Tag Archives: varun mehta

COO Jobstreet by SEEK Indonesia Varun Mehta / Jobstreet

Rencana Jobstreet di Indonesia; Segera Lakukan Transisi ke Platform Perusahaan Induk

JobStreet didirikan oleh pengusaha Malaysia, Mark Chang Mun Kee pada tahun 1997, dengan fokus pada pasar kerja lokal. Pada tahun 2014, JobStreet tumbuh secara signifikan dan diakuisisi oleh perusahaan Australia, SEEK (SEK (ASX). Dengan nama JobStreet by SEEK, akuisisi ini telah membantu perusahaan memperluas jangkauannya dan membangun kehadiran di Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Kepada DailySocial.id COO JobStreet Indonesia Varun Mehta mengungkapkan perkembangan perusahaan saat ini dan rencana ke depannya.

Fokus ke pengembangan fitur dan teknologi

Setelah diakuisisi SEEK, perusahaan telah mengalami transformasi yang cukup masif. Salah satunya adalah, transformasi pola pikir organisasi lokal menuju pola pikir kemenangan global melalui adopsi praktik secara global, seperti Fair Hiring, Modern Slavery compliance, Climate Change Network hingga peningkatan skill dari tim melalui pelatihan dan peningkatan kalibrasi.

Transformasi terbesar akan dilancarkan sepenuhnya oleh perusahaan dengan bertransisi dari platform lama JobStreet ke platform terpadu SEEK di seluruh Asia Pasifik. Mengedepankan teknologi, kecerdasan buatan dalam kemampuan yang sesuai, dan akses ke jaringan global yang memungkinkan pencari kerja untuk tidak hanya melamar pekerjaan di negara asalnya tetapi negara lain yang ada dalam jaringan SEEK.

“Saat-saat yang sangat menyenangkan bagi kami karena kami membawa ini ke Indonesia karena ini akan menjadi platform yang sangat canggih yang dapat digunakan oleh basis besar perusahaan mitra kami untuk kebutuhan perekrutan mereka. Teknologi seperti pencocokan keahlian menggunakan AI yang langsung diurai dari CV yang tersedia dan disesuaikan dengan persyaratan, ini akan sangat memudahkan proses perekrutan,” kata Varun.

Saat ini JobStreet telah memiliki fitur unggulan, mulai dari fungsi pencarian kerja, algoritma pencocokan pekerjaan, pembuat resume, ulasan dan peringkat perusahaan, dan branding pemberi kerja. Namun demikian memanfaatkan pengalaman dan keahlian perusahaan secara global, JobStreet berkomitmen untuk terus berinovasi dan menghadirkan teknologi baru yang akan bermanfaat.

Platform yang menawarkan layanan serupa seperti JobStreet saat ini di antaranya adalah, Ekrut yang memosisikan dirinya sebagai headhunter untuk talenta digital sejak 2016 dengan pemanfaatan teknologi, Staffinc yang memiliki target untuk bisa menjadi platform workforce solution dan labour provider terbesar di Asia Tenggara dan marketplaceon-demand untuk pekerja kerah biru MyRobin secara resmi telah diakuisisi oleh BetterPlace.

Target perusahaan tahun 2023

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,86% pada Agustus 2022 atau setara dengan 8,42 juta orang yang menganggur. Meskipun demikian, jumlah orang yang bekerja meningkat menjadi 143,72 juta pada Agustus 2022, naik 3,57 juta dari Agustus 2021. Platform job listing menjadi opsi terbaik yang kemudian digunakan oleh pencari kerja dan pemberi kerja di Indonesia.

Dengan begitu banyak pilihan yang tersedia, penting untuk menemukan platform yang paling sesuai dengan kebutuhan dan menawarkan daftar pekerjaan di industri yang sesuai. Bukan hanya untuk pekerja kerah putih, namun platform job listing juga banyak yang menyediakan untuk pekerja kerah biru.

Berdasarkan Job Outlook Report 2022: Bangkit Menuju Pemulihan yang telah dirilis JobStreet terungkap, permintaan untuk tenaga kerja masih ada, meskipun industri mencari bakat yang sama telah bergeser dari perusahaan high tech ke perusahaan yang ingin menjadi perusahaan high tech di masa depan.

“Perusahaan konvensional harus mengadopsi cara-cara digital untuk menjadi lebih relevan bagi konsumen mereka dan itulah mengapa kami di JobStreet melihat adopsi yang cepat dari perusahaan baru menjadi pengguna leading job marketplace,” kata Varun.

Tahun ini perusahaan memiliki target untuk membuka lebih banyak pekerjaan melalui pendekatan terfokus, dan membuka jutaan pekerjaan berikutnya bagi masyarakat Indonesia. Saat ini, JobStreet memiliki lebih dari 13 juta pencari kerja terdaftar dan lebih dari 250.000 perusahaan terdaftar di Indonesia. Rencana tersebut akan membutuhkan banyak dukungan dari mitra terkait.

“Seperti yang disebutkan sebelumnya, platform baru kami akan memungkinkan peningkatan kemampuan yang signifikan yang belum tertandingi melalui platform lokal mana pun yang kami lihat, dan saya tahu kami hanya berfokus pada kesuksesan klien kami daripada mengkhawatirkan persaingan,” kata Varun.

Application Information Will Show Up Here
Meski secara traffic masih jauh dari YouTube, Viu dan Netflix sudah mendominasi pasar platform berbayar di Indonesia

Viu dan Netflix Bersaing Jadi Platform “Video on Demand” Berbayar Terpopuler di Indonesia

Ketenaran platform OTT semakin bersinar di tengah pandemi. Survei yang diselenggarakan DailySocial dan Populix, pada April lalu, menunjukkan bahwa aplikasi hiburan jatuh pada pilihan kedua (66%) untuk menjawab pertanyaan aktivitas online apa saja yang paling banyak digunakan orang Indonesia selama pandemi.

Di luar YouTube yang sifatnya freemium, Netflix dan Viu adalah dua platform berbayar yang mendapatkan antusiasme tinggi dari responden. Survei ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut dengan dipadukan sumber-sumber data lainnya.

Berdasarkan dari data yang dimiliki DailySocial, pada April dan Mei ini Viu berada di posisi pertama untuk pengguna aktif dan total waktu yang dihabiskan di antara para pemain video on demand di Indonesia. Posisi kedua ditempati Netflix, disusul iflix, Vidio, WeTV, dan iQiyi.

Total waktu yang dihabiskan pengguna Viu dalam dua bulan tersebut mencapai angka 174,8 juta menit, diikuti Netflix (141,4 juta menit), iflix (36,9 juta menit), Vidio (27 juta menit), WeTV (8,2 juta menit), dan iQiyi (7,8 juta menit).

DailySocial tertarik membandingkan temuan tersebut ke sumber lainnya, yakni SimilarWeb. Hasilnya persis sama. Dengan rentang waktu dari Maret sampai Mei, Viu memimpin untuk metrik pengguna aktif harian (DAU) dan pengguna aktif bulanan (MAU). Rata-rata waktu yang dihabiskan per user setiap harinya mencapai satu jam.

Sementara itu, Netflix unggul dalam metrik sesi per pengguna (sessions per user) yang mencapai 7.67 sesi. Semakin tinggi angka ini bagus buat platform karena berkaitan langsung dengan traffic yang masuk. Waktu yang dihabiskan kurang lebih sama dengan capaian Viu.

Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb

Satu-satunya platform lokal yang masuk di listing ini adalah Vidio. Aplikasi ini unggul dalam metrik install penetration mencapai 7,72%. Ini adalah persentase dari perangkat smartphone atau tablet yang digunakan secara aktif, dalam pasar yang dipilih, yang memiliki aplikasi yang diunduh selama periode waktu yang dipilih.

Vidio juga unggul untuk metrik MAU yang mencapai 2,51 juta orang. Meskipun demikian, total konsumsi penggunanya hanya separuh pencapaian Viu dan Netflix.

Platform lokal lain, GoPlay, yang baru memperoleh pendanaan, masih memiliki jalan panjang untuk bisa bersaing dengan para pemain yang lain.

Sementara angka-angka yang diraih platform berbayar ini jelas belum bisa bersaing dengan pencapaian YouTube yang merajai industri ini.

 

Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb

Komentar Viu

DailySocial mencoba menghubungi Viu dan Netflix terkait temuan data-data di atas, tetapi hanya Viu yang bersedia. Country Head Viu Indonesia Varun Mehta tidak bersedia berkomentar tentang angka-angka terkini. Akan tetapi, dia sepakat dengan isi laporan “Southeast Asia Online Video Consumer Insights and Analytics: A Definitive Study by Media Partners Asia” untuk kuartal pertama tahun ini. Laporan yang sama DailySocial cantumkan di artikel sebelumnya.

Viu disebut menempati peringkat pertama berdasarkan jumlah pengguna diantara platform streaming video utama, tidak termasuk YouTube, di Asia Tenggara. Berdasarkan waktu yang dihabiskan, Viu ada di posisi kedua, setelah Netflix.

Laporan itu juga menyorot waktu yang dihabiskan per penonton Indonesia tiap minggunya. Viu menduduki posisi kedua, tentunya setelah YouTube. Baru setelahnya ada Catchplay, Netflix, dan OTT lainnya yang bisa disimak dalam grafik di bawah ini.

“Laporan dari MPA cukup akurat [menggambarkan pencapaian Viu],” kata Varun.

Varun menjelaskan, selama pandemi ada kenaikan 30%-35% setiap harinya. Kenaikan ini berdampak pada rata-rata waktu yang dihabiskan per pengguna. Dia mencontohkan untuk pengguna yang merupakan fan base umumnya waktu yang mereka habiskan sekitar 2 jam setiap hari.

“Jadi pas tayang pagi hari subtitle baru ada bahasa Inggris, sudah mereka tonton. Ketika ada subtitle bahasa Indonesia keluar, biasanya mereka tonton lagi. Saya kurang paham mengapa ada tren itu, mungkin mereka ingin lebih mengerti dengan bahasa Indonesia.”

Fakta pendukung lainnya adalah pengguna Viu didominasi oleh kaum perempuan (70%). Mereka ini adalah fan base konten-konten Asia seperti Korea Selatan, Thailand, Jepang yang masing-masing punya penggemarnya.

Setiap hari Viu menayangkan episode terbaru dari serial ongoing yang dinanti para pengguna. Strategi ini berhasil membawa DAU sebesar 386 ribu orang dan rata-rata waktu yang dihabiskan lebih dari satu jam, sesuai dengan durasi tayang tiap episode baru.

Meski konten Asia kini juga mulai rajin diisi Neflix ke dalam katalognya, sayangnya kami belum tahu seberapa efektivitasnya dalam mendongkrak pengguna. Posisi Netfix, sebagai platform global, memiliki kelebihan keberagaman konten yang dapat dipilih pengguna.

Sebagai bukti, Netflix terus menambah katalog secara rutin dari Korea Selatan, negara-negara Skandinavia, India, Timur Tengah, hingga Afrika. Pilihan tontonan jauh lebih kaya dan beragam. Pemilik konten juga semakin diuntungkan karena mereka bisa mendapat penonton dari belahan dunia manapun.

Viu menghindari persaingan langsung dengan Netflix karena cara tersebut terbukti membuat Hooq menyerah dan Iflix berdarah-darah.

Di Indonesia, nasib Netflix mulai mujur karena kerja samanya dengan Kemendikbud. Baru-baru ini serial dokumenter populer Netflix segera hadir di TVRI sebagai bagian dari program Belajar dari Rumah. Ini adalah pertama kalinya di dunia, tayangan Netflix disiarkan saluran televisi.

Mulai 20 Juni 2020, konten andalan seperti “Our Planet”, “Street Food: Asia”, “Tidying Up with Marie Kondo”, “Spelling the Dream”, “Chasing Coral”, dan “Night on Earth” akan tayang setiap Sabtu pukul 21.30 WIB dan tayangan ulang setiap Minggu dan Rabu pukul 09.00 WIB.

Di timing yang bersamaan, Telkom mewacanakan pemblokiran terhadap Netlix akan selesai “dalam hitungan minggu”. Sejak pemblokiran empat tahun lalu, pihak Telkom melihat Netflix sudah banyak berubah, misalnya pengawasan orang tua yang jauh lebih baik dan memiliki take down policy.

Pemblokiran sepihak oleh Telkom sebenarnya dapat dituntut konsumen karena ada hak-hak yang sengaja dihalangi. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengaku belum menerima aduan terkait hal itu dan hanya ramai di media sosial.

Netflix sendiri sudah menyediakan paket berlangganan yang lebih murah, yang memudahkan konsumennya menonton konten hanya melalui ponsel.

Perubahan selera pengguna

Country Manager Viu Indonesia Varun Mehta / Viu
Country Manager Viu Indonesia Varun Mehta / Viu

Cara pengguna Viu dalam mengakses konten juga terbilang unik untuk tiap lokasi. Mereka yang tinggal di pulau Jawa cenderung up-to-date dalam menikmati tontonan, misalnya selalu hadir setiap ada episode terbaru dari serial kesukaannya.

Sedangkan pengguna dari Sumatera sangat bervariasi. Konsumen di Sumatera Barat cenderung menonton konten yang sudah lama terkenal. Sementara pengguna di Sumatera Selatan lebih menyukai tontonan dari Indonesia daripada lainnya.

Taste-nya berubah-ubah terus. Tapi saat tayangan A World of Married Couple, semua penonton dari seluruh Indonesia kompak menonton yang sama.”

Fokus ke konten Asia, menurut Varun, sudah terbukti sesuai hipotesis awal sehingga bisa membawa Viu tetap bertahan hingga kini. Entah dengan membuat konten original dengan bahasa lokal atau adaptasi Asia dari format internasional, memasukkan konten lokal, atau membeli konten regional papan atas.

“Saat pandemi, kami juga menemukan kebiasaan baru bahwa pengguna mulai discover new content, tidak lagi menonton karena sedang viral. Akhirnya terlihat bahwa banyak pengguna yang suka dengan konten original.”

Viu juga mencatat kenaikan traffic Viu dari perangkat smartphone (85%) ketimbang dari perangkat lainnya, seperti TV atau laptop. Tidak hanya konten dari Indonesia, Korea, Jepang, Tiongkok, dan Thailand, kini Viu sudah menerbangkan konten dari India dan Timur Tengah, seperti Turki dan Mesir.

Laporan keuangan PCCW Media, induk usaha Viu, mencatatkan pengguna MAU Viu pada tahun lalu adalah 41,4 juta orang, naik 35% dari tahun sebelumnya. Pengguna Viu menyaksikan 5,7 miliar video, naik 69%. Disebutkan konten original Viu terus memberikan kontribusinya dalam meningkatkan angka pengguna.

VP Brand Marketing Vidio Rezki Yanuar yang kami hubungi secara terpisah berkomentar, salah satu dampak pandemi adalah berhentinya penayangan pertandingan olahraga dari berbagai bidang, kecuali konten esports yang tetap berjalan.

Ketika sebagian besar tayangan olahraga berhenti, pihaknya justru menemukan fakta baru bahwa hal tersebut tidak berdampak buruk terhadap performa Vidio.

“Menurut data yang kami terima, walaupun ada penurunan jumlah tayangan dan penonton konten olahraga, ada peningkatan jumlah penonon tayangan film layar lebar, Vidio Original Series, dan tayangan live streaming. Bukan hanya live streaming TV nasional, tapi juga event eksklusif seperti Konser Satu Cara,” terangnya.

Hasil ini membuat pihaknya percaya diri bahwa Vidio tidak hanya kuat dalam sisi konten olahraga saja, namun juga konten lainnya seperti film layar lebar, Korea, Thailand, Tiongkok, drama India, animasi anak, program musik, dan konten edukasi.

Vidio tidak memberikan data terkini mengenai jumlah pengguna aktif dan pengunduhan aplikasi. Rezki hanya memastikan peningkatan cukup signifikan. Menurutnya, sejak membuat program Vidio Bebas Nonton, promosi gratis untuk menikmati konten Vidio, aplikasinya diunduh lebih dari lima juta kali dalam waktu satu bulan. HAl ini menobatkan perusahaan sebagai aplikasi nomor satu paling banyak diunduh pada April di Google Play dan App Store.

“Saat ini, Vidio telah dikunjungi lebih dari 60 juta kali dalam satu bulan. Peningkatan angka pengguna dan unduhan tak hanya di Google Play dan App Store, kami juga mengalami peningkatan unduhan untuk Smart TV sebanyak 700 ribu kali hingga Mei 2020.”

Melihat angka-angka di atas, Rezki menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi memberikan produk terbaik dan terbaru, dalam bentuk aplikasi maupun Smart TV, demi kenyamanan konsumen.

“Salah satu kekuatan Vidio adalah perusahaan lokal yang sangat mengerti kebutuhan konsumen lokal, sehingga strategi yang kami lakukan memperkaya konten karena ini adalah segalanya untuk jenis bisnis ini, serta melakukan marketing dan channel distribution yang beragam,” tutupnya.