Tag Archives: Venture Beat

Perjalanan Tekken Dari Game Arcade Menjadi eSport

Seri Tekken sangat populer di kawasan Asia. Sudah lama fans menyebutnya sebagai permainan fighting paling teknis, dipuji karena menyajikan gameplay yang detail, solid dan seimbang. Bermula dari arcade lebih dari dua dekade silam, game milik Namco ini sering dipertandingkan di kompetisi-kompetisi bergengsi, dan kini beridiri setara dengan judul-judul eSport lain.

Sejak 2013, Tekken menjadi bagian permanen dari ajang Evo Championship, bahkan jadi game eksklusif di banyak channel-channel eSport. Melegendanya Tekken ialah buah dari kerja keras Katsuhiro Harada, producer, sutradara dan juga pengisi suara karakter permainan. Dan di TGS kemarin, Venture Beat memperoleh kesempatan buat berbincang-bincang langsung dengan Harada dan desainer Michael Murray, membahas mengenai perjalanan panjang Tekken dan statusnya saat ini sebagai judul kompetitif.

Tekken 7 2

Berdasarkan penjelasan sang producer, evolusi Tekken dari arcade ke eSport merupakan hal yang alami. Sejak awal, kreasi timnya itu sangat mendukung acara-acara turnamen, elemen tersebut sudah ada sebelum meroketnya kepopularitasan eSport. Namun dengan naik daunnya ranah kompetitif, terekspos pula banyak selebriti-selebriti online. Lalu tersedianya versi console memudahkan orang mengadakan ajang latihan, kualifikasi hingga turnamen dari jarak jauh.

Pendekatan ini turut diusung dalam judul terbaru permainan mereka, Tekken 7. Game telah didukung fitur online play, sehingga memungkinkan diadakannya kejuaraan arcade di lokasi berbeda, pertama kali tersedia di franchise ini. Kata Murray, mode online juga akan dihadirkan pada versi console Tekken 7, rencananya segera meluncur pada triwulan pertama atau kedua 2017.

Di inkarnasi terkini, struktur Tekken betul-betul ‘eSport ready‘. Harada menggunakan implementasi Rage Art sebagai sampelnya. Fitur ini membuat karakter Anda lebih berbahaya saat health mereka jatuh di bawah level kritis. Rage Art mendongkrak tingkat keampuhan serangan, bisa digunakan dalam beberapa cara, salah satunya ialah mengeluarkan teknik mematikan yang juga mengaktifkan efek sinematik di mana kamera jadi berpindah-pindah. Dengan begini, pertandingan bukan cuma terasa seru bagi pemain, tapi asik untuk ditonton.

Tekken 7 1

Bandai Namco mengungkapkan rasa hutang budi mereka pada arcade dan tidak berniat melupakan jasa platform ini. Harada mengerti rasa frustasi para gamer di luar Jepang yang harus menunggu versi console dirilis untuk bisa menikmati Tekken 7. Namun ia menyampaikan, tanpa meluncurkannya di arcade terlebih dulu, timnya tidak dapat meneruskan seri permainan melewati Tekken 5. Meski begitu ia mengaku, penyesuaikan akan terus dilakukan, dan terlalu fokus ke arcade juga bukanlah keputusan bijaksana.

Dan dalam menyajikan game ke platform berbeda, tantangan terbesar bagi developer ialah menemukan titik keseimbangan. Jika dirancang sebagai permainan arcade, maka durasi, narasi dan momentum harus disajikan lebih cepat; berbeda dari console.

Kabar gembiranya, filosofi desain Tekken pelan-pelan berubah, Namco kini tak lupa fokus pada kualitas dan kuantitas konten demi memuaskan khalayak eSport.

Tekken 7 3

Terkait Rumor PlayStation 4.5, Microsoft: Tak Ada Xbox ‘1.5’

Setelah berita dari Kotaku, laporan Digital Foundry dan Wall Street Journal kembali menguatkan rumor soal keberadaan PlayStation 4.5, sebuah console yang kabarnya diramu untuk menangani VR dan 4K. Sony memang sama sekali belum berkomentar, tapi perhatian mulai tertuju pada Microsoft: jika kabar itu benar, apa langkah sang pencipta Xbox sebagai rival utamanya?

Selepas acara Build 2016 di San Francisco yang dilangsungkan Microsoft minggu lalu, beberapa jurnalis berkesempatan mewawancarai Phil Spencer selaku head of Xbox. Mereka mencoba menggali informasi lebih lanjut mengenai HoloLens serta mencari tahu apa respons Microsoft terkait rumor PlayStation ‘4.5’. Apakah Microsoft akan mengikuti langkah Sony dan mencoba menyainginya dengan meramu Xbox 1.5?

Spencer mengekspresikan keraguannya. Sang bos Xbox itu bilang, ia ‘bukanlah penggemar angka satu setengah’. Ia berkata, “Jika saya melangkah ke depan, saya ingin bergerak secara besar-besaran.”

Meski demikian, Spencer turut menyampaikan bahwa ia sama sekali tidak tahu-menahu soal rumor yang sedang beredar tersebut. Jika benar, Spencer memahami motivasi di belakang strategi itu dan alasan mengapa Sony melakukannya. Bagi Microsoft, Xbox One masih sangat sukses. Penjualannya signifikan, console dapat diandalkan, dan layanannya terus berjalan. Jika mereka harus melangkah maju, Spencer ingin timnya memberikan suatu perubahan besar.

Menariknya lagi, Microsoft juga terlihat tidak terlalu heboh dengan virtual reality. Berdasarkan laporan narasumber anonim, VR merupakan salah satu aspek yang mendorong Sony meramu PS4.5. Raksasa gaming asal Jepang itu rencananya akan meluncurkan PlayStation VR di bulan Oktober 2016, dan sampai saat ini Microsoft belum mengumumkan perangkat baru buat menandinginya. Mereka hanya punya headset HoloLens.

Walaupun sempat didemonstrasikan untuk menjalan beberapa game seperti Fragments, Young Conker serta Minecraft versi mixed-reality, buat sekarang HoloLens belum dianggap sebagai platform hiburan sejati. Permainan-permainan ‘demo’ itu memang dibundel dalam development kit, tapi Anda perlu memerlukan dana sebesar US$ 3.000 buat memiliki satu unit HoloLens.

“Sebagai platform game – takaran idealnya adalah harga beberapa ratus dolar. Kisaran inilah yang bisa diterima oleh konsumen, tidak dimulai dari angka US$ 3.000,” tutur Spencer. “[HoloLens] ialah sebuah teknologi awal. Augmented reality dan hologram akan menjadi platform permainan, namun saat ini masih terlalu dini. Saya tidak akan mencoba menggembar-gemborkannya dan bilang bahwa semua orang sebaiknya memainkan game-game HoloLens.

Sumber: Venture Beat.

Update Windows 10 Hapus App Tanpa Sepengetahuan Anda?

Kabar baik untuk Microsoft, upaya mereka mendorong konsumen buat beralih ke sistem operasi terbaru sejauh ini berjalan lancar. Dan salah satu titik krusial dalam pengembangannya juga telah dilalui dengan update besar yang dirilis di tanggal 12 November silam. Namun sayangnya, pembaruan tersebut menyimpan dampak negatif, mayoritas dirasakan para gamer.

Di berbagai forum dan message board, lusinan pengguna melaporkan bahwa update Windows 10 melakukan perubahan pada sistem PC dengan menghapus aplikasi tanpa sepengetahuan mereka. Program-program yang terkena pengaruhnya meliputi software monitoring hardware CPU-Z, CPUID dan Speccy, serta AMD Catalyst Control Center. Dari penuturan mereka, hal tersebut berdampak pada crash, atau bahkan menimbulkan blue screen.

Seorang user Reddit menceritakan pengalamannya. Setelah pembaruan beres, ia mendapatkan notifikasi yang menyatakan bahwa CPUID sudah dihapus karena platform tidak lagi mendukungnya. Anehnya, software itu bisa berjalan lancar setelah diinstal ulang. Sang user memutuskan untuk masuk ke bagian ‘more info‘. Di sana terdapat informasi bahwa app tersebut tidak kompatibel dengan Insider Preview Build. Padahal ia tidak pernah berpartisipasi.

Masih dari Reddit, pengguna bernama ShotgunPanda dihadang kendala hampir sama, tapi kali ini terjadi pada Catalyst Control Centrel. Driver GPU/APU sekaligus software utility itu raib, dan Windows malah memasang driver Windows 10. Masalah tidak berhenti sampai di sana, karena update juga meng-uninstall sejumlah permainan-permainan Steam. Skenarionya memang berbeda-beda, tapi inti keluhan pengguna tetap sama:

“Microsoft seharusnya minta izin, dan bukan minta maaf. Saya tidak akan keberatan jika Windows 10 memberi tahu lebih dulu, misalnya dengan mengatakan, ‘Hei, aplikasi ini bisa menimbulkan masalah dan kami rekomendasikan Anda buat menghapusnya. Apakah Anda mau kami yang melakukannya?’ Kemudian tidak lagi mengulang pertanyaan jika Anda menjawab ‘tidak’. Mereka [Microsoft] semestinya tidak serta-merta meng-uninstall tanpa peringatan,” kata user Bright-Spark.

Sebelumnya, Microsoft sempat memberi penyataan pada Venture Beat, “Berdasarkan Microsoft Services Agreement, Microsoft berhak mengubah atau menghentikan app atau konten yang kami anggap membahayakan Anda. Contohnya adalah software bajakan atau yang mengekspos konsumen pada resiko malware, penipuan, bocornya informasi pribadi, kinerja buruk, serta malfungsi fitur.”

Dan seandainya Windows 10 sudah terpasang di komputer, maka mau tak mau, Anda telah memberikan izin bagi Microsoft untuk mengimplementasikan perubahan…

Sumber: Venture Beat.