagi pendapat yang sama tentang masalah media sosial.
Berikut lebih jelasnya mengenai buzzer, sebuah kelompok yang memenuhi ruang media sosial.
Pengertian Buzzer
Buzzer adalah orang yang bertindak sebagai suara atau untuk menyatakan masalah atau perhatian. Buzzer itu sendiri dapat berupa individu atau kelompok yang merasakan dorongan untuk berbagi pendapat yang sama, atau orang-orang yang diatur untuk berbagi masalah.
Buzzer dapat menggunakan berbagai jenis media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook untuk mengekspresikan topik yang mereka minati. Buzzer ini dapat menggunakan identitas aslinya atau identitas palsu untuk mengekspresikan minatnya di media sosial.
Dengan kata lain, buzzer dapat digambarkan sebagai profesi di mana seseorang dibayar untuk mengatakan, menjelaskan, mempromosikan, atau membela sesuatu. Sebuah penelitian bertajuk The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organized Social Media Manipulation menyatakan bahwa Buzzer adalah seorang cybertrooper.
Buzzer berarti alat yang digunakan oleh anggota pemerintah atau partai politik untuk memanipulasi opini publik menggunakan media sosial.
Sejak pemilihan umum 2019, kata buzzer sendiri sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Selama pemilu 2019, banyak buzzer yang menyatakan dukungan, kampanye, dan mencoba mempengaruhi opini publik melalui media sosial.
Peran dan Fungsi Buzzer
Dapat dilihat buzzer merupakan individu atau kelompok yang mendukung, mengekspresikan, atau mempromosikan masalah, pendapat, atau topik yang sama di media sosial dengan tujuan yang telah ditentukan. Berdengung dapat dilakukan secara pribadi atau sebagai pekerjaan.
Buzzer menggunakan platform media sosial populer seperti Instagram, Facebook dan Twitter untuk menyuarakan pendapat mereka secara virtual atau online. Dengan hanya pengetahuan dasar tentang cara menggunakan media sosial, buzzer sebagai profesi bisa menjadi pilihan paruh waktu yang fleksibel.
Buzzer masuk ke dalam kategori berbeda berdasarkan variasi cara kerjanya. menciptakan misinformasi atau manipulasi di media; secara kolektif atau massal melaporkan konten atau akun; taktik berbasis data, trolling, doxing, atau pengalihan; dan pembuatan konten dan media online yang kuat.
Layanan Buzzer dapat digunakan di banyak bidang seperti bisnis (pemasaran buzz), politik, kepentingan kelompok atau individu. Buzzer umumnya bekerja sama, menggunakan platform media sosial untuk menyuarakan pendapat yang sama dengan tujuan untuk mendorong opini publik atau mempengaruhi opini dan perilaku audiens media sosial.
Buzzer dapat memberikan dampak positif bagi mereka yang menjalankan profesi Buzzer dan dapat membawa berbagai manfaat bagi mereka yang menggunakan layanan Buzzer. Namun, jika layanan buzzer digunakan untuk tujuan negatif dan informasi yang disebarluaskan oleh buzzer tidak berdasar dan salah, buzzer juga dapat memiliki efek yang merugikan.
Pergeseran Peranan Buzzer Bagi Negara
Saat ini, audiens sasaran Buzzer telah berubah, dengan awalnya menjual barang dagangan kepada tokoh masyarakat yang mencalonkan diri untuk posisi kepemimpinan di lembaga pemerintah dari perusahaan. Buzzer ditugaskan untuk mendapatkan dukungan umum untuk calon dari pemimpin yang berpartisipasi dalam kampanye.
Perselisihan politik Indonesia menjadikan media sosial sebagai salah satu media yang berperan penting dalam melakukan kampanye politik. Jika akun memiliki banyak pengikut dan berpartisipasi dalam kampanye politik dengan menyebarkan berbagai laporan palsu dan ujaran kebencian (Mustika, 2019; Syahputra, 2017).
Peran buzzer dalam meningkatkan kesadaran publik selama kampanye politik
mendapatkan perhatian dunia. Bradshaw & Howard (2019) menerbitkan
studi tentang penggunaan buzzer di berbagai negara. Penggunaan
buzzer dalam konteks politik terjadi di hampir semua wilayah di dunia.
Sebanyak 89% dari 70 negara yang disurvei dalam surveinya menggunakan
buzzer untuk menyerang lawan politik. Di Indonesia, politisi dan partai politik menggunakan buzzer untuk membangun opini publik dan mendukung calon pemimpin mereka.
Tren Buzzer Indonesia adalah membuat topik menggunakan akun palsu yang sangat dikontrol baik oleh manusia maupun robot untuk membuat konten disinformasi dan misinformasi. Pesan besar yang dibuat oleh buzzer menghasilkan topik pembicaraan menjadi trending topic di media sosial.
Gaji Buzzer di Indonesia
Sebenarnya gaji dan pendapatan buzzer di indonesia sangat beragam. buzzer produk yang sudah kerjasama dengan agency bisa mencapai belasan juta rupiah setiap bulannya. tergantung peran yang dijalankan. tapi ada juga buzzer politik yang bisa mendapatkan pendapatan per project.
dalam konteks umum, buzzer sebenarnya tidak masalah dan bisa bermakna positif, mereka seperti orang yang dibayar brand atau individu atau organisasi untuk mempromosikan produk atau jasanya. tapi sayang sekali di indonesia nama buzzer justru seperrti tercorengan karena kegiatan politik praktis yang menjadikan beberapa buzzer sarana menyebar hoax.
Dalam konteks Indonesia, buzzer telah digunakan oleh tokoh masyarakat untuk mempertahankan kekuasaan. Regulasi dirancang sebagai senjata pertahanan terhadap gempuran fitnah. Undang-Undang Transaksi Informasi Elektronik (UU ITE) dipandang sebagai langkah pembelaan diri bagi pemerintah untuk mengalahkan buzzer lawan politik.
Bahkan lembaga negara pun kerap menghadapi permasalahan dengan undang-undang ITE tentang pencemaran nama baik. Dari sudut pandang kritis, situasi ini dilihat tidak hanya sebagai akibat dari munculnya media sosial, tetapi juga adanya aktor yang terhubung untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News