Di saat VR headset terbagi menjadi dua kubu, yakni kubu high-end yang diwakili oleh Oculus Rift dan HTC Vive, serta kubu mobile oleh Gear VR dan Google Cardboard, Tiongkok sedang menyiapkan solusi jalan tengahnya. Allwinner, pabrikan chipset asal Negeri Bambu tersebut, belum lama ini memperkenalkan chipset H8vr yang dirancang secara khusus untuk menenagai VR headset, dan kini sudah ada VR headset yang mengemas chipset tersebut.
Bernama V3, headset ini merupakan salah satu yang pertama mengusung chipset Allwinner H8vr tadi. Meski sepintas wujudnya mirip seperti Gear VR – sampai ke penempatan touchpad di sisi kanannya – ia sama sekali tak perlu disambungkan ke PC atau diselipi smartphone untuk berfungsi. Dengan kata lain, ia merupakan all-in-one VR headset.
Spesifikasinya bisa disetarakan dengan kebanyakan smartphone, meliputi prosesor octa-core, GPU PowerVR SGX544, RAM 2 GB dan storage 16 GB plus slot microSD. Konten akan ditampilkan pada panel layar 5,5 inci beresolusi 1920 x 1080 pixel yang bernaung di dalamnya, dengan sudut pandang 100 derajat.
V3 turut dibekali baterai internal dengan kapasitas 4.000 mAh, atau setara 3,5 jam waktu pemutaran video. Bicara soal video, Allwinner mengklaim chipset buatannya sanggup mengatasi pemutaran video 4K dalam kecepatan 60 fps dengan mulus.
Akan tetapi perangkat semacam ini tidak akan terdengar menarik tanpa didampingi harga yang terjangkau. Well, V3 VR Headset ini cuma dibanderol seharga $130 saja di Geekbuying. Bandingkan dengan Gear VR yang berharga $99 tapi Anda masih harus menyediakan smartphone-nya sendiri.
Momen penting datang dan pergi, dan seringkali terjadi saat tidak kita sangka. Sebagai perangkat serbaguna buat beraktivitas sehari-hari andalan banyak orang, performa serta kemampuan smartphone memegang peranan besar demi memastikan Anda tidak melewatkannya. Itulah tema yang Vivo angkat dalam peluncuran dua produk mereka di Indonesia.
Setelah membanjiri pasar nusantara dengan smartphone-smartphone ekonomis, tren belakangan menunjukkan bahwa para produsen Tiongkok semakin berani bermain di level yang lebih bergengsi. Di tanggal 26 Mei 2016, konsumen lokal kedatangan sepasang device baru dari Vivo, V3 dan V3 Max – hampir dua bulan sesudah hadir India. Vivo mengklaim duet V3 mampu menyajikan pengalaman penggunaan ‘faster than faster‘, tapi tentu saja kita harus mengulik lebih jauh apakah janji tersebut benar adanya.
Penampilan V3 serta V3 Max hampir serupa, hanya berbeda di ukuran layar: 5-inci dan 5,5-inci. Mereka mengusung struktur unibody bermaterial aluminium, didesain agar tampil ramping – masing-masing 7,5- dan 7,58-milimeter.
Meskipun hanya berbeda 0,5-inci, setting layar IPS V3 Max dan V3 biasa cukup berbeda. Sebagai produk yang lebih high-end, V3 Max menyimpan resolusi 1920×1080-pixel berkepadatan 401ppi; sedangkan V3 hanya memiliki panel 720p dengan 294-pixel.
Melihat device ini lebih dekat, punggung metalik kedua V3 memiliki tekstur doff halus (berdasarkan info di website, Vivo memakai coating zircon sand), untuk memperkecil peluang terselip dari tangan. Menariknya lagi, perangkat turut dibekali sensor sidik jari, di mana penempatannya mirip Coolpad Max dan Max Lite.
Namun bukannya melingkar, fingerprint scanner tersebut berwujud kotak, dan bisa diakses dari arah mana saja – seluas 360 derajat. Ia mampu mengenali sidik jari Anda cuma dalam waktu 0,2 detik. ‘Cepat dan responsif’, begitu menurut Vivo. Sekali lagi, penempatan seperti ini dimaksudkan demi memudahkan proses unlocking, cukup sedikit menggerakkan jari telunjuk ketimbang harus menggapainya dengan jempol seandainya diposisikan di tombol home.
Selanjutnya, elemen ‘cepat’ lain yang dibanggakan Vivo di V3 dan V3 Max ialah kameranya. Berdasarkan spec sheet, mereka berdua dilengkapi setup kamera smartphone standar, yakni sensor 13-mp di belakang dan 8-mp di depan. Meski demikian, sang produsen yakin pengguna cuma membutuhkan 0,7 detik buat mengaktifkan fungsi fotografi V3. Autofocus-nya sendiri mampu mengunci objek dalam waktu 0,2 detik berkat PDAF dan di sana dibubuhkan pula mode-mode seperti Face Beauty, Voice Control, sampai ultra-HD.
Salah satu fitur paling menarik di V3 Max adalah Smart Split. Fokus pada kemampuan multi-tasking, ia dapat membagi display jadi dua, sehingga pengguna bisa mengakses dua app sekaligus; contohnya menonton video sambil membalas chat. Kemampuan tersebut merupakan persembahan dari UI Funtouch OS 2.5, berbasis platform Android 5.1 Lollipop.
Vivo juga telah menyiapkan kejutan bagi Anda yang gemar mendengar musik di perjalanan. Perusahaan asal Guangdong itu menyematkan chip AK4375 dengan SNR 105dB dan tingkat distorsi -97dB. Kapabilitas ini, dipadu speaker pintar yang menyimpan teknologi Smart Amp ditambah chip amplifier ‘home-cinema‘, menjanjikan mutu output audio high fidelity.
Sebagai otak handset, Vivo membenamkan system-on-chip Qualcomm Snapdragon 652 (prosesor octa-core 1,8GHz, GPU Adreno 510) plus RAM 4GB ke V3 Max; dan Snapdragon 616 (prosesor quad-core Cortex-A53 1,5GHz & quad-core 1GHz, GPU Adreno 405) ditambah RAM 3GB ke dalam V3. V3 dan V3 Max mempunyai baterai 2.550mAh dan 3.000mAh. Baterai tersebut ditopang sirkuit fast charging: cukup lima menit, Anda dapat mendengarkan musik selama dua jam.
Rencananya, Vivo V3 akan tersedia di Indonesia di awal bulan Juni 2016, dijajakan dengan harga Rp 3,5 juta. Kemudian V3 Max segera menyusul tidak terlalu lama, dibanderol Rp 5 juta. Smartphone sudah bisa dipesan sekarang di Blibli.com atau lewat tautan berikut ini: Vivo V3 Max dan Vivo V3.
Bersamaan dengan konferensi pers V3 dan V3 Max, Vivo turut memperkenalkan brand ambassador mereka, Agnez Monica. Menurut sang chief executive officer Duran Dong, produsen memilih Agnez karena ‘penampilannya yang energik dan menginspirasi merepresentasikan nilai-nilai serta semangat Vivo’.
—
Anda yang ingin melakukan pre-order dua perangkat ini bisa menuju tautan ini dan ini. Anda akan mendapatkan bonus Agnez Mo Signature + Free Exclusive Box Vivo + Agnez Mo Phone Case. Tautan untuk pre-order Vivo V3 Max dan Vivo V3.