Tag Archives: viveport

Headset VR Standalone HTC Vive Focus Akan Tersedia Secara Global Tahun Ini

Kompetisi di ranah yang didominasi HTC dan Oculus kembali memanas ketika sejumlah rakasa teknologi mulai mengadopsi konsep untether. Sejak paruh kedua 2017, para produsen mulai melepas dan memperkenalkan headset-headset VR standalone. Dari pengamaan saya, penyingkapan HMD VR ‘referenceSnapdragon 845 mendorong para pemain lama untuk mengeksekusi strategi baru.

Di acara Game Developers Conference 2018 yang tengah berlangsung sekarang, HTC mengumumkan rencana buat menghadirkan headset VR standalone Vive Focus secara global di tahun ini. Vive Focus disingkap perdana di Google I/O bulan Juli 2017, namun waktu itu, perangkat baru difokuskan ke wilayah Tiongkok saja. Efeknya, detail terkait spesifikasi dan teknologi Vive Focus agak sulit diketahui.

Pengumuman ini juga menandai agenda HTC buat menyediakan Vive Focus secara komersial untuk konsumen biasa. HTC menjanjikan pemakaian yang fleksibel serta responsif berkat sistem 6DoF tanpa sensor eksternal tambahan, memungkinkannya membaca gerakan atas/bawah, kiri/kanan, maju/mundur, serta yaw, pitch dan roll. Dan berbeda dari headset Vive standar, Vive Focus mengusung platform Vive Wave.

Vive Wave adalah platform VR terbuka garapan HTC yang diungkap bulan November kemarin. Software ini didesain agar kompatibel dengan aplikasi-aplikasi berbasis Viveport, dan bukan Steam. HTC merasa yakin bahwa kombinasi hardware serta software tersebut membuat Vive Focus bisa digunakan oleh segala jenis kalangan, dari mulai konsumen biasa hingga segmen enterprise yang bermaksud menyajikan konten virtual reality via headset portable.

Headset VR standalone seperti Vive Focus merupakan ‘makhluk’ berbeda dari HMD Vive standar (atau Vive Pro) serta perangkat ala Samsung Gear VR. Ia dapat bekerja mandiri, bisa beroperasi tanpa tersambung ke PC ataupun mengandalkan smartphone. Di dalam, Vive Focus menyimpan system-on-chip yang dikhususkan buat menjalankan konten-konten VR. Di versi yang sempat dipasarkan, HMD kabarnya dipersenjatai chip Qualcomm Snapdragon 835, namun ada kemungkinan kita juga akan memperoleh model baru bertenaga Snapdragon 845.

Tentu saja konten menjadi hal penting penentu sukses atau tidaknya produk. Untuk sekarang, baru tersedia 50 aplikasi buat Vive Focus, dan HTC tengah berusaha menambah jumlahnya lagi – salah satunya dengan mengadakan Viveport Developer Awards di GDC 2018.

Buat saya, penentuan harga juga merupakan faktor krusial. HTC memang belum mengabarkan harga retail global Vive Port, tapi di Tiongkok, produk ini dibanderol US$ 600. Meskipun lebih rendah dari modal yang dibutuhkan buat membeli HTC Vive plus PC VR ready, di mata konsumen awam, US$ 600 mungkin terasa mahal untuk sebuah device dengan fungsi terspesialisasi.

Tambahan: CNET.

HTC Vive Pro Resmi Dipasarkan Seharga $799, Vive Orisinil Turun Harga

Sempat mencuri perhatian selama event CES 2018 berlangsung, HTC Vive Pro akhirnya mendapat tanggal rilis dan banderol harga resmi. Pre-order atas VR headset itu sudah dibuka sekarang juga dengan harga $799, akan tetapi konsumen yang memesan baru akan menerima barangnya mulai 5 April mendatang.

$799 tergolong sangat mahal, apalagi mengingat ini hanya untuk headset-nya saja, belum termasuk PC dan lainnya. Kendati demikian, Vive Pro memang menawarkan resolusi yang nyaris 80% lebih tinggi ketimbang pendahulunya (2880 x 1600 pixel dibanding 2160 x 1200 pixel), dan lagi ia juga datang bersama headphone terintegrasi.

HTC Vive Pro

Lebih lanjut, Vive Pro turut mengemas sepasang kamera depan yang tidak ada pada pendahulunya. Kamera ini berfungsi untuk menangkap informasi kedalaman (depth), yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk merealisasikan fitur-fitur seperti hand tracking tanpa bantuan controller.

Kabar baiknya, Vive Pro kompatibel dengan sistem SteamVR Tracking 1.0 maupun 2.0, yang berarti pengguna Vive orisinil hanya perlu membeli headset-nya saja kalau mau. Di samping itu, konsumen yang membeli Vive Pro sebelum 3 Juni juga akan mendapat bonus uji coba gratis layanan berlangganan Viveport selama enam bulan.

HTC Vive

Kalau itu semua masih terasa terlalu mahal, Anda masih punya alternatif lain, yaitu Vive orisinil, yang sekarang sudah turun harga dari $599 menjadi $499 untuk bundel lengkapnya. Konsumen juga akan dibonusi Fallout 4 VR beserta akses ke Viveport selama dua bulan.

Kehadiran Vive Pro sejatinya tidak langsung membuat Vive orisinil jadi obsolete. Pada kenyataannya, Vive orisinil juga kompatibel dengan aksesori Vive Wireless Adaptor yang diumumkan bersamaan dengan Vive Pro, yang mampu mengeliminasi jumlah kabel yang mengganggu selama sesi VR berlangsung.

Sumber: HTC Vive.

HTC Luncurkan Vive Standalone di Tiongkok

Mei lalu, Google mengumumkan bahwa HTC dan Lenovo sedang sibuk mengembangkan standalone VR headset untuk platform Daydream mereka. HTC tampaknya sudah siap memasarkan headset tersebut, hanya saja baru di Tiongkok dan bukan yang berjalan di atas platform Daydream.

Dari segi desain, headset bernama Vive Standalone ini sangat mirip seperti sketsa yang dipamerkan di event Google I/O kemarin. Namun berhubung yang dituju adalah pasar Tiongkok secara khusus, headset ini datang bersama platform Viveport besutan HTC sendiri.

Di balik headset berpenampilan kece tersebut bernaung chipset Qualcomm Snapdragon 835. Dari sini sebenarnya bisa kita simpulkan kalau kualitas grafik yang disuguhkan tidak akan bisa menyamai Vive standar yang harus selalu tersambung ke PC. Kendati demikian, kata kunci yang menjadi prioritas di sini adalah portabilitas.

Melihat desainnya, saya cukup yakin bentuk dan spesifikasi standalone VR headset untuk platform Daydream yang HTC hendak luncurkan tahun ini bakal sama persis seperti ini. Dua hal yang membedakan headset tersebut tentu saja adalah platform serta teknologi tracking yang digunakan, yakni WorldSense garapan Google sendiri.

Soal harga, sejauh ini belum ada informasi mengenai Vive Standalone maupun versi Daydream yang masih dalam persiapan. Pastinya kedua headset ini bakal dibanderol lebih mahal ketimbang Daydream View, sebab Anda tak perlu lagi menyediakan smartphone untuk bisa menikmatinya.

Sumber: Engadget.

HTC Luncurkan Layanan Iklan untuk VR

Meski belum bisa dikatakan mainstream, jumlah pengguna VR headset terus meningkat secara perlahan. Di mata HTC, ini merupakan peluang bisnis periklanan yang menarik. Mereka pun memutuskan untuk menciptakan layanan iklan VR-nya sendiri.

Menurut HTC, VR merupakan medium iklan yang sangat efektif. Pasalnya, headset seperti HTC Vive punya kemampuan untuk mendeteksi ke mana arah pengguna memandang, dan ini pada akhirnya bisa dijadikan cara untuk mengetahui apakah suatu iklan terkesan menarik dan ditonton oleh pengguna sampai habis.

Yup, tidak seperti di layar biasa (komputer, TV atau ponsel), VR memungkinkan para pengiklan untuk memastikan apakah konten promosi yang mereka buat benar-benar efektif dan bisa memikat perhatian konsumen. Fakta ini pun bisa dimanfaatkan HTC untuk menggaet lebih banyak pengiklan.

Sebagai konsumen, Anda tidak perlu khawatir bakal diserbu iklan demi iklan. Layanan ini hanya berlaku untuk platform Viveport saja, bukan SteamVR (atau mungkin saja belum), dan baru untuk konten yang bersifat free-to-play.

Iklannya sendiri bisa berupa video, banner atau video 360 derajat. HTC bahkan tidak menutup kemungkinan untuk menyematkan iklan langsung pada objek virtual yang ditampilkan.

Kehadiran iklan dalam VR ini sejatinya bisa menambah kesan realistis; kita sudah terbiasa berkelana di dunia nyata yang penuh dengan iklan, jadi kenapa tidak untuk dunia virtual juga?

Sumber: Ars Technica dan HTC.

HTC Ajak PlayStation, Google dan Oculus VR Kembangkan Ekosistem VR Bersama-Sama

Adopsi perangkat dan konsumsi konten virtual reality memang menunjukkan peningkatan yang stabil, namun masih terlalu dini untuk meramalkan masa depannya. Saat membahas tema ini, tiga nama akan selalu muncul di benak kita: Oculus VR sebagai pionir headset VR konsumen, HTC dengan Vive, dan Sony selaku pencipta PlayStation VR yang diramu eksklusif buat PlayStation 4.

Masing-masing produsen saat ini menonjolkan keunggulan produk mereka; ada yang menjanjikan performa terbaik, controller intuitif, sampai harga terjangkau. Di mata konsumen, tentu saja mereka terlihat bersaing dengan gigih. Tapi kenyataannya tak harus seperti itu, HTC memiliki inisiatif untuk mengajak para raksasa teknologi buat memajukan ekosistem virtual reality secara kompak demi memastikan kesuksesannya.

Menurut perusahaan asal Taiwan itu, ada dua cara menyuburkan pengembangan VR: produsen harus mendukung developer serta menyederhanakan pesan mengenai premis virtual reality pada konsumen. Via Games Industry, presiden Viveport Rikard Steiber menyampaikan bahwa kita baru tiba di hari kelahiran VR, dan sudah sewajarnya semua pemain di industri saling bergandengan tangan dan bekerja sama.

“Alih-alih saling berkompetisi, alangkah baiknya jika kita berupaya untuk membantu developer dalam menciptakan konten istimewa serta mendukung proses monetisasinya,” kata Steiber. “Lalu kita juga harus mempermudah user mengaksesnya, karena aspek ini awalnya cukup membingungkan bagi orang awam.”

Menurut Steiber, virtual reality akan tersedia di hampir semua segmen produk elektronik, seperti yang kita saksikan sendiri: smartphone, console sampai PC. Dan sebentar lagi, VR juga tidak hanya memberi manfaat di ranah gaming dan hiburan saja. Itulah salah satu hal yang memotivasi HTC menggarap Viveport, yaitu platform distribusi digital khusus konten-konten virtual reality non-gaming.

Ada hal menarik dari Viveport: online store ini meluncur pertama kali di Tiongkok, boleh jadi karena layanan Steam tidak tersedia di sana. Kemudian HTC akhirnya memutuskan buat memperluas jangkauan layanannya secara global. Dan meskipun mengusung kata Vive di namanya, Viveport bukan hanya berisi aplikasi-aplikasi eksklusif perangkat VR HTC itu. Tim pengembang berharap agar Oculus VR, Google hingga Sony tak ragu untuk bergabung ke platform tersebut.

Tapi akan seperti apa konten VR non-gaming? Steiber membayangkan virtual reality dimanfaatkan di bidang kreatif dan edukasi, memperkenalkan potensinya ke konsumen jenis baru sehingga ekosistemnya semakin kaya. Intinya, para raksasa tekonologi bisa saling melengkapi, bukan sekedar bersaing.

Sumber: Games Industry.

Genjot Pertumbuhan Konten VR, HTC Perkenalkan Portal Aplikasi Viveport

Meski developer sudah berkali-kali menegaskan bahwa virtual reality bukan sekadar untuk gaming, tampaknya image tersebut masih belum bisa lepas dari benak mayoritas konsumen. Buktinya, HTC merasa perlu merancang portal aplikasi baru untuk mengakomodasi konten VR yang bersifat non-gaming.

Perusahaan di balik VR headset Vive tersebut baru-baru ini memperkenalkan Viveport, sebuah toko aplikasi yang secara khusus akan menjadi rumah dari deretan konten dalam bermacam kategori; mulai pendidikan, media sosial, berita, olahraga, kesehatan sampai shopping sekalipun. Tentu saja, semua konten ini akan disajikan dalam wujud virtual reality yang immersive.

Dengan adanya Viveport, preferensi pengguna yang beragam bisa jadi lebih terarah. Mereka yang lebih mementingkan aspek gaming bisa melirik penawaran di Steam, sedangkan mereka yang ingin mengakses berbagai informasi dalam wujud VR bisa mampir ke Viveport.

Lalu apakah Viveport hanya akan tersedia di HTC Vive saja? Sewajarnya sih seperti itu, tapi ternyata HTC sudah mempertimbangkan untuk merilis Viveport di platform lain ke depannya. Tentunya Vive akan menjadi prioritas utama, tapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi HTC untuk merilisnya buat platform mobile.

Lebih lanjut, para developer juga tidak dipaksa untuk mendistribusikan karyanya secara eksklusif lewat Viveport. Semua keputusan murni ada di tangan developer. HTC tidak mengincar eksklusivitas demi menguasai pasar, tapi seandainya pihak developer sendiri yang punya kehendak seperti itu, HTC pun juga tak akan menghalangi mereka.

Viveport rencananya akan dirilis dalam versi developer beta terlebih dulu dalam beberapa minggu ke depan. Versi finalnya akan meluncur pada musim semi mendatang di 30 negara sekaligus.

Sumber: Wareable dan HTC.