Setelah “Bibit Premium“, platform wealthtech Bibit kembali memperkenalkan fitur baru bernama “Bibit Bisnis”. Sesuai namanya, fitur ini ditujukan bagi pemilik bisnis dan perusahaan yang ingin mengoptimalkan dana ‘nganggur’ mereka melalui investasi reksa dana.
Dalam keterangan resminya, Bibit Bisnis dikatakan menjadi opsi diversifikasi aset pemilik bisnis dan perusahaan, termasuk founder startup, melalui produk reksa dana dari berbagai pilihan manajer investasi di Indonesia. Tujuannya adalah mengoptimalkan dana nganggur dan memaksimalkan return mereka.
Menurut Co-Founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam, layanan baru ini hadir untuk menjawab situasi yang sering ditemui oleh pemilik bisnis. “Saat aset perusahaan semakin berkembang, banyak yang merasa bingung karena tidak dapat mengoptimalkan idle cash. Di sisi lain, kita tidak mau mengambil risiko dengan uang perusahaan,” kata Sigit.
Bibit mengklaim perusahaan atau pemilik bisnis dapat meraup return hingga 3%-7% dari dana nganggur yang diinvestasikan ke reksa dana. Pemilik bisnis dapat berinvestasi tanpa minimum dana penempatan, biaya transaksi, dan biaya administrasi. Selain itu, mereka dapat menarik dana tanpa biaya penalti.
“Fitur Bibit Bisnis dapat digunakan oleh pemilik bisnis dalam mengelola dana perusahaan dengan efektif untuk memaksimalkan return, tetapi juga tetap menjaga likuiditas dan risiko,” tambahnya.
Berdasarkan pantauan DailySocial.id, fitur Bibit Bisnis sudah muncul di aplikasi yang terletak pada laman Profil pengguna.
Lebih lanjut, pengguna Bibit yang sudah memiliki akun personal dapat menggunakan fitur ini. Caranya, klik ‘toggle‘ untuk switch ke akun bisnis mereka. Diharapkan cara ini dapat memudahkan pengguna memonitor portofolio investasi pribadi dan bisnis secara real-time.
Ada pula fitur Multi Level Access yang memungkinkan pemilik bisnis untuk mengatur siapa yang memiliki akses ke portofolio investasi. Akses ini terbagi ke dalam empat kategori, yakni Owner, Super Admin, Checker, dan Maker, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kewenangan perusahaan.
Investasi reksa dana
Sejauh ini, belum ada fitur sejenis yang dihadirkan oleh platform wealthtech di Indonesia. Fitur Bibit Bisnis dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui minat pemilik bisnis untuk menginvestasikan idle cash lewat reksa dana.
Di kalangan investor individual, reksa dana banyak dipilih sebagai produk investasi karena risikonya dinilai lebih rendah dibandingkan instrumen lain. Selain itu, reksa dana juga dapat diinvestasikan dengan modal minim. Demikian juga dengan deposito yang dikatakan punya risiko rendah.
Adapun untuk aset perusahaan biasanya memang banyak dialokasikan untuk investasi ke instrumen lain, baik deposito (risiko rendah) ataupun berinvestasi ke unit usaha lain secara langsung atau melalui unit ventura yang dimiliki.
Adapun, opsi investasi lain seperti saham dan obligasi memerlukan kehati-hatian. Mengutip sebuah sumber, perusahaan perlu menganalisis profil risiko dengan memerhatikan aset, liabilitas, modal, hingga aktivitas operasional jika ingin menginvestasikan dana nganggurnya lewat saham atau obligasi.
Platform manajemen keuangan keluarga “Pocket” yang telah hadir sejak tahun 2021 lalu telah menerima pendanaan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam rilis yang diterima, tidak disebutkan nilai investasi yang diperoleh startup fintech tersebut.
Perusahaan memiliki rencana untuk mengalokasikan dana ini dengan fokus pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.
“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini. Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Co-Founder dan CEO Pocket Markus Kevin.
Bersama dengan Co-Founder dan CTO Bravyto Takwa Pangukir, Pocket hadir dengan latar belakang masih adanya permasalahan yang sudah lama berlangsung dalam lanskap keuangan, khususnya terkait manajemen keuangan pribadi dan keluarga. Pocket terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.
Saat ini platform wealth management yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Finku, Sribuu, Moni, dan beberapa lainnya. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, beberapa layanan seperti PINA juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.
Luncurkan kartu virtual dan fisik prabayar
Pocket juga menghadirkan kartu virtual dan fisik prabayar dengan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital; pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.
Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia.
Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu. Hingga saat ini, Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.
Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia.
“Kami yakin bahwa Pocket memimpin inovasi di bidang ini untuk membuka peluang yang tak terhitung jumlahnya dengan memberdayakan orang tua di Indonesia untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda, dan pada akhirnya memungkinkan keluarga modern memiliki keuangan rumah tangga yang sehat dan praktik keuangan yang berkelanjutan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.
Platform wealthtech Ajaib memperluas cakupan nasabah ritel dengan menggarap segmen premium melalui produk “Ajaib Prime”. Persyaratan untuk menjadi nasabah ini adalah memiliki nominal deposit saldo RDN dan portofolio saham minimal Rp200 juta. Sebelumnya, kompetitor terdekatnya Bibit juga merilis layanan yang sama melalui Bibit Premium.
Ajaib Prime menyediakan fitur komprehensif dan layanan personal, termasuk Relationship Manager pribadi untuk konsultasi portofolio, update kondisi market, hingga jalur bantuan khusus. Lalu, jaminan kompensasi hingga tiga kali broker fee atas kendala aplikasi, analisis eksklusif saham dan kondisi pasar, webinar eksklusif, laporan realized profit & loss, dan buying power hingga 2,85 kali modal dengan margin trading.
Direktur Utama Ajaib Sekuritas Asia Anna Lora menjelaskan terkait latar belakang hadirnya Ajaib Prime karena meningkatkan nilai investasi nasabah. Seiring itu juga meningkatnya minat dan kenyamanan mereka untuk berinvestasi di Ajaib.
“Ajaib terus mengembangkan layanan untuk memenuhi kebutuhan semua investor Indonesia. Ajaib Prime hadir untuk memberikan layanan yang hyper-personal, nyaman dan mudah, agar portofolio investasi terus tumbuh maksimal,” kata dia dalam keterangan resmi, (12/10).
Anna melanjutkan, meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap investasi digital di Ajaib tercermin dalam pertumbuhan pengguna yang diklaim naik hingga 100% dalam setahun terakhir. Data internal perusahaan menunjukkan lebih dari 90% nasabah Ajaib adalah generasi muda, dari porsi tersebut sekitar 80% di antaranya adalah first-time investors yang menemukan akses investasi saham melalui Ajaib. Adapun, disebutkan Ajaib mencatat telah menjaring lebih dari dua juta investor ritel dalam dua tahun terakhir.
Kondisi di atas selaras dengan di industri. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan jumlah investor pasar modal pada September 2022 mencapai 9,7 juta orang dan diprediksi akan tembus 10 juta pada akhir tahun ini. Data lainnya dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan saat ini ada lebih dari 80% investor pasar modal adalah generasi muda di bawah usia 40 tahun dengan total aset mencapai Rp150 triliun per Agustus 2022.
“Ajaib Prime merupakan langkah awal Ajaib untuk mengembangkan layanan prioritas. Ke depannya, kami akan terus memenuhi kebutuhan berbagai segmen investor Indonesia dan terus menjadi layanan investasi terbaik bagi semua. Hal ini sesuai dengan misi Ajaib untuk menyambut dan berkembang bersama generasi baru investor Indonesia,” pungkasnya.
Ajaib pisahkan aplikasi untuk kripto
Sebelumnya pada Agustus kemarin, Ajaib mulai memisahkan kelas aset kripto ke dalam aplikasi tersendiri Ajaib Kripto. Langkah tersebut diambil karena mengikuti arahan dari OJK pada awal Juli ini berisi larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).
Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti futures, kripto, dan emas.
Pangsa pasar investor tajir
Bergabungnya Ajaib, setelah Bibit, Bareksa, dan Moduit, untuk menggarap nasabah tajir ini menandai besarnya potensi yang bisa digarap. Menurut data yang dikutip dari Bank Dunia di 2020, menunjukkan jumlah orang yang memiliki aset besar atau GDP per kapita di atas $135.000 dan dikategorikan high net worth individual di Indonesia sebesar 4 juta orang atau sekitar 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Kemudian, sekitar 20% atau sebanyak 54 juta merupakan golongan dengan penghasilan menengah (GDP per kapita di atas USD 5.800). Sementara sebanyak 211 juta atau 78% merupakan golongan berpenghasilan kecil.
Meski angka kelompok HNWI ini hanya sekitar 4 juta orang, kelompok ini akan terus meningkatkan nilai kekayaannya karena mereka terus berupaya mengembangkan aset dengan memperbesar alokasi dana mereka untuk produk-produk investasi.
Mengutip dari Syndicated Survey YouGov 2022, masyarakat HNWI sebagian besar transaksi finansialnya, termasuk produk keuangan telah dilakukan secara digital, baik lewat layanan perbankan maupun platform keuangan digital yang terpercaya.
Platform wealthtech Bibit menjadi pemain berikutnya yang menyasar nasabah tajir sebagai pengguna, dengan meluncurkan layanan Bibit Premium. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi DailySocial.id, mereka belum bersedia memberikan responsnya.
Dalam laman blog perusahaan disampaikan bahwa Bibit Premium ini menyasar nasabah yang nilai investasinya di platform Bibit minimal Rp500 juta. Nantinya, mereka akan mendapat langsung undangan dari pihak Bibit untuk bergabung.
Bibit menawarkan sejumlah benefit untuk nasabah premium ini, di antaranya transaksi lewat Wealth Specialist untuk mengajukan transaksi buy, sell, atau switching lewat WhatsApp. Berikutnya, konsultasi langsung dengan Wealth Specialist seputar pengelolaan dan pengembangan aset, informasi eksklusif seputar promo dan penawaran.
Prospek nasabah tajir
Sebelumnya, Bareksa telah lebih dulu masuk ke nasabah premium atau high net-worth individuals (HNWI) sejak 2018 melalui Bareksa Prioritas. Bareksa menyasar nasabah dengan dana kelolaan minimum Rp5 miliar, lebih besar dari Bibit Premium.
Perusahaan menyediakan berbagai layanan untuk kalangan HNWI mulai dari laporan riset, fitur teknologi Bareksa untuk Bareksa Prioritas, hingga customer loyalty program sesuai kebutuhan nasabah.
Dalam menyediakan produk ini, Bareksa menggandeng penasihat investasi independen, Jagartha Advisors. Para penasihat tersebut memberikan layanan konsultasi keuangan kapan pun dibutuhkan.
Terbukti apa yang dilakukan Bareksa ini sukses. Disampaikan, bahwa Bareksa Prioritas mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan hingga 10x lipat dalam tiga tahun terakhir hingga Juni 2022. Dari jumlah investor HNWI yang bergabung juga meningkat tiga kali lipat pada periode Juni 2019-Juni 2022.
Menurut Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh, pertumbuhan signifikan ini menandakan kebutuhan nasabah HNWI untuk mengakses pengelolaan kekayaan secara digital, terutama selama pandemi yang membatasi investor berinteraksi secara tatap muka dengan para advisors. Di samping itu, mayoritas investor kini semakin teredukasi dalam menggunakan platform digital dan pendampingan advisor ini turut membantu para investor mendapatkan informasi dan memilih produk.
Adapun pangsa pasar HNWI ini berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus terjaga. Tingkat PDB per kapita Indonesia berhasil naik sebesar 8,6% ke $4.349,5 atau setara Rp62,2 juta di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain Bareksa, baru-baru ini Moduit juga melakukan langkah serupa lewat peluncuran Moduit Beyond yang menyasar nasabah HNWI dengan dana kelolaan minimal Rp1 miliar.
Moduit Beyond terdiri dari tiga kategori yang didasarkan pada besaran nilai investasi dan jenis layanan yang didapat nasabah. Ketiga kategori tersebut adalah Beyond Prestige dengan dana investasi Rp1-5 miliar, Beyond Eminence dengan dana investasi Rp5-10 miliar, dan Beyond Insignia dengan dana investasi di atas Rp10 miliar.
Di Moduit itu sendiri, mayoritas nasabah existing-nya sudah berpengalaman dan dianggap mempunyai keinginan untuk berinvestasi lebih serius. Berdasarkan data Moduit, rata-rata jumlah dana investasi di platform Moduit bagi nasabah yang dibantu oleh advisor mencapai Rp1,2 miliar. Sedangkan rata-rata besaran investasi nasabah yang berinvestasi secara mandiri sebesar Rp50 juta.
Adapun, saat ini total nasabah Moduit lebih dari 30 ribu orang. Dari jumlah tersebut sekitar 10% di antaranya memiliki dana investasi di Moduit lebih dari Rp1 miliar. Namun dari sisi nominal investasi, nasabah-nasabah tersebut berkontribusi sekitar 90% terhadap total investasi di Moduit.
Moduit Beyond menawarkan keuntungan mulai dari personal advisor, curated & high-performance product, akses pertama terhadap layanan dan produk baru, laporan dan analisa market, dedicated call centre, lounge, dan lain-lain.
Selama ini, kalangan nasabah tajir biasanya digarap oleh perbankan melalui layanan wealth management. Fokus layanannya tidak hanya mengembangkan aset yang sudah ada, tapi juga melindunginya dengan asuransi. Bisnis ini selalu menunjukkan tren positif, bisa dilihat dari salah satu indikatornya adalah jumlah investor reksa dana. Dengan pendekatan yang lebih disruptif, kesempatan tersebut juga diincar oleh pemain fintech, salah satunya Bareksa dan Bibit.
Setelah merampungkan pendanaan awal yang dipimpin 1982 Ventures akhir tahun 2021 lalu, pengembang aplikasi pengelolaan keuangan personal PINA mulai menggulirkan sejumlah fitur di aplikasinya. Dengan menyematkan produk saham dan reksa dana, kini pengguna bisa melakukan investasi langsung dalam platform. Berada dalam naungan Trust Sekuritas, PINA menawarkan berbagai macam fitur teknologi untuk mempermudah pengelolaan keuangan.
Kepada DailySocial.id, Co-founder PINA Christian Hermawan yang juga menjabat sebagai President Director Trust Sekuritas menyebutkan, dengan lisensi yang telah dimiliki, PINA memberikan pilihan kepada pengguna untuk berinvestasi kepada saham dan reksa dana. Trust Sekuritas sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK.
“Saya dan Daniel Van Leeuwen (CEO PINA) memiliki latar belakang yang berbeda namun merasakan kesulitan yang sama. Daniel dengan background di digital dan saya lebih kepada pen and paper industry, diharapkan bisa saling melengkapi,” kata Christian.
PINA juga memastikan investasi milik pengguna nantinya tetap aman berada di Rekening Dana Nasabah (RDN) milik sendiri dan investasi pengguna di simpan di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) melalui Trust Sekuritas.
Trust Sekuritas juga mendapat kepercayaan untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan aset manajemen seperti Sinarmas Asset Management, BNI Asset Management, Sucorinvest Asset Management, serta BNI di mana rekening dana nasabah disimpan.
Disinggung apakah ke depannya PINA memiliki rencana untuk menambahkan aset kripto ke dalam platform, Christian menegaskan belum ada rencana untuk ke arah sana. Fokus mereka saat ini adalah memperkenalkan produk saham dan reksa dana serta tools pengelolaan finansial.
Fitur unggulan PINA
Menargetkan generasi mudah, PINA memiliki beberapa fitur yang diklaim menjadi unggulan. Di antaranya adalah PINASave, tools yang bisa mengatur keuangan. Kemudian ada juga PINAInvest yang telah diotomatisasi agar investasi menjadi lebih mudah. Ada juga PINACash yang merupakan fitur menabung. Kemudian PINA juga menghadirkan PINAClassroom, yang merupakan wadah bagi pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai finansial secara gratis.
PINA juga telah terintegrasi dengan berbagai macam aspek keuangan investor seperti tabungan, deposito, BPJS, kartu kredit dan lainnya. Bank yang sudah tersedia dalam platform saat ini di antaranya adalah BNI, BCA, Mandiri dan CIMB Niaga — rekening pengguna dapat diintegrasikan langsung ke aplikasi untuk dicatatkan pelaporan keuangannya.
Diharapkan hanya dalam satu platform, pengguna tidak perlu menggunakan banyak aplikasi untuk mengelola semua kegiatan finansial. Secara resmi aplikasi PINA telah meluncur sejak akhir tahun 2021 lalu.
“Bagi generasi muda yang kami hadirkan adalah kemudahan akses informasi dan akses langsung ke berbagai channel. Dengan koneksi tersebut bisa memudahkan kegiatan finansial dalam satu platform,” kata Co-Founder & CEO PINA Daniel Van Leeuwen.
Platform yang menawarkan layanan serupa seperti PINA di antaranya adalah Halofina, Finansialku, dan Fundtastic. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mereka juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.
Menjadi bagian dari Y Combinator
Untuk mendapatkan informasi dan wawasan lebih luas lagi usai mengantongi investasi perdana tahun lalu, PINA kemudian mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari program Y Combinator (YC). Saat ini PINA masih mengikuti program tersebut yang akan berakhir bulan Maret 2022 mendatang.
Menurut Daniel ada kebanggaan tersendiri bagi tim PINA bisa berhasil lolos dalam program YC batch W22. Selain mewakili Indonesia, sekaligus juga memvalidasi model bisnis yang mereka miliki.
“Alasan saya mendaftar di program YC adalah untuk mendapatkan masukan dari pada pendiri startup yang telah mengikuti program dan tentunya partner dari Y Combinator sendiri. Harapannya saya bisa terhindar dari kesalahan saat membangun startup,” kata Daniel.
Selain mendapatkan kesempatan untuk memperluas jaringan kepada investor secara global, secara langsung PINA juga telah mendapatkan modal tambahan dari YC senilai $500 ribu. Dana segar tersebut kemudian bisa dimanfaatkan oleh PINA untuk mengembangkan produk lebih baik lagi.
“Untuk bisa bersaing dengan pemain lainnya tentu saja kembali lagi kepada produk yang kita miliki. Saat ini belum ada platform wealth management dan investasi dalam satu platform, hal tersebut yang kemudian membedakan kami dengan platform serupa lainnya. Kami juga ingin memberikan value berupa informasi dan masukan kepada pengguna dengan menyediakan tools yang tepat untuk bisa mengelola finansial mereka,” kata Daniel.
Euforia kenaikan jumlah investor ritel sebenarnya harus diapresiasi, karena sebelum teknologi digital masuk, jumlahnya mandeg hanya di ratusan ribu orang selama satu dekade lebih. Akan tetapi, di industri wealth management, ada ekosistem pendukung yang membantu investor ritel mengenal produk efek yakni tenaga pemasar efek yang angkanya terus menurun karena belum terbantu.
Menurut statistik OJK, angka Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) pada tahun lalu adalah 23.110 orang, turun 16,23% dari tahun sebelumnya 27.586. Padahal tahun lalu jumlah investor ritel mencapai kisaran 2,47 juta dari sebelumnya 1,61 juta investor.
Pendekatan yang diambil Moduit sebagai salah satu pemain fintech di wealth management cukup berbeda. Startup ini menggarap potensi dari b2c untuk menyasar investor ritel, dan b2b2c menyasar tenaga pemasar efek yang ingin menjangkau investor dengan nominal investasi yang besar.
Strategi ini diambil karena di sini industri wealth management sangat terfragmentasi. Ada tiga aktivitas utama di dalamnya, mengedukasi klien dengan mencari tahu kebutuhan finansialnya dan cashflow-nya seperti apa. Tidak sekadar melakukan KYC (Know Your Customer) saja.
Lalu masuk ke aktivitas kedua, yakni perencanaan keuangan untuk mensimulasi portofolio investasinya berdasarkan data-data yang diperoleh saat aktivitas pertama. Terakhir, masuk ke bagian eksekusi untuk mentransaksikan kegiatan yang ada di bagian kedua.
“Bagian terakhir ini butuh lisensi PI (Penasihat Investasi), untuk mengadministrasikan, menghubungkan dengan kustodian, KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) dan semacamnya. Di Indonesia pemain startup wealth management itu sangat terfragmentasi, kalau kami maunya end-to-end,” terang Founder & CEO Moduit Jeffry Lomanto kepada DailySocial.
Moduit telah menggaet 20 tenaga pemasar berlisensi resmi sejak aplikasi dirilis secara terbatas tahun lalu. Menariknya, meski kecil, tenaga pemasar ini berkontribusi terhadap jumlah nasabah di Moduit sekitar 15%-20% dari total saat ini 18 ribu nasabah. Bila dilihat berdasarkan dana kelolaan, kontribusinya mencapai 90%.
“Tapi kami ingin dua-duanya [b2c dan b2b2c] tetap growth. Yang kami suka, karena model bisnis kami seperti ini, passion agen yang bergabung semakin tinggi, karena mereka punya akses yang lebih mudah,” tambah CMO Moduit Stefanus Adi Utomo.
“Secara month-to-month AUM kami tumbuh rata-rata 70%. Incomparison, kalau pemain yang hanya mengandalkan b2c saja, kenaikannya 40%. Makanya model bisnis ini menarik karena ada kombinasi dari ticket size dan number of tickets,” tambah Jeffry.
Aplikasi b2b2c sudah dilengkapi dengan dukungan infrastruktur sistem Moduit, seperti CRM, Income Planner, Pipeline Management dan Scheduler; dukungan operasional, program pelatihan secara berkala, market update, dan proses perizinan tenaga pemasar.
Untuk sementara, semua transaksi yang dilakukan melalui tenaga pemasar belum ada komisi yang diambil oleh Moduit. Komisi yang ditetapkan masih sepenuhnya berdasarkan kesepakatan antara investor dan tenaga pemasar saja.
Pengembangan fitur teranyar
Jeffry menjelaskan sejak setahun terakhir, Moduit merilis aplikasi untuk b2c dan b2b2c dengan pengembangan fitur pendukungnya. Di industri keuangan, sistem pembayaran yang ribet menjadi penghalang utama yang menyebabkan orang ogah untuk berinvestasi.
Maka dari itu, perusahaan menyediakan dua opsi. Yakni transfer dengan e-wallet GoPay untuk transaksi dengan nominal kecil mulai dari Rp10 ribu dan virtual account untuk mengakomodasi transaksi nominal besar antara ratusan hingga miliaran Rupiah.
“Dulu kalau mau transaksi besar, nasabahnya sendiri yang harus ke bank untuk transfer manual. Tapi sekarang kita selesaikan dengan virtual account, jadi kalau beli tiga produk reksa dana sekaligus, cukup pakai satu virtual account saja. Nanti di-disburse otomatis ke produk yang dibeli.”
Investor dapat memantau kinerja produk yang ia beli lewat tenaga pemasar melalui aplikasi b2c. Jika tertarik untuk melakukan perubahan atau membeli produk lainnya dapat dilakukan secara mandiri atau dibantu tenaga pemasar.
Produk reksa dana yang dijual para manajer investasi (MI) diseleksi penuh oleh Moduit dengan parameter sendiri untuk meningkatkan kenyamanan buat nasabah yang baru pertama kali mengenal produk investasi. Filtering yang dipakai memakai konsep PRIME (Performance persistance, Risk ratio, Investment AUM per fund level, Management dan Expense ratio).
Masing-masing dari kelimanya punya tolak ukur kualitatif dan kuantitatif yang menjamin bahwa semua produk reksa dana yang onboard sudah aman dari segi tata kelola risiko baik dari kondisi internal dan eksternal.
Saat ini Moduit menjual sekitar 60 produk reksa dana yang dikelola oleh 14 manajer investasi dengan variasi produk yang cukup luas menjangkau semua kebutuhan konsumen.
“Target kami benar-benar direct user yang belum pernah pakai reksa dana. Kami coba lindungi mereka dengan pre-screening produk. Sekarang kami sudah proses 31 manajer investasi, tapi yang baru onboard di Moduit baru 14 saja. Kami lebih menempatkan diri sebagai specilized market.”
Dia juga mengungkapkan tahun ini akan meningkatkan fitur tambahan agar pengalaman konsumen agar semakin seamless. Dari jumlah tenaga pemasar ditargetkan akan bertambah jadi 200 orang. Kenaikan secara keseluruhan diharapkan mencapai lima sampai enam kali lipat sepanjang tahun 2020.
Aplikasi b2c ke depannya akan dilengkapi dengan fitur pencarian tenaga pemasar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pengalaman yang ditawarkan kurang lebih seperti konsumen mencari dokter di aplikasi Halodoc. Akan muncul rating kredibilitasnya, pengalaman dan harganya.
“Kami lihat perilaku milenial saat ini mereka terbiasa untuk belajar dan coba sendiri. Dari sisi sini belum butuh advisor karena uang mereka juga belum seberapa. Tapi saat uangnya sudah ratusan juta, di situlah kebutuhan advisor muncul. Nah ini bakal ada di modul kami berikutnya.”
Sementara untuk tenaga pemasar itu sendiri, rencananya akan dikembangkan lebih jauh menjual produk sekuritas, sehingga mereka tidak hanya bisa menjual reksa dana saja. Harapannya malah bila memungkinkan, masuk ke produk wealth management berikutnya seperti asuransi.
Selain mengantongi lisensi APERD, Moduit juga memiliki lisensi Penasihat Investasi (PI) untuk mengembangkan bisnis b2b2c-nya tersebut. Dengan lisensi ini, memungkinkan perusahaan untuk menjual semua produk investasi berbasis efek.
“Kami sedang develop modul berikutnya dengan penambahan produk baru. Dari fitur-fitur yang sudah ada sekarang, kami sedang memastikan MVP-nya tersebut bisa diterima atau tidak oleh nasabah, kalau belum mesti di kalibrasi karena user journey yang kita kejar.”
Untuk mendukung seluruh bisnis di atas, saat ini perusahaan sedang dalam tahap penggalangan dana seri A dengan kebutuhan US$3 juta (sekitar Rp41 miliar). Jeffry menargetkan dapat segera tutup pada bulan depan.
Sejak Moduit dirilis pada 2018, saat itu tim hanya ada lima orang, termasuk Jeffry dan Charles Jap yang memegang posisi sebagai CTO. Kini tim Moduit mencapai 28 orang. Perusahaan juga membuka kantor khusus engineer di Bandung.
BCA merilis aplikasi Welma untuk menjangkau nasabah milenial yang belum awam dengan produk keuangan. Strategi ini adalah cara perbankan dalam mendongkrak bisnis wealth management.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, peluncuran aplikasi Welma adalah salah satu cara perseroan dalam meningkatkan literasi keuangan.
“Aplikasi ini memiliki fungsi menarik bagi masyarakat, khususnya generasi milenial untuk mulai berinvestasi. Melalui ini, BCA ingin menumbuhkembangkan semangat dan kemauan masyarakat untuk gemar berinvestasi,” terangnya saat peluncuran Welma, Selasa (8/10).
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto menjelaskan, maraknya aplikasi sejenis Welma tentunya permudah masyarakat mendapatkan akses terhadap produk keuangan. Sehingga tidak hanya mengenal instrumen keuangan dan deposito saja.
“Ini semakin bagus jadi tidak hanya bagaimana kami mengelola investasi tapi bagian dari peningkatan literasi keuangan, pendalaman sektor keuangan, sehingga masyarakat diberi banyak pilihan untuk investasi,” terangnya.
Bisnis wealth management bisa dikatakan cukup menggiurkan bagi bank, lantaran ada pendapatan non bunga (fee based income) yang diambil dari setiap transaksinya. Ini adalah mesin pencetak laba yang kini diandalkan bank di tengah gempuran era teknologi. Akan tetapi, wealth management sangat identik didesain buat nasabah kaya saja.
Di BCA sendiri, bisnis wealth management ini telah memiliki dana kelolaan (AUM) mencapai Rp55 triliun. Total nasabahnya sekitar 153 ribu orang, yang terbagi atas nasabah prioritas (saldo minimal Rp500 juta) 150 ribu orang dan solitaire (saldo lebih dari Rp10 miliar) 3 ribu orang. Sementara, secara keseluruhan BCA punya 18 juta rekening.
“Nilai tersebut tumbuh 40% (dibandingkan tahun sebelumnya), dengan Welma yang menawarkan kemudahan penggunaan, tentu kami mengharapkan bisa tumbuh lebih baik lagi,” tambah SEVP Wealth Management BCA Christine Setyabudhi.
Sebelum aplikasi ini hadir, dalam menawarkan produk wealth management BCA menempatkan orang di kantor cabang untuk melayani nasabahnya.
Fitur aplikasi Welma
Wakil Presiden Direktur BCA Suwignyo Budiman menambahkan, peluncuran aplikasi menegaskan komitmen perusahaan sebagai bank yang menawarkan solusi kebutuhan keuangan untuk seluruh nasabahnya, tidak hanya buat nasabah kaya saja.
Aplikasi ini mengakomodasi transaksi produk investasi seperti reksa dana, obligasi, dan bancassurance. Nasabah dapat membeli atau menjual produk investasinya, memantau portofolio investasi, dan mencari produk asuransi dengan mudah.
Nominal investasi mulai dari Rp1 juta sampai Rp3 miliar. Hanya saja, untuk bisa menikmati seluruh fasilitas tersebut hanyalah mereka yang sudah terdaftar sebagai nasabah BCA dan memiliki BCA ID untuk login.
Berikutnya, perlu memiliki SID yang terdaftar di sistem BCA untuk membeli reksa dana atau obligasi. Bila belum bisa mengunjungi cabang BCA terdekat untuk mendaftarkan diri.
Produk reksa dana yang dijual di Welma cukup beragam, ada Ashmore Asset Management, BNP Paribas, Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Bahana TCW, Danareksa, Eastpring, dan sebagainya. Bila tertarik untuk membeli, akan terpotong langsung dengan saldo rekening.
Sementara untuk membeli produk bancassurance, nasabah harus menghubungi BCA dengan menelepon atau datang ke cabang terdekat. Produk asuransi yang dijual cukup bervariasi mulai dari asuransi kesehatan, pendidikan, warisan, pensiun, kecelakaan, harta benda, dan masih banyak lagi.
“Nasabah bisa membandingkan tiga produk asuransi sekaligus untuk melihat manfaat mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Suwignyo.
Sedangkan untuk membeli obligasi, baru tersedia untuk pasar perdana saja. Suwignyo memastikan ke depannya BCA akan merilis tambahan fitur untuk penjualan obligasi di pasar sekunder. Dengan demikian, nasabah bisa semakin mudah mengelola portofolio keuangannya.
Welma juga memungkinkan nasabah untuk berinvestasi secara rutin dengan fitur auto debet setiap bulannya.
Sementara ini, aplikasi baru tersedia untuk versi Android saja, sementara untuk iOS bakal hadir selambat-lambatnya pada tahun depan.
Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha dari Bank Mandiri Group, mengungkapkan akan menambah empat startup baru untuk masuk ke dalam portofolio perusahaan. Secara spesifik, MCI akan membidik startup yang bergerak di ranah insurtech dan manajemen investasi (wealth management).
CEO MCI Eddi Danusaputro menuturkan pihaknya sedang dalam tahap penjajakan dengan dua startup yang bergerak di kedua ranah tersebut sehingga belum bisa dijelaskan secara rinci. Yang pasti, ketika sudah resmi nantinya kedua startup akan membantu Bank Mandiri Group dengan teknologi yang mereka miliki.
“Sekarang masih penjajakan, kami siap masuk ke tahap Seri A. Minimal mereka sudah punya traction,” katanya di sela-sela acara Indonesia PE-VC Summit, kemarin (24/1).
Dia menyebut MCI menyiapkan dana sekitar Rp40 miliar sampai Rp50 miliar untuk berinvestasi pada tahun ini. Pihaknya juga menyiapkan alokasi dana dari kantong sendiri untuk berpartisipasi dalam follow up funding dari portofolio existing sebesar Rp50 miliar-Rp60 miliar.
“Kantong [sumber dana] kita bedakan, mana yang buat startup baru, mana yang buat existing portofolio. Kalau Amartha atau Privy butuh pendanaan, kami sudah siapkan dana dari kantong sendiri.”
Selain menyasar ke dua ranah startup baru, Eddi mengaku ke depannya MCI akan menyasar startup yang bermain di ranah keamanan siber. Ranah ini dianggap paling dibutuhkan oleh semua institusi keuangan, tidak terkecuali bank saja. Terlebih, semakin canggihnya perkembangan teknologi, selaras dengan tingkat ancamannya.
“Cyber security itu dibutuhkan karena kebutuhan dasar bagi semua institusi keuangan. Kami belum menemukan startup yang cocok, meski belum jadi prioritas tahun ini tapi kami prediksi ini akan dibutuhkan.”
Saat ini MCI memiliki 10 portofolio yang bergerak di sektor lending, payment, dan enterprise solution. Mereka adalah Jurnal, Cashlez, Amartha, Yokke, Moka, PrivyID, PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN), Investree, PT DAM, dan KoinWorks.
Commonwealth Indonesia releases investment management app “Commbank Smartwealth” to facilitate priority customers in managing their assets digitally. The product collaboration result with Additiv, a Swiss-based wealth management fintech company, is finally arrived in Indonesia after first present in Australia.
Ivan Jaya, Commonwealth’s Head of Wealth Management & Client Growth said this app is to facilitate customers in monitoring every portfolio of wealth management products including investment, such as mutual fund, obligation, insurance, saving and deposit accounts.
There’s also notification for news related to domestic and global market development regularly, and messaging feature to communicate with relationship manager.
“This app is launched to answer wealth management customer’s three main expectations who want to know every investment portfolio with the latest market value, anytime. Expecting to be informed with real-time market news that impacts their business,” he explained to DailySocial.
Jaya mentioned what makes SmartWealth different with other investment apps is Robo Advisory. In this feature, special algorithm is developed to provide feedback for customers of their investment portfolio compared to the other recommendations in Commonwealth based on market condition and customer’s risk profile.
Aside from providing routine recommendation, Robo Advisory will also inform economic news in market which already personalized with the customer’s investment assets. Therefore, every information customer’s acquired can be more useful and be used to maximize their investment portfolio performance.
As any other banking app, security is a number one essential factor. They offer double protection and make sure no document leaked. The app has extra protection, such as OTP and email verification sent only to customer’s registered email.
Later, there will be additional feature prepared to support customer’s experience in the app. However, he avoid to mention any further detail.
Quoted from Republika, the app is capable to increase managed fund in Commonwealth by 20% in this year. In 2018, managed fund worth of Rp30 trillion increased by 15%-20% in the last two years. In fact, priority customers in Commonwealth has reached 5% of the total customers.
The company is actively releasing digital banking product. Previously, they’ve launched TymeDigital Kiosk, KTA TymeDigital, Mobile Banking Bank Commonwealth, and branch office with digital capacity in six points around Jakarta, Surabaya, and Bandung.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Bank Commonwealth Indonesia merilis aplikasi manajemen investasi “Commbank SmartWealth” untuk permudah nasabah prioritas mengelola kekayaan secara digital. Produk hasil kolaborasi dengan Additiv, perusahaan fintech wealth management dari Swiss, ini akhirnya diboyong ke Indonesia, setelah sebelumnya hadir di Australia.
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan aplikasi ini memudahkan nasabah memonitor pertumbuhan seluruh portofolio produk wealth management yang mencakup produk investasi, seperti reksa dana, obligasi, asuransi, tabungan, dan deposito.
Tersedia notifikasi berita mengenai perkembangan pasar domestik dan global secara reguler dan fitur messaging untuk berkomunikasi dengan relationship manager.
“Aplikasi ini diluncurkan untuk menjawab tiga keinginan utama para nasabah wealth management yang ingin mengetahui seluruh portofolio investasi dengan nilai pasar terbaru kapan pun. Ingin terinformasi berita pasar secara real time yang dapat mempengaruhi investasinya,” terangnya kepada DailySocial.
Ivan menjelaskan pembeda SmartWealth dengan aplikasi investasi lainnya adalah kehadiran fitur Robo Advisory. Dalam fitur ini, algoritma khusus dikembangkan untuk memberikan saran kepada nasabah atas variasi portofolio investasinya dibandingkan dengan portofolio rekomendasi yang ada di Bank Commonwealth berdasarkan kondisi pasar dan profil risiko nasabah yang bersangkutan.
Selain memberikan rekomendasi secara berkala, Robo Advisory ini juga dapat menginformasikan berita-berita ekonomi di pasar yang sudah dipersonalisasikan sesuai dengan aset investasi yang dimiliki nasabah. Dengan demikian, semua informasi yang didapat nasabah dapat lebih berguna dan mereka pun dapat memaksimalkan kinerja portofolio investasinya.
Selayaknya aplikasi perbankan lainnya, keamanan merupakan faktor yang tidak dapat ditawar. Pihaknya memberikan keamanan dobel memastikan tidak terjadi kebocoran data nasabah ke pihak luar. Aplikasi dilengkapi tambahan pengamanan seperti OTP dan verifikasi melalui email nasabah yang hanya dimiliki oleh nasabah bersangkutan.
Rencana ke depannya, tentu ada penambahan fitur yang bakal disiapkan untuk menunjang pengalaman nasabah di aplikasi. Hanya saja, Ivan enggan mengungkapnya.
Dikutip dari Republika, kehadiran aplikasi dapat meningkatkan dana kelolaan di Bank Commonwealth tumbuh 20% pada tahun ini. Pada 2018, dana kelolaan sebesar Rp30 triliun dengan pertumbuhan selama dua tahun terakhir sekitar 15%-20%. Adapun jumlah nasabah prioritas yang masuk ke dalam Bank Commonwealth mencapai 5% dari total keseluruhan.
Perseroan tergolong aktif merilis produk perbankan digital. Sebelumnya perusahaan telah merilis TymeDigital Kiosk, KTA TymeDigital, Mobile Banking Bank Commonwealth, serta kantor cabang berkapasitas digital yang kini telah hadir di enam titik di Jakarta, Surabaya, dan Bandung.