Tag Archives: watchos 7

pertimbangan-sebelum-membeli-smartwatch

3 Pertimbangan Sebelum Membeli Smartwatch untuk Gaya Hidup Sehat

Saat ini ada banyak sekali pilihan smartwatch di pasaran dari berbagai macam brand berbeda, termasuk Apple, Samsung, Fitbit, dan banyak lagi. Dengan fitur dan bentuk yang sangat beragam, serta harga yang bervariasi dari yang murah sampai yang mahal.

Salah satu fungsi utama jam tangan pintar adalah untuk mendukung berbagai aktivitas dan gaya hidup sehat para penggunanya. Anda akan memakainya sepanjang hari, baik saat menjalani kegiatan harian, olahraga, dan bahkan saat tidur.

Sebab itu, kenyamanan ketika menggunakannya menjadi pertimbangan pertama. Pilih ukuran yang pas dengan pergelangan tangan dan bobot harus cukup ringan. Build quality juga penting, karena mungkin akan sering terbentur dan pastikan aksesori strap bisa mudah didapat.

Apa lagi pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum membeli smartwatch? Ini dia tips memilih smartwatch selengkapnya.

1. Kompatibilitas

Apple_delivers-apple-watch-series-6_09152020_big
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Kebanyakan smartwatch dapat bekerja di smartphone Android maupun iOS, namun khusus Apple Watch hanya dapat digunakan bersama iPhone yaitu mulai dari iPhone 6s atau yang lebih baru dengan iOS 14. Nah yang terbaru, ada Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE tetapi belum tersedia di Indonesia dan yang ada di iBox ialah Apple Watch Series 3 dengan harga mulai Rp3.899.000 dan Rp7.299.000 untuk Apple Watch Series 5.

Galaxy-Watch3_product-image-5
Samsung Galaxy Watch 3 | Foto Samsung

Beralih ke Samsung, yang terbaru Galaxy Watch 3 sudah tersedia dengan harga mulai Rp5.699.000. Smartwatch ini menggunakan Tizen Based Wearable OS versi 5.5 dan bisa digunakan untuk smartphone Android maupun iOS. Berbeda dengan Apple Watch yang memiliki desain kota, smartwatch Samsung hadir dengan desain bulat.

Fitbit Versa 3
Fitbit Versa 3 | Foto Fitbit

Lanjut ke Fitbit, yang terbaru ialah Fitbit Versa 3 yang kini punya GPS terintegrasi sehingga dapat memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda tanpa perlu bergantung pada smartphone dan dilengkapi speaker untuk menerima panggilan telepon. Serta Fitbit Sense dengan sederet fitur eksklusif, kedua smartwatch ini masing-masing dijual mulai dari Rp4.499.000 dan Rp5.899.000.

Huawei GT Watch GT2 Pro
Huawei GT Watch GT2 Pro

Huawei juga rajin merilis smartwatch, yang terbaru ada  yang dibanderol Rp4.299.000 dan Huawei Watch Fit Rp1.399.000. OPPO juga punya OPPO Watch yang dibanderol Rp3.499.000 dengan keunggulan AI Outfit-Matching yang akan meracikkan watch face sesuai dengan gaya busana penggunanya.

Juga ada smartwatch tangguh nan premium dari Garmin, serta Amazfit bila mencari yang terjangkau. Intinya pastikan smartwatch yang Anda pilih kompatibel dengan smartphone yang Anda miliki.

2. Desain & Layar

Apple_watch-series-6-hermes-stainless-steel-silver-single-tour_09152020_carousel
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Terlepas dari fungsi utamanya, banyak juga orang yang membeli smartwatch karena status sosial dan fashion. Dalam hal ini, Apple Watch dengan desain kotak minimalisnya berada diurutan ke atas. Namun seperti yang saya bilang di awal, Anda perlu iPhone untuk menggunakan Apple Watch.

Bagi pengguna Android, smartwatch seperti Fitbit Versa series dengan desain kotak yang sekilas mirip Apple Watch juga menjadi daya tarik tersendiri. Di sisi lain, smartwatch Samsung punya desain pakemnya sendiri yaitu bulat. Jam tangan pintar Huawei dan Garmin juga kebanyakan bentuknya bulat.

Selanjutnya layar, kalau yang harganya murah biasanya pake LCD dan yang agak mahal serta mahal pakai OLED. Kelebihan layar OLED ialah tampilannya lebih tajam dan cerah sehingga keterbacaan layar di bawah sinar matahari lebih baik.

3. Kelengkapan Sensor dan Fitur

Fitur-fitbit-1
Fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense | Foto Fitbit

Kalau soal kelengkapan sensor dan fitur-fitur canggih bawaan, tolak ukur saya adalah Fitbit karena banyak fitur lebih dulu hadir di smartwatch ini. Fitbit Sense juga memiliki sederet fitur baru seperti sensor electrodermal activity (EDA) yang dirancang untuk memonitor tingkat stres penggunanya. Sensor ini bekerja dengan memantau perubahan aliran listrik pada keringat di atas kulit, memahami bagaimana tubuh pengguna bereaksi terhadap berbagai faktor penyebab stres.

Kemudian terdapat juga fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense untuk menganalisis detak jantung dan mendeteksi tanda-tanda atrial fibrillation (AFib) yang berakibat fatal seperti risiko serangan jantung, pembekuan darah, stroke, dan kondisi jantung lainnya. Sementara fitur lain seperti heart rate tracking 24/7, sleep tracking, kemampuan mengukur tingkat oksigen dalam darah (SpO2) sudah tersedia secara luas, dan ada banyak lagi fitur-fitur lainnya termasuk kebugaran.

Umumnya semakin canggih sebuah smartwatch dan makin lengkap fiturnya, masa pakai baterainya tidak bertahan lama. Perhatikan juga sistem operasi yang digunakan, Apple Watch dengan watchOS 7 dan smartwatch dengan Wear OS memiliki dukungan ratusan atau bahkan ribuan aplikasi sehingga lebih banyak hal yang bisa dilakukan.

Sangat menarik melihat perkembangan teknologi smartwatch ke depannya, kemampuannya terus meningkat, dan semakin banyak hal yang bisa dilakukan lewat perangkat ini. Untuk sekarang, pilih desain dan fitur yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budget Anda.

Apple Luncurkan Dua Smartwatch Baru Sekaligus, Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE

Bersamaan dengan peluncuran iPad Air generasi keempat, Apple turut menyingkap smartwatch terbaru mereka. Bukan cuma satu kali ini, melainkan dua sekaligus, yakni Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE.

Kita mulai dari yang lebih mahal dulu, yaitu Series 6, yang merupakan penerus langsung dari Apple Watch Series 5 tahun lalu. Apa saja yang baru? Cukup banyak, terlepas dari desainnya yang tetap begitu-begitu saja. Meski begitu, Series 6 setidaknya tersedia dalam lebih banyak pilihan warna case, termasuk halnya warna biru maupun merah.

Seperti sebelumnya, Series 6 kembali mengusung layar OLED yang always-on, namun yang diklaim punya tingkat kecerahan maksimum 2,5 kali lebih tinggi daripada layar milik Series 5. Layar yang bisa menyala lebih terang otomatis lebih mudah dilihat di bawah sorotan matahari langsung.

Selanjutnya, Series 6 juga menghadirkan peningkatan performa hingga 20 persen lebih baik dibanding Series 5. Ini penting mengingat kinerja chipset milik Series 5 pada dasarnya sama seperti Series 4. Meski lebih kencang, daya tahan baterai Series 6 masih sama, alias sampai 18 jam pemakaian. Proses charging-nya sedikit lebih cepat, cuma memerlukan waktu 1,5 jam dari kosong sampai penuh.

Terkait kemampuan tracking-nya, Series 6 datang dengan dua sensor baru. Yang pertama adalah altimeter baru yang akan aktif sepanjang waktu sehingga pengguna dapat memonitor elevasinya setiap saat. Yang kedua adalah sensor untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (SpO2), yang kebetulan terbukti cukup berguna untuk membantu mendeteksi gejala awal COVID-19.

Tentu saja ini tidak serta merta berarti Apple Watch bisa dipakai sebagai alat pendeteksi satu-satunya, apalagi mengingat kemampuan mengukur SpO2 sebenarnya bukanlah hal yang baru di dunia perangkat wearable – Fitbit sudah melakukannya sejak cukup lama.

Pembaruan lainnya datang bersama watchOS 7. Selain tentu saja sederet watch face baru, salah satu yang fitur yang cukup menarik adalah Family Setup, yang memungkinkan pengguna untuk memakai Apple Watch tanpa harus memiliki iPhone sendiri. Dengan kata lain, satu iPhone kini dapat dihubungkan ke beberapa Apple Watch sekaligus, asalkan semuanya berada di naungan satu akun keluarga.

Apple juga akhirnya mengikuti jejak Fitbit dengan memperkenalkan layanan berlangganan khusus buat konsumen Apple Watch. Dinamai Apple Fitness+, layanan dengan tarif $10 per bulan ini menjanjikan kelas fitness virtual yang bisa diikuti lewat iPhone, iPad, maupun Apple TV.

Saat kelas dimulai, Apple Watch akan memulai tracking secara otomatis untuk jenis aktivitas yang tepat, dan data-data penting yang dimonitor akan diteruskan ke layar iPhone, iPad maupun Apple TV secara real-time. Fitness+ membutuhkan minimal Apple Watch Series 3, dan sejauh ini baru akan tersedia di beberapa negara saja (Indonesia belum termasuk).

Apple Watch Series 6 saat ini sudah dipasarkan dengan harga mulai $399. Kalau itu dirasa terlalu mahal, maka saatnya ganti membahas mengenai Apple Watch SE.

Apple Watch SE

Seperti halnya iPhone SE yang dijual jauh lebih murah daripada iPhone lainnya, Apple Watch SE pun juga demikian. Harganya dipatok mulai $279, dan di sini saya akan coba menjabarkan apa saja perbedaannya jika dibandingkan dengan Series 6.

Yang paling utama adalah, Watch SE tidak dilengkapi fitur pengukur kadar oksigen dalam darah tadi. Fitur tersebut sejauh ini eksklusif untuk Series 6 saja, namun setidaknya Watch SE telah mewarisi komponen altimeter-nya yang bersifat always-on.

Dari segi performa, Watch SE juga tidak sekencang Series 6, sebab chipset yang digunakan masih sama persis seperti milik Series 5. Lalu apakah ini berarti Watch SE selevel dengan Series 5? Well, bisa dibilang begitu, tapi beberapa fitur rupanya tetap harus dipangkas demi menekan harga jualnya tersebut.

Salah satu yang menurut saya paling krusial adalah terkait layarnya. Besar layarnya memang sama persis, akan tetapi layar milik Watch SE tidak always-on seperti milik Series 6 maupun Series 5. Bahkan sensor laju jantungnya pun adalah versi lama yang belum dilengkapi fungsionalitas electrocardiogram alias ECG. Beruntung fitur Fall Detection masih tersedia di Watch SE.

Singkat cerita, saat ini ada tiga model Apple Watch yang Apple pasarkan secara resmi:

  • Apple Watch Series 6 dengan harga mulai $399
  • Apple Watch SE dengan harga mulai $279
  • Apple Watch Series 3 dengan harga mulai $199

Sumber: Apple 1, 2.

Semua yang Perlu Diketahui dari Apple WWDC 2020

Gelaran Apple Worldwide Developers Conference (WWDC) tahun ini agak sedikit berbeda. Selama sepekan ke depan, serangkaian acaranya bakal diadakan secara online, dan pada pukul 12 dini hari kemarin, sesi keynote-nya disiarkan ke YouTube.

Meski terhambat oleh pandemi, Apple rupanya tetap sangat produktif dalam memperbarui berbagai sistem operasi bikinannya. Hal itu bisa dilihat dari segudang pembaruan yang dihadirkan melalui iOS 14, iPadOS 14, watchOS 7, tvOS 14, dan yang paling substansial menurut saya, macOS Big Sur.

Tanpa perlu berkepanjangan, mari kita bahas satu per satu.

iOS 14

Tampilan home screen baru iOS 14 dan App Library / Apple
Tampilan home screen baru iOS 14 dan App Library / Apple

Di saat Android 11 terkesan iteratif karena tidak membawa perubahan yang betul-betul besar, iOS 14 justru sebaliknya. Untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah iOS, pengguna dapat menempatkan berbagai macam widget langsung pada home screen.

Android sudah menawarkan fitur ini selama bertahun-tahun, dan cukup melegakan melihat Apple akhirnya ikut menghadirkan fitur yang serupa. Meski demikian, Apple mengaku inspirasinya berasal dari complication pada watchOS. Tidak penting. Yang lebih penting adalah, widget pada iOS 14 juga datang dalam berbagai ukuran yang berbeda, yang berarti satu aplikasi bisa menawarkan hingga tiga ukuran widget (kecil, sedang, besar).

Juga baru adalah fitur bernama App Library, yang pada dasarnya akan mengorganisasikan seabrek aplikasi pada perangkat secara otomatis. App Library dapat diakses dengan menggeser ke kanan pada halaman terakhir home screen. Bagaimana seandainya ada begitu banyak halaman home screen? Well, pada iOS 14, ada opsi untuk menyembunyikan halaman-halaman aplikasi yang dirasa kurang perlu, dan yang pada akhirnya dapat digantikan oleh App Library.

Tampilan fitur App Clip / Apple
Tampilan fitur App Clip / Apple

Masih seputar aplikasi, fitur iOS 14 yang paling menarik menurut saya adalah App Clip. App Clip pada dasarnya merupakan versi mini dari aplikasi yang bisa diakses lewat bermacam sumber; bisa dengan mengklik tautan di Safari atau Messages, atau bisa juga dengan memindai kode QR maupun tag NFC.

Apple bahkan telah mendesain format baru macam kode QR yang dikhususkan untuk App Clip. Fungsi App Clip sendiri adalah untuk menyediakan akses ke aplikasi langsung di saat dibutuhkan, misalnya ketika hendak melakukan pembayaran elektronik; cukup scan kode QR atau tag NFC-nya, maka App Clip dari aplikasi pembayaran yang bersangkutan akan muncul, dan pengguna dapat menyelesaikan pembayaran tanpa harus mengunduh aplikasinya terlebih dulu.

iOS 14 turut memperkenalkan fitur picture-in-picture, yang berarti video dapat tetap diputar pada jendela kecil (termasuk sesi video call) meski pengguna meninggalkan aplikasinya. Ukuran jendela videonya itu bisa dibesar-kecilkan, dan yang paling menarik, videonya juga dapat disembunyikan di samping kiri atau kanan layar selagi audionya tetap diputar.

Berbagai perubahan kosmetik pada iOS 14 / Apple
Berbagai perubahan kosmetik pada iOS 14 / Apple

Siri pun turut menerima pembaruan kosmetik pada iOS 14. Saat dipanggil, Siri tak lagi memenuhi layar seperti biasanya. Tampilan barunya hanya berupa icon di bagian bawah layar. Andai pengguna meminta Siri untuk membuatkan reminder, jendela konfirmasinya juga tak lagi memenuhi layar, melainkan hanya menutupi sebagian kecil di atas layar.

Juga ikut menciut ukurannya adalah notifikasi untuk panggilan telepon maupun video. iOS 14 turut memperkenalkan aplikasi baru bernama Translate, yang sejauh ini sudah bisa menerjemahkan 11 bahasa secara offline.

Beralih ke Messages, ada fitur pinned conversation untuk memudahkan pengguna mengakses percakapan dengan orang-orang yang dirasa penting. Group messaging juga kebagian fitur reply dan mention, sehingga ‘kekacauan’ dalam suatu percakapan grup jadi lebih tertata dan bisa diikuti semua anggotanya dengan baik.

Terakhir, bagi para pengguna CarPlay, iOS 14 siap mengubah iPhone Anda menjadi sebuah kunci mobil digital. Fitur ini memanfaatkan NFC, dan sejauh ini baru kompatibel dengan BMW 5 Series generasi terbaru.

iPadOS 14

Tampilan fitur Spotlight di iPadOS 14 / Apple
Tampilan fitur Spotlight di iPadOS 14 / Apple

Lanjut ke iPadOS 14, sebagian besar pembaruannya sebenarnya sama seperti iOS 14, termasuk halnya fitur customizable widget itu tadi. Meski begitu, pastinya ada pembaruan spesifik yang diterapkan, dan salah satunya adalah collapsible sidebar pada aplikasi-aplikasi seperti Photos, Notes, Files, atau Music.

Sidebar tak hanya memudahkan navigasi konten yang berjumlah besar, tapi juga manajemen konten lewat dukungan mekanisme drag-and-drop. Juga sangat menarik adalah kehadiran fitur Spotlight ala macOS, yang pada iPadOS 14 juga berperan sebagai universal search.

Tampilan fitur Scribble pada iPadOS 14 / Apple
Tampilan fitur Scribble pada iPadOS 14 / Apple

Bagi para pengguna Apple Pencil, iPadOS 14 menyajikan fitur Scribble. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menulis menggunakan tangan di atas kotak teks manapun, entah itu di kotak URL Safari ataupun di Reminder. Idenya adalah supaya pengguna bisa terus memakai Pencil meski sudah tidak berada dalam aplikasi yang membutuhkannya.

Tulisan tangan itu otomatis diubah menjadi ketikan. Namun yang lebih istimewa lagi adalah, iPadOS 14 mampu melakukan seleksi teks pada tulisan tangan, dan dari situ pengguna dapat menyalin lalu menempatkannya di aplikasi lain dalam bentuk ketikan.

AirPods software

Sebelum membahas watchOS, Apple sempat menyinggung sedikit soal pembaruan yang mereka terapkan pada software AirPods. Yang pertama adalah fitur auto switching, di mana AirPods mampu mengenali di perangkat mana (iPhone, iPad, Mac) Anda memutar konten beraudio, lalu secara otomatis menyambung ke perangkat tersebut. Tentu saja syaratnya adalah AirPods harus di-pair dengan masing-masing perangkat lebih dulu sebelumnya.

Khusus AirPods Pro, perangkat tersebut bakal kedatangan fitur spatial audio. Apple bilang bahwa mereka memanfaatkan data dari gyroscope dan accelerometer milik AirPods Pro untuk mendeteksi gerakan-gerakan kepala dan memastikan speaker virtual-nya tetap berada di posisi semula demi memberikan kesan seolah-olah sedang berada di dalam bioskop.

watchOS 7

Tidak hanya menghadirkan watch face baru, watchOS 7 juga mendukung fitur watch face sharing / Apple
Tidak hanya menghadirkan watch face baru, watchOS 7 juga mendukung fitur watch face sharing / Apple

Seperti yang saya bilang, Apple mengaku mendapat inspirasi widget iOS 14 dari fitur complication di watchOS, dan sudah seharusnya watchOS 7 menghadirkan opsi kustomisasi complication yang lebih komplet lagi.

Namun yang mungkin lebih menarik untuk sebagian besar konsumen Apple Watch adalah fitur watch face sharing. Ya, saat watchOS 7 tiba nanti, kita bisa berbagi watch face satu sama lain, dan kita juga dapat menemukan beraneka ragam watch face baru di jagat internet maupun media sosial.

Bagi mereka yang rajin bersepeda, watchOS 7 kini mendukung fitur cycling directions. Fitur yang sama sebenarnya juga tersedia di aplikasi Maps bawaan iOS 14, tapi berhubung database-nya baru lengkap di beberapa kota saja di Amerika Serikat dan Tiongkok, saya jadi kurang semangat untuk membahasnya.

watchOS 7 datang bersama aplikasi Fitness baru di iOS 14 / Apple
watchOS 7 datang bersama aplikasi Fitness baru di iOS 14 / Apple

Yang lebih menarik justru adalah sejumlah tipe latihan baru yang dapat dikenali, salah satunya dancing. Berkat watchOS 7, Apple Watch nantinya bisa menerjemahkan tarian demi tarian pengguna menjadi metrik kesehatan yang mudah dipantau. Di samping itu, sleep tracking juga menjadi salah satu fitur baru yang diunggulkan watchOS 7.

Lalu berkaitan dengan pandemi, watchOS 7 juga akan menghadirkan fitur deteksi otomatis untuk kegiatan mencuci tangan. Jadi sesaat setelah terdeteksi, perangkat akan langsung memulai hitungan mundur demi memastikan pengguna benar-benar mencuci tangannya dengan bersih.

tvOS 14

Apple tidak berbicara banyak soal tvOS, tapi yang pasti versi terbarunya bakal menghadirkan dukungan multi-user mode, dan fitur ini tentunya sangat cocok disandingkan dengan layanan Apple Arcade, sebab masing-masing pengguna jadi bisa memiliki profil yang berbeda, sehingga mereka bisa melanjutkan progres permainannya masing-masing dengan mudah.

Supaya sesi gaming lebih maksimal, tvOS 14 turut menghadirkan dukungan controller eksternal yang lebih lengkap, spesifiknya yang meliputi Xbox Elite Wireless Controller 2 maupun Xbox Adaptive Controller yang dikhususkan untuk kalangan difabel. Terakhir, Apple sempat menyinggung bahwa layanan streaming filmnya, Apple TV+, bakal bisa diakses lewat TV lain (Sony dan Vizio di AS).

macOS Big Sur

macOS Big Sur / Apple
macOS Big Sur / Apple

Beralih ke macOS, versi terbarunya yang bernama Big Sur ini bisa dibilang merupakan macOS yang paling mirip dengan iOS. Bukan dari segi tampilan saja, tapi memang beberapa fitur ia pinjam langsung dari iOS, Control Center contohnya. Notifikasi dan widget kini juga dijadikan satu, tidak lagi berbeda halaman seperti sebelumnya.

Sejumlah pembaruan yang hadir pada aplikasi-aplikasi bawaan iOS, seperti Messages atau Maps, turut tersedia pada versi macOS-nya melalui Big Sur. Meski begitu, Safari di Big Sur jauh lebih powerful ketimbang di iOS, sebab kini ada dukungan terhadap fitur extension.

Ya, Safari di macOS Big Sur dapat dikustomisasi menggunakan berbagai macam extension layaknya Chrome. Apple bahkan sudah menyediakan tool agar developer bisa mengonversikan extension Chrome ke Safari dengan mudah.

Safari juga dilengkapi fitur terjemahan terintegrasi, dan laman awalnya (start page) kini dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Mac versi ARM

Tampilan baru macOS Big Sur semakin mirip iOS / Apple
Tampilan baru macOS Big Sur semakin mirip iOS / Apple

Lalu sampailah kita pada pengumuman yang menurut saya paling menarik, yaitu macOS untuk platform ARM. Ya, Apple berniat untuk meluncurkan perangkat Mac yang ditenagai chipset A-Series buatannya sendiri (bukan prosesor Intel seperti biasanya) menjelang akhir tahun ini juga, dan Big Sur sendiri mereka rancang demi memuluskan proses transisi dari platform Intel ke ARM.

Langkahnya tentu tidak semudah mencabut prosesor Intel, lalu menyematkan chipset A-Series begitu saja, sebab harus ada perombakan besar yang diterapkan dari sisi software pula. Kabar baiknya, Apple sudah meracik ulang semua aplikasi bawaan macOS Big Sur agar dapat berjalan secara native di platform ARM.

Apple yakin developer hanya perlu waktu beberapa hari untuk mengonversikan aplikasinya ke platform baru ini, tapi kalaupun tidak sempat, macOS Big Sur bakal melangsungkan proses konversinya secara otomatis menggunakan tool bernama Rosetta 2 (versi anyar dari tool yang sama yang Apple gunakan ketika mentransisikan Mac dari platform PowerPC ke Intel 15 tahun silam).

Apple sempat mendemonstrasikan konversi otomatis ini dengan menjalankan game Shadow of the Tomb Raider. Cukup mengejutkan melihat game tersebut berjalan mulus dengan kualitas grafik yang cukup apik di perangkat development kit yang memakai chipset A12Z Bionic milik iPad Pro.

Untuk aplikasi yang sudah dikonversi secara proper oleh masing-masing developer, performanya malah dipastikan lebih mulus lagi. Apple sempat mendemonstrasikan bagaimana sebuah file gambar berukuran 5 GB bisa diedit secara lancar dan murni tanpa lag di Adobe Photoshop. Bahkan aplikasi 3D animation yang berat seperti Autodesk Maya pun bisa berjalan tanpa kesulitan sedikit pun.

Ada alasan mengapa Apple merombak tampilan icon-icon aplikasi macOS jadi mirip versi iOS-nya / Apple
Ada alasan mengapa Apple merombak tampilan icon-icon aplikasi macOS jadi mirip versi iOS-nya / Apple

Berhubung chipset yang digunakan pada dasarnya sama persis seperti iPhone dan iPad, Mac versi ARM ini bisa menjalankan semua aplikasi iPhone dan iPad secara native, termasuk halnya game, yang semuanya dapat diunduh langsung lewat Mac App Store. Seperti halnya iPhone dan iPad, Mac versi ARM juga dipastikan lebih efisien perihal konsumsi daya ketimbang Mac yang ada sekarang.

Keuntungan lain dari transisi Mac ke platform ARM adalah, perangkat jadi bisa mengakses komponen Neural Engine yang terdapat pada chipset A-Series, sehingga pada akhirnya fitur-fitur berbasis AI pun dapat diterapkan, contohnya fitur auto crop pada aplikasi edit video Final Cut Pro.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apakah Apple bakal betul-betul memensiunkan hardware Mac yang dibekali prosesor Intel? Bisa ya bisa tidak, tapi yang pasti tidak sekarang. Apple bilang masa transisinya bakal berjalan selama sekitar dua tahun, dan dalam kurun waktu tersebut, mereka masih akan merilis Mac baru yang ditenagai prosesor Intel.

Kita juga tidak tahu Mac versi ARM ini nanti wujudnya bakal seperti apa. Development kit-nya sendiri merupakan Mac Mini, namun Apple masih bungkam soal perangkat final yang akan dipasarkan ke konsumen nanti. Terlepas dari itu, bagi yang hendak membeli MacBook baru, ada baiknya Anda menunggu sampai setidaknya akhir tahun ini, sebab ada kemungkinan Mac versi ARM ini nantinya berwujud laptop.

WWDC 2020 Bakal Digelar Secara Online dan Tanpa Dipungut Biaya

Worldwide Developers Conference (WWDC), event tahunan yang Apple gelar untuk komunitas developer, bakal diadakan sepenuhnya secara online tahun ini, dimulai pada tanggal 22 Juni. Alasannya apa lagi kalau bukan pandemi COVID-19.

Kabar baiknya, semua developer dipersilakan mengikuti rangkaian acara WWDC 2020 selama satu pekan secara gratis. Cukup mengejutkan mengingat di tahun-tahun sebelumnya, developer harus membeli tiket WWDC seharga ribuan dolar, dan itu pun harus melalui sistem lotere terlebih dulu.

Detail mengenai rangkaian acaranya, termasuk keynote dan beragam sesi lainnya, baru akan dijabarkan mendekati hari H-nya di bulan Juni. Seperti biasa, WWDC selalu menjadi panggung perkenalan versi baru sejumlah sistem operasi dan software bikinan Apple. Untuk tahun ini, Apple semestinya bakal menyingkap iOS 14, watchOS 7, dan penerus macOS Catalina.

Terkait iOS 14, satu fitur baru yang dirumorkan bakal hadir adalah kemampuan untuk menetapkan aplikasi pihak ketiga sebagai default, semisal aplikasi email atau browser. Fitur ini memang sudah lama tersedia di Android, tapi benar-benar baru untuk platform iOS seandainya rumor tersebut tidak meleset.

WWDC bukan satu-satunya konferensi developer besar yang terpaksa dihelat secara online tahun ini. Baru-baru ini, Microsoft juga mengumumkan bahwa event developer mereka, Microsoft Build, juga akan berlangsung secara online selama dua hari penuh mulai 19 Mei mendatang, dan juga tanpa dipungut biaya. Cuma Google I/O 2020 yang dibatalkan sepenuhnya pada bulan Maret lalu.

Sumber: Apple.