Tag Archives: Vara

Vara Technologies, startup SaaS pengembang produk Bukugaji, dikabarkan dijual ke pemain sejenis asal India, PagarBook

Startup HRtech Vara Dikabarkan Dijual Rugi Ke Pemain Sejenis asal India, PagarBook

Vara Technologies, startup SaaS pengembang produk Bukugaji, dikabarkan dijual ke pemain sejenis asal India, PagarBook. Menurut pemberitaan Entrackr, startup ini diestimasi dijual dengan valuasi senilai $5,6 juta, lebih rendah dari pasca mendapat pendanaan tahap awal sebesar $15,5 juta.

Rencana korporasi yang dilakukan PagarBook ini telah disampaikan ke regulator setempat, Registrar of Companies (ROC).

Produk awal Vara, Bukugaji, menawarkan sistem manajemen karyawan untuk mengatur jadwal, mencatat absensi, mengelola data absensi, mencetak slip gaji otomatis, hingga merekap reimbursement para pegawai. Diklaim solusi Bukugaji telah digunakan lebih dari 100 ribu UMKM tanpa dikenakan biaya.

Solusi tersebut dilatarbelakangi proses pengelolaan personalia di kalangan UMKM yang sebagian besar dilakukan secara manual. Sementara, perangkat lunak SDM yang adai di pasaran relatif mahal dan lebih kompleks.

Startup ini didirikan Vidush Mahansaria dan Abhinav Karale sejak November 2020. Mereka juga sempat mengikuti program akselerasi Surge cohort kelima. Baik Vara dan PagarBook adalah sama-sama alumni dari Surge. Pada Juli 2021, Vara telah mengantongi sejumlah dana tahap awal sebesar $4,8 juta dari sejumlah pemodal ventura, di antaranya, Go-Ventures, RTP Global, Alpha JWC Ventures, Surge, FEBE Ventures, dan Taurus Ventures.

Akun media sosial Bukugaji dan aplikasi di Google Play tidak ada pembaruan pada tahun ini. Instagram Bukugaji terakhir kali diperbarui pada 1 Desember 2021, sedangkan aplikasinya pada 16 November 2021. Situs Bukugaji hingga kini tidak bisa diakses.

Sulit bersaing

Meskipun sulit memprediksi persaingan ke depannya akan seperti apa, perlu dicatat bahwa sistem manajemen karyawan adalah pasar yang kejam dengan ratusan pemain, besar dan kecil. Karena sifat bisnisnya, sulit bagi pemain baru untuk merebut kue pasar. Bagi perusahaan klien, terlalu sering gonta ganti layanan adalah pilihan yang sangat riskan.

Di India saja, layanan sejenis Vara dan PagarBook, yang bernama OkCredit dan Khatabook, harus rela mundur merealisasikan ambisinya di sektor ini. Salah satu solusi OkCredit, OkStaff menghentikan operasinya, sementara Khatabook telah menutup Pagar Khata karena memilih untuk persempit fokus pada pembukuan dan inisiatif fintech.

Menurut CB Insights, ada 12 alasan umum mengapa startup tutup. Alasan tertingginya adalah karena gagal melakukan penggalangan dana baru (38%), produknya tidak dibutuhkan pasar (35%), kalah bersaing (20%), model bisnis yang cacat (19%), dan sebagainya. Vara kemungkinan dijual rugi karena beberapa alasan di atas.

Sumber: CB Insights

Di Indonesia kondisinya tidak jauh berbeda. Pemain startup dengan inovasi baru harus melawan kebiasaan para UMKM yang terbiasa melakukan seluruh prosesnya secara manual, mencatat di buku, menggunakan program spreadsheet, dan sebagainya. Apa yang ditawarkan Vara bisa jadi tidak sesuatu yang dibutuhkan dengan tingkat urgensi yang tinggi di pasar.

Untuk berbagai skala bisnis, sejauh ini ada berbagai startup yang menggarap layanan SaaS untuk pengelolaan SDM. Di antaranya Pegaw.ai, Catapa, Synergo, KaryaOne, Mekari, dan lain sebagainya.

Apa yang diutarakan Co-founder dan CEO Dagangan Ryan Manafe mungkin bisa memberikan sedikit gambaran tentang bisnis yang menjaring pasar UMKM.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Ryan menjelaskan startup perlu menyesuaikan solusi dengan apa yang benar-benar dibutuhkan pasar yang mereka targetkan. Di Dagangan, karena targetnya adalah warung kelontong di desa, maka yang paling dibutuhkan adalah suplai barang dengan harga murah dan bervariasi. Sementara di kota, karena suplai barangnya besar kemungkinan sudah terpenuhi, makanya masuk ke tahap berikutnya, yakni pembukuan.

“Jadi mungkin ada kebutuhan di situ [pembukuan]. Tapi di desa, bukan soal harga dan logistik, tapi variasi barang karena pilihan mereka [warung] itu itu-itu saja. Nomor dua isunya pendanaan, nomor tiga kita lihat sama-sama [ke depannya seperti apa], kita mau selesaikan masalah yang ada di depan mata,” kata Ryan.

Pendanaan Bukugaji

Startup Pengembang Aplikasi Bukugaji Raih Pendanaan 69,5 Miliar Rupiah

Vara selaku pengembang SaaS untuk pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di UMKM hari ini (13/7) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $4,8 juta atau setara 69,5 miliar Rupiah. Investasi diperoleh dari sejumlah pemodal ventura, meliputi Go-Ventures, RTP Global, Alpha JWC Ventures, Surge dari Sequoia Capital India, FEBE Ventures, dan Taurus Ventures.

Bukugaji adalah aplikasi awal yang mereka kembangkan untuk pasar Indonesia. Di dalamnya meliputi layanan digital untuk daftar kehadiran hingga sistem penggajian. Solusi ini dilatar belakangi proses pengelolaan personalia di kalangan UMKM yang sebagian besar masih manual. Perangkat lunak SDM umumnya juga berharga yang relatif mahal bagi UMKM dan juga memiliki kompleksitas yang tinggi.

Kesulitan yang muncul dari pengelolaan SDM yang sporadis dan analog ini tak jarang mempengaruhi karyawan yang umumnya tidak pernah memiliki akses untuk mendapatkan riwayat pekerjaan formal. Salah satu masalah yang sering muncul adalah sulitnya akses bagi karyawan ini mendapatkan layanan finansial dari lembaga keuangan tradisional seperti bank.

Startup ini didirikan oleh Vidush Mahansaria dan Abhinav Karale sejak November 2020. Mereka juga sempat mengikuti program akselerasi Surge kohort kelima. Selanjutnya dana yang diperoleh akan difokuskan untuk mengembangkan produk dan meningkatkan kapabilitas fitur yang dimiliki Bukugaji. Sejauh ini aplikasi tersebut diklaim sudah digunakan untuk mengelola sekitar 100 ribu staf.

Untuk berbagai skala bisnis, sejauh ini ada berbagai startup yang menggarap layanan SaaS untuk pengelolaan SDM. Di antaranya Pegaw.ai, Catapa, Synergo, KaryaOne, Mekari, dan lain sebagainya.

Masuknya Bukugaji menambah panjang pemain digital di ekosistem yang menggarap segmen UMKM. Sebelumnya cukup ramai kehadiran pengembang aplikasi pencatatan arus kas bagi pelaku bisnis kecil oleh startup seperti BukuKas, BukuWarung, dan beberapa pemain lokal lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Surge Accelerator

Tiga Startup Asal Indonesia Lolos ke Program Akselerator Surge Kohort Kelima

Program scale-up untuk startup dari Sequoia Capital India, Surge, hari ini (30/6) mengumumkan kohort kelima dan terbesar. Dana sebesar $55 juta berhasil dikumpulkan dan siap dikucurkan untuk 23 perusahaan rintisan tahap awal, tiga di antaranya berasal dari Indonesia.

Ketiga startup asal Indonesia yang terpilih mengikuti gelombang ini adalah Durianpay, penyedia pembayaran end-to-end; Rara Delivery, pengiriman instan revolusioner untuk brand e-commerce di Indonesia; dan Bukugaji/Vara, platform manajemen staf yang mudah digunakan dan ringan untuk UMKM di seluruh Asia Tenggara.

Dari 23 perusahaan rintisan tahap awal yang dipilih, mayoritas berada di sektor fintech, pembayaran, komunikasi, logistik, dan SaaS.

Sebelumnya, ada beberapa perusahaan Indonesia yang juga telah mendapat dukungan dari Surge. Di gelombang pertama, terdapat Bobobox dan Qoala, serta Chilibeli, Storie, dan Rukita yang terpilih pada gelombang kedua. BukuKas, Hangry dan CoLearn berhasil masuk di gelombang ketiga, dan Otoklix menjadi satu-satunya startup dari Indonesia yang terpilih di gelombang sebelum ini.

Rajan Anandan selaku Managing Director Surge & Sequoia Capital India mengatakan, “Sequoia Capital India adalah mitra awal untuk beberapa perusahaan paling berpengaruh di Indonesia sejak 2014. Dengan Surge, kami bersemangat untuk mendukung startup Indonesia di masa depan. Perusahaan-perusahaan ini membantu mendigitalkan dan modernisasi industri tradisional dan kami bangga mendukung mereka.”

Pertama kali dimulai pada Maret 2019, Surge telah berhasil menggandeng 72 startup dalam program akseleratornya. Hampir 50% perusahaan dari tiga kohort pertama telah mendapatkan pendanaan seri A.  Saat ini, komunitas Surge telah memiliki 203 founder, dari 91 perusahaan di 15 sektor. Salah satu fakta menarik di kohort kelima ini, terdapat 10 founder wanita, terbanyak di antara gelombang lainnya.

Mulai tanggal 30 Juni ini, para founder Surge akan menjalani program ketat selama 16 minggu secara virtual untuk meningkatkan bisnis dan memberi mereka akses ke Sequoia dengan pengetahuan global selama 49 tahun, serta alat dan pengalaman dari jaringan pendiri dan operator perusahaan yang sukses.

Program ini mencakup hal-hal fundamental dalam membangun perusahaan, dan diakhiri dengan minggu investor yang disebut sebagai UpSurge. Di sana para founder memiliki kesempatan untuk membangun koneksi dan hubungan, serta menemukan calon investor dan mitra yang akan menjadi bagian dari perusahaan mereka untuk jangka panjang.

Dalam gelombang ini, Surge memiliki satu benang merah yaitu mengubah potensi manusia dengan mendigitalisasi cara hidup, bekerja, dan belajar. Ide-ide yang dibawa oleh sekelompok pendiri yang beragam ini memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa mereka tertarik memainkan peran penting dalam membentuk potensi Asia Tenggara dan India pasca pandemi.

Selain melalui program akselerator Surge, Sequoia Capital juga telah menggelontorkan investasi ke beberapa perusahaan ternama di Indonesia seperti Tokopedia, Gojek, dan Traveloka.