Tag Archives: WeCare

Hampir seluruh platform menggelar proyek penggalangan dana untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19

Kekuatan Orang Baik, Kunci Tenarnya Platform “Social Crowdfunding”

Jaga jarak fisik akibat pandemi yang masih berlangsung, di satu sisi menjadi suatu ‘berkah’ buat pemain platform social crowdfunding. Selain lonjakan traffic yang tinggi, brand awareness mereka juga semakin dikenal di khalayak luas.

Pandemi yang merugikan banyak lapisan masyarakat, tak lantas mengurangi rasa solidaritas sosial. Justru kohesi sosial terbangun dengan kuat. Ini tercermin dari berbagai proyek penggalangan dana yang makin kencang diinisiasi oleh berbagai pihak.

Tak terhitung berapa banyak proyek penggalangan dana yang terjadi khusus untuk membantu sesama. Keberadaan platform online, dalam waktu singkat membantu lebih cepatnya dana terkumpul dalam jumlah yang fantastis.

Donasi yang digalang masyarakat adalah bentuk dari kekuatan orang-orang baik (good people’s power). Mereka terfasilitasi dengan kemudahan teknologi, dari internet, media sosial, dan smartphone.

Social crowdfunding

Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang Sugeng Winarno menerangkan, sikap kesetiakawanan masyarakat merupakan perwujudan jiwa altruisme. Ia adalah sikap meninggalkan kepentingan diri sendiri demi memenuhi kepentingan orang lain.

Solidaritas sosial terbangun dengan baik melalui maraknya orang yang memberikan donasi lewat beragam cara. Dia melihat wabah corona ini bermakna sebagai musibah kolektif yang mampu membangun rasa kebersamaan.

Spirit good people’s power juga tumbuh melalui donasi yang digalang oleh sejumlah media massa. Beberapa media mengadakan penggalangan dana (filantropi) lewat beragam tajuk seperti Pundi Amal, Jalinan Kasih, Dompet Amal, dan judul lainnya. Kegiatan yang difasilitasi media sangat strategis mengingat media massa punya khalayak yang banyak,” ujarnya.

Fenomena donasi digital yang sedang marak ini sebenarnya adalah penjelasan dari konsep virtual Conspicuous Donation Behaviour (CDB). Ini adalah fenomena yang digalakkan melalui media sosial, terutama di kalangan muda. Konsep ini terserap beriringan dengan tren dan gaya hidup mereka di dunia teknologi informasi.

Salah satu pemain social crowdfunding lokal, Kitabisa, tercatat memiliki berbagai program donasi untuk menanggulangi bersama-sama pandemi. Mereka sedang menggalang dana yang diinisiasi sendiri.

Proyek tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari Rp21 miliar dan proyek tersebut belum ditutup hingga tulisan ini dimuat. Proyek lainnya yang diinisiasi oleh penggalang dari institusi atau perseorangan juga terus berlangsung melalui Kitabisa.

Menurut SimilarWeb, situs Kitabisa mengalami lonjakan traffic yang signifikan pada Maret 2020 sebanyak 3,5 juta kali kunjungan. Dibandingkan satu bulan sebelumnya sebanyak 2,1 juta kali. Menariknya kunjungan tersebut datang langsung (direct) sebanyak 47,28%, mesin pencari (search) 25,24%, dan media sosial 23,64%.

Melalui pencarian langsung, mayoritas datang secara organik 97,29%, anorganik (berbayar) 2,71%. Kalau melihat dari media sosial, Facebook jadi kontributor utama 45,38%, YouTube 22,23%, Twitter 19,3%, dan Instagram 11,91%.

Boleh saja, jika startup ini bisa mengklaim diri sebagai pemain social crowdfunding terbesar di Indonesia. Secara jaringan, Kitabisa memperluas kehadirannya berbagai platform di Gojek (untuk GoGive), Dana, LinkAja, Tokopedia, dan Shopee. Pun dari nominal donasi semakin terjangkau dimulai dari Rp10 ribu saja.

Gojek meresmikan layanan donasi online Go-Give, hasil kerja sama dengan platform penggalangan dana Kitabisa yang sudah dimulai sejak November 2018
Head of Third Party Platform Gojek Sonny Radhityo, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita, dan CEO Kitabisa Alfatih Timur dalam peluncuran Go-Give / DailySocial

Di kesempatan sebelumnya, Co-Founder dan CEO Kitabisa Alfatih Timur menyebut partisipasi masyarakat dalam bergotong-royong melakukan donasi digital kian hari semakin menunjukkan tren yang terus meningkat. Terbukti hingga 2019, sudah lebih dari 2,5 juta orang yang menggunakan platform Kitabisa untuk berdonasi secara digital.

Platform sejenis lainnya

Di luar Kitabisa, banyak pemain sejenis yang ikut mewarnai di segmen ini. Mereka sama-sama ingin menularkan kemudahan berdonasi secara online melalui berbagai platform dengan menggaet berbagai pihak sebagai penggalang dana.

Sudah didukung pula dengan berbagai metode pembayaran, dengan menggaet para pemain e-money tersohor dan minimal donasi yang terjangkau. Berikut nama-namanya:

1. BenihBaik: diusung pada akhir tahun lalu oleh jurnalis senior Andy F Noya sebagai salah satu co-founder. Startup ini fokus pada pemberian bantuan untuk kegiatan sosial dan usaha yang berkaitan dengan kewirausahaan.

BenihBaik menyediakan opsi pembayaran dengan aplikasi e-money populer dan hadir di platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

BenihBaik
Para pendiri BenihBaik Andy F. Noya, Anggit Hernowo, dan Firdaus Juli

2. WeCare.id: memfokuskan diri khusus penggalanan dana bantuan kesehatan. Startup ini didirikan sejak lima tahun lalu oleh dr. Mesty Ariotedjo sebagai salah satu co-founder-nya.

Selain donasi online, startup ini membuat layanan Sehati yakni donasi rutin setiap bulannya sebagai pasien yang membutuhkan. Tak hanya donasi, donatur dapat merasakan manfaat untuk menjaga kesehatannya seperti kunjungan dokter gratis.

3. Ayopeduli.id, derma.id, YukBantu.com, IndoGiving, PeduliSehat dan masih banyak lagi platform social crowdfunding yang beroperasi di Indonesia.

4. Baznas, Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Lazismu, Rumah Zakat, NU Care, PKPU Human Initiatives, dan Unicef Indonesia merupakan beberapa yayasan/lembaga yang sengaja dibentuk untuk menyalurkan bantuan berupa zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial lainnya melalui program pemberdayaan masyarakat.

Rata-rata mereka semua sudah hadir dalam platform digital dan bekerja sama dengan pemain digital dari e-money dan e-commerce agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

5. KoinDonasi: ini adalah situs yang sengaja yang dibuat oleh KoinWorks untuk menggalang dana proyek “Indonesia Pasti Bisa“. Itu adalah proyek East Ventures bersama portofolio startupnya untuk produksi alat tes Corona. Selain KoinWorks, penggalangan juga dilakukan oleh Komunal, StockBit, dan situs Indonesia Pasti Bisa.

Belum ada pertimbangan untuk menjadikan KoinDonasi sebagai produk baru perusahaan. Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyebutkan, “Kalaupun [jadi produk baru], saya rasa hanya case by case kalau ada bencana.”

Landasan hukum

Sumber : Pixabay
Sumber : Pixabay

Berbeda dengan equity crowdfunding, regulasi platform social crowdfunding diatur Kementerian Sosial. Kitabisa mengaku sudah memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan Barang) untuk kategori umum dan bencana alam.

WeCare dan BenihBaik pun senada. WeCare bergerak sebagai yayasan, dengan nama resmi Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi. Begitupun BenihBaik, di bawah Yayasan Benih Baik Indonesia.

Yayasan dengan kegiatan pengumpulan uang berada di bawah aturan UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang juncto PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan junctis Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia.

akselerator Remake City Jakarta

Rencana Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare Pasca Ikuti Akselerator “Remake City Jakarta”

Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare telah menyelesaikan program akselerator Remake City Jakarta Batch 2 selama lima bulan. Dalam perjalanannya, keempat startup mengaku siap lebih ekspansif berkat pembekalan berupa rangkaian coaching dari para mentor dan dana hibah yang telah mereka terima.

Remake City adalah program akselerator yang diinisiasi oleh Crevisse Partners dari Korea Selatan, memfokuskan pada pemecahan masalah sosial melalui bisnis yang inovatif. Remake City Jakarta ini kedua kalinya digelar sejak 2017. Tak hanya di Jakarta, Remake City juga diadakan di Seoul dan Hanoi.

Di Indonesia, Crevisse Partners bekerja sama dengan UnLtd Indonesia dan Instellar dalam penyelenggaraannya. Juga berkolaborasi dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Merry Year Social Company (MYSC).

“Sekarang ini sudah banyak startup yang muncul dan banyak pula yang mendesain startup-nya untuk menyelesaikan masalah sosial. Program ini hadir untuk dorong bisnis mereka lebih sustain dengan berbagai pembekalan dari kami,” ujar CEO Instellar Romy Cahyadi, Rabu (30/1).

Pada batch kedua ini, sebanyak 30 startup mendaftarkan diri. Lalu disaring menjadi empat startup saja yang siap dibina untuk pendampingan selama lima bulan. Keempat startup menerima dana hibah masing-masing sebesar US$25 ribu dari KOICA yang dapat dipakai untuk pengembangan bisnis mereka.

Setelahnya akan ada pendanaan lanjutan tahap pra seri A dari Crevisse Partners untuk salah satu dari keempat startup tersebut. Hanya saja, menurut Romy, belum ditentukan siapa yang berhak lantaran pihak investor menunggu traksi pasca Remake City Jakarta resmi berakhir.

“Biasanya butuh dua sampai tiga bulan sampai Crevisse Partners menentukan siapa yang berhak dapat follow up investment sebab mereka mau lihat bagaimana traksi bisnisnya.”

Pada batch pertama, startup yang mendapat pendanaan dari Crevisse Partners adalah Crowde, startup yang bergerak di bidang fintech lending untuk industri pertanian.

Rencana berikutnya empat startup

Dalam pertemuan bersama sejumlah media, keempat startup saling berbagi pandangan dan rencana berikutnya pasca mengikuti program akselerator Remake City Jakarta. CEO Eragano Stephanie Jesselyn mengatakan selama program berlangsung pihaknya mengembangkan model Teory of Change yang dapat diaplikasikan ke bisnis mereka dan mencari tahu lebih dalam dampak sosial dari pilot project yang sedang dikerjakan.

Bahkan Stephanie menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan rencana untuk ekspor hasil panen petani ke Sri Lanka, Filipina, dan Amerika Serikat. Juga melebarkan sayap bisnis ke Myanmar, Vietnam, dan Filipina.

“Target kami tiga tahun lagi, kami dapat menggaet 10%-20% petani di Indonesia dan bisa membuka bisnis kami, mungkin yang paling terdekat Myanmar ya,” katanya.

Eragano adalah platform keuangan dan marketplace yang terintegrasi untuk petani kecil. Terdapat 5 ribu petani yang terbantu dari layanan Eragano dari total 300 ribu petani terdaftar dalam platform Eragano.

CEO Gandeng Tangan Betania Jezamine Setiawan mengaku perusahaan sangat terbantu dengan mentoring dan dana hibah yang diterima. Aplikasi Gandeng Tangan sedang diproses agar permudah gaet pengguna, sudah hadir pada November 2018.

Pengembangan berikutnya, merombak tampilan situs agar lebih menarik, pengembangan program referral, dan panduan untuk bantuan peminjam.

“Aplikasi itu sangat dibutuhkan untuk permudah agen kami dan pengguna mengakses Gandeng Tangan tanpa harus buka dari situs lagi,” kata Jezammine.

Gandeng Tangan berdiri secara resmi sejak awal 2017. Bisnis intinya adalah layanan p2p lending untuk usaha mikro. Terdapat 1.300 peminjam, dan 11.800 pendana yang terdaftar di Gandeng Tangan, menyalurkan pinjaman sekitar Rp5 miliar.

Startup berikutnya adalah Kostoom, menghubungkan pelanggan dan pelaku usaha mode dengan penjahit rumahan melalui platform. CEO Kostoom Putry Yuliastutik mengatakan pihaknya terbantu karena dapat mengembangkan sistem inti baru yang dapat menaungi layanan yang ada dan masa depan. Juga peluncuran layanan baru yakni suplai bahan konveksi dan studio foto untuk bantu pemasaran pengguna.

“Sebelum menerima dana hibah, kami selalu menggunakan pemasaran secara organik dengan dana yang ada. Sekarang kami akan mulai agresif beriklan dan merombak tampilan situs,” kata Putry.

Terakhir adalah WeCare, startup yang bergerak di bidang crowdfunding untuk pasien yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan medis. Co-Founder, CEO & CTO WeCare Gigih Septianto menuturkan berkat Remake CIty, pihaknya dapat melakukan product fit untuk program keanggotaan Sehati dan strategi pemasaran O2O.

Sama seperti Gandeng Tangan, WeCare akhirnya memiliki aplikasi dan pembaruan situs dengan tambahan fitur seperti wellness marketplace.

“Aplikasi ini fungsinya krusial sekali untuk pengembangan bisnis kita karena permudah pengguna dalam mengakses WeCare,” terang Gigih.

Kini WeCare telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp5,1 miliar untuk 400 pasien. Mereka tersebar di 15 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah pengguna yang tergabung di WeCare ada 12.610 orang.

Aplikasi Karya Startup Indonesia Ini Berpotensi Majukan Desa Tertinggal

Tidak hanya menjadi tren semata, startup digital di mata kawula muda Indonesia benar-benar menjadi sesuatu yang ditekuni dengan giat. Hal ini terbukti dengan inovasi yang terus dihadirkan oleh para “pejuang” startup Indonesia. Mulai dari layanan jual-beli, platform sosial, layanan korporasi, layanan kesehatan dan sebagainya disulap dengan pendekatan digital. Dan beberapa di antaranya menghadirkan solusi yang sangat berguna untuk menyejahterakan bangsa Indonesia, terutama untuk memajukan desa tertinggal.

Terdapat beberapa permasalahan yang sebenarnya dapat dioptimalkan dengan teknologi pada permasalahan desa tertinggal. Dan beberapa karya startup Indonesia ini berpotensi dapat dioptimalkan untuk kegiatan tersebut.

iGrow

Pertanian menjadi salah satu sektor yang terkait sangat erat dengan kehidupan di pedesaan. Terlebih di pedalaman dan desa perbatasan, kultur agraris masyarakat Indonesia masih kental. Sejatinya pertanian jika diarahkan dengan benar dapat berjalan optimal dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang menggelutinya. Namun nyatanya banyak petani miskin di Indonesia yang menjadikan mereka kurang tercukupi secara ekonomi.

Salah satu yang membuat para petani di pedesaan sulit untuk berkembang adalah karena cekaknya modal atau investasi yang dapat mereka gunakan untuk mengembangkan lahannya. Mencoba mengatasi kesenjangan ini, Startup Center dan Badr Interactive menghadirkan sebuah inovasi bernama iGrow. Portal iGrow mencoba menghubungkan para pemilik modal/investor untuk menyuntikkan dana secara langsung di sektor pertanian. Inovasi yang cukup menarik, terlebih iGrow bekerja sama langsung dengan para petani dan pemilik lahan.

Skema kerja iGrow adalah melalui portal berbasis web, orang yang memiliki modal dapat berinvestasi untuk penanaman buah atau sayur, sesuai dengan pilihan. Tim iGrow yang akan bekerja menyalurkan modal tersebut kepada para petani dan pemilik lahan. Hasil panen akan dibagi dengan persentase yang tentunya juga akan menguntungkan bagi para petani.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

WeCare dan Lokadok

Kesehatan menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan. Sayangnya hal ini masih menjadi masalah di banyak daerah tertinggal di Indonesia. Isu seputar persebaran layanan kesehatan dan akses terhadap obat-obatan hingga kini masih banyak ditemui. Rintangan geografi yang tak mudah diakses sering kali menjadi permasalahan umum yang dihadapi. Karena hal ini akan berdampak kepada mahalnya biaya operasional untuk menghadirkan layanan kesehatan dan obat-obatan ke daerah tersebut. Namun beberapa inovasi startup Indonesia ini mencoba mensiasatinya.

Ya, biaya memang menjadi permasalahan yang sangat umum. Pemberlakuan jaminan kesehatan yang masih belum merata sering kali memaksa kalangan masyarakat bawah untuk pasrah atas penyakit yang diderita. Cerita tersebut menginisiasi sebuah startup bernama WeCare untuk menghadirkan sebuah platform crowdfunding yang dikhususkan untuk penyaluran dana kesehatan. Dengan biaya yang cukup, WeCare ingin memastikan masyarakat kalangan bawah mendapatkan pengobatan maksimal atas penyakit yang dideritanya.

Berkaitan dengan kesehatan ada satu lagi karya anak bangsa yang dapat dioptimalkan untuk memberdayakan pemerataan kesehatan di daerah tertinggal. Jika WeCare memfokuskan pada pembiayaan bersama, ada Lokadok yang memberikan informasi seputar ketersediaan dokter dan paramedis. Basis data kedokteran yang dimiliki oleh Lokadok (beserta sistem komunikasi dan reservasi) dapat dioptimalkan untuk memberikan informasi dokter terdekat di suatu wilayah. Dengan mengetahui data tersebut, maka akan memudahkan berbagai pihak untuk melakukan pemetaan, guna memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata.

Karyamu kini ditunggu untuk turut menjadi bagian memajukan kesejahteraan bangsa.

Tiga produk startup tersebut hanya sebagian kecil dari inovasi yang dapat diterapkan. Nyatanya masih banyak masalah spesifik lain yang juga membutuhkan penanganan cepat. Misal isu pangan, keamanan, jaminan sosial dan sebagainya. Intinya berbagai inovasi digital yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat akan sangat membantu. Sehingga ini menjadi saat yang tepat bagi para inovator muda memberikan sumbangsih dengan pemahaman pengembangan teknologi yang makin matang.

Kalau bukan anak bangsanya sendiri, siapa lagi yang bisa diandalkan untuk menyejahterakan negeri pertiwi.

Disclaimer: Tulisan ini adalah artikel promosi kegiatan program Solusi Desa Broadband Terpadu yang didukung sepenuhnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Tahun Depan WeCare Ingin Bisa Bantu Mendanai Hingga 500 Pasien

Sebulan yang lalu kami sempat membahas sebuah layanan yang memfasilitasi  penyaluran bantuan kesehatan melalui kampanye crowdfunding bernama WeCare. Meski usianya masih muda, WeCare punya target untuk dapat mendanai tak kurang sampai 500 pasien di tahun depan. Saat ini layanan WeCare sendiri terdaftar sebagai lembaga nirlaba di bawah Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi yang juga dikenal dengan nama CharityLights.

Adalah mimpi besar Indonesia untuk menciptakan kesehataan yang merata bagi penduduknya dan WeCare bisa dikatakan sebagai layanan yang hadir untuk bantu mewujudkan utopia itu. Melalui kampanye crowdfunding, WeCare coba menjangkau pasien-pasien di daerah terpencil agar bisa mendapatkan akses kesehatan yang layak. Pun demikian, usia layanan ini masih sangat muda. Tak lebih dari tiga bulan.

Sebenarnya upaya crowdfunding untuk menggalang dana dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai bukanlah barang baru di Indonesia. Di ranah global, ada layanan kickstarter yang sudah banyak dimanfaatkan oleh pengembang lokal menggalang dana untuk memulai proyeknya. Sedangkan di ranah lokal, ada KitaBisa dan Wujudkan dengan fokus yang lebih luas di bidang sosial.

Cerita di balik lahirnya WeCare

WeCare / Shutterstock

WeCare merupakan sebuah layanan yang diinisiasi dan dijalankan oleh Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi yang juga dikenal dengan nama CharityLights. WeCare sendiri telah dapat diakses oleh publik sejak 15 Oktober 2015 lalu.

Pada dasarnya WeCare lahir atas inisiasi dari para pendiri CharityLights yang terdiri dari Gigih Septianto (Operations), Alfian Ramadhan (Engineering) dan Samuel Cahyawijaya (Engineering), dibantu oleh anggota tim lainnya dan Mesty Ariotedjo (Medical Operations) yang juga dikenal sebagai seorang musisi dan public figure.

Gigih menjelaskan, “Pengembangan WeCare secara serius dimulai sejak kami bertemu dengan Mesty, seorang dokter dan musisi yang pada tahun 2012 bekerja sebagai dokter di daerah terpencil di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Ide ini telah ia pikirkan sejak bekerja di RSUD Ruteng, satu-satunya rumah sakit daerah yang berada di tiga kabupaten yang meliputi 800.000 penduduk.”

Gigih juga menggarisbawahi beberapa kendala yang penanganan kesehatan menjadi tidak optimal saat itu. Mulai dari minimnya fasilitas kesehatan yang tersedia hingga biaya akomodasi dan transportasi untuk mengakses fasilitas kesehatan yang tidak bisa ditanggung oleh jaminan kesehatan nasional.  Padahal saat itu hampir seluruh penduduk telah memiliki jaminan kesehatan nasional.

“[Melalui WeCAre] Kami berharap dapat membantu memperkuat akses layanan kesehatan yang adil dan merata untuk masyarakat Indonesia terutama di daerah perifer.  Kami juga bercita-cita dapat membangun inovasi layanan kesehatan yang transformatif dan menyeluruh melalui tiga pilar utama kami, [yaitu] Engineering, Business dan Impact,” ujarnya.

Sebelum WeCare berdiri, CharityLights juga telah memiliki sebuh platform sosial bernama PhiRUNthropy . Dengan memanfaatkan aplikasi mobile untuk Windows Phone dan Android, PhiRUNthropy memungkinkan pengguna untuk mengkonversikan jarak mereka ketika berjalan, berlari, atau bersepeda dalam bentuk uang atau donasi.

Cara kerja WeCare dan rencana ke depannya

WeCare / Shutterstock

Pada dasarnya, WeCare bekerja dengan menggalang dana melalui kampanye crowdfunding. Setelah dana yang terkumpul mencapai target untuk pasien tertentu, maka dana tersebut akan segera disalurkan. Menariknya, WeCare berjanji untuk melaporkan segala proses donasi dan distribusi dana yang bersangkutan secara transparan di platform mereka.

Diungkapkan Gigih, “Saat ini WeCare masih bereksperimen dengan beberapa model monetisasi. Salah satunya yang sedang dicoba adalah menerapkan transaction fee sebesar 5% untuk setiap pasien yang terdanai secara penuh lewat WeCare. Kami tidak memotong dari dana yang sudah terkumpul seperti situs-situs crowdfunding pada umumnya namun kami mengalokasikan 5% tersebut ditambahkan pada total jumlah dana yang di-crowdfunding-kan untuk biaya operasional kami.”

Bila ingin berpartisipasi, setidaknya ada tiga cara yang disediakan oleh WeCare, yakni menjadi Donor, Medikator, atau seorang Katalis. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam pelayanan kesehatan.

Donor dapat memilih pasien yang ingin dibantu dengan menyumbang sejumlah dana, mulai dari 25.000 Rupiah. Medikator adalah dokter atau petugas kesehatan di daerah terpencil dengan tugas untuk menemukan pasien yang butuh pelayanan kesehatan, rujukan, atau dibantu kepenguurusan BPJS/JKN. Sedangkan Katalis adalah masyarakat awam yang melakukan pencarian atau menemukan pasien yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan atau belum memiliki BPJS/JKN.

Mengenai rencana ke depan WeCare, Gigih mengatakan, “Kami baru launch selama 1 bulan untuk menguji minimum viable product [MVP] kami. Target terdekat tentu saja melakukan iterasi untuk memperbaiki sistem yang sudah berjalan saat ini baik di sisi website maupun sistem-sistem lain di luar pengembangan website seperti proses pencarian pasien dan distribusi dana. Target tahun 2016 mendatang kami harap kami sudah dapat mendanai tidak kurang dari 500 pasien.”

WeCare Bantu Galang Dana Kesehatan Melalui Kampanye Crowdfunding

Adalah mimpi besar Indonesia untuk menciptakan kesehatan yang merata bagi penduduknya. Tapi, masih belum banyak yang bergerak untuk mewujudkan utopia tersebut. Pun demikian, ada satu layanan yang hadir sebagai jembatan bagi mereka yang berjiwa sosial tinggi untuk menyalurkan bantuan kesehatan bernama WeCare. Melalui kampanye crowdfunding, dana yang terkumpul akan disalurkan oleh WeCare kepada mereka yang membutuhkan.

Mengutip pada halaman FAQ , WeCare mendefinisikan dirinya sebagai wadah (situs) penggalangan dana dengan sistem crowdfunding yang difokuskan pada warga Indonesia yang kurang mampu dan dalam keadaan sakit. Tujuannya, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga warga yang sakit tersebut dapat menjadi individu yang sehat dan produktif seutuhnya. WeCare sendiri percaya bahwa semua orang berhak atas layanan kesehatan.

Melalui kerja sama dengan dokter-dokter di wilayah perifer [terpencil –red], WeCare juga berharap layanan mereka dapat menjangkau masayarakat lebih luas lagi, khususnya yang berada di daerah terpencil. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tak semua penduduk Indonesia punya akses terhadap pelayanan kesehatan yang baik karena berbagai hal. Contohnya, wilayah yang luas sehingga masih banyak wilayah yang sulit dijangkau, finansial yang terbatas, hingga tidak dimilikinya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Layanan WeCare sendiri saat ini masih berstatus beta, tetapi sudah bisa digunakan oleh orang-orang yang ingin menjadi donatur. Para calon donatur dapat melihat daftar dan informasi pasien di WeCare dan memilih mana yang ingin dibantu dengan menyumbang mulai dari Rp 10.000. WeCare berjanji seluruh transaksi yang dilakuakn akan transparan dan ditampilkan melalaui website mereka.

Ada sepuluh anak muda yang berada di balik WeCare bila Anda melihat halaman Tentang Kami. Mereka menangani tugas yang berbeda, mulai dari Operations, Product Development, Engineering, Design, Finance, hingga Medical Operations. Menariknya, ada nama Mesty Ariotedjo yang terlibat dalam proyek WeCare ini sebagai Medical Operations.

Sebagai informasi tambahan, WeCare merupakan satu dari dua prakarsa baru yang diperkenalkan oleh Charitylights. Selain WeCare, Charitylights yang fokus pada kegiatan sosial juga perkenalkan prakasa Bebas Sampah ID.

Charitylight sendiri sebelumnya telah dikenal dengan kegiatan sosialnya yang unik seperti PhiRUNthropy yang memanfaatkan aplikasi mobile untuk Windows Phone dan Android.