Tag Archives: Wall Street Journal

Sony Sudah Siapkan Pesaing Xbox One S

Kita masih perlu menunggu beberapa bulan (atau mungkin tahun) hingga era 4K dan VR di console benar-benar dimulai, tapi Microsoft telah lebih dulu menantang rival besarnya dengan menyingkap dan meluncurkan Xbox One S. Versi ramping platform game current-gen mereka ini menjanjikan kapabilitas menjalankan konten di resolusi UHD, meski hanya sebatas video.

Dan di akhir minggu lalu, sebuah kabar mengejutkan membuat fans Sony heboh: PlayStation 4 Slim muncul di situs lelang Gumtree, dan tak lama menjadi topik diskusi panas di NeoGAF. Page-nya telah dihapus, namun foto-foto sudah terlanjur tersebar ke seluruh penjuru internet. Merespons berita ini, banyak orang berteriak ‘palsu!’ tetapi tidak sedikit yang berharap Sony betul-betul menyiapkan versi ramping PS4.

PlayStation 4 'Slim' 1

Keraguan khalayak memang masuk akal. Alasannya, penampilan PlayStation 4 ‘slim‘ di foto sangat mirip dengan wujud Sony 4K Media Player, seperti yang dikemukakan oleh seorang editor VideoGamer, David Scammell. Hal ini berubah menjadi serius sesudah pengguna Twitter ber-username  @shortmaneighty2 mengaku telah membelinya, dan menggunggah foto-foto komparasi antara tipe slim dan PS4 varian standar.

PlayStation 4 'Slim'

Dari sana, terkuaklah detail mengenai hardware dan aspek konektivitas console. Orang-orang menyadari bahwa PS4 Slim tidak mempunyai optical drive, dan masih dibekali storage berkapasitas 500-gigabyte yang sama. Meski demikian @shortmaneighty2 menyampaikan, sistem ini memiliki port untuk hard drive eksternal di sisi kanannya. Dan kabar baiknya lagi, console diklaim siap tangani PlayStation VR.

PlayStation 4 'Slim' 2

Lalu apakah Sony memang berniat meluncurkan PlayStation 4 Slim? Wall Street Journal dan Eurogamer merasa yakin sang console maker Jepang itu akan melakukannya di waktu dekat. WSJ sendiri berpendapat, penyingkapan versi ramping tersebut boleh jadi dilangsungkan bersama Neo, di acara konferensi pers di New York tanggal 7 September besok. Dengan tersedianya beberapa model berbeda, Sony bisa menjangkau lebih banyak gamer casual maupun hardcore.

PlayStation 4 'Slim' 3

Di bulan Juni lalu, Sony sempat mengungkapkan agenda untuk memperkenalkan versi lebih high-end dari PlayStation 4, namun belum menjelaskan apakah mereka akan turut me-refresh varian standarnya. Via WSJ, analis Damian Thong dari Macquarie Securities memprediksi bahwa selain lebih kecil, PS4 baru tersebut juga dijajakan di harga yang lebih murah – kemungkinan di bawah US$ 350.

Eurogamer sendiri juga mengonfirmasi keberadaan PS4 Slim. Perwakilan mereka, Richard Leadbetter dari Digital Foundry, mengunjungi langsung individu yang mengklaim sudah membeli hardware tersebut dari Gumtree.

Via Games Radar.

Detail Baru Mengenai ‘PlayStation 4.5’ Terungkap

Beberapa waktu lalu, laporan dari Kotaku menyatakan bahwa Sony saat ini sedang menggodok versi baru PlayStation 4. Sistem sengaja dirancang untuk menjalankan konten-konten yang menuntut kemampuan olah visual tinggi, misalnya VR atau resolusi 4K. Meski demikian, kabar tersebut memang memunculkan banyak pertanyaan, khususnya dari para pemilik PS4.

Sony memang belum memberikan komentar, namun berita dari Wall Street Journal menguatkan informasi ini sekaligus memberikan sedikit pencerahan mengenai keberadaan ‘PlayStation 4.5’ (atau ‘PlayStation 4K’?). Narasumber anonim menyampaikan, sistem anyar itu menyimpan kinerja olah grafis dan data lebih mumpuni, agar bisa bersaing dengan Oculus Rift dan HTC Vive yang ditenagai PC high-end.

Sang informan tak lupa bilang, walaupun nanti PlayStation 4.5 mulai dipasarkan, proses produksi PlayStation 4 standar tidak dihentikan. Tampaknya Sony Computer Entertainment tak mau kehilangan momentum penjualan PS4, belum lama melewati angka 36 juta unit. Bahkan tanpa console baru, Sony berpotensi besar memimpin kompetisi VR karena produk mereka ditawarkan jauh di bawah harga kompetitor tanpa adanya system requirements yang harus terpenuhi.

Narasumber menjelaskan, ada kemungkinan PlayStation 4.5 diumumkan secara resmi di bulan Oktober 2016, bertepatan dengan perilisan PlayStation VR. Meski Sony mengklaim PS4 sanggup menangani PlayStation VR, tambahan tenaga tentu akan mendongkrak kualitas konten. Kabar baiknya: gamer PS4 yang belum ingin beralih ke hardware anyar tak perlu cemas, katalog software (app dan game) tetap sama, sehingga mereka tak tertinggal.

Tujuan Sony meng-upgrade PlayStation 4 adalah untuk menghimpun gamergamer yang tak keberatan mengeluarkan uang lebih banyak demi produk lebih canggih, terutama buat menikmati virtual reality atau konten UHD. Presiden SCE Andrew House sempat bilang bahwa VR merupakan langkah berikutnya dalam upaya Sony menghidangkan pengalaman gaming lebih istimewa dan akan mengantar gamer ke era baru video game.

Macquarie Securities memprediksi, Sony berpeluang memasarkan delapan juta unit PSVR dalam waktu dua tahun, namun produsen dari Jepang itu memerlukan beberapa tahun lagi hingga penjualan hardware dapat memberikan profit yang berarti. Buat sekarang, pemasukan utama bersandar pada penjualan software.

Para rival juga sudah bersiap-siap menghadapi masa transisi unik ini. Microsoft diketahui berupaya melebur ekosistem Xbox dengan PC berbekal platform Windows 10, sedangkan Nintendo sedang sibuk dengan proyek NX mereka. Kemudian Sony tampaknya merespons positif ajakan Microsoft untuk ‘menyatukan’ jaringan online PS4 dan Xbox One dalam game-game tertentu.

Intel Sedang Garap Headset Augmented Reality?

Hampir semua orang sudah memahami cara kerja augmented reality, namun tahukah Anda, perkembangan AR didorong dari kecanduan kita pada perangkat bergerak. Di tahun depan, pemasukan dari app augmented reality diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar. Tak heran jika perusahaan-perusahaan ternama mulai menyeriusi bidang ini dan tak ragu melakukan investasi besar-besaran.

Setelah Google dan Microsoft, satu lagi nama raksasa dkabarkan turut ambil bagian di sana. Berdasarkan sumber anonim Wall Street Journal, Intel dilaporkan sedang mengembangkan headset augmented reality berbasis RealSense. Menurut narasumber, inilah teknologi yang membedakan perangkat mereka dari device-device kompetitor. Intel kemungkinan besar akan menawarkan desain ke produsen third-party, dan tidak memasarkannya secara langsung.

Intel memang diketahui pelan-pelan melangkah ke ranah augmented serta virtual reality dengan sejumlah akuisisi. Mereka sudah membeli setidaknya lima perusahaan, terakhir ialah Recon Instruments di bulan Juni 2015. Tim asal Vancouver tersebut terkenal dalam penyediaan goggle Recon Jet untuk pecinta olahraga – sebuah kacamata yang dapat memproyeksikan info jarak atau cuaca langsung ke ruang pandang pengguna.

Sebelumnya, Intel juga berkolaborasi dengan Daqri untuk meramu Smart Helmet: helm canggih khusus keperluan industri yang memberikan kita kemampuan melihat tembus pandang. Ia memanfaatkan sistem pembaca temperatur serta rangkaian sensor pendeteksi bidang 360 derajat. Berkat teknologi ini, Daqri menyajikan overlay informasi mengenai objek, misalnya diagram kabel, skematik rancangan, serta zona-zona yang butuh perbaikan.

Achin Bhowmik selaku general manager RealSense menolak memberi penjelasan lebih rinci, tetapi ia bilang bahwa Intel mempunyai tradisi dalam menciptakan perangkat purwarupa untuk komputer laptop, dan ‘mereka harus menggarapnya sendiri sebelum mencoba meyakinkan ekosistemnya’. Di bawah pimpinan CEO Brian Kranich, Intel turut mengeksplorasi fitness tracker, drone sampai perhiasan pintar.

Membahas tentang teknologi yang menjadi dasar device AR mereka, RealSense ditenagai prosesor Intel, terdiri atas kamera infrared, proyektor laser inframerah serta kamera full-HD. Ketika dikombinasikan, ia mampu membaca jarak dan melacak gerakan pengguna. Intel menyediakan dua solusi; yaitu kamera F200 jarak pendek untuk notebook dan PC all-in-one, serta kamera R200 jarak jauh buat tablet dan sejumlah perangkat 2-in-1.

Saya penasaran pendekatan dan fitur apa lagi yang Intel usung supaya headset AR mereka distingtif. Sayangnya, sumber WSJ tidak menyebutkan informasi terkait waktu pengenalan atau peluncuran device.

[Rumor] Toshiba Ingin ‘Memisahkan’ Unit Bisnis PC Mereka?

Sejak didirikan tahun 1938 hingga sekarang, Toshiba dikenal orang sebagai salah satu brand dengan ragam produk terbanyak. Dan di ranah IT, namanya memiliki reputasi tinggi dalam bidang penciptaan PC serta notebook, pernah masuk di daftar produsen komputer terbesar dunia. Tapi dari kabar terkini, ada langkah mengejutkan yang akan Toshiba terapkan terkait lini bisnis tersebut.

Berdasarkan keterangan dua narasumber terpercaya pada hari Jumat minggu kemarin, Wall Street Journal melaporkan bahwa Toshiba Corp berencana untuk men-spinoff bisnis komputer personal dan menggabungkannya ke perusahaan pencipta PC lain. Strategi ini merupakan usaha mereka buat ‘menyingkirkan’ unit yang tidak menguntungkan. Toshiba memang diketahui sedang berjuang keras secara finansial, dan diperparah dengan insiden skandal keuangan, berujung pada mundurnya CEO Hisao Tanaka.

Toshiba memang sempat mengungkap rencana untuk menjual sebagian aset semiconductor ke Sony, dan mempertimbangkan buat memindahtangankan sisa unitnya. Para narasumber menyatakan, produsen asal Tokyo itu sudah menghubungi beberapa perusahaan, baik dari Jepang maupun dari negara-negara lain. Mereka juga bilang sedang menjajaki bermacam-macam opsi, namun belum menentukan keputusan.

Nama Fujitsu-pun turut diucapkan, dan mungkin Anda ingat, mereka juga mengumumkan agenda untuk menciptakan perusahaan PC independen pada bulan Oktober silam. Nikkei menyampaikan, ada kemungkinan Vaio Corp akan berpartisipasi. Rumor ini beredar menyusul informasi mengenai dibelinya aset sensor image Toshiba oleh Sony seharga kurang lebih US$ 155 juta. Sony segera mengambil alih pabrik, peralatan, dan pekerja; mengubahnya jadi Sony Semiconductor Solutions.

Kita tahu Toshiba adalah satu dari beberapa produsen Jepang yang keluar dari kompetisi PC. Brand-brand lainnya meliputi Hitachi serta Sharp, dan untuk beradaptasi, Panasonic mengalihkan fokus pada kelas enterprise.

Toshiba sudah mulai bermanuver di pasar notebook semenjak 1985. Sayang sekali belakangan ini, unit bisnis tersebut tidak memberikan keuntungan signifikan, dan tertinggal jauh dari sejumlah kompetitor besar.

Walaupun keabsahan berita dari narasumber anonim ini cukup meyakinkan, Toshiba dan pihak-pihak yang disebutkan masih enggan memberikan komentar. Juru bicara Vaio menyangkalnya dan bilang bahwa laporan tersebut adalah spekulasi tanpa dasar.

Di industri PC dan tablet, Toshiba memiliki market share sebesar 2,3 persen. Sangat kecil jika dibandingkan Apple (21 persen) dan Samsung (13,2 persen).

Via Slash Gear. Header: Android Authority.

Sejumlah Info Baru Mengenai Nintendo NX Terkuak

Pokemon Go bukanlah satu-satunya manuver Nintendo menginvasi ranah perangkat bergerak. Raksasa gaming asal Kyoto itu dahulu sempat mengungkap kolaborasi bersama DeNA untuk mulai menggarap permainan mobile, dan di momentum yang sama, mereka mengumumkan sebuah ‘platform game berkonsep baru’. Sejauh ini, kita hanya mengenalnya dengan nama NX. Continue reading Sejumlah Info Baru Mengenai Nintendo NX Terkuak

Microsoft Dilaporkan Sedang Mempertimbangkan Membeli Mojang, Tim Pencipta Minecraft

Apa yang bisa Anda beli dengan uang US$ 2 miliar? Uang sebanyak itu digunakan Facebook untuk mengakuisisi Oculus Rift, dan hanya berbekal separuhnya, Amazon membeli Twitch. Tanpa diduga, muncul laporan yang menyebutkan sebuah perusahaan gaming terbesar dunia tertarik untuk membeli Mojang, para talenta di balik game fenomenal Minecraft. Continue reading Microsoft Dilaporkan Sedang Mempertimbangkan Membeli Mojang, Tim Pencipta Minecraft

Wall Street Journal: Indonesia’s Economic Growth and Media Potential Brings Us Here

In case you haven’t heard, The Wall Street Journal (WSJ) just launched a site dedicated to Indonesia with locally produced content presented in Indonesian. DailySocial took the time to have a chat with the Editor in Chief of WSJ Asia, Almar Latour, about its expansion plan in the country. Previously the WSJ launched Indonesia realtime blog as part of its Southeast Asia realtime blog network Continue reading Wall Street Journal: Indonesia’s Economic Growth and Media Potential Brings Us Here