Tag Archives: wallex

CEO dan Co-founder Wallex Technologies Hiro Kiga

Ekspansi Wallex Technologies Pasca Diakuisisi M-DAQ

Transaksi pembayaran lintas-negara telah bertumbuh secara signifikan, seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang terlibat aktif dalam perdagangan internasional. Salah satu perusahaan yang fokus ke layanan remitansi tersebut adalah Wallex Technologies (Wallex).

Awal tahun 2022 lalu mereka telah diakuisisi M-DAQ, platform yang melayani pelaku bisnis di berbagai sektor untuk memfasilitasi transaksi lintas-negara dengan solusi Aladdin. Kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Wallex Hiro Kiga mengungkapkan beberapa rencana mereka di pasar Indonesia pasca diakuisisi.

Wallex mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia pada akhir 2018.

Fokus ke segmen B2B

Dalam waktu setahun terakhir perusahaan secara aktif mengembangkan infrastruktur teknologi mereka. Secara bisnis, Wallex memiliki dua kategori pelanggan B2B yang dilayani, yaitu UKM dan korporasi. Mereka juga memiliki teknologi untuk pembayaran yang bisa dimanfaatkan melalui API.

Perusahaan mengklaim sudah mulai masuk ke tahap scale-up. Kerja sama strategis semakin diperluas. Setelah kemitraan dengan Investree, dalam waktu dekat akan diumumkan platform fintech baru yang menjalin kolaborasi dengan Wallex.

“Tim teknologi kami sudah bekerja keras untuk meningkatkan pengalaman terbaik, menjadikan proses lebih seamless untuk mitra fintech agar bisa terhubung dengan kami. Di saat yang sama kita juga meningkatkan produk Direct to Customer dan akan terlihat perubahannya dalam waktu satu tahun ke depan,” kata Hiro.

Dengan menggunakan teknologi mereka, pelanggan dapat melakukan pembayaran dalam 48 lebih mata uang. Pelanggan diklaim mendapatkan keuntungan dari proses transaksi yang cepat dan lancar, dengan nilai tukar dan biaya yang kompetitif.

Untuk Indonesia sendiri saat ini Wallex masih fokus ke dua kota besar yaitu Jakarta dan Surabaya. Belum ada rencana untuk melakukan ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia.

“Kami cukup beruntung saat ini regulator di Indonesia sudah makin terbuka kepada platform yang kami hadirkan. Namun untuk melakukan ekspansi ke kota baru diperlukan biaya yang besar untuk membangun infrastruktur. Untuk itu kami belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi lagi,” kata Hiro.

Di tengah pandemi, Wallex mengklaim berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan tahunan hingga 5,5x lipat dalam setahun terakhir. Platform melayani hampir 2.000 klien di sektor perbankan dan teknologi, serta memproses nilai transaksi bruto senilai hampir Rp42 triliun (SG$4 miliar) setiap tahunnya.

“Tahun 2022 ini Wallex memiliki rencana untuk melakukan ekspansi produk dan meluncurkan fitur baru ke UKM, sekaligus menawarkan nilai lebih kepada mereka. Wallex juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi ke pasar lainnya,” kata Hiro.

Selain Wallex, beberapa nama yang sudah mulai menjalankan layanan remitansi online di Indonesia adalah NiumZendomoneyOY!Transfez, dan RemitPro.

Rencana setelah diakuisisi

[Ki-ka] Richard Koh, Founder & Group CEO M-DAQ & Hiro Kiga CEO & Co-Founder Wallex Technologies
Awal tahun 2022 ini Wallex resmi diakuisisi M-DAQ. Akuisisi ini merupakan langkah awal M-DAQ memulai ekspansi pertumbuhan global dalam rangka menangkap berbagai peluang pasar dan memperluas jangkauan rantai nilai hilir (downstream) perusahaan.

Selain dana yang dikucurkan untuk akuisisi, M-DAQ juga akan menyuntikkan modal kerja baru untuk mengakselerasi bisnis Wallex. Entitas gabungan ini akan memproses nilai transaksi bruto senilai lebih dari Rp158 triliun (SG$15 miliar) tahun ini. Selanjutnya Wallex akan tetap beroperasi sebagai entitas bisnis independen di bawah pimpinan Hiro.

Hiro mengatakan, “Proses akuisisi ini terjadi karena sebelumnya kami sudah saling mengenal, antara Wallex Technologies dan M-DAQ. Melihat potensi yang ada dan misi untuk melakukan integrasi antar teknologi, akuisisi ini menjadi langkah yang tepat bagi kami.”

“Kombinasi antara jaringan Wallex Technologies dan keahlian fintech M-DAQ memungkinkan kami untuk membantu pelaku bisnis lintas negara di skala yang jauh lebih besar. Kami optimis bisa meraih target bisnis bersama-sama dengan menciptakan peluang-peluang baru yang memanfaatkan kekuatan masing-masing platform,” tutup Hiro.

Wallex Remitansi

Wallex Bidik Segmen UKM, Permudah Transaksi Lintas Negara

Dibandingkan bisnis fintech lainnya, remitansi tidak seramai dengan saudaranya karena ketatnya regulasi yang menaunginya. Kendati demikian, bisnis ini punya potensi bisnis yang tak kalah menggiurkan karena potensinya yang selama ini masih dikuasai oleh perbankan.

Startup fintech remitansi Wallex menangkap kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya pada 2018. Proposisi yang ditawarkan Wallex adalah ingin permudah UKM yang selama ini kurang mendapat perhatian oleh perbankan saat ingin melakukan transaksi lintas negara.

“UKM di Indonesia perlu melakukan pembayaran internasional karena beberapa alasan. Dari membayar pemasok, pembayaran staf jarak jauh, hingga pembayaran antar perusahaan, seluruh kebutuhan ini harus dilakukan oleh UKM. Namun, mereka berjuang dengan pilihan penyedia layanan yang terbatas, biaya selangit, dan prosedur perbankan yang ketinggalan zaman,” terang COO Wallex Hiro Kiga saat dihubungi DailySocial.

Dia melanjutkan, sejauh ini layanan remitansi yang disediakan perbankan memiliki tarif yang disesuaikan untuk perusahaan besar yang telah menjadi menjalin relasi. Sedangkan Wallex, telah melayani lebih dari 20 ribu pelanggan yang datang dari UKM dan bisnis dari segala bentuk dan ukuran.

Di samping itu, bank kebanyakan menyediakan pilihan mata uang yang terbatas hanya sekitar 10 sampai 16 mata uang saja. Akibatnya, mengirim mata uang yang tidak didukung akan menjadi tantangan dengan uang yang dialihkan ke pusat, seperti Singapura, dan kemudian baru ke tujuan akhir.

Biaya transfer pun akhirnya membengkak dan tidak terjadi secara real time. Sementara, Wallex mampu mendukung pembayaran dalam 47 mata uang melalui jaringannya dan sebagian besar dikirimkan dalam sehari jika dana disetorkan sebelum batas waktu harian. “Kami memiliki pembayaran dari UKM ke mata uang eksotis seperti Baht, Peso, Dong, Won, Riyal, Rupee, dan lain-lain yang biasanya tidak didukung oleh bank di Indonesia.”

Belum lagi, karena sepinya kompetisi di ranah ini, membuat bank membebankan biaya yang besar di seluruh biaya dan margin valas. Sementara di sisi lain, dibantu dengan jaringan teknologi yang kuat, Wallex justru mampu membuat mitra bisnis dapat menghemat hingga Rp2,4 juta untuk satu transaksi sebesar $25 ribu.

Limitasi lainnya, sebagian besar bank hanya mengizinkan transaksi hingga $25 ribu melalui perbankan online, lebih dari itu harus melalui kantor cabang. “Wallex memberikan pengalaman full online, semua transaksi dapat dilakukan secara online dengan cara yang terjamin keamanannya dan batasan jumlah yang dikirim.”

Sisi kompetitif yang ditawarkan Wallex ini diharapkan dapat menarik lebih banyak UKM beralih dari layanan perbankan yang sebetulnya kurang ramah buat segmen ini.

Kiga pun mencontohkan, salah satu penggunanya adalah Investree. Berkat kemitraan ini, Investree dapat menghemat hingga 70% untuk segi biaya dan waktu untuk pembayaran internasionalnya. Lalu ada sebuah perusahaan fintech lokal yang memanfaatkan layanan Wallex untuk bertransaksi hingga $10 juta per bulannya.

Selain Wallex, saat ini juga ada beberapa platform remitansi lain yang telah beroperasi dan mengantongi lisensi dari otoritas.

Perkembangan bisnis Wallex

CEO Wallex Jody Ong menambahkan, dalam tiga tahun terakhir (hingga Juni 2021) Wallex telah memproses transaksi sebesar $2 miliar secara GTV (gross transaction value). Kinerja ini cukup menggembirakan di tengah kondisi pandemi yang mengakibatkan volume perdagangan turun secara global.

Bila dilihat secara industri, diklaim Wallex memproses sekitar 8%-10% dari volume pengiriman uang ke luar yang diproses oleh lembaga nonkeuangan dari catatan Bank Indonesia. “Kami adalah mitra terpercaya untuk BI dan bekerja sama dengan mereka untuk menghadirkan ekosistem pembayaran yang kuat di Indonesia,” kata Ong.

Dirinci lebih jauh oleh Ong, dari total volume yang diproses Wallex, negara tujuan yang paling populer adalah Singapura, Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Inggris, Hong Kong, dan Jepang. Berkaitan dengan itu pula, Wallex turut membuka kantor cabang di Hong Kong yang mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.

Khusus di Indonesia, yang menjadi pasar utama Wallex, turut membuka kantor cabang lainnya selain di Jakarta. Kota yang dipilih adalah Surabaya. Ong menjelaskan, Surabaya adalah kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan kota pelabuhan. “Kami yakin ada banyak kegiatan ekspor impor di Surabaya. Surabaya juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Kami melihat banyak peluang pertumbuhan di sini.”

Pada tahun ini, Ong mengincar pertumbuhan agresif dengan target pertumbuhan 4 kali lipat dari total dana yang diproses melalui Wallex Indonesia.

Wabah Covid-19 tak menghalangi pemain remitansi tetap bersinar. Kabar pendanaan, perluasan layanan, serta kehadiran pemain baru jadi indikator positif.

Pandemi Tidak Halangi Sinar Bisnis Remitansi di Indonesia

Wabah Covid-19 menjadi alasan utama banyak sektor ekonomi melesu di seluruh dunia. Momen-momen seperti ini selalu memunculkan suatu sektor atau pemain industri yang justru bersinar. Bisnis remitansi adalah salah satunya. Pandemi ternyata tidak menghalangi sinar potensi pasar pengiriman uang khususnya di Indonesia.

Selama masa pandemi ini, kami mencatat ada sejumlah sinyal positif dari pasar yang menunjukkan performa bisnis remitansi tetap kinclong. Kemunculan pemain baru, kabar pendanaan, hingga ekspansi pasar menjadi catatan-catatan menggembirakan dari bisnis ini.

Mendulang momen di kala pandemi

Kami berbicara dengan dua pemain lokal remitansi untuk melihat catatan positif vertikal ini, Transfez dan Topremit. Transfez, yang awal tahun ini telah menjangkau 37 negara, kini jejaknya sudah ada di 47 negara di 5 benua berbeda. Hal ini menunjukkan komitmen mereka menjangkau total 80 negara tahun ini tidak goyah.

Di aspek kecepatan pun, Transfez berhasil meningkatkan kualitas layanannya. Beberapa negara tujuan populer, seperti Singapura, bahkan hanya butuh beberapa detik untuk memperoleh kiriman uang dari pengguna di Indonesia. Negara lain yang punya kecepatan serupa adalah Inggris, Australia, Hong Kong, Filipina, Vietnam, India, Nigeria, Meksiko, hingga Ghana.

“Penambahan negara jangkauan serta peningkatan kecepatan pengiriman tersebut berkontribusi terhadap penambahan jumlah pengguna Transfez. Sejak pandemi COVID-19 di bulan Maret 2020, jumlah pengguna Transfez telah meningkat lebih dari 400%,” terang Head of Marketing & Communication Transfez Diandra Bernadin.

Performa baik juga dialami Topremit. Startup asal Medan ini memperluas jangkauan pasarnya selama pandemi menjadi 55 negara tujuan. Korea Selatan, Turki, dan negara-negara Eropa menjadi tambahan tujuan baru bagi pengguna mereka.

Kecepatan memang jadi faktor penting kualitas layanan remitansi. Topremit mengamini aspek tersebut. Hal ini terlihat dari durasi pengiriman uang dari pengguna di Indonesia ke Korea Selatan, Singapura, dan Inggris Raya yang hanya membutuhkan hitungan menit.

“Kemarin di akhir 2019, kami berhasil memproses lebih dari 280 miliar Rupiah dengan 16.000 user yang mendaftar dan dalam 6 bulan terakhir ini. Transaksi [saat ini] sudah mencapai lebih dari Rp612 miliar dengan 35.000 user,” tukas CEO & Co-Founder Topremit Hermanto Wie.

Faktor pendorong pertumbuhan

Cerahnya perkembangan bisnis remitansi tidak hanya terjadi di Transfez dan Topremit. Beberapa kabar positif datang dari pemain lain. Misalnya pendanaan yang berhasil diperoleh Wallex Technologies awal bulan ini. Wallex, yang mengantongi izin transfer dana dari Bank Indonesia sejak 2018, sukses menggaet pendanaan Seri A dari BAce Capital, SMDV, dan Skystar Capital.

Suntikan dana juga diperoleh Nium, pemain remitansi asal Singapura yang beroperasi di Indonesia. BRI Ventures dan VISA menjadi dua nama yang berpartisipasi memberi pendanaan kepada Nium. Hingga kuartal pertama 2020, Nium dilaporkan sudah mengantongi nilai transaksi sebesar $2 miliar.

Pemain baru yang ikut menjajaki peruntungan bisnis remitansi adalah OY! Indonesia. OY! Indonesia, yang notabene adalah platform wallet aggregator, meluncurkan layanan remitansi pada awal Maret. Saat ini layanan anyar mereka sudah menjangkau Singapura, Malaysia, India, Korea Selatan, dan Tiongkok.

Transfez menjelaskan, situasi pandemi yang menuntut segala hal serba praktis dan beraktivitas dari rumah saja justru mempertebal posisi pemain remitansi digital seperti mereka. Selama ini pasar remitansi Indonesia didominasi bank dan pemain konvensional yang memerlukan kehadiran fisik di kantor cabang atau agen terdekat untuk mengirim uang.

“Bagi kami, krisis menyimpan kesempatan. Dan ini adalah waktu dan kesempatan yang tepat bagi kami untuk memperkenalkan Transfez secara luas,” jelas Edo Windratno, CEO & Co-Founder Transfez.

Sementara Hermanto menjelaskan, kondisi wabah memang mewajibkan pemain remitansi untuk lebih cepat dan lebih luas memberikan layanannya. Situasi karantina wilayah di banyak negara banyak membuat pengguna jasa remitansi berpaling ke platform online seperti mereka.

“Selama pandemi ini, banyak sekali orang yang ingin mengirimkan uang kepada keluarga tercinta di luar negeri karena situasi yang prihatin saat ini. User dan transaksi kami justru meningkat karena tidak nyaman bagi mereka untuk keluar rumah dan melakukan transaksi offline seperti sebelumnya,” imbuh Hermanto.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, popularitas remitansi di tahun ini tak lepas dari potensinya yang memang besar. Potensi besar yang relatif belum lama terjamah oleh pemain digital menempatkan remitansi sebagai derivasi layanan fintech berikutnya yang paling menjanjikan.

Salah satu faktor pendorong besarnya potensi remitansi adalah jumlah tenaga kerja dan pelajar Indonesia di luar negeri. Terlebih, menurut Yusuf, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pertumbuhan kelompok usia produktif masih akan meningkat — sesuatu yang ia anggap meyakinkan para investor akan prospek bisnis remitansi.

“Dengan fakta itu menurut saya jadi dorongan bagi para pemberi dana untuk menyuntikkan dana ke pemain remitansi,” jelas Yusuf.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah TKI di luar negeri berjumlah 276.553 orang. Taiwan, Malaysia, dan Hong Kong merupakan tiga tujuan favorit bagi pekerja kita. Sedangkan jumlah pelajar Indonesia yang menimba ilmu di negara lain 20.225 orang. Baik pelajar maupun tenaga kerja merupakan pondasi bisnis remitansi, namun pasar mereka berpotensi terus melebar.

Meskipun demikian, pemain remitansi lokal masih punya pekerjaan rumah besar, yakni memfasilitasi pengiriman uang dari luar negeri ke dalam negeri. Sesuatu yang belum bisa dilakukan pemain lokal hingga saat ini. Seperti yang dicatat World Bank (2018), uang remitansi yang masuk ke Indonesia mencapai $11 miliar atau sekitar Rp150 triliun, sedangkan remitansi keluar berkisar US$5 miliar atau Rp68,5 triliun.

Weekly updates this week are about seed funding for Ula, merger between SIRCLO and ICUBE, seed funding for Soul Parking, and Series A funding for Wallex

[Weekly Updates] Massive Seed Funding for Ula; SIRCLO and ICUBE Merge; and More

Last week the headline was highlighted by $10.5 million seed funding for Ula, an e-commerce platform for the small retail stores, founded by a group of co-founders led by former Sequoia India’s employee. It’s soon to launch pilot project in East Java.

Also in the news was the merger between SIRCLO and ICUBE to be the champion in e-commerce enabler business, seed funding for Soul Parking, a smart parking infrastructure for motorcycle, and Series A funding for Wallex, an online remittance platform.

Ula Receives 148 Billion Rupiah Seed Funding, Offers Supply Chain Platform and Capital Support

Ula, a startup working on supply-chain solutions for small shops and SMEs, has received seed funding worth of US $10.5 million or equivalent to 148 billion Rupiah. The round led by Sequoia India and Lightspeed India, with the participation of SMDV, Quona Capital, Saison Capital, and Alter Global. Several angel investors are also participated, including Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, and Rahul Mehta.

The business concept relies on e-commerce-based applications. It consists of a wide selection of wholesale merchandise with high demand by stall owners or other SMEs, specifically related to daily needs (FMCG). A unique thing about this service unique is that it allows users to use the pay later feature in the application. This flexible payment is considered to solve capital problems that often blocked small stalls to grow.

SIRCLO and ICUBE Merge, Aims to be a Comprehensive E-commerce Enabler

SIRCLO, an e-commerce enabler platform, has merged with tech solution agency ICUBE. Through this action, the new entity expects to combine thousands of clients with a variety of businesses. ICUBE, however, will still be operating as an independent entity, with both companies have 450 employees in total.

Muliadi Jeo, ICUBE’s Founder, will serve as SIRCLO’s CTO, while Leontius Adhika Pradhana switches role to CPO.

Soul Parking Secures Seed Funding, Developing Smart Parking Infrastructure

Smart parking startup Soul Parking has received seed funding led by AC Ventures and Agaeti Ventures with an undisclosed amount. Several undisclosed angel investors also participate.

Soul Parking developed a smart parking solution called Compact Motorcycle Storage (CMS), portable parking space for motorcycles. It is designed to create a proper parking environment in strategic locations with tight space. The parking infrastructure is equipped with a digital application, which is able to facilitate the preparation, monitoring, and payment of vehicle parking, as well as facilitate the reporting of parking transactions to landowners.

Online Remittance Platform Wallex Secures Series A Funding

Wallex Technologies has received Series A funding with an undisclosed amount from BAce Capital, SMDV, and Skystar Capital. Also participated are some existing investors.

The recent funding will be used to scale its business in several new markets, as well as to maintain the current products.

Another plan is to develop new services and upgrades its existing products, including virtual receivable accounts and digital wallets with currency options in certain countries.

Wallex Technologies Remittance Startup Secures Series A Funding

Wallex Technologies announces Series A Funding with undisclosed value. The Singapore-based financial technology startup received investment from BAce Capital, SMDV, and Skystar Capital. Participated also some investors from the previous round.

The recent funding is to be used by Wallex to expand its business scale in a number of new markets, as well as to maintain the current products.

“We are excited to partner with new investors, and get their support in some of the largest and most attractive economies in the world. We will continue with Wallex’s mission to empower SMEs by providing various tools to grow their businesses,” Wallex’s Co-founder & COO, Hiroyuki Kiga said.

Wallex, offering its service as an online remittance platform provider, announced its presence in Indonesia after obtaining a license from Bank Indonesia in late 2018. As a business, Wallex is quite confident in their business journey and performance. They claim to grow 20% every month.

“Wallex utilizes technology that facilitates, accelerates, and simplifies cross-border payments for SMEs. We pay close attention to the importance of digital payments after Covid-19 pandemi, therefore, SMEs can be part of economic recovery. We believe that Wallex has the potential to become a payment solution and digital wallet for the segment which is yet to use the service,” BAce Capital’s Managing Director, Mulyono said.

In Indonesia, online remittance services are a manifestation of the development of the financial technology industry. Some players have started running online remittance services in Indonesia. Those are Nium, Zendomoney, OY!, Transfez, and RemitPro.

One of Wallex’s plans with the fresh money is new services and upgrades of existing products. Wallex’s Co-founder & CEO, Jody Ong explained that they would soon be offering new services such as virtual receivable accounts and digital wallets with currency options in certain countries.

“This funding will help us develop the latest features for SME customers. By doing so, they can manage cash flow and protect themselves from foreign exchange risk on a single platform. We also continue to recruit workers and establish partnerships to expand the business,” Jody added.

Wallex is currently focusing on the B2B segment. To date, they received payments in more than 40 currencies. Regarding regulations, Wallex is currently regulated under the Monetary Authority of Singapore as the Main Payment Institution, Bank Indonesia, and the Hong Kong Custom and Excise Department.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Wallex Technologies Raih Pendanaan Seri A

Startup Remitansi Wallex Technologies Raih Pendanaan Seri A

Wallex Technologies mengumumkan telah berhasil meraih pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Startup teknologi finansial yang berkantor pusat di Singapura ini mendapat suntikan dana dari BAce Capital, SMDV, dan Skystar Capital. Beberapa investor yang terlibat alam pendanaan putaran sebelumnya juga turut berpartisipasi.

Rencananya pendanaan kali ini akan dimanfaatkan Wallex untuk memperluas skala usaha di sejumlah pasar baru, juga meningatkan produk-produk yang mereka miliki.

“Kami gembira untuk bermitra dengan investor-investor baru, serta memperoleh dukungan mereka di sejumlah perekonomian terbesar dan paling menarik di dunia. Kami akan terus menjalankan misi Wallex untuk memberdayakan kalangan UKM dengan menyediakan berbagai perangkat yang bisa mengembangkan bisnisnya,” ungkap Co-founder & COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Wallex dengan layannya sebagai penyedia platform remitansi online mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia pada akhir 2018 silam. Sebagai sebuah bisnis, Wallex cukup yakin dengan perjalanan dan performa bisnis mereka. Mereka mengklaim berkembang 20% setiap bulan.

“Wallex memanfaatkan teknologi yang mempermudah, mempercepat, dan menyederhanakan pembayaran lintas negara bagi kalangan UKM. Kami mencermati pentingnya pembayaran digital setelah Covid-19 berlalu agar UKM bisa terlibat dalam pemulihan ekonomi. Kam yakin bahwa Wallex sangat berpotensi menjadi solusi pembayaran dan dompet digital untuk segmen yang belum banyak memanfaatkan layanan tersebut,” terang Managing Director BAce Capital Mulyono.

Di Indonesia sendiri layanan remitansi online adalah salah satu perwujudan perkembangan industri teknologi finansial. Beberapa nama sudah mulai menjalankan layanan remitansi online di Indonesia. Mereka adalah Nium, Zendomoney, OY!, Transfez, dan RemitPro.

Salah satu rencana Wallex dengan pendanaan ini adalah layanan baru dan peningkatan produk-produk yang sudah ada. Co-founder & CEO Wallex Jody Ong menjelaskan mereka akan segera menawarkan layanan baru seperti virtual receivable account dan dompet digital dalam berbagai mata uang di negara-negara tertentu.

“Pendanaan ini akan membantu kami untuk membangun fitur-fitur mutakhir bagi pelanggan UKM. Dengan demikian mereka dapat mengelola arus kas dan melindungi diri dari risiko valas pada suatu platform tunggal. Kami juga terus merekrut tenaga kerja dan menjalin kemitraan demi memperluas bisnis,” imbuh Jody.

Wallex saat ini memang tengah berfokus pada segmen B2B. Untuk saat ini mereka menerima pembayaran dalam lebih dari 40 mata uang. Terkait regulasi untuk saat ini Wallex diregulasi Monetary Authority of Singapore sebagai Lembaga Pembayaran Utama, Bank Indonesia, dan Hongkong Custom and Excise Department.

Perjalanan Wallex di Indonesia

Pihak Wallex mengaku bahwa mendapatkan lisensi resmi di Indonesia adalah salah satu capain penting mereka. Dengan lisensi tersebut kini Wallex bisa menawarkan solusi mereka yang berupa layanan pembayaran untuk 40 lebih kurs dari Indonesia.

“Dalam setahun beroperasi, kami masuk top 15 penyedia pengiriman uang untuk nilai transaksi (oleh Bank Indonesia). Pertumbuhan yang cepat ini sangat menggembirakan bagi kami,” klaim Co-founder dan COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Ia juga melanjutkan bahwa transaksi pembayaran internasional melalui media digital masih dalam tahap sangat baru di Indonesia yang kebanyakan masih offline atau datang ke bank, sehingga Wallex pun mencoba mengambil peran dalam mengedukasi masyarakat terkait layanan remitansi online.

Sebagai salah satu pemain di industri yang cukup baru membangun kepercayaan pengguna juga menjadi salah satu tantangan. Selanjutnya, di Indonesia Wallex akan fokus pada menjangkau lebih banyak UKM terutama mereka yang ada di luar Jakarta.

 

Wallex's online remittance platform officially launched in Indonesia after the final round of funding, including from CCV and Indonusa Dwitama

Online Remittance Platform Wallex Officially Arrives in Indonesia

Online foreign exchange (forex) platform, Wallex, is officially launched in Indonesia after obtaining fund transfer license from Bank Indonesia. In the last two months of 2018, they aim to record the monthly transaction of US5 million to US$10 million.

In addition to the license from BI, the Singapore-based company has also obtained the fund transfer license from MAS. Furthermore, Wallex is to become a fintech company that provides forex transfer service, also known as remittances, in two countries.

The Indonesian expansion is a realization program after securing investment led by Beenext, joined by Central Capital Ventura and Indonusa Dwitama.

Hiroyoki Kiga, Wallex Asia‘s Co-Founder and COO, said, Singapore and Indonesia are large-scale partners with trading rate up to US$28 billion in 2016. Therefore, Wallex Indonesia will be focused on taking care of SMEs in many unbanked sectors. Individuals and large companies can also use Wallex service.

“Wallex official launching in Indonesia marks an important stage in our future development. There is some inefficiency occurred while using international transaction in Indonesia. We want to cut off all the obstacles with online easy access,” he explained, Wed (11/7).

Triono J. Dawis, Walllex Asia Group’s Director, added, Wallex could be an alternative fund transfer instead of going to money changer or the bank. All services, from registration, KYC, comparing exchange rates, and all systems have been approved by the relevant authorities to facilitate users.

“All of our data stored online will be followed up in accordance with regulations, making our services more accountable and transparent,” Dawis said.

Wallex offers competitive rates in 30 world currencies and charges minimum fees of Rp100 thousand for every transaction in any amount. Funds will reach the recipients within 1 to 3 days, depending on the recipient country.

Business Target

Andy Putra, Wallex Indonesia’s Country Manager targeted monthly transaction of US$5 million to US$10 million in these two months. However, it’s expected to increase two times by next year. The first target is to reach 500 to 1,000 SMEs.

“It’s only for SMEs, but we expect to serve up to millions of US dollar per month because we serve corporates to individuals,” he added.

In Indonesia, Wallex partners with BCA and BNI; while DBS, UOB, and OCBC are its partners in Singapore.

In using Wallex, users don’t have to download the application as it is accessible via the website. You just have to fill in personal data, KYC, fill in transfer destination, and transfer fund to the official account of Wallex.

Wallex guarantees a safe platform because its system can detect the transaction. If there’s any negative transaction appears, it’ll be automatically blocked.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform valas online Wallex mengumumkan kehadiran di Indonesia pasca perolehan pendanaan putaran terakhir, termasuk dari CCV dan Indonusa Dwitama

Platform Remitansi Online Wallex Resmi Masuk ke Indonesia

Platform valas (valuta asing) online Wallex mengumumkan kehadirannya di Indonesia pasca memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia. Ditargetkan dalam dua bulan terakhir di 2018 ini, perusahaan dapat tembus transaksi bulanan sebesar US$5 juta sampai US$10 juta.

Selain mengantongi izin dari BI, perusahaan asal Singapura ini juga telah memperoleh izin pengiriman uang dari MAS. Selanjutnya Wallex akan jadi salah satu perusahaan fintech yang menyediakan jasa transfer valas atau lebih dikenal remitansi di dua negara.

Ekspansinya ke Indonesia ini merupakan realisasi pasca merengkuh investasi yang dipimpin Beenext dan diikuti Central Capital Ventura dan Indonusa Dwitama.

Co-Founder dan COO Wallex Asia Hiroyoki Kiga mengatakan, Singapura dan Indonesia merupakan mitra berskala besar dengan perdagangan barang yang jumlahnya hampir US$28 miliar di 2016. Untuk itu Wallex Indonesia akan berfokus melayani para pelanggan UKM di berbagai sektor yang selama ini belum terlayani bank. Kalangan individu dan perusahaan besar juga bisa menggunakan jasa Wallex.

“Peluncuran Wallex secara resmi di Indonesia menandai tonggak penting bagi masa depan pertumbuhan kami. Ada beberapa inefisiensi yang ditemui ketika melakukan transaksi internasional di Indonesia. Kami ingin memangkas semua kendala tersebut dengan online yang mudah,” terangnya, Rabu (7/11).

Direktur Wallex Asia Group Triono J. Dawis menambahkan, Wallex dapat menjadi alternatif pengiriman dana di samping harus ke money changer atau ke bank. Semua layanan, mulai dari pendaftaran, KYC, membandingkan rate kurs, dan semua sistem sudah disetujui otoritas terkait, sehingga memudahkan pengguna.

“Semua data yang disimpan secara online kami pertanggungjawabkan sesuai dengan regulasi, menjadikan layanan kami lebih accountable dan transparan,” kata Triono yang juga menjabat sebagai Direktur Orori.

Wallex menawarkan kurs valas yang kompetitif dalam 30 mata uang dunia dan mengenakan biaya minimum Rp100 ribu untuk setiap pengiriman dana dalam jumlah berapapun. Dana diklaim akan sampai ke tangan penerima dalam kurun waktu 1 sampai 3 hari, tergantung negara penerima.

Target bisnis

Country Manager Wallex Indonesia Andy Putra menargetkan transaksi bulanan sebesar US$5 juta sampai US$10 juta dalam dua bulan ini. Sementara tahun depan diharapkan dapat naik dua kali lipat. Adapun target awal untuk UKM yang akan dibidik adalah 500 sampai 1.000 UKM.

“Target itu hanya dari kalangan UKM, tapi kami berharap dapat melayani hingga puluhan juta dolar AS setiap bulan karena kami bisa melayani korporasi hingga individu,” terang Andy.

Di Indonesia, Wallex bermitra dengan BCA dan BNI untuk mitra perbankannya. Sementara di Singapura dengan DBS, UOB, dan OCBC.

Untuk menggunakan jasa Wallex, pengguna tidak harus mengunduh aplikasi namun bisa mengaksesnya lewat situs. Cukup mengisi data diri, melakukan KYC, mengisi tujuan transfer, dan mentransfer dana ke rekening resmi milik Wallex.

Wallex menjamin platform-nya aman karena memiliki sistem yang bisa mendeteksi penggunaan dana. Apabila dicurigai untuk kebutuhan negatif, transaksi akan ditolak secara otomatis.