Tag Archives: Visionesia

Tiga Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Memulai Startup Game

Banyak pilihan produk yang dapat dikembangkan oleh startup digital, salah satunya game. Di Indonesia sendiri startup game juga cukup berkembang, tidak hanya di Jakarta melainkan sampai di daerah seperti Bandung ataupun Yogyakarta. Kesempatannya cukup terbuka lebar, karena disasarkan langsung kepada konsumen –khususnya pengguna ponsel pintar. Dan untuk produk game sendiri, lifecycle-nya cukup kencang, sehingga membuka kesempatan kepada para pengembang untuk menghadirkan inovasinya.

Tidak cukup berbekal kemampuan teknis dan desain saja, ternyata ada beberapa hal lain yang perlu dimatangkan sebelum seseorang memutuskan untuk membangun startup yang fokus pada produk game. DailySocial berkesempatan untuk mewawancara beberapa pengembang game yang sudah terbukti mampu menghasilkan produk bagus. Ketika mengawali debut, mereka mengaku, ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Frida Dwi atau akrab dipanggil Ube, seorang pengembang game dari Yogyakarta.

“Langkah awal dapat dimulai dengan jeli melihat kesempatan yang ada, sehingga memicu inovasi untuk mengembangkan produk yang disukai. Termasuk mengamati kemampuan internal, terkait kelebihan dan kelemahan tim, sampai strategi monetisasi yang akan dilakukan kelak,” ujar Ube.

Lebih lengkapnya, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin mengembangkan startup dengan produk game, berkaca pada fase awal yang pernah dilalui beberapa pengembang gam lokal.

Diawali dengan menganalisis pasar

Analisis pasar perlu dilakukan untuk mengawali debut, karena dasarnya startup game adalah perpaduan yang kental antara bisnis dengan kreativitas. Dari sisi kreativitas, debut pertama startup game adalah membangun awareness, salah satu strategi yang bisa dilakukan ialah melihat tren terkini. Seperti dicontohkan beberapa game yang diluncurkan menyesuaikan “isu terkini” di masyarakat, contohnya Tahu Bulat.

Secara bisnis startup pengembang game juga perlu menyadari dari awal tentang potensi pasar yang ada. Hal ini memicu munculnya beberapa pertanyaan, contohnya: jika mengembangkan game untuk anak-anak bagaimana prospeknya? Apakah game tersebut lebih baik dibuat dalam model gratis atau freemium? Dan lain sebagainya.

Menentukan konsep pengembangan

Setelah tahap analisis pasar, di tengah persaingan industri game, yakinkan diri sebelum bersaing. Jika tim yang dapat sudah berjalan buatlah konsep, sehingga tim dapat mencairkan ide untuk buat prototipe yang sekaligus menjadi ilustrasi game yang akan di luncurkan.

Setelah tahap analisis pasar, langkah selanjutnya ialah menentukan konsep. Dalam sebuah startup game, konsep tersebut akan berpengaruh secara keseluruhan. Jika konsep yang dipilih adalah game kasual, maka diperlukan tim yang mampu berkreasi –baik dari sisi desain, cerita ataupun pemrograman—untuk menyusun genre tersebut. Konsep dalam startup game adalah sebuah visi.

“Tim yang dibentuk haruslah solid, punya satu visi yang sama untuk project yang dibuat, karena tim yang berisi individu kuat, tidak selalu berarti akan menghasilkan produk yang baik dalam waktu yang reasonable. Diperlukan seorang project manager yang mampu mengelola flow dari proses produksi,” terang Dicky selaku Co-Founder Visionesia.

Menciptakan strategi pemasaran

Setelah konsep direncanakan dengan baik, selanjutnya tim perlu memikirkan strategi distribusi atau pemasaran yang akan dilakukan. Ini berkaitan erat dengan konsep dan riset pasar yang sebelumnya dilakukan. Pemasaran kadang harus dilakukan secara spesifik, menyesuaikan target pasar.

“Cara pemasaran yang kami tempuh saat ini dengan menggunakan media sosial, membangun Fans Page, dan mempublikasikan kemajuan dari proses development. Juga aktif di forum-forum yang berhubungan dengan pengembang game, baik regional maupun internasional,” ungkap Dicky.

Studio Asal Bandung “Visionesia” Memilih Fokus Kembangkan Game PC

Visionesia merupakan sebuah studio pengembangan game asal Bandung yang didirikan sejak Agustus 2016. Digawangi oleh 2 orang co-founder Dicky Juwono dan Deddy Tjiu, studio ini memfokuskan pada produk game untuk platform PC (Personal Computer).

Alasan mendasar mengembangkan game PC menurut pemaparan Dicky karena game ini memiliki pangsa pasar berbeda. Dari sisi bisnis, game di platform PC lebih menjanjikan, pasalnya pasar game PC didominasi oleh kalangan gamer yang sudah terbiasa membayar untuk sebuah game. Sementara di mobile rata-rata tidak berbayar, khususnya casual gamer, kendati pasarnya memang jauh lebih luas. Namun secara “passion“-lah yang sebenarnya mendorong kuat Visionesia Studio menggarap game yang lebih serius.

Salah satu game PC yang tengah dikembangkan –saat ini sedang tahap penyempurnaan demo—adalah Crimson451. Rencananya game tersebut akan ditampilkan pada ajang Gameprime 2017 dari BEKRAF tgl 29-30 juli 2017 mendatang. Kendati demikian game mobile juga pernah diproduksi oleh tim Visionesia, salah satunya berjudul Si Meong.

Berbicara tentang latar belakang pendiri studio game ini Dicky bercerita bahwa dirinya sudah berkecimpung dalam dunia desain grafis sejak tahun 1991. Sejak tahun 2010 ia mulai fokus ke dunia Apps dan Games sebagai freelancer UX/UI Designer dan Game Artist untuk berbagai macam karya, dengan mayoritas klien dari luar Indonesia.

“Setelah cukup lama bekerja di bidang tersebut, saya berkeinginan untuk membuat sebuah game sendiri. Tapi menyadari keterbatasan bahwa untuk membuat sebuah game membutuhkan tim, maka saya mengajak rekan saya Deddy Tjiu untuk bergabung dan mendirikan sebuah studio. Role saya di Visionesia Studio selain sebagai co-founder juga sebagai Art Director, sementara Deddy sendiri berlatar belakang bisnis,” ujar Dicky.

Dicky juga menceritakan apa yang ia targetkan untuk tahun ini, yakni bisa mendapatkan investor untuk merampungkan game perdananya Crimson451. Untuk mengakselerasi penyelesaiannya, ia juga berencana untuk melakukan crowdfunding pada proyek game PC tersebut. Harapan besar bagi Dicky sebagai Artist Director adalah studio yang ia dirikan dapat menciptakan varian game dengan sentuhan visual yang menawan, baik visual static maupun motion.

Selain itu Dicky juga memberikan komentarnya terhadap ekosistem pengembang game  yang ada di Indonesia saat ini.

“Ekosistem game developer di Indonesia saat ini sangat baik dan menarik dengan banyaknya komunitas lokal baik berbasis wilayah maupun berbasis platform. Plus didukung oleh banyaknya acara-acara yang berhubungan dengan game developer dan dukungan dari pemerintah,” pungkas Dicky.

Application Information Will Show Up Here