Tag Archives: Victim Esports

Pendapat Victim Esports Atas Ekosistem Esports Wild Rift

Mengusung kepopuleran League of Legends, Wild Rift resmi hadir di perangkat mobile dan Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung bisa mencoba game besutan Riot Games ini pada bulan September 2020. Antusiasme dari para pemain tanah air membuat berbagai tim esports Indonesia mulai mengumumkan roster mereka untuk bertarung di turnamen Wild Rift.

Setelah sukses mengadakan Wild Rift SEA Pentaboom 2020, Riot Games resmi mengadakan pertandingan pra-musim Wild Rift Icon Series. 8 tim esports Indonesia akan saling bertarung satu sama lain pada tanggal 19-21 Maret 2021. Berbagai event organizer mulai mengadakan turnamen untuk Wild Rift di Indonesia. Salah satunya adalah JD.ID Battlefield League of Legends Wild Rift 2021 yang diselenggarakan oleh ESID.

Bertarung sejak 16 hingga 19 Februari 2021, JD.ID Battlefield League of Legends Wild Rift 2021 mempertemukan lebih dari 250 tim Wild Rift dengan menobatkan Victim Esports sebagai juaranya. Selama babak kualifikasi hingga semifinal, Victim sukses menumbangkan 2 tim yang akan menjadi lawan mereka di Wild Rift Icon Series yakni ONIC Esports dan Bigetron Infinity. Sedangkan untuk semifinal, mereka sukses mengalahkan Celestial Dragons, 2-0 dan Aerowolf di grand final dengan skor 3-1.

Berikut roster dari Victim Esports:

  • Handaru Hardiyanto – Han (Support / Captain)
  • Arie Al Shidiq – Ares (Mid)
  • Muhammad Hamzah – Saanji (ADC)
  • Adrian Gunawan – Kyu (Top)
  • Fernanda Subekti – Ily (Jungle)
  • Muhammad Rifqi – Exacto (ADC)

Sore teman-teman semua 😃sebelumnya mimin minta maaf nih untuk yang kemaren udah isi form trial LOL : Wild Rift. Karena…

Posted by Victim Esports on Friday, October 30, 2020

Victim Esports sendiri membentuk rosternya melalui proses seleksi. Menariknya, beberapa pemain yang hadir sebelumnya berpengalaman di game MOBA mobile yakni Saanji yang dikenal sebagai pemain Mobile Legends di Victim Esports dan Ily yang menjadi pemain Vainglory di Elite8 Esports. Kami melakukan wawancara bersama Saanji dan Ily untuk menanyakan alasan mereka pindah ke ranah Wild Rift dan prediksi mereka untuk Wild Rift di Indonesia.

 

Sebelumnya kalian pernah menjadi pemain pro di game MOBA mobile, Apa yang membuat kalian memutuskan pindah ke Wild Rift?

Saanji : Alasan saya memutuskan pindah ke Wild Rift adalah mekaniknya yang lebih kompleks dan seru untuk dimainkan. Selain itu game-nya yang lebih tidak membosankan karena lebih susah, dan sebelumnya saya belum pernah menyentuh LoL di PC.

Ily: Saya melihat scene kompetitif Wild Rift yang cukup jelas ke depannya dan juga gameplay yang tidak jauh beda dengan Vainglory dari segi Ward dan pembelian item. Hal ini yang membuat saya memutuskan untuk pindah ke Wild Rift dibanding game sejenisnya.

aa3e1c5295a9fc29438523f3eb0f77e1
Muhammad “Saanji” Hamzah, pemain Victim Esports Wild Rift Sumber: Kincir

Bagaimana pendapatnya akan scene esports Wild Rift saat ini dari Riot Games?

Saanji : Kalau soal pendapat scene esports Wild Rift, menurut saya, sudah mulai terlihat karena sebentar lagi SEA Icon Series akan diadakan. Hal ini menjadi kesempatan besar bagi tim esports untuk unjuk kebolehan masing-masing tim dan menjadi pembukaan yang sangat tepat untuk Wild Rift khususnya di Indonesia karena menurut gua lagi panas-panasnya.

Ily: Untuk saat ini belum terlalu terlihat scene esports namun Riot Games saat ini sedang mempersiapkan scene kompetitif yang jelas buat Wild Rift seperti di LOL PC dan itu bakal buat penonton dan pemain Wild Rift bertambah

Apakah menurut kalian Wild Rift bisa bersaing dengan game mobile esports MOBA lain yang sudah eksis di Indonesia?

Saanji : “Untuk sisi esports di Indonesia saya yakin masih bisa bersaing dengan game MOBA lain namun semua bergantung dari tim esports Indonesia sendiri apakah bisa bersaing di kancah luar seperti tim di MOBA sebelah atau tidak.”

Ily: Menurut saya, bisa bersaing dengan game mobile MOBA lain, namun sepertinya tidak sebesar Mobile Legend yang sangat besar di Indonesia. Karena scene kompetitif MLBB di indonesia sudah terlalu kuat dan besar jadi sudah punya penggemarnya sendiri. Untuk Wild Rift bisa bersaing jika ada tim esport Indonesia yang bisa bersaing dengan tim luar negeri.

elite8animesaveme
Fernanda “Ily” Subekti saat masih di Elite8 Esports Sumber: YouTube Tesseract Esports

Sejauh ini bagaimana dengan Wild Rift Victim Esports menurut kalian?

Saanji : “Untuk tim Victim Esports sendiri saat ini sudah siap sejak jauh-jauh hari seperti menjalani latihan dan mengikuti berbagai turnamen. Saat ini kami masih ada yang harus diperbaiki meski baru saja menjuarai turnamen JD.ID dan karena itu bukan hal yang layak bagi kami untuk berpuas diri. Masih banyak turnamen-turnamen lainnya dan pastinya banyak tim lain yang mulai mengejar untuk menjadi tim Wild Rift terbaik.

Ily : Menurut saya Victim bakal jadi salah satu tim yang sangat kuat dan bakal menjuarai turnamen-turnamen lainnya selain JD.ID namun di ranah SEA kami masih harus tryhard untuk setara dengan tim-tim lain karena makro dan mikro tim luar sudah high level banget. Tapi kalau terus berproses Victim bisa setara dengan tim-tim tersebut.

Apa harapannya untuk scene esports Wild Rift di Indonesia dan dunia?

Saanji: Harapan untuk Wild Rift di Indonesia bisa mendominasi sebagai MOBA besutan dari LoL PC dan secara pribadi gua berharap agar kita sebagai player dan tim Indonesia bisa bersaing dengan tim luar negeri.

Ily: Untuk harapannya semoga Riot peduli terhadap game Wild Rift ini dengan cara mengadakan turnamen resmi seperti di LOL PC supaya game ini dapat bertahan lama di industri esports.

Rekap MDL Season 2 Minggu 1: Pembuktian Coach Baru dan Pertandingan yang Alot

Seiring dengan begulirnya MPL Indonesia Season 6, di tahun 2020 juga digelar kembali Mobile Legends Development League Season 2. MDL adalah wadah kompetisi bagi tim yang tidak memiliki franchise slot di MPL dan juga diisi oleh tim akademi bagi tim yang berlaga di MPL. Meskipun demikian MDL tetap bisa menyajikan pertandingan yang tidak kalah seru dengan MPL.

Pertandingan pembuka antara tim XCN BKB dan tim Alter Ego X tidak bisa dilangsungkan karena tim XCN BKB dinyatakan gagal hadir sesuai dengan jadwal pertandingan. Secara otomatis tim Alter Ego X mendapatkan poin pertama di gelaran kompetisi MDL Season 2.

Aura Esports MDL Season 2 Roster | via: Instagram
Aura Esports MDL Season 2 Roster | via: Instagram

Selanjutnya adalah giliran tim Genflix Aerowolf Jr menghadapi tim Aura Esports. Pertandingan berlangsung sangat alot di antara keduanya dan hampir menyentuh durasi 30 menit. Sebenarnya tim Genflix Aerowolf Jr secara umum bisa tampil lebih baik daripada lawannya, hanya saja tim Aura Esports lebih bermain lebih efisien dalam mengeksekusi objective selama match berlangsung. Match ketiga menjadi penentuan perebutan poin setelah tim Genflix Aerowolf Jr memenangkan match kedua. Skor 2-1 menutup pertandingan kedua untuk kemenangan tim Aura Esports.

Adapun pada gelaran hari kedua, tim RRQ Sena berhasil mencuri perhatian setelah berhasil menumbangkan tim Victim Esports yang adalah pemenang di MDL Season 1. Performa tajam berhasil ditunjukkan oleh Alberttt dalam skuad RRQ Sena memberikan tambahan kepercayaan diri tetapi juga performa yang lebih baik bagi RRQ Sena.

Di hari yang sama tim EVOS Esports menunjukkan performa yang tampaknya menurun. Tercatat di matchday kedua, tim Siren Esports berhasil menahan perlawanan tim EVOS Esports dan bermain penuh 3 match. Dengan hasil akhir 2-1 EVOS Esports setidaknya masih bisa menyelamatkan mukanya dari kekalahan berturut-turut.

Sebagai penutup minggu pertama, hasil pertandingan yang diraih tim Bigetron Bravo dan Onic Prodigy adalah ajang pembuktian bagi sosok coach yang baru bergabung. Sayangnya kali ini tim Bigetron Bravo belum bisa mengungguli tim Genflix Aerowolf Jr. Sedangkan Onic Prodigy memulai debutnya dengan cukup baik dan memperoleh kemenangan pertamanya atas tim XCN BKB.

MDL ID Season 2 Week 1 Standings | via: Instagram
MDL ID Season 2 Week 2 Day 1 Standings | via: Instagram

Sampai berita ini diturunkan, tim RRQ masih menjaga tren positif dan memimpin raihan poin di gelaran kompetisi MDL Season 2. Tim Aura Esports mencatatkan kemenangan atas tim XCN BKB dan menempatkan dirinya di peringkat kedua sejauh ini. Di peringkat ketiga masih ada tim Victim Esports yang seolah baru terbangun dan mencoba membangun momentum kembali di gelaran kompetisi MDL Season 2.

Esports Indo: Louvre Orange Esports, PUBG Indonesia Series 2020 Season 2, RRQ Endeavour

Berikut adalah rekap berita skena esports Indonesia yang dihimpun selama sepekan:

 

Alter Ego Esports Jalin Kerja Sama Streaming Ekslusif dengan Nimo TV

via: Instagram alteregoesports
via: Instagram alteregoesports

Tim Alter Ego Esports baru saja mengumumkan kerja sama dengan platform layanan streaming, Nimo TV. Nantinya, secara rutin berbagai divisi game Alter Ego Esports akan melakukan streaming dan konten esklusif di platform Nimo TV. Dengan meningkatnya konsumsi konten gaming dan esports di tengah masa pandemi, hal ini akan memberikan momentum bagi tim Alter Ego Esports untuk memperkuat branding dan awareness mereka di dalam komunitas esports di Indonesia.

Di kesempatan yang lain, terbukti juga bahwa tim Mobile Legends Alter Ego Esports adalah tim yang sangat potensial dari segi pemainya karena sukses memenangkan turnamen Nimo TV Mobile Legends Arena beberapa waktu yang lalu.

Louvre Jalin Kerja Sama dengan Orange Esports dan akan Berlaga di MPL MY/SG Season 6 

Menjelang bergulirnya MPL di beberapa negara Asia Tenggara beberapa pekan mendatang, tanpa disangka-sangka organisasi Louvre Esports memperkenalkan tim divisi Mobile Legends mereka yang akan berlaga di MPL MY/SG Season 6. Sebelumnya, tercatat bahwa tim Mobile Legends Louvre Esports terpaksa membubarkan diri dikarenakan tidak lagi ikut dalam MPL ID yang beralih ke sistem franchise. Louvre Esports menjalin kerja sama dengan organisasi esports asal Kamboja, Orange Esports dan akan membawa nama Louvre Orange Esports di kancah kompetisi MPL MY/SG Season 6.

 

ONIC Esports Jalin Kerja Sama dengan Clothing Line KITC

merch concept | via: Instagram onicsupplyid
merch concept | via: Instagram onicsupplyid

Seperti yang dilansir dari laman media sosial ONIC Esports, dalam waktu dekat akan diluncurkan merchandise hasil kolaborasi antara ONIC Esports dan clothing line dari Bandung, KITC. Dari video yang diunggah pada laman Instagram ONIC Esports terlihat beberapa produk dengan nuansa yang mewakili warna dan aktivitas esports tim ONIC Esports.

Sejauh ini di Indonesia beberapa organisasi esports masih memproduksi merchandise berupa apparel secara eksklusif. Dengan munculnya kerja sama bisnis yang dilakukan ONIC Esports, bisa saja menandakan awal gelombang organisasi esports yang akan bekerja sama dengan clothing line dan merambah produk fashion lainnya.

 

Victim Rise Memimpin Klasemen Sementara Turnamen PUBG Indonesia Series 2020 Season 2

Victim Rise | via Instagram victimesports
Victim Rise | via Instagram victimesports

Di hari pertama bergulirnya turnamen PUBG Indonesia Series 2020 Season 2, tim Victim Rise berhasil menduduki posisi puncak di klasemen sementara. Lebih jauh lagi, tim Victim Rise adalah tim yang sudah berhasil mengumpulkan jam terbang yang cukup banyak karena konsisten berpartisipasi di ranah kompetitif PUBG di Indonesia. Sekalipun belum mendapat banyak sorotan, tim Indonesia masih menjadi langganan mengirimkan utusannya di perhelatan PUBG di tingkat internasional dan regional Asia Tenggara.

 

Hasil Kualifikasi Regional Indonesia Games Championship 2020

via: Instagram duniagames.esports.id
via: Instagram duniagames.esports.id

Sembari menunggu fase kualifikasi online yang berlangsung, gelaran turnamen Indonesia Games Championship 2020 mengumumkan beberapa tim yang lolos dari fase kualifikasi regional. Bagi kualifikasi regional, sudah dipertandingkan game AOV, Free Fire, dan COD Mobile. Hanya game League of Legends yang tidak membuka kualifikasi regional dan mengandalkan kualifikasi online mengingat skena kompetitifnya yang meredup beberapa waktu terakhir.

Berikut adalah nama-nama tim yang menjadi jawara regional dari masing-masing:

Free Fire:
-Tim Darkness V (Region Sumbagteng),
-Tim Soloco Bew (Region Central Jabotabek),
-Tim Unite Esports (Region Bali Nusa Tenggara),
-Tim Tme Perseus (Region Sulawesi).

COD Mobile:
-Tim Kayze (Region Sumbagut)
-Tim Rimo Team (Region Central Jabotabek)
-Tim Luxor 10z (Region Jawa Timur)
-Tim Infinity (Region Kalimantan)

Arena of Valor:
-Tim Arch Galaxy (Region Sumbagut)
-Tim Alliswell (Region Central Jabodetabek)
-Tim Hertz KBB (Region Jawa Tengah DIY)
-Tim Tiktod Epsrot (Region Sulawesi)

RRQ Endeavour Hijrah ke Valorant

Kabar mengejutkan datang dari RRQ Endeavour. Divisi Rex Regum Qeon yang sebelumnya bertanding di ranah esports Point Blank ini pindah ke Valorant. Dari roster yang diumumkan terakhir, ada 3 nama pemain besar dari skena esports FPS Indonesia — 2 dari Point Blank dan 1 dari CS: GO.

2 pemain yang sebelumnya berasal dari skena Point Blank adalah NextJacks dan Talent. Sedangkan Frostmisty adalah salah satu pemain jagoan FPS yang berangkat dari CS: GO. Aktifnya Frostmisty ke Valorant semakin menambah daftar panjang para pemain CS: GO yang hijrah ke Valorant. Sebelumnya, ada Atreyu yang bergabung dengan divisi Valorant teamNXL.

Usaha Victim FTF di Pekan Pertama PUBG Continental Series

Sejak 14 Mei 2020 lalu, PUBG Corp. telah melaksanakan PUBG Continental Series. Gelaran ini merupakan acara pengganti dari PUBG Global Series, yang seharusnya diselenggarakan pada bulan April 2020 lalu di Berlin. Digelar secara online, pertandingan PUBG Continental Series dibagi ke dalam empat benua besar, yaitu Europe, Asia Pacific, Asia, dan North America.

Pada regional Asia Pacific, ada perwakilan Victim Esports, yaitu Victim FTF, yang bertanding mewakili Indonesia. Victim FTF berisikan beberapa pemain yang sudah cukup dikenal pada skena kompetitif lokal seperti Zaman Al-Farizi (Ma4nn) dan Ridho Dwiki Sena (RDKboss), yang ditandem dengan Muhammad Rifki (EntryfraggeR) dan Setiawan Tandi (Tedeyyy).

Sumber: Victim Esports
Sumber: Victim Esports

Bertanding melawan tim asal Vietnam, Thailand, Filipina, dan negara Oceania, Victim FTF saat ini berada di peringkat 11 dengan perolehan 52 poin. Sejauh ini, performa mereka cukup stabil, namun terbatas di papan tengah saja. Perolehan terbaik mereka sejauh ini hanyalah mencapai peringkat 3 pada pertandingan ronde 7 di Erangel dan ronde 9 di Miramar.

Menanggapi performa Victim FTF yang terbilang masih kurang memuaskan Hafiz Rachman General Manager Victim Esports memberikan komentarnya. Walau performa pekan pertama masih belum maksimal, namun Hafiz mengatakan bahwa anggota Victim FTF saat ini menjadi makin semangat dan tertantang untuk menjadi lebih baik lagi agar bisa mengejar ketertinggalan poin.

“Kalau bicara tantangan terbesar, seperti kebanyakan kompetisi, yaitu menyesuaikan gameplay agar dapat unggul dari 15 tim lainnya. Apalagi setiap tim punya keunikkan mereka masing-masing yang membuatnya jadi sulit untuk dihadapi.” Hafiz menjelaskan tantangan terberatnya

Secara keseluruhan Hafiz mengatakan bahwa tim asal Thailand menjadi musuh-musuh yang kerap kali menjegal RDK dan kawan-kawan untuk mendapat Chicken Dinner. “Soalnya di Thailand masih banyak kompetisi, jadi pengalaman bertanding mereka terus bertambah. Namun kalau spesifik, tim Golden Cat adalah batu sandungan terbesar bagi kami.” ucapnya.

Menghadapi pekan kedua, Victim FTF harus tampil lebih baik dan lebih konsisten lagi. Apa saja persiapan khusus yang dilakukan? “Tentunya kami terus latihan, dan yang terpenting adalah evaluasi dari pertandingan week 1. Kami ingin agar week 2 bisa menunjukkan performa lebih maksimal, dan membanggakan Indonesia.” tukas Hafiz.

Masih ada sisa 10 ronde bagi Victim FTF untuk mengejar posisi mereka di PCS: Asia Pacific, yang akan berlanjut tanggal 23 Mei 2020 mendatang. Mari kita doakan agar Ma4nn dan kawan-kawan Victim FTF bisa memberikan hasil yang terbaik, dan membanggakan Indonesia di kancah PUBG (Steam) internasional!

Perjuangan Victim Esports di PUBG SEA Championship Phase 3

Di tengah scene esports yang sedang berkembang dengan sangat cepat, bongkar pasang roster, tambal pasang divisi seperti sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebuah organisasi esports. Tetapi Victim Esports mencoba jalan yang beda, mereka memilih untuk mengembangkan talenta mentah, dan menjadi organisasi esports yang berkembang bersama pemainnya.

Hal tersebut ternyata berbuah cukup manis bagi Victim Esports, terutama untuk kedua divisi PUBG PC mereka, Victim Rise dan Victim Reality, yang baru saja menyelesaikan pertandingan mereka di PUBG SEA Championship 2019 (PSC 2019) Phase 3. Tim ini memang sudah memberikan kejutan sejak dari kualifikasi Indonesia.

Walau Victim Rise dan Victim Reality merupakan tim yang dipandang dalam peta kekuatan kancah PUBG Indonesia, namun sebelumnya prestasi mereka terbilang masih cukup tertinggal dibanding para seniornya seperti Aerowolf atau RRQ. Namun, mental pantang menyerah sepertinya memang menjadi ciri khas dari organisasi Victim Esports.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Pada PSC 2019 ini, mereka akhirnya mendapatkan panggung untuk mereka sendiri. Pada kualifikasi Indonesia, Victim berhasil mengirimkan dua timnya, Victim Rise dan Victim Reality, ke PSC 2019 Phase 3. Dengan ini, berarti ada 3 wakil Indonesia di PSC 2019 Phase 3, Victim Rise, Victim Reality, dan RRQ.

Tetapi, dari dua tim PUBG PC Victim Esports tersebut, Victim Rise jadi lebih menonjol karena permainan mereka yang sangat ciamik. Pada babak Final Stage, mereka berhasil mendapatkan dua kali Chicken Dinner dari 15 ronde yang dipertandingkan. Selain itu, permainan mereka juga cukup stabil di ronde-ronde lainnya. Walau tidak mendapat Chicken Dinner, mereka mendapatkan peringkat 3 dengan 8 kill pada ronde 3, dan peringkat 4 dengan 9 kill pada ronde 11.

Untuk tim RRQ sendiri malah sedang menurun performa permainannya pada PUBG SEA Championship 2019 kali ini. Selama Offline Main Stage, mereka tidak mendapatkan Chicken Dinner sama sekali. Posisi terbaiknya mereka dapatkan pada ronde 8, ketika mereka mendapat peringkat 3 dengan 6 kill.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Setelah kurang lebih satu bulan pertandingan, Victim Rise akhirnya harus puas berada peringkat 4 dengan perolehan sebesar 148 poin. Victim Rise harus kalah dari Divine Esports yang jadi juara dengan perolehan 191 poin, dilanjut dengan Armory Gaming di peringkat 2 dengan perolehan 173 poin, lalu Sky Gaming Daklak di peringkat 3 dengan perolehan 171 poin. Lalu selain itu, Victim Reality harus rela finish di peringkat 9 dengan 111 poin yang diperoleh. Terakhir ada RRQ yang harus rela finish di peringkat 13 dengan perolehan hanya 71 poin saja.

PSC 2019 ini juga menjadi penting karena memperebutkan slot untuk bertanding di PUBG Global Championship 2019 (PGC 2019) yang akan diadakan pada November 2019 mendatang. Sky Gaming Daklak sebagai peringkat ketiga menerima slot tersebut, karena Divine Esports dan Armory Gaming sudah diundang langsung ke gelaran (PGC 2019). Ini menjadi momen yang cukup menyesakkan bagi tim Victim Rise, karena mereka seperti hanya satu langkah lagi untuk dapat bertanding di kompetisi tingkat global.

Victim Rise dan Victim Reality dalam PUBG SEA Championship 2019

Dengan hasil yang cukup membuat para penggemar (dan juga saya) gemas, namun tak bisa dipungkiri dua tim Victim ini sudah memberikan performa semaksimal mungkin. Hafiz Rachman, General Manager Victim Esports juga mengatakan bahwa ia sudah cukup puas dengan hasil yang didapatkan ini.

“Menurut kami hasil tersebut sudah cukup memuaskan, meskipun cukup sayang mereka belum bisa lolos ke PGC 2019. Melihat mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga, saya merasa ini sudah cukup. Apalagi bisa dibilang pion yang mereka kumpulkan selama offline stage hampir lebih tinggi jika dibanding Sky Gaming Daklak.”

Satu hal yang juga membuat saya penasaran adalah persiapan dari kedua tim ini, terutama Victim Rise. Mengingat sebelumnya tim ini belum sempat terlihat muncul ke permukaan di kancah PUBG PC. “Memang Victim Rise sempat vacuum dari kompetisi selama kurang lebih 2 bulan setelah pergantian roster.” ucap Hafiz. “Kalau bicara persiapan dan pelatihan, sebetulnya tidak berbeda dibandint tim lain, mungkin memang Victim Rise baru menemukan formula dan chemistry tim.”

Lagi-lagi, walau bikin geregetan, saya juga setuju bahwa ini adalah hasil yang memuaskan bagi Victim Esports. Apalagi Victim Esports yang sebelumnya ketinggalan dibanding para seniornya. Namun mungkin yang cukup disayangkan adalah peringkat akhir dari Victim Reality yang bedanya cukup jauh dibanding Victim Rise

Roster Victim Rise pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Fakhri “VTR_C1moy15” Adha
  • Kamaruddin “VTR_Kamalz”
  • Riski “VTR_Tantruum” Oktavianda
  • Risky “VTR_Chibiritt” Junaidi

Roster Victim Reality pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Alvin “VTM_Miseryy” Sahri
  • Irham “VTM_Vandal9Boy” Fikri
  • Jaka “VTM_Jekzy” Saputra
  • William “VTM_SashaGrey” Hutagalung

Selamat bagi Victim Esports atas hasil yang didapatkan. Semoga bisa semakin baik di masa depan!

Victim Esports Dalam Visinya Menjadi Tim yang Berkembang Bersama Pemain

Jumat, 23 Agustus 2019 lalu menjadi momentum penting bagi salah satu organisasi esports yang sedang berkembang, Victim Esports. Lewat gelaran konfrensi pers yang diselenggarakan di FX Sudirman, Jakarta, momen tersebut sekaligus menjadi perayaan momen kemenangan Victim Esports di laga latih tanding melawan timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019.

Selain dari selebrasi kemenangan Victim Esports, momen ini juga digunakan manajemen tim untuk mengumumkan berbagai macam hal. Mulai dari visi misi, berbagai divisi yang dimiliki, sampai jajaran brand ambassador yang akan menjadi wajah dari Victim Esports.

Awal Mula Victim Esports

Dalam sesi tersebut, Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports bercerita banyak soal perjalanan mereka dari awal hingga sekarang. Perjalanan awal Victim Esports mendapatkan nama di esports Indonesia sendiri adalah lewat PUBG PC.

Walaupun namanya mungkin baru mulai naik daun di Mobile Legends belakangan ini, tapi Victim Esports sebenarnya sudah lebih dulu mulai dikenal lewat PUBG, baik PC ataupun Mobile. Lahir sejak 10 September 2018, mereka mulai merintis lewat divisi PUBG PC.

Sumber: NVIDIA
Sumber: NVIDIA

Ketika itu, walaupun status mereka awalnya adalah tim kuda hitam, namun mereka kerap menyaingi nama-nama besar di kancah PUBG PC, seperti Aerowolf ataupun RRQ.

Victim Esports, lewat nama Victim Reality, sempat menjuarai penyisihan Nvidia GeForce PUBG Pacific Cup, dan mewakili Indonesia di tingkat yang lebih tinggi. Begitu juga dengan divisi PUBG Mobile Victim Esports, yang turut mewakili Indonesia di PUBG Mobile Club Open (PMCO) Spring, bersama dengan Bigetron, EVOS, ONIC, dan WaW.

Menjadi Organisasi yang Berkembang Bersama Pemain

Dengan segala prestasi yang sudah dimiliki, Victim Esports pun berkembang sedikit demi sedikit, menjadi memiliki beberapa divisi untuk game-game populer, termasuk juga Mobile Legends. Pada gelaran konfrensi pers, Victim Esports memperkenalkan semua divisi yang mereka miliki, yaitu: PUBG PC (2 Tim), PUBG Mobile, Mobile Legends, Free Fire, dan Auto Chess.

Yang membuat tim ini jadi menarik, manajemen tim menegaskan bahwa Victim Esports adalah organisasi esports yang ingin berkembang bersama pemainnya. Ketika itu ada Rickel Albert, manajer tim MLBB Victim Esports, menceritakan hal ini.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Kita berawal dari pemain-pemain yang ingin berkembang, lalu bergabung menjadi satu, kita campur semua, sampai akhirnya menjadi seperti sekarang, tim yang berprestasi.” Rickel mengatakan pada sesinya.

Doni Setiawan selaku CEO Victim Esports juga menegaskan hal tersebut. “Kita memang strateginya adalah mencari talenta-talenta baru, ambil dari semi-pro. Lalu kita didik, ajarin attitude dan juga cara bermain, supaya pemain ini menjadi pemain yang matang.”

Penasaran dengan visi ini, kami lalu mencoba mencari tahu lebih lanjut komitmen Victim Esports dalam mewujudkan visi tersebut, dan mencoba mewawancara dan Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports, . Pertama-tama soal latihan dan program yang disediakan. Victim Esports terbilang punya standar disiplin yang cukup ketat.

“Yang pasti, manajer di masing-masing divisi kita punya kewajiban mengatur jadwal, mulai dari latihan, sampai aspek kehidupan lainnya seperti waktu untuk makan, tidur, dan istirahat. Ucap Hafiz.

“Lalu kalau fasilitas sih seperti kebanyakan tim esports ya, gaming house, gaji yang cukup, dan lain sebagainya.” Hafiz lalu melanjutkan membahas soal fasilitas.

Lebih lanjut soal mencari talenta baru, scouting atau usaha mencari pemain berbakat dari berbagai daerah juga jadi hal lain yang menarik untuk dieksplorasi. Ini lalu menjadi topik berikutnya yang kami bahas.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Sejauh ini pemain-pemain kami (Victim Esports) domisilinya sudah cukup beragam, kita juga ada pemain asal Sulawesi dan Kalimantan. Karena memang visi kami adalah mengembangkan pemain, jadi kami kerap melakukan scouting ke berbagai daerah. Nanti sekiranya ada pemain yang potensial, kemungkinan besar akan kami rekrut dan kami latih agar menjadi pemain yang lebih matang.” Hafiz bercerita.

Kendati demikian, mereka tetap masih urung untuk mencoba mengembangkan basis operasionalnya ke daerah lain. Tapi ini bukan sepenuhnya tanpa alasan. Alasan Hafiz sebenarnya cukup mirip seperti apa kata Dani Handoko, owner tim Hanz Pro Gaming, tim yang berasal dari warnet di Palembang.

“Kita sempat mendapat tawaran investor untuk membuat cabang di Bali. Tapi gimana juga, nggak bisa bohong bahwa kebanyakan event masih di Jakarta. Daripada nantinya biaya operasional kita jadi membengkak, makanya sementara ini kita fokus di Jakarta dulu.” tukas Hafiz.

Regenerasi, dan Usaha Menjadi From Zero to Hero

Apa yang dilakukan dan menjadi visi bagi Victim Esports ini sebenarnya menarik. Mengapa? Karena hal ini seperti menjadi kompromi antara dua hal. Pertama secara ekosistem, Hybrid sudah beberapa kali membahas soal urgensi regenerasi pemain di scene esports Indonesia. Yohannes P.Siagian, mantan kepala sekolah SMA PSKD 1, menjadi salah satu sosok yang vokal soal hal ini yang juga sempat Hybrid wawancarai.

Lalu di sisi lain adalah soal kepentingan. Selama ini tak banyak entitas esports yang merasa punya kepentingan melakukan hal tersebut. Memang sudah ada JD.ID High School League ataupun Indonesia Esports League University Series. Namun keduanya hanya wadah pertandingan saja.

Untuk regenerasi, saya merasa ekosistem esports Indonesia ini memang masih kekurangan wadah pelatihan. Beberapa tim besar cenderung lebih memilih mengambil pemain yang sudah matang. Tetapi Victim Esports dengan visinya, mungkin bisa menjadi bagian penting dari ekosistem ini.

Apalagi Doni Setiawan sang CEO Victim Esports, juga secara gamblang ingin menciptakan tim yang bisa berjuang dari nol hingga menjadi juara. Secara peluang, Victim Esports sebenarnya bisa saja mencari keuntungan instan, dengan menjual pemain yang sudah dimatangkan oleh manajemen Victim Esports kepada tim yang lebih mapan. Namun, Doni lebih memilih jalan yang terjal untuk menjadi juara.

“Semisal ada pilihan jual pemain demi keuntungan instan, atau menggunakan pemain didikan untuk kompetisi yang belum tentu bisa memenangkan kompetisi, saya lebih memilih tetap menggunakan pemain didikan saya untuk mengikuti kompetisi yang belum tentu jadi juara.” jawab Doni Setiawan, CEO tim Victim Esports.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Keluarga besar Victim Esports, mulai dari manajemen, pemain semua divisi, hingga brand ambassador. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Karena begini, saya percaya dengan pemain saya. Mereka yang belum tentu jadi juara tentunya akan belajar. Dari kekalahan tersebut, mereka pasti bakal menemukan pelajaran agar dapat jadi juara di kemudian hari.” Doni melanjutkan.

Keteguhan Doni dalam mengembangkan tim dari nol ini, terutama Mobile Legends, mungkin bisa dibilang ada hubungannya dengan liga franchise MPL Season 4. Mengingat tim Mobile Legends Victim Esports terbilang cukup baru, mereka tidak mengikuti liga franchise MPL Season 4.

Maka dari itu, ini waktu yang tepat untuk mendidik pemain dan membangun kekuatan terlebih dahulu bukan?

Lebih lanjut, Doni juga menjelaskan keinginannya untuk ikut serta pada MPL musim berikutnya. “Kita kemungkinan besar bakal gabung entah di MPL musim kelima atau musim keenam.” Doni membuka pembicaraan.

“Tapi mengingat biaya franchise tersebut (Rp 15 miliar) bukan berarti divisi Mobile Legends adalah prioritas. Hanya saja, untuk pertarungan sekelas MPL, saya merasa Victim Esports wajib turut serta untuk dapat menunjukkan siapa diri kita.” Doni kembali menegaskan.

Lewat visinya, Victim Esports memang secara tidak langsung jadi punya “kewajiban” untuk meregenerasi atlet esport, yang dalam konteks ini adalah atlet esports Mobile Legends. Ini jadi cara yang menarik yang tentunya diharapkan bisa berdampak positif pada ekosistem.

Kendati kekhawatiran terhadap prospek masa depan suatu game akan terus ada, regenerasi pemain tetap menjadi hal yang wajib dilakukan dalam ekosistem esports. Agar ekosistem ini  tetap ada untuk bertahan, bukannya hanya menjadi tren sesaat yang lalu hilang ditelan zaman.