Tag Archives: Vishal Tulsian

Investree Amar Bank

Investree Akuisisi Hampir 19% Saham Amar Bank

Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group) mengumumkan akuisisi saham minoritas di Amar Bank sebesar 18,84%, bagian dari Tolaram Group, pasca penandatanganan perjanjian transaksi. Langkah strategis tersebut dipercaya dapat mempercepat inklusi keuangan di Indonesia.

Ke depannya, kedua belah pihak akan melakukan sinergi bisnis untuk menyediakan ragam produk pembiayaan dan menawarkan solusi bisnis digital untuk meningkatkan operasi UMKM secara nasional. Selaras dengan ambisi Investree Group, yang beroperasi di Indonesia di bawah PT Investree Radhika Jaya (Investree), berkomitmen untuk memperluas akses layanan keuangan bagi UMKM melalui solusi perbankan digital.

Pasalnya, ada sekitar 92 juta dan 47 juta orang dewasa yang tidak memiliki rekening bank dan tidak memiliki rekening bank di Indonesia masing-masing, dan segmen UMKM yang tidak memiliki rekening bank serta berkembang pesat menyumbang sekitar 60% dari PDB.

Direktur Investree Group, Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi menuturkan bahwa inisiatif tersebut dalam rangka menciptakan kolaborasi yang kohesif antara fintech dan bank serta melakukan inovasi produk untuk menyediakan layanan pembiayaan digital dan solusi bisnis yang lebih terintegrasi, sebagai perluasan jangkauan kepada calon debitur/UMKM di kota-kota yang masuk dalam jaringan Amar Bank.

“Selain itu, akuisisi akan semakin meningkatkan ekosistem yang kuat yang telah memungkinkan peningkatan potensi strategis Investree untuk memberdayakan UMKM di seluruh negeri. Komitmen ini sejalan dengan salah satu agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia, yaitu mendorong inklusi keuangan khususnya bagi komunitas UMKM yang selama ini belum terlayani dengan baik oleh perbankan,” kata Adrian dalam keterangan resmi, Selasa (10/5).

Managing Director, Fintech & Infrastructure Tolaram Navin Nahata menambahkan, kehadiran Investree, sejalan dengan upaya perusahaan untuk membangun Amar Bank menjadi bank digital terkemuka yang berfokus pada konsumen dan UMKM.

Dia memercayai pengetahuan mendalam Investree tentang ruang pembiayaan UMKM lokal memungkinkan Amar Bank mempercepat inovasi diversifikasi produk untuk menangani segmen ekonomi Indonesia yang penting namun secara historis kurang terlayani. “Kami menantikan kemitraan yang sukses dan berjangka panjang dengan Investree,” ujarnya.

Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian turut memberikan pernyataannya, “Transaksi ini merupakan langkah maju yang signifikan bagi Amar Bank. Keterlibatan dan keahlian Investree akan memungkinkan kami untuk memperkenalkan penawaran produk baru dan lebih baik untuk UMKM di Indonesia, di samping produk pinjaman digital unggulan kami, Tunaiku dan bank khusus seluler, Senyumku. Bersama-sama, kami akan menghadirkan Digital Banking with an Impact.”

Kinerja Amar Bank

Berdasarkan paparan kinerja Amar Bank, bank meraih laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar Rp4,1 miliar dan kenaikan total aset sebesar Rp5,2 triliun yang tumbuh 28,2% (yoy). Dari sisi pinjaman, tumbuh 40,1% secara tahunan atau sebesar Rp2,4 triliun. Mayoritas pinjaman datang dari platform pinjaman Tunaiku yang menyalurkan Rp2 triliun atau naik 63%.

Masuknya Investree, juga merupakan upaya Amar Bank untuk memenuhi ketentuan inti minimum sebesar Rp3 triliun di penghujung 2022, berdasarkan POJK Nomor 12 Tahun 2020 tentang konsolidasi bank umum. Bank telah menyelesaikan Rights Issue I pada 1 Maret 2022, dan tetap optimis bisa memenuhi ketentuan hingga akhir tahun ini.

Hal yang sama juga dilakukan oleh bank kecil lainnya. Sebelumnya, ada Xendit yang mengakuisisi saham Bank Sahabat Sampoerna, induk Kredivo yang resmi menguasai 75% saham Bank Bisnis Internasional, Grab dan Singtel sebagai investor strategis Bank Fama, Modalku dan Carro berinvestasi di Bank Index, dan Ajaib Group genggam 40% saham Bank Bumi Artha. Selebihnya masih sekadar rumor, tinggal tunggu kabar peresmiannya, seperti Amartha yang dikabarkan akan akuisisi Bank Victoria Syariah.

Application Information Will Show Up Here

Amar Bank Introduces Personal Financial Management App Senyumku

Amar Bank launches a personal financial management app, Senyumku. This app uses Google’s recent cloud solution launched last week.

Senyumku is designed to provide an easy and secure saving experience, by providing personalized information, therefore, it acts as a reminder or personal financial advisor for each customer.

“[…] What distinguishes Senyumku from other digital banks is the intelligence-based AI in managing information in order to encourage customers to increase their savings,” Amar Bank’s President Director, Vishal Tulsian said in an official statement on Wednesday (1/7).

As a financial management application, this app has features include recording and managing customer financial information, in the form of cash, electronic money, and balances in bank accounts. Customers can input income and expenditure information manually with complete information on category and transaction.

Other supporting features include budgeting, fast loans, online accounts, automatic bills, and credit scores to get loans.

“Senyumku will come in a full version with sophisticated AI technology to enhance the features of financial advisors, and to enable customers to be able to access all banking transaction activities.”

Currently, Senyumku is available in the Lite version on Google Play. In order to become a customer, simply register by entering your name, email address, and mobile number.

To date, Senyumku only accessible for personal financial management to record income and expenditure from various sources of funds and investment deposits. In order to add another bank account and e-wallet, it acts as information in personal financial management. It’s unlike integrating directly with the institution.

Another bank-based financial management application that is quite successful in Indonesia is Jenius. Currently, Jenius has developed many features since it was first launched in 2016. The latest feature is Moneytory to assists customers manage cash flow and is recorded automatically from the main debit card.

Google Cloud Assistance

Regarding cloud service, Tulsian explained that Google Cloud offers solutions that support the company’s IT infrastructure as a digital bank. Since Google Cloud’s regional launch in Jakarta, the company has used its technology for various business cases, such as product and feature launches, Big Data architecture, AI and Analytics, and others.

The company’s collaboration with Google Cloud is supported by FIS Cloud and Infofabrica which enables the company to utilize data analytics and machine learning to deliver personalized customer experiences faster.

The company utilizes Google Cloud solutions, starting from the Kubernetes cluster solution with the Google Kubernetes Engine (GKE) which allows the company to manage and scale up services more easily and cost effectively. Next, Google Data Analytics and AI are the keys to providing a better customer experience.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Digital only bank Amar Bank perkenalkan aplikasi pengatur keuangan pribadi Senyumku yang memanfaatkan solusi Google Cloud sudah bisa diunduh di Play Store

Amar Bank Perkenalkan Aplikasi Pengatur Keuangan Pribadi “Senyumku”

Amar Bank memperkenalkan aplikasi pengatur keuangan pribadi Senyumku. Aplikasi ini memanfaatkan solusi cloud milik Google yang baru diluncurkan pekan lalu.

Senyumku didesain untuk memberikan pengalaman menabung yang mudah dan aman, dengan memberikan informasi yang dipersonalisasi sehingga bertindak sebagai pengingat atau penasihat keuangan pribadi bagi setiap nasabah.

“[..] Yang membedakan Senyumku dengan bank digital lainnya adalah dukungan AI yang menggunakan kecerdasan dalam pengelolaan informasi sehingga dapat mendorong nasabah untuk meningkatkan tabungannya,” ucap Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian dalam keterangan resmi, Rabu (1/7).

Sebagai aplikasi manajemen finansial, aplikasi ini memiliki fitur mencatat dan mengelola informasi keuangan nasabah, dalam bentuk uang tunai, uang elektronik, maupun saldo dalam rekening bank. Nasabah dapat memasukkan informasi pemasukan dan pengeluaran secara manual, lengkap dengan informasi keterangan kategori dan transaksi.

Fitur pendukung lainnya yang akan ditambahkan di antaranya budgeting, pinjaman cepat, rekening online, tagihan otomatis, dan skor kredit untuk mendapatkan pinjaman.

“Senyumku akan hadir dalam versi lengkap dengan kecanggihan teknologi AI yang lebih mumpuni untuk meningkatkan fitur penasihat keuangan, serta memungkinkan nasabah untuk dapat mengakses seluruh kegiatan transaksi perbankan.”

Saat ini Senyumku hadir dalam versi Lite dan sudah bisa diunduh di Google Play. Untuk menjadi nasabah Senyumku, cukup mendaftarkan diri dengan memasukkan nama, alamat email, dan nomor handphone.

Sejauh ini, Senyumku baru bisa digunakan untuk manajemen keuangan pribadi mencatat pemasukan dan pengeluaran dari berbagai source of fund dan investasi deposito. Untuk menambahkan akun bank lain dan e-wallet, sifatnya sebagai informasi dalam manajemen keuangan pribadi. Bukan dalam artian terintegrasi langsung dengan institusinya.

Aplikasi pengelola keuangan lainnya yang dirilis bank dan cukup sukses di Indonesia adalah Jenius. Saat ini Jenius sudah banyak pengembangan fitur sejak diluncurkan pertama kali di 2016. Fitur teranyarnya adalah Moneytory untuk bantu nasabah mengelola cash flow dan tercatat secara otomatis dari kartu debit utama.

Memanfaatkan Google Cloud

Terkait cloud, Tulsian menjelaskan Google Cloud menawarkan solusi yang mendukung infrastruktur IT perseroan sebagai bank digital. Sejak peluncuran regional Google Cloud di Jakarta, perseroan telah menggunakan teknologinya untuk berbagai penggunaan bisnis, seperti peluncuran produk dan fitur, arsitektur Big Data, AI dan Analytics, dan lainnya.

Kolaborasi perseroan dengan Google Cloud didukung oleh FIS Cloud dan Infofabrica yang memungkinkan perseroan memanfaatkan data analytics dan machine learning untuk memberikan pengalaman nasabah yang sudah dipersonalisasi lebih cepat.

Perseroan memanfaatkan solusi Google Cloud, mulai dari solusi cluster Kubernetes dengan Google Kubernetes Engine (GKE) yang memungkinkan perseroan mengelola dan meningkatkan skala layanan lebih mudah dan efektif dari segi biaya. Berikutnya, Google Data Analytics dan AI yang menjadi kunci untuk memberikan pengalaman nasabah yang lebih baik.

Application Information Will Show Up Here
OJK supports Amar Bank to continue operating Tunaiku as part of the company

P2P Lending Tunaiku Continues Operation Under Amar Bank

Tunaiku released an official statement after a rumor spread about the revoked license as p2p lending by OJK (Indonesia’s FSA). In its release to DailySocial, Vishal Tulsian, Amar Bank’s Managing Director, said the fact that Tunaiku was the one requesting for the revocation by OJK’s suggestion.

Tulsian said, in February 2018 Tunaiku established a separate legal entity PT Tunaiku Fintech Indonesia for p2p lending service license registration.

They submit the application to OJK’s Fintech Licensing and Managing Directorate of Licensing and Fintech Control (DP3F) The application was approved and issued by March 2018.

In spite of having an independent legal entity, Tunaiku still operating under Amar Bank.

The regulator, in this case, OJK’s Banking Supervisor, views Tunaiku’s four years performance under Amar Bank has resulted in providing loans of more than IDR 1 trillion and approaching more than 100 thousand customers in the beginning of the third quarter in 2018. OJK is finally pushed Tunaiku to remain under Amar Bank supervision.

“OJK Banking Supervisor suggested Amar Bank to continue running Tunaiku, under its supervision. Therefore, in August 2018, we submit a request for Tunaiku’s license cancellation as fintech p2p lending operator to DP3F OJK, and has been approved,” Tulsian explained.

“We appreciate the trust and support by the regulator, particularly OJK in terms of achieving the same goal, to support the national strategy of Indonesia’s financial inclusion and consumers protection as the priority,” he added.

Hendrikus Passagi, OJK’s DP3F Director, said, ” In its journey, Tunaiku electronic system is sorted by OJK Banking Supervisor as an Amar Bank product which operated since June 2014. With the consideration of operation and reputation, Tunaiku has submitted the cancellation request as a p2p lending operator.

He continued, the cancellation was meant for Amar Bank to focus, and Tunaiku platform can be fully supervised as a banking product. Upon the request, OJK’s DP3F approved and canceled the license of Tunaiku Fintech Indonesia.

“With the focus of Tunaiku supervision as a banking product of Amar Bank, it’s expected to advance the role in supporting the national strategy of financial inclusion in Indonesia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
OJK mendorong Amar Bank untuk tetap mengoperasikan Tunaiku sebagai bagian perusahaan

Layanan P2P Lending Tunaiku Tetap Beroperasi Di Bawah Naungan Amar Bank

Tunaiku merilis pernyataan resmi pasca beredar kabar dicabutnya surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara p2p lending oleh OJK. Dalam keterangan yang diterima DailySocial, Managing Director Amar Bank Vishal Tulsian menyampaikan sebenarnya justru Tunaiku yang meminta pencabutan tersebut karena dorongan OJK.

Vishal menyebutkan, pada Februari 2018 pihak Tunaiku mendirikan badan hukum tersendiri PT Tunaiku Fintech Indonesia untuk kepentingan pendaftaran perizinan penyelenggaraan layanan p2p lending ini.

Mereka mengajukan pendaftaran ke Direktorat Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech (DP3F) OJK. Permohonan tersebut disetujui dan keluar pada Maret 2018.

Kendati sudah berbentuk badan hukum sendiri, dalam proses bisnisnya Tunaiku terus beroperasi di bawah Amar Bank.

Regulator, dalam hal ini Pengawas Perbankan OJK, melihat Tunaiku selama empat tahun beroperasi di bawah naungan Amar Bank telah berhasil memberikan pinjaman lebih dari Rp1 triliun dan menjangkau lebih dari 100 ribu nasabah di awal kuartal III/2018. OJK akhirnya mendorong Tunaiku untuk tetap berada di bawah pengawasan Amar Bank.

“Pengawas Perbankan OJK mendorong Amar Bank untuk tetap mengoperasikan Tunaiku sebagaimana yang sudah dilakukan, yaitu tetap berada di bawah pengawasan dan naungan Amar Bank. Dengan demikian, pada bulan Agustus 2018, kami menyampaikan permohonan pembatalan tanda terdaftar sebagai penyelenggara fintech peer-to-peer lending Tunaiku kepada DP3F OJK dan juga telah disetujui,” terang Vishal.

“Kami mengapresiasi kepercayaan dan dukungan yang terus diberikan oleh regulator, khususnya OJK dalam mencapai tujuan yang sama, yaitu mendukung strategi nasional keuangan inklusif tanah air serta perlindungan konsumen yang menjadi prioritas,” tambahnya.

Direktur DP3F OJK Hendrikus Passagi mengatakan, “Dalam perjalanannya, sistem elektronik Tunaiku juga dikelompokkan oleh pengawas perbankan OJK sebagai produk Amar Bank yang telah beroperasi sejak Juni 2014. Dengan pertimbangan operasional dan menjaga reputasi, serta meningkatkan peran platform Tunaiku dalam inklusi keuangan, Tunaiku telah menyampaikan permohonan pembatalan sebagai penyelenggara p2p lending.”

Dia melanjutkan, pembatalan tersebut dimaksudkan agar Amar Bank dapat lebih fokus dan platform Tunaiku sepenuhnya dapat diawasai dengan baik sebagai salah satu produk perbankan. Atas permohonan tersebut, DP3F OJK mengabulkan permohonan dan membatalkan tanda terdaftar Tunaiku Fintech Indonesia.

“Dengan semakin terarahnya pengawasan Tunaiku sebagai salah satu produk perbankan di Amar Bank, diharapkan Tunaiku dapat semakin meningkatkan perannya secara maksimal dalam mendukung strategi nasional keuangan inklusif di tanah air,” pungkas Hendrikus.

Application Information Will Show Up Here
Tunaiku jadi salah satu dari lima perusahaan p2p lending yang harus menhentikan operasionalnya

OJK Cabut Tanda Terdaftar Lima Penyedia Fintech Lending

OJK mencabut tanda bukti terdaftar yang sebelumnya sudah dikantongi oleh lima perusahaan fintech p2p lending. Alasan regulator, seperti dikutip dari Tech In Asia, karena kelimanya terbukti melakukan pergantian pemegang saham tanpa persetujuan OJK.

Kelima perusahaan tersebut adalah Relasi, Tunaiku (produk KTA online dari Bank Amar), Dynamic Credit, Pinjamwinwin, dan Karapoto. Surat keputusan telah terbitkan sejak 24 Agustus 2018, alhasil perusahaan yang terkena dampak dari putusan ini harus menghentikan seluruh layanan, menyelesaikan hak dan tanggung jawab pengguna.

Mereka juga dilarang menggunakan logo OJK, serta tidak boleh mencantumkan pernyataan bahwa mereka terdaftar dan diawasi OJK dalam setiap kegiatannya.

OJK juga mengimbau masyarakat yang merupakan pengguna layanan tersebut untuk menghubungi perusahaan terkait. Tujuannya dalam rangka penyelesaian hak dan kewajiban pengguna.

DailySocial mencoba untuk menghubungi salah satu dari lima perusahaan tersebut, yakni Tunaiku. Pihak Tunaiku menolak untuk memberikan tanggapannya pada hari ini, Senin (3/9) dan berdalih pernyataan resmi baru akan dikeluarkan esok hari.

Tunaiku merupakan salah satu produk andalan yang sudah berusia empat tahun dari Amar Bank, bank swasta daerah dari Surabaya. Diklaim Tunaiku adalah salah satu pionir layanan fintech lending di Indonesia.

Dalam wawancara terdahulu, Vishal menyebut Tunaiku mengincar penyaluran pinjaman lebih dari Rp1 triliun sepanjang tahun 2018 untuk 100 ribu nasabah di seluruh Indonesia.

OJK mendorong Amar Bank untuk tetap mengoperasikan Tunaiku sebagai bagian perusahaan

Layanan KTA Online Tunaiku Incar Penyaluran Lebih Dari Rp1 Triliun Sepanjang 2018

Layanan KTA online Bank Amar “Tunaiku” mengincar realisasi penyaluran pinjaman lebih dari Rp1 triliun sepanjang tahun ini untuk 100 ribu nasabah di seluruh Indonesia.

Target yang dipasang ini sebenarnya hampir melampaui bila dilihat dari pencapaian yang diklaim perusahaan sebesar Rp700 miliar untuk 70 ribu nasabah hingga pertengahan Mei 2018. Pertumbuhan bisnis secara keseluruhan di Tunaiku tumbuh rerata 30% per kuartalnya.

“Tahun ini kami memasuki usia ke-4. Misi kami adalah memberikan kredit untuk orang yang benar-benar butuh, bukan sekadar untuk kebutuhan konsumtif,” terang CEO Tunaiku Vishal Tulsian kepada DailySocial.

Pihaknya akan terus memperbaiki kualitas pelayanan agar proses pengajuan semakin seamless dan ramah bagi nasabah baru baik di situs desktop maupun aplikasi. Pun demikian, dari segi kualitas credit scoring untuk percepat penyaluran dana, sekaligus menekan kredit macet agar tidak tinggi.

Produk pinjaman pribadi seperti Tunaiku memiliki tantangan tersendiri dalam penyalurannya. Perusahaan harus memastikan tujuan penggunaannya harus tepat, bukan untuk kebutuhan konsumtif. Untuk itu kualitas saat melakukan credit scoring harus bagus karena risikonya besar.

“Tim data scientist kami membangun algoritma credit scoring yang canggih sehingga kami cukup memanfaatkan web footprint untuk bantu kami dalam menilai kualitas calon nasabah.”

Untuk pengajuan pinjaman di Tunaiku, calon nasabah dapat mengajukan mulai Rp2 juta-Rp20 juta dengan tenor 6-20 bulan, berbekal KTP saja. Besaran bunga yang diberlakukan adalah 3% per bulan (flat), berlaku untuk seluruh nasabah.

Mayoritas nasabah Tunaiku berlokasi di Jabodetabek dan Surabaya (kantor pusat Bank Amar). Bila digabung porsi dari dua lokasi tersebut mencapai 70% dari total nasabah. Tunaiku juga hadir di Sidoarjo dan Gresik. Sumbangsih dari Tunaiku masih menyumbang kurang dari 30% terhadap total portofolio bisnis KTA di Bank Amar.

Persaingan dengan fintech lending lainnya

Sebagai salah satu pionir layanan fintech lending di Indonesia, Vishal mengaku, pihaknya mengalami perjalanan yang panjang hingga akhirnya kini masyarakat mulai mengenal industri fintech. Lantaran pada waktu itu belum ada aturan yang mengatur bisnis fintech, terutama lending online.

“Kami turut berpartisipasi dengan regulator untuk membuat aturan soal lending. Sebab pada saat kami menghadirkan Tunaiku, fintech belum dikenal sama sekali.”

Lain dulu lain sekarang, sudah banyak pemain fintech lending yang beroperasi di Indonesia. Vishal mengaku pihaknya tidak khawatir dengan hal tersebut, sebab secara model bisnis, Tunaiku berada di posisi tengah-tengah. Antara fintech yang memberikan pinjaman dengan bunga harian dan fintech yang memberikan pinjaman untuk UKM.

Menurutnya, untuk menghadirkan layanan seperti Tunaiku memiliki tantangan, salah satunya KTA tergolong pinjaman tanpa jaminan sehingga risikonya besar. Memang, memberikan bunga harian yang tinggi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan.

Cara tersebut justru dinilai jadi tidak membantu nasabah karena cicilannya yang memberatkan. Untuk itu diputuskan untuk memberlakukan bunga flat untuk semua jenis nasabah, kendati mereka memiliki reputasi kredit yang kurang bagus.

“Tidak ada fintech yang beri pinjaman KTA dengan tenor antara 6-20 bulan, itu posisi kami. Inilah yang membedakan kami dengan fintech lending lainnya.”

Tambah kemitraan dengan Investree

Vishal, yang juga merupakan Managing Director Bank Amar, menambahkan saat ini perusahaan telah menambah kemitraan dengan Investree dengan menjadi lender dari kalangan institusi untuk para pengusaha UMKM.

Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan target pertumbuhan kredit Bank Amar, khususnya kredit produktif. Sebelum teken kemitraan dengan Investree, sebelumnya Bank Amar juga menjadi lender untuk Amartha dan Mekar.

“Penandatanganan ini adalah bukti kami kepada pemerintah yang menyatakan bahwa ke depannya inovasi digital akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sektor UMKM, serta mampu memberikan dorongan finansial bagi masyarakat yang underserved,” pungkas Vishal.

Amar Bank and Mekar partnered up to provide funding for the selected SMEs

Amar Bank Partners with Mekar to Facilitate Funding for SMEs

Amar Bank set an agreement with PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) in running a p2p lending service to distribute credit facility for some MFI (Micro Financial Institution) in Indonesia. Amar Bank’s support supposes to help SMEs’ business development through Mekar’s partners in all regions throughout Indonesia.

In fintech industry, Amar Bank has Tunaiku as a leading product, while Mekar is a fintech company that facilitates borrowers with lenders known as peer-to-peer (p2p) lending. Furthermore, Mekar will partner up with positive and potential MFI in need for investors to provide loans for its SMEs. In this position, Mekar expects the partnership to help SMEs development.

“This time, Amar Bank pairs with Mekar in distributing funds into some MFIs. Funding will be distributed to thousands of SMEs in some cities in Indonesia. We’ll continue to evaluate the potential to provide banking access for customers in need.” Vishal Tulsian, Amar Bank’s Managing Director, said.

This funding will be distributed to its two partners, Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) and Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Both are said to acquire more than a hundred thousand borrowers of SMEs from all over Indonesia.

In the process, Mekar will take a role as a marketplace that also monitoring fund distribution for the selected borrowers.

“It’s an honor for a fintech company as Mekar to be partnered with Amar Bank, a bank with one of the leading technology in Indonesia,” Thierry Sanders, CEO of Mekar, said.

The partnership is Amar Bank’s attempt to increase access towards their lending service. Tulsian added, in 2018, Amar Bank will be focused on two products, conventional and digital lending. The team is also committed in supporting the financial institution, including MFI, as an effort to facilitate people in need for fast and on-point funding.

“It [fast and on-point distribution] is supported with administration process that accessible and convenient transaction in banking. With an objective to provide funding for SMEs, it means that we can also help to fasten the distribution for the right target,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Amar Bank dan Mekar bermitra untuk memberikan pendanaan ke UKM terpilih

Amar Bank Bermitra dengan Mekar, Mudahkan UMKM Mendapatkan Dana

Amar Bank dan PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) sepakat menjalin  kerja sama demi menjalankan layanan pinjaman peer-to-peer untuk menyalurkan fasilitas kredit kepada sejumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia. Dukungan realisasi penyaluran dana Amar Bank diharapkan dapat mendorong pengembangan usaha UMKM melalui Lembaga Keuangan Mikro mitra usaha Mekar di berbagai wilayah di Indonesia.

Di industri teknologi finansial, Amar Bank mempunyai produk unggulan yakni Tunaiku, sedangkan Mekar merupakan perusahaan teknologi finansial yang membantu mempertemukan peminjam dengan pemodal atau disebut juga peer-to-peer lending. Mekar selanjutnya akan menjalin kerja sama dengan LKM yang dipandang sehat, memiliki potensi untuk tumbuh dan membutuhkan investor untuk memberikan pinjaman atas UMKM yang dibina LKM tersebut. Dengan posisinya sekarang, Mekar berharap kerja sama seperti ini bisa mendukung pertumbuhan UMKM.

“Kali ini, Amar Bank menggandeng Mekar dalam menyalurkan dana kepada beberapa Lembaga Keuangan Mikro. Penyaluran dana ini nantinya akan diteruskan kepada ribuan UMKM yang berada di beberapa kota di Indonesia. Kami akan terus mengevaluasi peluang untuk menyediakan akses perbankan bagi nasabah yang membutuhkan,” ungkap Managing Director Amar Bank Vishal Tulsian.

Nantinya penyaluran dana dari Amar Bank ke Mekar akan diteruskan ke dua mitra usaha bisnisnya, yakni Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) dan Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Keduanya disebut telah membina lebih dari ratusan ribu peminjam UMKM dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam prosesnya, Mekar akan berperan sebagai marketplace yang juga akan melakukan proses pemantauan penyaluran dana kemitraan kepada para peminjam yang telah mendapatkan bantuan penyaluran dana.

“Adalah sebuah kehormatan bagi perusahaan fintech seperti Mekar untuk bekerja sama dengan Amar Bank, salah satu bank paling terdepan dalam bidang teknologi di Indonesia,” terang CEO Mekar Thierry Sanders.

Kerja sama ini merupakan salah satu cara Amar Bank meningkatkan akses terhadap layanan permodalan mereka. Vishal menambahkan, di tahun 2018 ini Amar Bank akan lebih fokus ke dua produk milik Amar Bank, yakni peminjaman konvensional dan digital. Pihaknya juga memiliki komitmen untuk melakukan dukungan ke institusi keuangan, termasuk LKM, sebagai upaya menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan cepat dan tepat sasaran.

“Hal tersebut [penyaluran yang cepat dan tepat sasaran] didukung dengan proses administrasi yang mudah diakses dan kenyamanan bertransaksi dengan pihak perbankan. Dengan tujuan pemberian dana kepada UMKM artinya kita dapat juga membantu percepatan penyaluran dana ke sasaran yang tepat,” tutup Vishal.

Layanan KTA Online Tunaiku Buka Kantor Baru di Tiga Kota

Tunaiku, produk perbankan KTA dari Amar Bank yang khusus bergerak di pemasaran digital, kian mantap melebarkan sayapnya ke beberapa kota baru tahun ini, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Medan. Dengan demikian, Tunaiku bakal resmi memiliki lima kantor cabang di seluruh Indonesia sejak pertama kali resmi berdiri di 2014.

CEO Tunaiku Vishal Tulsian mengatakan pengembangan bisnis Tunaiku ke beberapa kota merupakan permintaan dan minat masyarakat terhadap layanan fintech yang terus meningkat.

“Ke depannya masyarakat akan sangat membutuhkan jasa keuangan yang dapat mempermudah kebutuhan mereka,” katanya.

Ekspansi ini diharapkan kontribusi digital dari Tunaiku terhadap total penyaluran kredit perusahaan bisa tumbuh. Tahun lalu, Amar Bank menargetkan penyaluran kredit sekitar Rp 500 miliar. Namun, hingga pertengahan tahun lalu realisasi penyaluran kredit telah mencapai Rp 375 miliar.

Dari angka tersebut, Tunaiku memberikan kontribusi sekitar 40% atau senilai Rp 180 miliar. Pencapaian ini hampir mencapai target yang dicanangkan pihak Amar Bank untuk kontribusi Tunaiku di 2016 sebesar Rp200 miliar.

Tulsian melanjutkan untuk proses pengajuan aplikasi hingga pencairan uang lewat platform Tunaiku hanya membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima hari kerja. Tunaiku menawarkan kredit antara Rp2 juta hingga Rp10 juta dengan bunga 3% per bulan, untuk jangka waktu pinjaman sekitar 6 bulan sampai 12 bulan.

Tren ekspansi ke kota baru

Tak hanya Tunaiku saja yang memutuskan untuk ekspansi ke kota-kota lainnya, perusahaan fintech lainnya yang bergerak di P2P lending seperti Modalku mengumumkan ekspansinya ke Bandung pada tahun lalu, lalu ada UangTeman yang baru-baru ini meresmikan ekspansinya ke Bali.

Alasan utama di balik kegiatan ekspansi ini cukup sederhana, yakni untuk menjangkau segmen masyarakat yang belum familiar dengan layanan fintech. Di sana kebutuhan likuiditas sangat tinggi, akan tetapi perbankan tidak bisa melayani seluruhnya karena terkendala urusan legal yang terbelit-belit dan banyak UKM yang tidak memenuhi kriteria.

Kue bisnis itulah yang menjadi makanan pemain fintech, yang rata-rata diantara mereka menyasar segmen masyarakat mikro dengan besaran pinjaman yang tidak lebih dari Rp10 juta dan tanpa agunan. Sehingga lahan bisnis mereka tidak face to face secara langsung dengan perbankan.

Pendekatan Tunaiku yang tak lain adalah produk perbankan KTA dari Amar Bank, di satu sisi memiliki kekuatan yang tidak bisa dimiliki oleh pemain P2P lending, yakni berlisensi sebagai bank umum.

Lisensi ini menjadi keuntungan bagi Amar Bank untuk menjaring nasabah lebih banyak dengan pendekatan awal menawarkan produk KTA. Dari situ, ketika nasabah sudah naik level, mereka dapat menawarkan produk perbankan lainnya dengan nominal plafon kredit yang lebih tinggi dari sebelumnya, ditambah dengan layanan keuangan lainnya berstandar perbankan.