Tag Archives: vlogging

Aksesori Ini Sulap iPhone dan Apple Watch Jadi Kamera untuk Vlogging

Salah satu kegunaan Apple Watch adalah sebagai remote sekaligus viewfinder dari kamera iPhone. Jadi semisal Anda hendak mengambil selfie atau wefie menggunakan kamera belakang, Anda bisa meletakkan iPhone di atas tripod, lalu mengepaskan posisi dan menekan tombol shutter dari jauh menggunakan Apple Watch.

Alternatifnya, Apple Watch juga dapat menjadi aksesori yang sangat menarik bagi para vlogger dengan bantuan aksesori bernama Ulanzi ST-09 Phone Tripod Mount berikut ini. Wujudnya sangatlah sederhana, hanya berupa penjepit dengan lubang untuk dipasangi Apple Watch (tanpa strap) di belakangnya.

Setelahnya, pengguna tinggal membuka aplikasi Camera Remote di Apple Watch, dan sesi vlogging pun siap dimulai tanpa harus mengandalkan kamera depan. Selain dipegang begitu saja iPhone-nya, penjepitnya juga dapat dipasangkan ke monopod maupun tripod. Di sisi atas penjepitnya, terdapat cold shoe mount untuk menyambungkan aksesori tambahan macam mikrofon atau LED flash.

Satu hal yang perlu dicatat adalah perihal kompatibilitas. Di situsnya, dituliskan secara spesifik bahwa aksesori ini siap menampung Apple Watch Series 5 varian 44 mm. Secara teknis, satu-satunya model yang punya dimensi sama persis dengan Apple Watch Series 5 adalah Series 4. Apple Watch SE dan Series 6 di sisi lain sedikit lebih tipis – selisih 0,3 mm – sehingga tidak ada yang berani menjamin keduanya bisa benar-benar pas.

Kalau untuk smartphone-nya, apapun yang lebarnya tidak kurang dari 58 mm dan tidak lebih dari 89 mm dapat diakomodasi. Namun berhubung ini juga menyangkut Apple Watch, berarti yang kompatibel jelas cuma iPhone. Kuartet iPhone 12, termasuk halnya iPhone 12 Mini maupun iPhone 12 Pro Max, semuanya dipastikan kompatibel.

Dengan harga yang cukup terjangkau ($30), aksesori ini bisa menjadi kado yang lumayan menarik bagi para pengguna iPhone sekaligus Apple Watch. Belum lagi kalau ternyata sang pengguna memang hobi vlogging menggunakan iPhone kesayangannya, sebab sebagus apapun hasil rekaman kamera depan suatu smartphone, sudah pasti tidak bisa menyaingi kamera belakangnya.

Sumber: Gizmodo.

Layar Depan Berwarna Bakal Jadi Sajian Utama GoPro Hero9 Black?

Sejak tahun 2016, GoPro rutin meluncurkan action cam kelas flagship (Hero Black) baru di bulan September atau Oktober. Kalau tahun lalu mereka memperkenalkan Hero8 Black, tidak lama lagi semestinya bakal ada Hero9 Black – meski tidak menutup kemungkinan pandemi memaksa GoPro untuk menunda rencananya sampai tahun depan.

Terlepas dari itu, pembaruan seperti apa yang kira-kira bisa dihadirkan Hero9? Kalau rumor yang baru-baru ini beredar tidak meleset, Hero9 Black bakal hadir mengusung layar depan yang berwarna layaknya DJI Osmo Action. Bocoran gambarnya bahkan sudah disebar oleh WinFuture, situs asal Jerman yang sudah beberapa kali terbukti bisa dipercaya terkait bocoran gadgetgadget terbaru.

Kumpulan gambar render GoPro Hero9 Black dari beragam angle ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi perubahan fisik lain sedrastis layar depannya. Di Hero8 Black, kita tahu bahwa layar depannya berukuran kecil dan hanya bisa menyajikan informasi-informasi tertentu dalam tampilan monokrom.

Layar depan yang berwarna seperti ini tentu bakal sangat bermanfaat bagi para vlogger, sebab layarnya dapat berfungsi sepenuhnya sebagai jendela bidik alias viewfinder. Kalaupun tidak hobi vlogging, pengguna masih bisa memanfaatkannya untuk memudahkan pengambilan selfie.

GoPro Hero9 Black

Lalu mungkin yang jadi pertanyaan adalah, kenapa GoPro tidak menerapkan desain ini sejak tahun lalu, apalagi mengingat DJI Osmo Action memang dirilis 5 bulan lebih awal ketimbang Hero8 Black? Entahlah, tapi yang pasti tahun lalu GoPro lebih memilih menawarkan koleksi Mod yang opsional untuk Hero8 Black, termasuk salah satunya Display Mod untuk keperluan vlogging.

Bukan cuma kurang praktis, mengandalkan aksesori semacam ini berarti konsumen juga perlu mengeluarkan biaya ekstra. Hero9 Black dengan layar depan berwarnanya semestinya bisa mengatasi problem ini, meski memang ada kemungkinan juga harga jualnya jadi sedikit lebih mahal daripada Hero8 Black.

WinFuture juga menyinggung opsi perekaman dalam resolusi 5K sebagai pembaruan lain yang dibawa Hero9, tapi sejauh ini belum ada detail lebih lanjut soal itu. Satu hal yang saya pribadi berani jamin adalah, mekanisme mounting aksesorinya sama simpelnya seperti Hero8 Black – kamera memiliki pengaitnya sendiri di bagian bawah sehingga tidak perlu dipasangkan ke dalam case terlebih dulu – atau malah bisa lebih disempurnakan lagi.

Sumber: WinFuture via Engadget.

panasonic-umumkan-lumix-g100-kamera-vlog-saingan-sony-zv-1

Panasonic Umumkan Lumix G100, Kamera Vlog Saingan Sony ZV-1

Bulan lalu, Sony mengumumkan lini produk baru kamera compact yang dirancang untuk aktivitas vlogging yakni Sony ZV-1. Sekarang giliran Panasonic yang baru saja mengumumkan Lumix DC-G100 (selanjutnya disebut G100) yang juga ditujukan untuk para vlogger.

Berbeda dengan Sony ZV-1, Lumix G100 merupakan interchangeable lens camera dengan sensor Micro Four Thirds 20MP tanpa low pass filter. Desainnya menganut gaya SLR seperti versi mini dari Lumix G series, dengan punuk yang menampung hot shoe di bagian atasnya dan electronic viewfinder 3.68 juta titik di depan. Serta, sudah dilengkapi port mikrofon sehingga bisa dengan mudah menggunakan mikrofon eksternal.

Hadir dengan dimensi 116x83x54 mm dan bobot 352 gram, saat berpasangan dengan lensa 12-32mm F3.5-5.6, ukurannya memang terbilang ringkas. Untuk memudahkan saat merekam video, layar sentuh 3 inci beresolusi 1.84 juta titiknya memiliki mekanisme fully articulated, di mana bisa ditarik keluar dan diputar ke depan.

Perlu dicatat bahwa Lumix G100 ini tidak memiliki in-body image stabilization (IBIS), melainkan menggunakan 5-axis hybrid image stabilizer saat merekam video (4-axis untuk 4K). Perekam video 4K tersedia pada 24p/30p hingga 10 menit dengan crop yang akan bertambah saat menggunakan image stabilization.

Sementara, pada resolusi 1080p mendukung sampai 60p. Hal yang cukup unik adalah tersedia banyak pilihan aspek rasio untuk video, termasuk format Instagram 4:5, 4:5, dan 9:16. Lalu, disediakan pula flat color profile Panasonic V-LogL untuk kelelusaan color grading saat post processing.

Soal audio, Lumix G100 menggunakan ‘OZO’ directional audio system rancangan Nokia. Dengan tiga mikrofon array, dua di depan dan satu di belakang. Kita bisa mengatur untuk merekam audio tepat di depan kamera, belakang atau menggunakan ketiganya untuk mendapatkan suara surround. Mikrofon di bagian depan juga dapat melacak wajah dalam mode face tracking dan memastikan suara kita terdengar sama.

Bila tertarik, Lumix G100 dengan lensa kit 12-32mm F3.5-5.6 dibanderol dengan harga US$749 atau sekitar Rp10,6 jutaan. Guna memudahkan aktivitas vlogging, Panasonic juga menghadirkan mini tripod DMW-SHGR1 yang dibanderol US$99 atau sekitar Rp1,4 juta.

Sumber: DPreview

sony-umumkan-zv-1-kamera-compact-terjankau-1

Sony Umumkan ZV-1, Kamera Compact Terjangkau Buat Nge-Vlog

Saat saya mendengar rumor bahwa Sony akan merilis kamera baru dengan dimensi ringkas. Saya berharap itu adalah penerus Sony A5100 dan A5000 yang sudah cukup lama tidak di-update. Ternyata yang diumumkan adalah lini produk yang benar-benar baru untuk kamera compact yang disebut Sony ZV-1.

Ya, Sony ZV-1 seperti versi lite atau terjangkau dari kamera compact premium Sony RX100 series. Kamera ini dirancang untuk membuat konten video dan telah dilengkapi sejumlah fitur baru untuk mendukung aktivitas nge-vlog.

sony-umumkan-zv-1-kamera-compact-terjankau-4

“Kamera terbaru ZV-1 dari Sony dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat akan perangkat kamera berkualitas yang mudah digunakan untuk merekam video kasual. Kami berupaya untuk selalu mendengarkan konsumen kami, dan kamera ini merupakan hasil masukan langsung dari komunitas kami yang begitu besar,” ungkap Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Memiliki desain inovatif yang dilengkapi dengan teknologi, pengaturan, dan mode terbaru, kamera ini memungkinkan pemula untuk merekam video sederhana dengan cara yang tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Kamera ZV-1 hadir untuk membuat subjek di dalam video dapat stand out di lingkungan apapun. Setiap fiturnya dioptimalkan untuk pengambilan video sederhana,” tambahnya.

Untuk spesifikasinya, Sony ZV-1 memiliki sensor CMOS stacked tipe 1.0 inci beresolusi 20MP dengan cip DRAM dan prosesor BIONZ X generasi terbaru dengan LSI front-end. Bersama lensa 24-70mm f1.8-2.8 ZEISS Vario-Sonnar T*.

sony-umumkan-zv-1-kamera-compact-terjankau-3

Soal kemampuan video, Sony ZV-1 sanggup merekam video UHD 4K 30p full pixel readout tanpa pixel binning pada codec XAVC S, 1080 hingga 120p, dan video high-speed upscaled hingga 960p. Sudah mendukung picture profile dan kompatibel dengan ‘Movie Edit add-on’ dari aplikasi seluler “Imaging Edge” untuk stabilisasi gambar saat mengedit kemampuan Highlight untuk mengedit aspek rasio untuk Instagram dan aplikasi lainnya.

Sejumlah fitur baru untuk pembuatan konten video antara lain desain layar LCD vari-angle, stabilisasi gambar yang tertanam di dalam bodi kamera, sistem autofocus dengan Real-time Eye AF dan Real-time Tracking yang cepat, hingga Directional 3-capsule Mic terbaru yang dirancang untuk menangkap audio forward-directional. Di mana memungkinkan kamera menangkap suara subjek sambil meminimalisir kebisingan latar belakang.

sony-umumkan-zv-1-kamera-compact-terjankau-2

Untuk fleksibilitas tambahan, ZV-1 memiliki jack mic standar 3.5mm dan Multi Interface Shoe (MI shoe) sehingga mudah untuk menghubungkan berbagai mikrofon eksternal. ZV-1 juga dilengkapi dengan aksesoris wind screen yang pas saat dipasang pada MI shoe untuk meminimalisir gangguan angin.

Salah satu mode terbaru dari Sony ZV-1 fitur Bokeh Switch terbaru, yang mampu menyesuaikan optical aperture dengan cepat antara latar belakang blur yang lebih banyak dan lebih sedikit tanpa kehilangan fokus pada subjek. Face Priority autoexposure (AE) untuk mendeteksi dan memprioritaskan wajah subjek serta menyesuaikan paparan cahaya untuk memastikan agar wajah dapat tertangkap dengan pencahayaan yang ideal dalam lingkungan apapun.

Pengguna juga dapat dengan nyaman menggunakan ZV-1 dengan satu tangan berkat genggaman bodi kamera yang mudah dipegang serta tombol REC film yang besar terletak di bagian atas kamera untuk akses cepat pada perekaman video, juga lampu rekaman pada bagian depan kamera yang menunjukan jika kamera sedang merekam secara aktif.

Sony ZV-1 dibanderol dengan harga US$799 atau sekitar Rp11,7 jutaan. Direntang harga tersebut, secara langsung Sony ZV-1 akan berhadapan dengan Canon PowerShot G7 X Mark III. Tertarik? Dipastikan akan segera hadir di Indonesia di tahun 2020.

GorillaPod Mobile Vlogging Kit Diciptakan untuk Calon-Calon Influencer Baru

Dibanding lima tahun yang lalu, vlogging sekarang jelas lebih mudah dilakukan. Alasannya bukan semata karena kualitas kamera smartphone yang terus meningkat, tapi karena alat-alat pendukungnya sudah jauh lebih lengkap.

Lihat saja produk terbaru yang diluncurkan Joby berikut ini. Dinamai GorillaPod Mobile Vlogging Kit, bundel ini terdiri dari tiga perangkat: GorillaPod Mobile Rig, Beamo Mini LED, dan mikrofon Wavo Mobile. Ketiganya betul-betul dirancang untuk memudahkan pekerjaan kreator konten yang banyak mengandalkan smartphone-nya.

Joby GorillaPod Mobile Vlogging Kit

GorillaPod sendiri sudah tidak perlu saya jelaskan lagi kegunaannya, sebab produk ini sudah begitu populer sampai akhirnya dianggap sebagai kategori sendiri di Tokopedia. Untuk Beamo Mini, lampu LED portable ini rupanya cukup perkasa, mampu memancarkan cahaya hingga seterang 1.000 lumen.

Namun yang lebih penting dalam konteks vlogging adalah, suhu warna cahaya yang dipancarkan adalah 5100 K, dan jika dipadukan dengan diffuser bawaannya, Joby mengklaim perangkat ini bisa membantu pengguna menghasilkan video dengan warna skin tone yang sangat alami. Selain dipasang di GorillaPod, Beamo Mini juga dapat ditempelkan ke permukaan logam mengingat sisi belakangnya dibekali magnet.

Joby GorillaPod Mobile Vlogging Kit

Terakhir, ada mikrofon Wavo Mobile yang mengunggulkan dudukan unik dengan kemampuan meredam getaran, sehingga suara-suara dari pergerakan pengguna (berjalan, berlari, dan lain sebagainya) tidak ikut tertangkap oleh mic. Lebih lanjut, mode pengambilan suara cardioid yang diandalkan juga akan membantu meminimalkan suara-suara dari arah lain.

Bundel GorillaPod Mobile Vlogging Kit ini dipasarkan seharga $200, $10 lebih murah ketimbang kalau konsumen membeli tiap-tiap komponennya secara terpisah. Memang tidak bisa dibilang terjangkau, tapi setidaknya aksesori-aksesori ini masih bisa digunakan dengan kamera mirrorless kecil seandainya pengguna memutuskan untuk meng-upgrade gear-nya.

Sumber: DPReview.

5 Tips Live Vlogging Menggunakan Smartphone

Semua orang bisa nge-vlog sekarang, tidak terkecuali presiden kita sendiri. Bedanya, Bapak Presiden tentu tidak menggarap vlog-nya sendirian. Namun itu bukan berarti kita yang one-man show tidak bisa menciptakan vlog yang menarik.

Seperti halnya blog, vlog akan terkesan unik sekaligus menarik ketika bisa merepresentasikan kepribadian masing-masing pembuatnya. Salah satu cara termudah untuk menciptakan vlog yang menarik adalah dengan melakukannya secara live.

Berikut adalah lima poin yang bisa diperhatikan sebelum memulai live vlogging.

Kenapa harus live?

Ada tiga alasan. Yang pertama adalah, spontanitas bakal semakin menumbuhkan kesan unik dan alami pada sebuah vlog. Kedua, merekam sekaligus menyiarkannya secara langsung berarti tidak ada proses editing yang harus dilalui, yang berarti semuanya bisa selesai dengan jauh lebih cepat dan simpel.

Terakhir, live vlog umumnya juga bersifat interaktif. Kita bisa langsung merespon pertanyaan penonton yang disampaikan melalui live chat, dan lagi-lagi ini bakal semakin menjadikan vlog terkesan unik.

Apa saja yang harus dipersiapkan?

Samsung Galaxy A30s dan A50s

Namanya video, tentu kita harus punya kamera. Tidak harus kamera profesional; smartphone justru akan terkesan lebih ideal untuk live vlogging. Smartphone-nya pun juga tidak harus yang flagship. Yang paling penting, kamera depannya harus bisa diandalkan, demikian pula ketahanan baterainya.

Di rentang harga 3 – 5 jutaan rupiah, contoh ponsel yang bisa diandalkan untuk live vlogging adalah Samsung Galaxy A30s dan Galaxy A50s. Keduanya punya kamera depan yang mumpuni (16 megapixel dan 32 megapixel, masing-masing dengan lensa wide-angle f/2.0), dan kapasitas baterainya cukup masif di angka 4.000 mAh. Atau Anda juga bisa memilih perangkat seri A yang lebih baru seperti Galaxy A51 dan Galaxy A71.

Topik lebih penting daripada kamera

Berhubung live, kita harus memikirkan topik yang akan dibahas secara matang. Jangan sampai di tengah-tengah vlog kita jadi terdiam karena bingung harus membahas apa. Jadi meskipun dilakukan secara live, bukan berarti kita tak perlu menyiapkan semacam naskah untuk dijadikan acuan.

Lagi-lagi karena live, naskah tersebut bisa diimprovisasi dengan melibatkan interaksi penonton. Komunikasi dengan penonton merupakan keunggulan utama dari live vlog, dan kita harus bisa memaksimalkannya dengan baik.

Audio tak kalah penting dari video

Freefly Movi
Sumber gambar: Moment

Dalam sebuah vlog, kita pasti banyak berbicara, dan itulah mengapa kualitas audio tidak boleh diremehkan. Menghindari lokasi yang anginnya bertiup kencang merupakan suatu langkah yang bijak, sama bijaknya seperti melangsungkan live vlogging di pagi atau siang hari ketimbang malam demi mendapatkan kondisi pencahayaan yang optimal.

Cara lain adalah dengan menyambungkan mikrofon eksternal ke ponsel. Pilihannya cukup beragam, dari yang murah sampai yang mahal, dan mic eksternal ini seringkali sangat berguna ketika membuat vlog di tempat yang ramai (bising). Lebih komplet lagi adalah ketika gimbal turut dilibatkan.

Terus berlatih secara konsisten

Mungkin ini adalah tips yang paling klise, tapi memang tidak ada yang bisa menggaet banyak penonton dan penggemar lewat satu sesi live vlogging begitu saja. Konsisten melakukan live vlogging juga pasti akan semakin mematangkan penampilan di depan kamera, sekaligus membuat kita makin terbiasa berinteraksi dengan penonton.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

Tips Live Vlogging Ala Mba Gadget dan Streaming Game dari Smartphone

Setiap orang punya kesempatan buat jadi video content creator di platform video seperti YouTube atau IGTV. Namun bagi yang baru mau mulai, kita bisa mengandalkan smartphone untuk membuat konten.

Dailysocial.id bersama Yangcanggih.com didukung oleh Samsung telah mengadakan workshop bertajuk “Live A Life” pada 8 November lalu di HiveWorks Sudirman Jakarta. Acara ini juga menghadirkan product experience untuk para peserta dan juga mengajak para Samsung member untuk mencoba langsung smartphone Galaxy A series yang baru yakni Galaxy A30s dan Galaxy A50s.

Ada dua tema yang diangkat, pertama ‘Live Gaming’ yang dibawakan oleh Bram Arman, seorang live gaming expert dari AdvanceGuard. Kedua ‘Live Vlogging’ dengan ‘mba Gadget’ Fenny Astri, seorang tech vlogger dari channel YouTube GadgetEmpire.

Live a life

 

Live Vlogging dengan smartphone Samsung Seri A

Menurut mba Gadget, ada tiga kelebihan nge-live vlogging yaitu unique & natural, fast & simple gak perlu diedit lagi, dan interactive bisa langsung menyapa tanya jawab dengan penonton kita. Tentu saja sebelum mulai kita harus menyiapkan konten, kualitas audio dan audio juga harus diperhatikan. Tips vlogging lainnya sebagai berikut, seperti yang tampak di foto:

DSC06964

Beberapa diantara yang cukup penting adalah tentang memilih topik, pencahayaan yang baik agar pemirsa yang menonton bisa menikmati vlog dengan mamsial, lalu urusan teknis seperti in frame dan mic serta mengusahakaan agar suara tetap stablik saat merekam.

Beberapa tips lain yang juga penting antara lain adalah selalu berlatih dan konsistensi. Dua hal ini terkadang kurang diperhatikan, maunya jadi saya langsung bisa banyak yang nonton vlog. Padahal dengan berlatih secara maksimal tentu hasil video akan bisa lebih baik dari waktu ke waktu. Sedangkan untuk konsistenti, menjadi penting untuk menjaga konten yang ada tetap terus bisa dibuat.

Live Gaming dengan smartphone Samsung Seri A

Sekarang kita akan membedah tips dan trik yang diberikan oleh Mas Bram yakni bagaimana streaming game favorit menggunakan smartphone. Saat ini, smartphone kelas menengah juga sudah cukup kuat memainkan game-game populer di Indonesia seperti Galaxy A30s dan Galaxy A50s. Kedua smartphone ini juga punya kapasitas baterai besar sehingga bisa bermain game lebih lama.

Live a life

Beberapa tips yang bisa diterapkan antara lain, pertama adalah untuk mengecek hal teknis seperti internet serta perangkat untuk live streaming. Pastikan Anda menyediakan internet dengan kecepatan tinggi. Untuk streaming basic kita bisa menggunakan aplikasi Game.ly dan NimoTV. Sementara, untuk streaming advance kita akan menggunakan YouTube, Twitch, dan Facebook Gaming.

Bila pilih opsi yang kedua, kita juga butuh laptop dengan spesifikasi cukup tinggi dan menginstal software tambahan. Seperti Open Broadcaster Software (gratis), XSplit Broadcaster (berbayar), dan vMix (berbayar). Selain itu, kita juga membutuhkan alat tempur berupa kamera, mikrofon, headphone, hingga lightning. Tapi, yang satu ini bisa disesuaikan dengan peralatan yang Anda punya.

Untuk pengguna smartphone Samsung, pertama kita perlu mengaktifkan USB Debugging yang terletak di menu Developer Options. Caranya buka Settings, ke About Phone, dan ketuk opsi Build number dengan cepat sebanyak 7x untuk mengaktifkan menu Developer Options.

Setelah itu kita sambungkan smartphone ke laptop, lalu buka software OBS. Untuk menampilkan tampilan yang ada smartphone di laptop, pilih opsi Window Capture dan pilih smartphone kita.

Kalau sudah tampil, langkah berikutnya adalah mengatur audio agar masuk ke laptop. Kita akan membutuhkan kabel AUX, lalu buka opsi Open Volume mixer, System Sounds, ke tab recoding dan pilih microphone. Kalau semua persiapkan sudah selesai, pergi ke YouTube dan Live Streaming.

Dua kegiatan menggunakan smartphone di atas, dewasa ini semakin populer untuk dikakukan. Para konten kreator senantiasa memproduksi berbagai konten baik itu vlog maupun live streaming game. Koneksi internet yang makin stabil dengan dukungan smarpthone yang mumpuni tentunya ikut membantu munculnya berakan konten kreator masa kini.

Acara workshop ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari konten kreator, kalangan umu dan gamer. Acara sendiri tidak hanya memberikan materi tetapi juga handson secara langsung. Tujuannya tentu saja agar para peserta bisa langsung mempraktekan materi yang diajarkan.

Acara sendiri didukung oleh Samsung yang menyediakan perangkat untuk workshop, ada Samsung Galaxy A80 untuk kegiatan vlogging yang mumpuni dengan kamera dan tampilan yang trendy. Serta ada pula perangkat Galaxy A20s dan A30s, dua perangkat yang relatif baru yang juga telah bisa digunakan untuk bermain game secara cukup maksimal.

DailySocial dan Yangcanggih sendiri berencana untuk menggelar berbagai workshop lainnya, jadi pantengin terus DailySocial dan Yangcanggih.com untuk informasi lanjutan.

Terima kasih untuk Samsung yang telah mendukung acara, sampai jumpa di acara berikutnya.

[VlogWithSony] Membahas Tren Vlogging dan Pendapat Content Creator Tentang Sony A6400

Sony Southeast Asia (SEA) telah menggelar acara bertema ‘Vlog With Sony‘ di Art Science Museum, Singapore pada tanggal 26 Maret 2019. Vlog With Sony adalah interactive campaign yang melibatkan 39 vlogger top dari 6 negara di kawasan Southeast Asia, meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Singapura.

Vlogger atau content creator tersebut terdiri dari empat kategori berbeda, mulai dari beauty, entertainment, travel, dan gadget. Sony ingin dunia mengetahui, bahwa mereka punya produk kamera dan aksesori yang dirancang untuk vlogger dengan background, konten, dan level experience yang berbeda-beda.

Dari Indonesia sendiri ada enam vlogger yang dipilih oleh Sony Indonesia, yaitu Vincent Raditya, JWestBros, Titan Tyra, Akadika, Estechmedia, dan BangRipiu. Saya mewakili Dailysocial sebagai media Indonesia bersama Infofotografi.

Tren-vlogging-5

Di acara ‘Vlog with Sony‘ ini mereka mengumumkan premium ultra-compact camera; Sony RX0 II. Ada juga sesi sharing seperti beauty vlog sharing, entertainment vlog sharing, travel vlog sharing, hingga special performance dari international YouTuber Sam Tsui.

Artikel hands-on untuk Sony RX0 II saya buat terpisah, singkatnya ultra camera ini sangat ideal untuk aktivitas vlog. Karena ukurannya yang ringkas, sangat serasi berpasangan dengan shooting grip (VCT-SGR1) – membuat vlogging di tempat umum tidak akan begitu mencolok.

Meningkatkannya Tren Vlogging 

Tren-vlogging-2

Tren vlogging meningkat pesat dari tahun ke tahun. Suka tidak suka banyak brand yang melirik content creator [baca; YouTuber] sebagai salah satu cara efektif untuk menyampaikan pesan kepada para audiensnya.

“Tren vlogging tidak terjadi serentak, tetapi marak di sejumlah wilayah di dunia. Contohnya Asia terutama Tiongkok dan juga di Amerika Serikat. Sedangkan di negara asal kami; Jepang, angkanya tidak meningkat pesat, tapi kenaikannya masih positif.” Ungkap Satoshi Hatano, General Manager Digital Imaging Group, Sony Imaging Product & Solutions.

Satoshi Hatano menambahkan bahwa meskipun tren vlog baru muncul belakangan ini, namun sejatinya Sony sudah sejak lama mendalami ranah di sektor kamera digital. Mulai dari handycam (camcorder) yang ‘easy to use‘ dan punya battery life panjang, action camera dan compact camera yang mengunggulkan portability, hingga mirrorless camera yang expandability – di mana bisa mengganti lensa dan compatibility dengan mikrofon eksternal.

Ada pertanyaan yang cukup menarik yang dilontarkan oleh awak media kepada Satoshi Hatano mengenai produk favorit yang digunakan untuk menciptakan video. Ternyata jawabannya bukan RX0 II, tapi A9 karena sudah memilikinya. Namun untuk kebutuhan yang lebih menyeluruh, Satoshi Hatano pribadi menyarankan A6400.

Saya juga setuju dengan Satoshi Hatano, menurut saya Sony A6400 memang sangat ideal untuk aktivitas vlog. Setelah memiliki kamera utama, Anda bisa melirik Sony RX0 II sebagai kamera sekunder untuk solusi pengambilan gambar multi kamera.

Tren-vlogging-4

Capability Sony RX0 II cukup mengagumkan, layarnya dapat diputar hingga 180 derajat, body-nya waterproof dan shockproof, mampu merekam video 4K dengan dukungan picture profile, dan punya jack mikrofon. Kamera ini juga punya fitur di mana kita bisa menggabungkan lima unit RX0 II untuk merekam bersama, bayangkan uniknya konten yang bisa Anda dapat.

Apa Kata Content Creator Mengenai Sony A6400?

Pada acara Vlog With Sony, para vlogger asal Tanah Air ditantang untuk membuat konten video menggunakan Sony A6400. Ada pula beberapa vlogger yang menggunakan compact camera premium Sony RX100 VI yang memiliki kelebihan dalam segi kenyamanan dan kepraktisan tingkat tinggi.

Enche Tjin - Infofotografi
Enche Tjin – Infofotografi

Lalu, apa pendapat mereka mengenai tren vlog dan Sony A6400? Menurut Enche Tjin sebagai pendiri Infofotografi dan seorang fotografer, tren vlog yang semakin marak dan bervariasi genrenya saat ini membutuhkan gear dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Menyikapi itu, Sony menawarkan kamera dalam berbagai bentuk untuk mengakomodir kebutuhan yang berbeda-beda.

“Tapi ingat, meskipun dipromosikan sebagai kamera untuk vlog, sebagian besar kamera-kamera Sony adalah kamera yang mumpuni untuk still photography juga.” Ujar Enche Tjin.

Akadika, vlogger dan profesional wedding photography
Akadika, vlogger dan profesional wedding fotografer

Beralih ke pendapat Akadika, vlogger yang juga seorang profesional wedding fotografer dari Bengkulu. Menurutnya, tren vlogging saat ini sudah menjadi salah satu racun yang diikuti banyak kalangan nggak cuma anak muda bahkan yang tua pun juga ikutan.

“Kalau pengalaman pakai A6400, gue cukup surprise karena beberapa fitur di dalamnya terutama soal focusing ya, focus-nya membantu banget untuk bikin vlog apa lagi kamera itu kita pegang sendiri. Terus yang gue suka lagi dari A6400 adalah transisi dari ruangan gelap ke terang peralihan exposure-nya halus banget.” Ungkap Akadika.

Erwin - Estechmedia
Erwin – Estechmedia

Menuju ke pendapat Erwin dari Estechmedia yang bercita-cita menjadi director, ia melihat tren vlogging sebagai sesuatu yang memang sangat potensial kedepannya, karena walaupun ini bukan hal baru tapi masih sangat menjanjikan kedepannya secara influence. Karena vlogging ini memiliki pengaruh yang cukup luas layaknya media tapi memiliki poin personal branding di mana para penonton dapat merasakan kedekatan dengan sang vlogger.

“Mengenai A6400, sejauh ini bisa dibilang A6400 itu seperti monster kecil, tapi bukan cuma kamera ini yang masuk dalam kategori itu tapi nggak perlu disebutkan ya. Ini kamera kecil yang memiliki potensi yang sangat tinggi seperti kamera profesional.” Kata Erwin.

Ikhsan - BangRipiu
Ikhsan – BangRipiu

Beralih ke Bang Ikhsan (BangRipiu) menurutnya sebagai first time user Sony Mirrorless, saya impress dengan kemampuan continuous autofocus-nya A6400 yang sangat responsive.

“Tampaknya kamera ini akan sangat mendukung saya dalam pembuatan video-video tentang gadget di YouTube, terutama pada video bertemakan unboxing gadget.” Ungkapnya.

Verdict

Melihat tren vlogging ini apakah Anda ingin ikut-ikutan menjadi vlogger atau content creator? Bila tertarik mulai saja dulu dengan smartphone, seiring perkembangan channel Anda bisa meng-upgrade equipment Anda secara perlahan. Yang pasti mereka para content creator telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mencapai titik sampai di acara Vlog With Sony.

Mendengar cerita perjuangan, merasakan semangat mereka, dan berbagi perspektif – banyak hal yang bisa dipetik. Sebenarnya banyak peluang lain juga yang bisa didapat dengan memiliki sebuah kamera mirrorless baik di ranah photography maupun videography, selain membuat konten video dan diunggah ke YouTube.

Saya sudah request unit review Sony A6400 dan terus terang saya sudah tidak sabar untuk me-review nya. Dengan harga Rp13 juta untuk body only, posisi A6400 memang untuk para vlogger yang sudah mulai dan ingin meningkatkan kualitas konten videonya.

Sasar Kreator Konten, Skype Uji Fitur Perekaman Percakapan

Skype tidak hanya populer di kalangan konsumen umum maupun pekerja saja. Kreator konten juga banyak yang memakainya untuk berkolaborasi, atau sekadar melakukan wawancara jarak jauh dengan beberapa narasumber sekaligus. Yang kerap menjadi masalah, merekam percakapan untuk kemudian disiarkan bukanlah pekerjaan mudah.

Itulah yang mendorong Microsoft untuk mengembangkan fitur khusus pada aplikasi Skype versi desktop-nya. Dinamai Skype for Content Creators, fitur ini memungkinkan para podcaster, vlogger dan lain sebagainya untuk merekam dan menyiarkan percakapan yang berlangsung di Skype tanpa bantuan perlengkapan yang mahal.

Yang diperlukan hanyalah software seperti Wirecast, Xsplit, Vmix, atau yang lain yang mendukung teknologi NDI besutan NewTek. Fitur baru ini memungkinkan Skype untuk meneruskan percakapan video ke salah satu software tersebut, sehingga kemudian bisa disiarkan secara langsung, dengan kualitas audio dan video yang tetap bagus.

Tampilan siarannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan selera, contohnya seperti gambar di atas. Andai live streaming tidak diperlukan, percakapan yang direkam bisa langsung dipindah ke software seperti Adobe Premiere Pro atau Adobe Audition untuk diedit lebih lanjut.

Tersedia pada aplikasi Skype untuk Windows 10 dan Mac, fitur ini sekarang masih berstatus preview dan sedang diuji bersama pengguna dalam jumlah terbatas. Perilisan publiknya dijadwalkan berlangsung pada musim panas mendatang.

Sumber: Skype.

Mirrorless untuk Kebutuhan Vlogging dan Travelling-mu

Tahun 2015 bisa dikatakan sebagai titik sentral pertumbuhan tren vlogging. Di tahun itu, 42% dari pengguna internet mengaku terpapar oleh konten-konten video yang merupakan transformasi dari blog tersebut. Tarik maju ke hari ini, tren ini disinyalir meningkat lebih gila lagi. Kanal yang dapat secara bebas dimanfaatkan (umumnya YouTube) adalah satu alasannya. Faktor pendukung lainnya ialah maraknya kamera ringkas di pasar.

Konten secara esensial memang penting untuk memancing viewers mampir menonton vlog. Tapi, dalam hal teknis, kamera juga punya nilai yang tak kalah tinggi bagi kualitas vlog. Artikel ini akan mengulas “standar” kamera yang dapat digunakan untuk vlogging; atau untuk merekam momen di kegiatan mobile-mu, seperti travelling. Kamera yang kita ulas sebagai perbandingan antara “teori teknis” dengan penggunaannya di lapangan ialah Panasonic Lumix DC-GF9K.

Desain dan bodi

Vlogging berbicara soal momentum; bagaimana kita menyoroti suatu hal dengan angle tertentu adalah seninya. Jika kamu sedang travelling, membuat vlog akan setingkat lebih “sulit” lagi, oleh sebab setiap detik yang menjadi begitu penting untuk direkam. Karenanya, penting bagimu untuk menenteng kamera mirrorless yang ringan dan ringkas.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23745_PM

Panasonic Lumix DC-GF9K saya rasa punya poin ini. Bobotnya yang hanya sebesar 269 gram dan berukuran 64.4 mm x 33.3 mm x 106.5 mm ini sangat membantu dalam penyimpanan. Meski kemudian ukuran demikian bagi saya terkesan “ringkih” saat digenggam, namun perlu diakui bahwa DC-GF9K tercipta memang untuk traveler.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23755_PM

rsz_whatsapp_image_2017-10-25_at_64653_pm

Bagi vlogger, desain bodi harusnya jadi hal penting yang harus diamati saat memilih kamera, agar tetap keren saat mengambil shot di mana pun—karena orang-orang sekitar yang menoleh ke arahnya. Lumix DC-GF9K yang saya coba berwarna orange dengan motif kulit jeruk. Saya melihat ada kesan leather yang ingin ditunjukkan; namun sayang, hal terlihat kurang optimal. Di sisi lain, tampilan analog dan klasik tetap terpancar dan menjadi daya tarik dari mirrorless yang tersedia dalam empat warna ini.

Tampilan antar muka

Sempat saya bahas di awal bahwa vlogging menjadi tren. Fenomena ini seketika melahirkan banyak video content creator yang bertebaran di mana-mana—tak jarang vlogger juga kini sudah menjadi cita-cita anak kecil dan menjadi profesi pilihan. Tidak semua dari mereka lama bergelut di dunia videografi; banyak juga yang baru mengikuti tren ini sambil belajar mengambil gambar.

Tampilan antar muka dari menu yang ada di Lumix DC-GF9K ini sebenarnya mudah, karena Panasonic menyajikan sistem pengaturan dengan touch screen dan pengaturan shutter button yang otomatis pindah ke button bagian kiri saat sedang selfie mode.

Tapi—sepertinya disebabkan oleh penggunaan pertama kali—bagi saya tampilan antar muka ini terasa kurang user-friendly. Penempatan konten menu dan fitur-fiturnya agak sedikit sulit dipahami dengan cepat, apalagi bagi vlogger pemula atau pengguna Lumix pertama kali. Rasanya, akan menjadi kesalahan besar bila kita lupa menaruh manual book yang tersedia di dalam box. Beruntung poin ini tidak terlalu menutupi fitur-fitur mumpuni yang ada di Lumix DC-GF9K, seperti 4K photo dan post focus mode.

Performa dan kualitas gambar

Bagian terakhir inilah yang menjadi unsur penting dalam vlogging. Bagaimana seorang vlogger menangkap momen bertumpu pada performa dan kualitas gambar dari kamera mirrorless. Jika kamu merasa kualitas 4K adalah titik pengalaman tinggi, Lumix DC-GF9K memang disiapkan untukmu.

Fitur 4K yang digelorakan oleh Panasonic membawa kesan baik bagi saya saat mengambil gambar Lumix DC-GF9K. Fitur ini didukung post focus mode dan focus stacking, yang dipoles oleh micro 4/3 sensor, sehingga membuat fleksibilitas dari pemilihan focus lebih nyaman dengan hasil maksimal.

Screenshot_2017-10-25_at_113650

Screenshot_2017-10-25_at_113415

P1060068JPG

Jika kembali ke urusan vlogging, kamera ini belum begitu memanjakan dalam hal merekam suara. Panasonic Lumix DC-GF9K tidak dipersenjatai output audio video, yang sejatinya dapat memberi daya dobrak yang lebih kuat perihal merekam suara. Namun, Panasonic menebusnya dengan mikrofon stereo yang dibekali wind noise canceller.

Vlogger juga perlu kecepatan. Tidak hanya dalam mengambil shot, tapi juga dalam menyimpan dan memindahkan data. Performa dalam hal kirim-mengirim dan simpan-menyimpan data ini terasa lebih mudah dengan kehadiran fitur pemindahan data dengan berbasis Wi-Fi melalui Panasonic Image App. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk “melempar” data tanpa harus terkoneksi dengan kabel.

Konklusi

Bicara vlogging, bicara tentang kecepatan dan portabilitas—kualitas konten adalah syarat mutlak, sehingga tak perlu disebutkan. Panasonic Lumix DC-GF9K yang terlahir dengan tubuh mungil dan enteng serta memiliki resolusi 4K sepertinya sudah menjawab dua kebutuhan tadi. Kendati secara penggunaan akan memakan waktu untuk mempelajarinya, tapi untuk para vlogger dan traveler—apalagi jika kamu keduanya—kamera mirrorless 16,84 megapiksel ini dapat menjadi pilihan untuk merekam momen harianmu.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Panasonic.