Tag Archives: Volvo

Siap Diproduksi, Polestar Precept Adalah Mobil Elektrik Pertama Polestar yang Tidak Mewarisi DNA Volvo

Februari lalu, Polestar memperkenalkan sebuah mobil konsep yang sangat menarik bernama Precept. Saat diumumkan, Precept disebut bakal mendikte filosofi desain yang bakal Polestar terapkan pada mobil-mobil mereka ke depannya.

Namun ternyata sub-brand Volvo tersebut bohong. Bukannya menjadi indikator masa depan Polestar, Precept justru akan diproduksi secara massal. Respon publik yang sangat positif terhadap Precept rupanya berhasil mendorong Polestar untuk merealisasikan mobil elektrik yang sangat istimewa ini.

Ada beberapa alasan menurut saya yang membuat Polestar Precept spesial. Yang pertama, ia merupakan mobil perdana Polestar dengan desain yang orisinal, tidak seperti Polestar 1 ataupun Polestar 2 yang memakai mobil besutan Volvo sebagai basisnya. Boleh dibilang, Precept adalah titik balik yang menandai lepasnya Polestar dari warisan DNA Volvo.

Kebetulan Precept memang tidak kelewat canggih seperti mobil konsep pada umumnya, terutama beberapa yang bahkan tidak memiliki setir sama sekali. Kendati demikian, setidaknya ada satu elemen desain yang membuat Precept terkesan futuristis, bahkan jika dibandingkan dengan mobil-mobil elektrik yang saat ini sudah mengaspal sekalipun: absennya spion dan kaca belakang.

Ya, spion kiri, kanan, dan tengahnya sudah ditukar dengan kamera. Berhubung tidak punya spion tengah, Precept pada akhirnya juga tidak memerlukan kaca belakang. Alhasil, ruang kepala bagi penumpang di kabin belakangnya pun bisa terasa lebih lega walaupun atapnya melandai seperti mobil coupé.

Lebih lanjut soal kabin, Precept menawarkan interior yang tidak kalah istimewa dari eksteriornya. Istimewa karena interiornya sepenuhnya vegan, alias tidak ada satu pun material yang berasal dari seekor hewan. Lapisan yang membalut joknya misalnya, terbuat dari hasil daur ulang botol plastik yang umum dipakai oleh produsen air mineral, sedangkan karpetnya menggunakan bahan yang berasal dari jaring-jaring nelayan.

Yang menarik, penekanan pada tema sustainability ini tidak semata untuk menunjukkan kepedulian terhadap bumi saja, melainkan juga menawarkan manfaat dari segi fungsionalitas. Contohnya adalah serat komposit besutan Bcomp, material unik lain yang juga Polestar gunakan pada panel pintu maupun sisi belakang jok milik Precept, yang terbukti lebih kokoh ketimbang plastik meskipun ternyata bobotnya jauh lebih ringan.

Secara estetika, interior Precept memang langsung menggambarkan nuansa minimalis khas Skandinavia. Seperti halnya Polestar 2, Precept turut mengandalkan sistem infotainment berbasis Android yang Polestar garap sendiri langsung bersama Google, meski tentu dengan beberapa pembaruan.

Satu fitur yang paling saya suka adalah pemanfaatan proximity sensor pada layar 15,5 inci yang ada di tengah dashboard-nya. Jadi dalam kondisi normal, layar ini akan menampilkan informasi seminimal mungkin demi tidak menjadi pengalih perhatian bagi sang pengemudi. Lalu ketika pengemudi atau penumpang depan mendekatkan tangannya dan hendak menyentuh layar, secara otomatis tampilan layarnya akan berubah dan menyajikan informasi tambahan, termasuk halnya tombol-tombol ekstra yang berukuran besar demi semakin memudahkan pengoperasian.

Bentuk layar yang vertikal juga sudah dipikirkan agar pengguna dapat menampilkan dua aplikasi sekaligus dalam ukuran yang proporsional, semisal Spotify dan Google Maps. Panduan navigasi turn-by-turn pada Precept juga secara otomatis akan ditempatkan di panel instrumen di balik lingkar kemudi ketimbang di layar tengahnya.

Terakhir, Precept turut mengemas sebuah sistem eye tracking di dashboard-nya yang berguna untuk memantau kesiagaan pengemudinya. Jadi seandainya sistem mendeteksi pengemudi mulai kelelahan, secara perlahan sistem akan mengambil alih kendali, mulai dari memberikan peringatan sampai menurunkan kecepatan mobil dengan sendirinya.

Mengenai performa, sayangnya Polestar sejauh ini masih bungkam; wajar mengingat Precept masih berstatus konsep sampai beberapa hari lalu. Pun begitu, setidaknya kita bisa melihat jarak roda depan dan belakang yang cukup panjang pada Precept, yang berarti ia menyimpan ruang yang cukup luas untuk menyimpan baterai. Kalau memang harus menebak, saya cukup yakin Precept bakal lebih efisien lagi ketimbang Polestar 2 yang diklaim sanggup menempuh jarak 500 km dalam sekali pengisian baterai 78 kWh-nya.

Sejauh ini Polestar belum bilang kapan tepatnya Precept bakal mulai diproduksi. Kemungkinan besar versi finalnya juga tidak akan memakai nama Precept, melainkan nama berbasis angka seperti dua mobil Polestar yang sudah dijual sekarang.

Via: CNET.

Polestar Terus Sempurnakan Sistem Infotainment Berbasis Android pada Mobil Elektriknya

Diumumkan setahun lalu, Polestar 2 terdengar menarik bukan hanya karena ia berpotensi menjadi salah satu pesaing terkuat Tesla Model 3, melainkan juga karena ia merupakan mobil pertama yang mengemas Android Automotive OS; evolusi Android Auto yang sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment bawaan mobil.

Dalam pengembangannya, Polestar bekerja sama langsung dengan Google. Google yang merancang semua fungsionalitas Android Automotive OS, kemudian Polestar yang memoles user interface-nya hingga tampak minimalis dan senada dengan nuansa kabin Polestar 2 itu sendiri. Menariknya, kolaborasi ini tidak terhenti begitu saja pasca peluncuran Polestar 2.

Baru-baru ini, Polestar membeberkan rencananya untuk semakin menyempurnakan sistem infotainment milik mobil elektrik perdananya tersebut. Android Automotive OS memang sudah jauh lebih canggih ketimbang mayoritas sistem infotainment lain, akan tetapi Polestar yakin sistem ini masih bisa disempurnakan lagi lewat aspek personalisasi yang lebih komprehensif.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sekadar mengingatkan, Polestar 2 menerapkan teknologi digital key sebagai standar; yang menjadi kunci mobil adalah smartphone masing-masing pemilik mobil. Kunci digital ini krusial dalam aspek personalisasi, memungkinkan Polestar 2 untuk mendeteksi pengemudi yang berbeda (yang sudah diverifikasi oleh pemilik mobilnya tentu saja), lalu menyesuaikan posisi jok, spion, suhu kabin dan pengaturan sistem hiburan berdasarkan preferensi masing-masing pengemudi.

Ke depannya, selain mengevaluasi preferensi, sistem juga akan melihat aplikasi-aplikasi yang terakhir digunakan sebagai salah satu faktor. Kalau pengemudi mengizinkan, sistem dapat menampilkan informasi-informasi yang relevan dan kontekstual secara proaktif.

Saat mobil sedang diparkir di titik charging misalnya, sistem bakal menampilkan sejumlah aplikasi streaming video sehingga pengemudi tidak bosan menunggu selagi baterai mobilnya diisi ulang. Ya, Polestar dan Google memang bukan yang pertama menerapkannya, sebelum ini Tesla juga sudah menghadirkan fitur serupa.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sifat proaktif ini turut didukung oleh pembaruan pada Google Assistant. Polestar bilang bahwa ke depannya Assistant bakal bisa diajak bercakap-cakap secara lebih alami sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa pengemudi hanya sebatas melontarkan instruksi demi instruksi.

Terakhir dan yang tidak kalah menarik adalah penerapan sistem eye-tracking di dashboard. Jadi saat pengemudi terdeteksi lebih banyak melihat layar ketimbang jalanan, sistem akan langsung memberikan peringatan. Eye-tracking juga berpengaruh pada bagaimana informasi ditampilkan di layar; kalau pengemudi sedang fokus ke jalanan, layarnya akan meredup dengan sendirinya.

Lebih jelasnya, Polestar berencana mendemonstrasikan penyempurnaan sistem infotainment milik Polestar 2 ini melalui live stream di YouTube pada tanggal 25 Februari mendatang.

Sumber: Car and Driver dan Polestar.

Truk Otomatis Volvo, Vera, Siap Bertugas Mengangkut Kontainer dengan Sendirinya

Secara umum, tujuan utama dari pengembangan teknologi robotik dan autonomous adalah untuk menyediakan bantuan terhadap pekerjaan-pekerjaan repetitif. Kalau perlu contoh, pencapaian terbaru Volvo Trucks belum lama ini bisa menjadi contoh yang tepat.

Mereka baru saja mengumumkan bahwa truk otomatisnya yang diperkenalkan tahun lalu, Vera, siap menjalankan tugas perdananya tidak lama lagi. Bekerja sama dengan perusahaan logistik asal Swedia, DFDS, Volvo bakal menugaskan Vera untuk mengangkut kontainer dari area gudang di kota Gothenburg menuju ke pelabuhan.

Volvo Trucks Vera

Melihat wujud Vera, tampak jelas bahwa truk ini sengaja dirancang untuk tidak dikemudikan oleh seseorang. Mesinnya pun murni mengandalkan tenaga listrik, dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Selama bertugas, Vera akan terus dipantau oleh operator dari sebuah menara kontrol.

Koneksi antara Vera dan menara kontrol ini merupakan komponen yang esensial, sebab yang dimonitor secara akurat bukan cuma posisi tiap-tiap unit Vera saja, tapi juga parameter-parameter penting lain, macam sisa baterai misalnya. Kecepatan setiap unitnya juga bakal diatur dari pusat kontrol yang sama, menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Volvo Trucks Vera

Rute yang akan diambil Vera memang sudah paten, akan tetapi rupanya masih mencakup sejumlah jalan umum di kawasan industri. Jaraknya pun tidak begitu jauh, tapi kembali lagi, tujuan yang hendak dicapai adalah menyediakan solusi yang lebih efisien dan presisi terhadap pekerjaan repetitif.

Terakhir, program ini juga disiapkan sebagai salah satu langkah awal untuk mengadaptasikan infrastruktur. Tanpa dukungan infrastruktur yang tepat, semisal gerbang otomatis di area pelabuhan, teknologi canggih yang diusung Vera juga tidak akan bisa bekerja secara maksimal, dan ini sangat berpengaruh terhadap implementasi teknologi autonomous dalam skala yang lebih besar.

Sumber: Volvo.

Bakal Pesaing Tesla Model 3 dari Swedia, Polestar 2, Resmi Diperkenalkan

Tahun demi tahun, musuh Tesla terus bertambah. Kendati demikian, sejauh ini masih sulit mencari mobil elektrik lain yang pantas disetarakan dengan Tesla Model 3. Sedan tersebut canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, dan harganya terjangkau (meski mungkin masih belum terlalu merakyat).

Niat untuk menciptakan rival yang sepadan dengan Tesla Model 3 mungkin bakal dinilai terlalu ambisius oleh publik, akan tetapi hal itu tak mencegah Polestar untuk membuktikannya. Sekadar mengingatkan, Polestar bukanlah pemain baru di dunia otomotif. Sejak tahun 2017, Polestar sudah ditunjuk oleh Volvo selaku perusahaan induknya sebagai sub-brand yang secara khusus mengembangkan mobil elektrik.

Sayangnya, mobil pertama mereka, Polestar 1, hanya sebatas mobil sport bermesin hybrid. Untuk mobil keduanya, sejak jauh-jauh hari Polestar sudah mengumumkan bahwa mobil tersebut siap menantang Tesla Model 3 secara langsung, dan mereka rupanya bukan sekadar membual.

Polestar 2

Tepat tanggal 27 Februari kemarin, mereka memperkenalkan Polestar 2 secara resmi. Tampang luarnya langsung kelihatan sangat Volvo sekali, dan itu dikarenakan Polestar menggunakan Volvo Concept 40.2 sebagai basisnya. Yang cukup unik, ia kelihatan seperti sebuah crossover jika dilihat dari samping.

Sebagai lawan Tesla Model 3, Polestar 2 tentunya tidak boleh mengecewakan soal angka-angka. Benar saja, perpaduan sepasang motor elektrik dan penggerak empat rodanya mampu menghasilkan daya total sebesar 300 kW (408 hp), serta torsi 660 Nm. Akselerasi 0 – 100 km/jam ditempuhnya dengan mudah dalam waktu 5 detik saja.

Namun yang paling mengesankan adalah efisiensi energinya. Dalam satu kali pengisian, baterai berkapasitas 78 kWh-nya sanggup membawa mobil ini melaju hingga sejauh 500 kilometer. Tentunya ini baru sebatas estimasi dan masih harus dibuktikan lagi. Andai benar, ini bisa menjadi pukulan telak terhadap Tesla.

Polestar 2

Performa dan efisiensinya sudah layak menandingi Tesla Model 3, namun Polestar 2 rupanya juga tidak mau setengah-setengah dalam hal kecanggihan teknologi. Ini tersirat dari interiornya yang minimalis, dengan layar sentuh 11 inci yang mendominasi bagian tengah dashboard. Dilihat sepintas, saya pribadi lebih suka kabin Polestar 2 ketimbang Model 3 hanya karena masih ada panel instrumen di balik lingkar kemudinya.

Tidak kalah menarik adalah sistem infotainment berbasis Android hasil kolaborasi langsung antara Volvo dan Google. Integrasi Google Assistant sudah pasti tersedia, demikian pula akses ke aplikasi-aplikasi pihak ketiga via Google Play Store.

Selanjutnya, fitur canggih seperti smartphone sebagai kunci mobil juga merupakan fitur standar untuk Polestar 2. Masalah kepraktisan maupun keamanan seputar fitur ini memang masih menjadi perdebatan, akan tetapi Volvo sudah punya visi besar terkait layanan car sharing ke depannya, dan di titik itu smartphone sebagai kunci mobil bakal menjadi komponen penunjang yang esensial.

Polestar 2

Canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, Polestar 2 benar-benar sangat berpotensi menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Lalu bagaimana dengan harganya? Nantinya, varian terendahnya bakal dipasarkan dengan banderol mulai 39.900 euro. Namun yang selalu menjadi pertanyaan adalah, kapan varian tersebut bakal tersedia?

Jawabannya masih belum ada yang berani memastikan, tapi publik pasti berharap nasibnya tidak seperti Tesla Model 3, yang hingga detik ini pun belum tersedia varian termurah seharga $35.000 seperti yang dijanjikan pada acara peluncurannya. Semoga saja Volvo bisa mewariskan pengalaman panjangnya di bidang produksi kepada tim Polestar demi mencegah problem seperti ini terjadi.

Yang akan dipasarkan terlebih dulu mulai awal tahun 2020 adalah Polestar 2 Launch Edition, dengan banderol mulai $63.000. Varian tersebut kabarnya akan diproduksi selama setahun pertama, yang berarti konsumen baru akan berjumpa dengan varian termurahnya paling cepat tahun 2021.

Sumber: SlashGear.

Konsep Volvo 360c Gambarkan Kondisi Transportasi Pribadi di Masa Depan

Anggap Anda hendak menuju Bandung dari Jakarta, Anda pilih naik mobil atau pesawat? Naik pesawat memang jelas lebih cepat, tapi jika ditotal waktu yang dihabiskan sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda; yang mencakup perjalanan ke bandara, waktu menunggu boarding, dan perjalanan dari bandara Husein Sastranegara ke lokasi yang dituju di kota Bandung.

Poin yang ingin saya angkat adalah, naik mobil dari Jakarta ke Bandung memang lebih lama dan lebih melelahkan, tapi jauh lebih praktis. Setidaknya satu kekurangannya itu (melelahkan) dapat diatasi oleh perkembangan mobil kemudi otomatis. Kira-kira demikian pemikiran di balik pengembangan mobil konsep terbaru Volvo, 360c.

Volvo 360c Concept

Volvo 360c dideskripsikan sebagai mobil elektrik yang fully autonomous alias sama sekali tidak memerlukan kehadiran seorang sopir. Tidak ada ruang untuk pengemudi di dalam kabinnya, yang ada hanyalah interior modular yang bisa diatur sesuai kebutuhan; apakah Anda perlu tidur selama perjalanan, perlu bekerja, perlu bertatap muka bersama kolega, atau mungkin sebatas perlu menghabiskan satu season serial favorit di Netflix.

Karena ini adalah Volvo yang kita bicarakan, faktor keselamatan selalu menjadi prioritas sejak mereka pertama kali menciptakan sabuk pengaman tiga titik di tahun 1959, dan 360c pun tidak luput dari filosofi tersebut. Salah satu contohnya, selimut yang ada di dalam kabin juga dilengkapi sistem pengaman serupa, sehingga penumpang dapat tidur nyenyak sepanjang perjalanan selagi masih dijaga keselamatannya.

Pendekatan yang diambil Volvo ini tergolong cukup unik karena selama ini jarang sekali ada konsep-konsep mobil tanpa sopir yang menekankan fitur keselamatan, seakan-akan pengembangnya berasumsi mobil-mobil tersebut tidak akan pernah mengalami kecelakaan.

Masih seputar keselamatan, 360c juga dirancang agar dapat menyampaikan intensinya kepada pengguna jalan lain lewat perpaduan indikator suara dan lampu. Volvo berharap sistem komunikasi satu arah semacam ini dapat menjadi standar dalam pengembangan mobil kemudi otomatis ke depannya.

Volvo 360c Concept

Balik lagi ke cerita perjalanan Jakarta-Bandung tadi, Volvo 360c pada dasarnya bisa memberikan kepraktisan yang sama seperti naik mobil sendiri (tidak perlu ke bandara dan sebagainya) sekaligus kenyamanan seperti naik pesawat (cukup pejamkan mata saja sepanjang perjalanan). Namun selama mobil seperti 360c masih berstatus konsep, semua ini hanyalah angan-angan semata.

Juga penting untuk dicatat adalah, seandainya Volvo memproduksi mobil serupa di masa yang akan datang, kemungkinan Anda tidak akan bisa membelinya. Volvo bakal menawarkannya dalam bentuk layanan berlangganan (car sharing) ketimbang menjualnya ke konsumen secara langsung – ya setidaknya debat mengenai “bikin garasi dulu sebelum beli mobil” jadi bisa diselesaikan.

Sumber: CNET dan Volvo.

Sub-brand Volvo, Polestar, Siap Bikin Rival Tesla Model 3

Mobil elektrik dengan harga yang bersahabat sejauh ini belum banyak populasinya. Dua model populer yang sudah mengaspal adalah Tesla Model 3 dan Chevrolet Bolt, yang keduanya dibanderol di kisaran $30.000 – $35.000 (untuk varian bawahnya).

Ke depannya, jumlahnya dipastikan bakal terus bertambah. Salah satu pabrikan yang tengah bersiap adalah Volvo, lewat sub-brand miliknya yang secara khusus menangani segmen mobil elektrik, yakni Polestar. Mobil perdananya, Polestar 1, baru dibawa ke jalanan untuk pertama kalinya belum lama ini, namun mobil tersebut bukan murni bermesin elektrik, dan harganya pun jauh di atas $100.000.

Yang lebih menarik adalah pernyataan terbaru dari COO-nya, Jonathan Goodman, terkait Polestar 2, yakni sebuah sedan elektrik empat pintu yang bakal menjadi rival Tesla Model 3. Soal desain, gambar di atas yang merupakan Volvo Concept 40.2 bakal menjadi basis sekaligus acuan dari mobil ini.

Volvo Concept 40.2

Berbicara kepada Autocar, Goodman membeberkan spesifikasi kunci Polestar 2: 400 tenaga kuda, jarak tempuh 560 km per charge dan harga jual di kisaran $35.000. Angka-angka ini masih belum final, tapi kalaupun ada perubahan semestinya tidak akan terlalu jauh.

Yang cukup istimewa adalah, semua ini merupakan penjelasan terkait varian bawah Polestar 2, yang berarti varian atasnya yang berharga jauh lebih mahal juga pastinya bakal jauh lebih istimewa. Sebagai perbandingan, varian bawah Tesla Model 3 yang berharga setara hanya sanggup menempuh jarak sekitar 350 km dalam satu kali pengisian.

Tidak bisa dipungkiri, segmen mobil elektrik bakal semakin menarik dalam beberapa tahun ke depan. Tesla tidak bisa selamanya berada di atas angin, dan perlahan hal itu bakal semakin terbukti.

Sumber: The Drive dan Autocar.

Beginilah Sistem Android Auto yang Terintegrasi ke Mobil Versi Volvo

Setahun yang lalu, Audi dan Volvo sama-sama mengumumkan rencananya untuk mengintegrasikan Android Auto ke mobil-mobil besutannya. Rencana tersebut belum bisa terwujud sampai setidaknya tahun 2020, namun paling tidak Volvo sudah punya prototipenya yang dipasang di SUV Volvo XC40, dan tidak segan mendemonstrasikannya di hadapan pengunjung event Google I/O 2018.

Tidak seperti Android Auto yang kita kenal selama ini, tampilannya telah disamarkan menggunakan tampilan sistem multimedia khas Volvo. Ini dimungkinkan karena sistem bisa langsung diakses dari dashboard tanpa perlu menyambungkan ponsel terlebih dulu. Bahkan apabila Anda masuk ke kabinnya sambil membawa iPhone, sistem masih bisa digunakan tanpa ada satu pun fitur yang hilang.

Satu-satunya yang pengguna butuhkan hanyalah akun Google, sebab di sistem ini sudah ada Google Play Store, yang berarti pengguna dapat mengunduh aplikasi ekstra. Tentunya tidak semua aplikasi tersedia, melainkan yang dinilai ideal digunakan untuk di dalam mobil, utamanya aplikasi musik, podcast dan navigasi.

Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)
Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)

Selain untuk mengunduh aplikasi, menyambungkan akun juga dapat menyempurnakan fungsionalitas Google Maps yang ada pada sistem – yang juga dapat ditampilkan di balik lingkar kemudi – sebab semua data seperti alamat-alamat yang sering dikunjungi akan tersinkronisasi. Namun yang lebih menarik, beberapa opsi pengaturan mobil rupanya juga dapat disimpan ke akun Google, semisal pengaturan jok atau suhu kabin (climate control).

Ini menarik untuk skenario menyewa mobil. Bayangkan ke depannya Anda berkunjung ke kota atau negara lain, lalu harus menyewa mobil di sana. Kebetulan mobil yang disewa merupakan model Volvo yang sama seperti kepunyaan Anda. Cukup sambungkan akun Google ke sistem multimedianya, maka semua pengaturan jok dan suhu kabin tadi akan langsung disetel sesuai yang Anda tetapkan di mobil sendiri.

Volvo Android Auto

Volvo bilang bahwa sistem ini telah menggunakan Android P sebagai basisnya, dan tentu saja Google Assistant tidak lupa mereka sematkan. Assistant ini bahkan bisa dipanggil hanya dengan menekan tombol khusus pada setir, dan kita juga dapat menginstruksikannya untuk mengubah pengaturan mobil, seperti misalnya suhu kabin.

Juga menarik adalah kemampuan sistem untuk mendeteksi apakah sudah waktunya mobil untuk diservis. Ketika masa itu tiba, Assistant yang telah mendukung teknologi Google Duplex – yang pada dasarnya memungkinkannya untuk berbicara sangat menyerupai manusia dan akhirnya menelepon seseorang dengan sendirinya – bisa membantu membuatkan janji dengan pihak bengkel.

Silakan tonton video hands-on dari The Verge untuk memahami cara kerja sistemnya secara lebih mendetail.

Sumber: Volvo dan The Verge.

Volvo S90 Ambience Concept Ibarat Planetarium Berjalan yang Siap Memainkan Indera Penumpangnya

Sering kali yang mendefinisikan kadar kemewahan suatu mobil adalah pilihan material yang digunakan di bagian dalamnya; apakah sebatas kulit asli atau yang menyandingkan kulit, Alcantara dan berlian sekaligus? Namun menurut Volvo, masih ada cara lain, dan bahkan yang terkesan lebih ekstrem, yakni menciptakan mobil yang mampu merangsang dan menyatukan indera-indera manusia.

Filosofi nyeleneh itulah yang pada akhirnya melahirkan Volvo S90 Ambience Concept. Bentuk luarnya sangat mirip dengan sedan S90 Excellence, dan interiornya pun juga nyaris tidak berbeda. Perbedaannya tidak terlihat secara kasat mata, melainkan harus dirasakan menggunakan tiga indera sekaligus: penglihatan, pendengaran dan penciuman.

Volvo S90 Ambience Concept

Dari segi visual, kabinnya dapat berubah sewaktu-waktu menjadi semacam planetarium, dengan tujuh tema yang berbeda: Northern Lights, Scandinavian Forest, Swan Lake, Archipelago, Rain, Nocturnal dan Freedom. Dari yang menenangkan sampai yang menyegarkan, proyeksi yang tersaji di langit-langit kabin ini dipercaya mampu memberikan sensasi istimewa bagi penumpang, dan cara menggantinya cukup semudah menggunakan aplikasi ponsel.

Volvo S90 Ambience Concept

Pengalaman tersebut semakin diperkuat oleh alunan audio yang senada, yang berasal dari sound system premium bikinan Bowers & Wilkins, lengkap sampai ke tweeter kecil pada bagian sandaran kepala. Terakhir, indera penciuman penumpang bakal dimanjakan oleh satu dari empat aroma yang berbeda hasil racikan Byredo.

Volvo S90 Ambience Concept

Untuk sekarang, mobil ini memang baru sebatas konsep, akan tetapi Volvo sudah punya rencana untuk merealisasikan inovasi-inovasi tidak umum ini pada versi produksi S90 Excellence nantinya, khususnya untuk pasar Tiongkok – sejak 2010, Volvo telah berada di bawah naungan pabrikan Tiongkok, Geely.

Sumber: Volvo.

Volvo Siap Luncurkan Mobil Elektrik Perdananya Tahun Depan

Di luar Tesla, Volvo merupakan salah satu produsen mobil konvensional yang cukup agresif dalam menerapkan teknologi baru. Oleh karena itu, tidak terlalu mengejutkan apabila pabrikan asal Swedia yang kini merupakan anak perusahaan Geely itu berniat meluncurkan mobil elektrik perdananya sesegera tahun depan.

Berdasarkan informasi yang didapat Autocar, mobil ini merupakan kelanjutan dari Volvo Concept 40.2 yang diperkenalkan dua tahun silam. Kendati demikian, bentuknya akan lebih menjurus ke hatchback ketimbang sedan murni seperti konsepnya.

Volvo Concept 40.2

Desainnya bakal mengikuti gaya yang diadopsi Volvo Concept 40.1, yang pada akhirnya diteruskan menjadi Volvo XC40. Secara garis besar, arsitektur modular nan ringkas yang Volvo perkenalkan bersama konsepnya bakal menjadi rujukan utama dalam pengembangan mobil elektrik ini.

Petinggi divisi riset dan pengembangan Volvo, Henrik Green, mengatakan bahwa mobil ini nantinya bakal memiliki jarak tempuh sejauh 500 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini setara dengan yang ditawarkan mobil elektrik perdana VW, yang rencananya bakal menjalani debut pada tahun 2020.

Volvo Concept 40.2

Yang cukup menarik adalah rencana Volvo untuk menerapkan semacam sistem modular guna memenuhi permintaan konsumen dari berbagai kalangan. Modular maksudnya dalam artian konfigurasi motor elektrik dan baterai yang bervariasi, sehingga diharapkan tidak ada kalangan konsumen yang merasa terlupakan.

Kapan pastinya di tahun 2019 mobil elektrik perdana Volvo ini akan meluncur masih tanda tanya. Di sisi lain, Volvo juga sudah punya rencana untuk merilis XC40 versi elektrik, yang bakal menjadi mobil elektrik kedua mereka nantinya.

Sumber: Autocar.

Audi dan Volvo Bakal Kembangkan Mobil dengan Android Auto Terintegrasi

Update terakhir yang dirilis Google untuk Android Auto menuntaskan masalah seputar kompatibilitas. Artinya, Anda tidak perlu mobil yang kompatibel untuk bisa menikmati Android Auto. Kendati demikian, masih ada sejumlah manfaat ekstra seandainya Android Auto bisa terintegrasi ke sistem bawaan mobil.

Yang pertama menyangkut aspek kenyamanan. Satu sistem untuk mengontrol sistem pendingin, membuka-tutup sunroof, menampilkan rute GPS pada Google Maps dan memutar playlist favorit di Spotify sudah pasti lebih memudahkan ketimbang harus mengaksesnya dari dua sistem terpisah (mobil dan ponsel).

Yang kedua, tampilan Android Auto pastinya bisa lebih optimal di layar dashboard yang berukuran lebih besar, plus informasi yang disajikan juga bisa lebih banyak atau lebih lengkap. Itulah mengapa Audi dan Volvo memutuskan untuk mengintegrasikan Android Auto pada sejumlah mobil besutan mereka ke depannya.

Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google
Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google

Selain manfaat yang sudah saya sebutkan tadi, integrasi Android Auto pada sistem infotainment bawaan mobil ini juga berarti Anda tetap bisa berinteraksi dengan Google Assistant meskipun ponsel Anda tertinggal di rumah. Lebih lanjut, karena hampir semua panel instrumen pada mobil-mobil generasi terkini sudah digital, pengemudi bisa langsung menyimak informasi yang ditampilkan Android Auto di balik lingkar kemudi.

Integrasi Android Auto ini rencananya bakal didemonstrasikan pada ajang Google I/O mulai 17 Mei besok. Volvo sendiri berniat untuk merilis mobil baru dengan integrasi Android Auto setidaknya dalam waktu dua tahun, sedangkan Audi bakal memamerkannya bersama mobil konsep baru Q8 Sport.

Sumber: Google dan The Verge.