Pihak penyelenggara memutuskan untuk menunda gelaran final WESG 2019 Asia Pacific CS:GO. Hal tersebut dikarenakan penyebaran wabah virus Corona yang sedang terjadi di Wuhan, Tiongkok. Virus tersebut telah menyebabkan 17 orang meninggal dan 500 orang diisolasi. Pemerintah Tiongkok telah membatasi orang untuk bepergian selama wabah ini masih ada. Ada 16 negara yang akan bermain di final WESG Asia Pacific CS:GO. Mereka harus menunggu waktu lebih lama lagi untuk bertanding.
World Electronic Sport Games adalah gelaran turnamen esports tahunan yang diselenggarakan oleh AliSports. Beberapa game yang dipertandingan meliputi Dota 2, CS:GO, Starcraft II, dan Hearthstone. WESG pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016 yang memiliki total hadiah sebesar US$5.500.000. Penyelenggaraan WESG sangat mengikuti Olympic Games. Karena itu, tim peserta yang mengikuti WESG harus memiliki pemain dengan kewarganegaraan yang sama untuk mewakili negara mereka.
AliSports yang memiliki base di Tiongkok, harus berhadapan dengan wabah virus Corona. Sampai saat ini, sudah ada 10 kota yang diisolasi oleh pemerintah Tiongkok.
“In order to reduce unnecessary personnel flow, we decided to cancel the fourth WESG Asia-Pacific Finals originally scheduled to be held in Macau in February,” Pihak penyelenggara yang memberikan pengumuman melalui akun Weibo-nya.
Melalui website WESG, pihak penyelenggara mengumumkan bahwa mereka belum menentukan tanggal pasti penyelenggaraan acara final WESG Asia Pacific CS:GO. Mereka tidak ingin mengambil resiko untuk tetap menjalankan acara dan memilih untuk menunggu sampai wabah virus ini terselesaikan.
Seharusnya akan memakan waktu lama sampai pihak AliSports bisa menentukan tanggal kelanjutan acara WESG. Atau mereka bisa mengganti lokasi penyelenggaraan yang berjauhan dengan Tiongkok. Tetapi hal tersebut juga akan memakan waktu yang lama. Mengingat mereka harus melakukan perencanaan acara kembali dari awal.
Tanggal 3 November 2019 lalu menjadi puncak dari kualifikasi World Electronic Sports Games (WESG) 2019 untuk regional Southeast Asia. Menariknya, cabang CS:GO WESG SEA 2019 Regional Finals menjadi ladang bagi pemain Indonesia untuk unjuk gigi. Indonesia sendiri punya wakil pemainnya di dua cabang, yaitu CS:GO dan CS:GO female.
Dari CS:GO ada tim Big Time Regal Gaming (BTRG), wakil Indonesia yang diperkuat 3 pemain Indonesia, salah satunya pemain ex-Tyloo, Kevin “Xccurate” Susanto. Kedua ada tim Rising5, tim CS:GO female yang sebetulnya mewakili Singapura, namun diperkuat dua pemain Indonesia ex-Female Figters, yaitu Nabila “Nabbsky” Sulthana dan Victoria “Blizzter” Irwin.
BTRG bisa dibilang masih menjadi salah satu tim kuat di Asia untuk saat ini. Selain Xccurate, tim ini juga diperkuat oleh dua pemain Indonesia lainnya; Adrian “adrnkiNg” Setiawan dan Kevin “Eeyore” Gunawan. Sejak dari babak semi-final WESG SEA 2019 Regional Finals, BTRG berhasil amankan clean sheet, sapu bersih 2-0 tanpa kalah sekalipun sampai babak final.
Sementara itu pada sisi CS:GO Female, tim Rising5 juga tampil cukup dominan. Pada babak semi-final, mereka berhasil menang 2-0 melawan tim Mystery’s. Menariknya ketika mencapai final, Nabbsky dan Blizzter mau tidak mau harus melawan tim Indonesia lainnya, yaitu Celeste yang diperkuat Aulia “Aphrolyn” Brilian.
Pertandingan babak final tidak dapat dimenangkan dengan mudah oleh Rising5. Celeste melawan dengan sangat keras, mereka berhasil mencuri satu poin kemenangan dari Rising5 dalam seri pertandingan best-of-3. Namun demikian, Rising5 berhasil mengamankan pertandingan dengan skor 2-1, dan menjadi wakil SEA untuk WESG Finals nanti.
Kevin “Xccurate” Susanto Dalam Menghadapi WESG 2019
Walau tim BTRG berhasil menang dengan cukup dominan sejak dari babak semi-final, namun Kevin mengakui bahwa mereka tidak menang dengan mudah melawan mereka. “Kompetisinya sangat ketat menurutku. Soalnya tim SEA itu sebetulnya jago-jago, apalagi tim asal Thailand dan Singapura.” Kevin menceritakan.
Dua tim yang menjadi lawannya masing-masing saat semi-final dan final memang berasal dari Thailand dan Singapura, yaitu tim Lucid Dream dan juga BOOT. “Dua tim tersebut bisa dibilang top team di Asia Tenggara ya. Menurutku mereka betul-betul lawan yang kuat. Secara kerja tim mereka sangat kompak. Secara individu, masing-masing pemain punya kemampuan aim yang baik.”
Dengan lolosnya BTRG dan Rising5 dari WESG SEA 2019 Regional Finals, maka kedua tim tersebut akan bertanding untuk WESG 2019 Global Finals yang akan diselenggarakan bulan Maret 2020 nanti, di Chongqing, Tiongkok. Kevin mengakui gelaran final ini akan menjadi fokus bagi tim BTRG untuk sementara waktu.
“Untuk sekarang, kita latihan secara online terlebih dahulu. Kalau untuk bootcamp, sementara ini belum ada diskusi lebih lanjut dari internal tim kita.” ujar Kevin, menjelaskan.
Semoga baik tim BTRG ataupun Rising5 bisa mendapatkan hasil yang terbaik dan membanggakan nama Indonesia lewat kancah WESG 2019 Global Finals!
Kancah kompetitif StarCraft II, meski secara lokal jarang terdengar, namun game besutan Blizzard yang satu ini kerap dipertandingkan dalam kompetisi olahraga multi-cabang. Terakhir kali ada ASIAN Games 2018 yang menjadikan esports sebagai salah satu cabang eksibisi dan turut mempertandingkan StarCraft II. Hal ini, menurut saya, membuat StarCraft II jadi penting bagi Indonesia. Apalagi setelah kini SEA Games cabang esports juga turut mempertandingkan StarCraft II.
Membahas lebih lanjut soal ini, saya lalu mencoba berbincang dengan Emmanuel “QuanTel” Enrique, salah satu kontingen Indonesia untuk cabang esports StarCraft. Kami berbincang seputar komunitas StarCraft luar dan dalam negeri, serta seputar persiapan jelang SEA Games 2019 ataupun WESG SEA mendatang.
Akbar Priono (AP): Halo salam kenal QuanTel, pertama-tama selamat atas kemenangannya di WESG Indonesia Finals ya. Boleh perkenalan dulu mungkin bro QuanTel.
Emmanuel QuanTel (EQ): Ya terima kasih. Nama saya Emmanuel Enrique, usia 19 tahun, saya bermain race Protoss di StarCraft II, rank saya GrandMaster untuk saat ini.
AP: Quantel bermain StarCraft II sedari kapan? Lalu terjun ke ranah kompetitif sejak kapan?
EQ: Kalau StarCraft II sebetulnya baru main dari Januari kemarin, tapi sebelumnya saya sudah bermain StarCraft I (Brood War) dari tahun 2009. Saya terjun kompetitif sejak dari tahun 2017 kemarin, sejak StarCraft: Remastered dirilis.
AP: Apa yang membuat QuanTel memilih untuk kompetitif pada game StarCraft dan bertahan sampai sekarang?
EQ: Saya suka konsep Real-Time Strategy (RTS) yang disajikan dalam StarCraft, yang ada unsur mengatur ekonomi dan mengatur pasukan secara mikro. Saya juga banyak terinspirasi pemain pro StarCraft, yang membuat saya jadi ingin bermain seperti mereka.
Salah satu yang juga jadi inspirasi saya adalah Bisu, pemain asal Korea Selatan, yang juga bisa dibilang sebagai salah satu pemain legend di StarCraft. Secara permainan, dia itu punya kemampuan multitasking yang sangat baik di dalam game. Jadi dalam sekian detik dia bisa melakukan banyak gerakan. Kemampuan dia dalam mengendalikan unit secara satu persatu atau istilahnya micro-management dia juga sangat bagus.
Kalau alasan bertahan, menurut saya para penggemar RTS cenderung loyal sama game mereka. Kalau alasan saya sendiri adalah karena konsep permainan ini nggak bikin bosan ketika dimainkan. Setiap permainan selalu beda dan selalu ada hal yang bisa diperbaiki lagi di setiap permainan.
Selain itu, keikutsertaan StarCraft dalam event olahraga multi-cabang seperti ASIAN Games dan SEA Games juga jadi alasan lain saya bertahan di scene kompetisi ini. Jadi sebetulnya nggak terlalu masalah walaupun di tingkat lokal jarang ada kompetisi.
AP: Berhubung saya cukup awam dengan scene StarCraft, jadi sebetulnya bagaimana keadaan scene StarCraft secara internasional?
EQ: Scene StarCraft secara internasional menurut saya terus berkembang dari tahun ke tahun, apalagi setelah tahun 2017 StarCraft: Remastered rilis dan StarCraft II menjadi free-to-play. Dari segi kompetisi, secara jumlah event dan prizepool juga terus bertambah menurut saya.
AP: Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Bagaimana komunitasnya?
EQ: Di Indonesia juga terus berkembang. Tahun ini banyak pemain baru yang mulai ikut main. Bahkan, banyak juga pemain lama yang terjun lagi untuk ikut meramaikan komunitas StarCraft di Indonesia. Tanggal 5 Oktober 2019 kemarin juga ada kompetisi untuk pemain baru dengan hadiah Rp2 juta.
Lalu komunitas di Indonesia, saat ini kurang lebih yang aktif ada sekitar 70 member. Kalau kegiatan komunitas, selain event besar tahunan seperti SEA Games kita juga ada turnamen komunitas yang diadakan 3 bulan sekali. Antusiasme komunitas juga terbilang stabil bahkan terlihat ada peningkatan yang signifikan.
AP: Kalau menurut pengamatan saya, scene esports StarCraft terbilang stagnan atau mungkin menurun, gimana pendapat Quantel?
EQ: Sebetulnya nggak bisa dibilang menurun juga, dari tahun ke tahun grafik jumlah pemainnya juga terus meningkat. Apalagi StarCraft sendiri juga sudah mulai masuk event olahraga multi-cabang seperti ASIAN Games 2018 kemarin dan juga SEA Games 2019 yang mendatang.
AP: Pernah kepikiran untuk terjun ke scene esports lain? Mengingat RTS bisa dibilang nenek moyang MOBA, mungkin mencoba peruntungan di Dota 2 atau terjun ke scene esports mobile?
EQ: Mungkin untuk saat ini untuk kompetitif hanya StarCraft saja, kalau game lain sih hanya untuk iseng-iseng saja…..hehe.
AP: Oke lanjut membahas soal WESG dan SEA Games nih. Sejauh ini persiapannya sudah sampai mana dan gimana sih Bro QuanTel?
EQ: Kalau untuk WESG SEA Final, persiapan saya terbilang sudah cukup matang, karena bulan lalu sudah sempat melakukan training camp. Kalau untuk SEA Games, sepertinya masih perlu penyesuaian lagi, karena nanti setelah BlizzCon di bulan November akan ada balancing patch. Jadi tentunya gue harus sedikit menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
AP: Lalu kalau bicara soal SEA GAmes, menurut QuanTel gimana potensi Indonesia di pertandingan tersebut? Siapa yang akan menjadi lawan terberat nantinya?
EQ: Menurut saya potensi Indonesia di SEA Games sih sangat besar, karena kita sudah mempersiapkan strategi yang jitu untuk dipakai saat berlaga nanti. Cuma, memang masih butuh latihan sedikit lagi untuk mematangkannya.
Lawan terberat, Filipina. Alasannya karena mereka kuat dari segi build order. Maksud build order sendiri adalah urutan membuat bangunan atau unit. Jadi maksudnya unggul dari segi build order artinya mereka sudah menemukan urutan membuat bangunan dan unit yang efektif.
Selain itu mereka juga kuat dari segi macro-management. Maksud macro-management sendiri salah satunya termasuk dari sisi resource management. Jadi mereka bisa mengumpulkan resource yang banyak dengan yang cepat, dan paham cara spending yang efektif.
Kalau dari kami kontingen StarCraft untuk SEA Games, memang juga harus lebih mematangkan soal build order ini supaya tidak ketinggalan dari Filipina.
AP: Lanjut soal WESG, kalau lolos dari SEA kemungkinan kan akan bertemu sama Korea Selatan? Menurut QuanTel sendiri, sebetulnya apa sih yang membuat Korea Selatan itu jadi sangat hebat di StarCraft? Lalu, apa yang membuat Indonesia ketinggalan dengan hal tersebut?
EQ: Kalau di Korea Selatan, regenerasi pemain baru mereka bisa dibilang sangat cepat. Di sana mereka sudah bermain StarCraft sejak usianya di bawah umur 10 tahun, lalu umur belasan mereka sudah terjun ke kancah kompetitif. Jadi, menurut saya, jika game ini dikenalkan sedari dini; Indonesia juga bisa saja punya banyak pemain jago seperti di Korea Selatan sana. Tapi memang cukup sulit, karena StarCraft tidak begitu populer di Indonesia.
AP: Lalu bagaimana pendapat QuanTel terhadap keikutsertaan StarCraft II di berbagai kompetisi olahraga multi-cabang?
EQ: Menurut saya ini sangat positif bagi komunitas. Saya yakin akan banyak pemain baru yang jadi berminat untuk turut memainkan game ini setelah keikutsertaannya dalam ASIAN Games 2018 kemarin, dan juga tentunya SEA Games 2019 nanti.
AP: Oke, terakhir. Apa yang ingin QuanTel capai sebagai seorang pemain StarCraft? Juga, Apa harapan QuanTel terhadap esports StarCraft?
EQ: Kalau hal yang ingin dicapai, pastinya ingin dapat berkompetisi di tingkat paling tinggi. Bermain dengan pemain terbaik di dunia, harapan tertingginya mungkin bisa bermain di BlizzCon haha…semoga saja bisa kesampaian.
Kalau harapan untuk esports StarCraft, pastinya ingin StarCraft terus berkembang di Indonesia seperti negara-negara tetangga. Lagi-lagi berkaca ke Korea Selatan, di sana bahkan game ini sudah seperti menjadi budaya. Maka dari itu mengingat StarCraft sudah dipertandingkan di kompetisi olahraga multi-cabang, harapannya ini juga akan membantu mengembangkan komunitas StarCraft di Indonesia.
AP: Oke QuanTel, terima kasih atas waktunya, good luck untuk perjuangannya di WESG dan juga SEA Games 2019 nanti!
EQ: Sama-sama, terima kasih juga atas dukungannya.
—
QuanTel akan bertanding di WESG SEA dan juga cabang esports SEA Games 2019 pada sekitar bulan Desember 2019 mendatang. Semoga QuanTel bisa mendapatkan hasil yang terbaik dan membanggakan nama Indonesia di tingkat Asia Tenggara!
Akhir pekan lalu, (28-29 September 2019) menjadi konklusi dari kualifikasi Indonesia untuk gelaran World Electronic Sports Gaming (WESG) 2019. Berbagai tim saling bertanding memperebutkan kesempatan untuk bertanding di regional SEA, dan tentunya mewakili Indonesia dalam babak final dari kompetisi esports yang diselenggarakan dengan gaya Olimpiade ini.
Kualifikasi Indonesia untuk WESG 2019 mempertandingkan 4 cabang, yaitu Dota 2, Starcraft 2, CS:GO, dan CS:GO Ladies. Berlangsung di Ligagame Arena, Daan Mogot, siapa saja yang berhasil menjadi juara dan mewakili Indonesia di WESG SEA 2019? Berikut daftarnya
Dota 2 – Garuda Muda vs Para Pencari Tuhan
Pada cabang Dota 2, empat tim yang menjadi finalis kurang lebih masih mirip-mirip dengan ESL Indonesia Champinoship, namun tanpa kehadiran tim BOOM Esports. Selain dari itu, terselip juga tim Garuda Muda, yang merupakan tim PG.Barracx yang menjadi kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 cabang esports.
Masuk ke babak final, Garuda Muda bertemu dengan tim Para Pencari Tuhan, yang berisikan roster EVOS Esports yaitu Aville, FACEHUGGER, dan Whitemon. Menariknya, walau Aville dan kawan-kawan terbilang cukup mudah mengalahkan PG.Barrackx (Garuda Muda) pada Grand Final ESL Indonesia Championship S2, keadaan malah berbalik di WESG Indonesia Finals.
Garuda Muda yang juga diperkuat Jhocam ternyata berhasil membuat Para Pencari Tuhan jadi kewalahan. Garuda Muda akhirnya berhasil menangkan pertandingan 2-1.
StarCraft 2 – Quantel vs Deruziel
Selanjutnya ada StarCraft 2. Pada cabang ini, dua pemain yang bertemu adalah dua pemain untuk timnas StarCraft SEA Games 2019 cabang esports. Dua pemain tersebut adalah Deruzieldan juga Quantel. Bertanding dalam format best of 5, Quantel yang memainkan ras Protos ternyata berhasil mendominasi permainan. Alhasil Deruziel dengan ras Terran tak dapat memberi banyak perlawanan, ia lalu kalah 3-0 melawan Quantel.
Counter Strike: Global Offensive – BOOM Esports vs Big Time Regal Gaming
WESG Indonesia Finals untuk cabang CS:GO tak hanya jadi pertarungan antara BOOM Esports melawan Big Time Regal Gaming (BTRG) saja, tapi juga jadi pertarungan gengsi kakak beradik Jason “f0rsaken” Susanto (BOOM Esports) dengan Kevin “Xccurate” Susanto (BTRG).
BOOM Esports dengan dua amunisi terbarunya sudah siap menantang siapapun yang ada di hadapannya. Namun sepertinya kawan-kawan BTRG masih terlalu kuat, sehingga BOOM Esports cukup keteteran menghadap Xccurate dan kawan-kawan. Tim BTRG akhirnya berhasil memenangkan pertandingan tersebut dengan skor 2-0.
CS:GO Ladies – CELESTE vs NEST Clan Ladies
Pada cabang ini, tim CELESTE kembali muncul ke permukaan, bertanding melawan NEST Clan Ladies. Tim CELESTE yang dipimpin oleh Aulia “Aphrolyn” Brilian ini memang terbilang masih jadi yang terkuat di antara tim CS:GO perempuan. Mereka bahkan masih cukup mendominasi di NEST Pro Series DIVINA Women CS:GO Pro League.
Lalu di WESG Indonesia Finals ini mereka juga kembali menunjukkan dominasinya di dalam pertandingan. Mereka berhasil memenangkan pertandingan 2-0 dari seri best of 3 melawan NEST Clan Ladies.
—
Dengan ini masing-masing pemenang akan mewakili Indonesia dan bertanding ke tingkat selanjutnya, WESG SEA 2019. Berikut daftar juara WESG Indonesia Finals dari masing-masing cabang.
Garuda Muda (Dota 2)
Quantel (StarCraft 2)
Big Time Regal Gaming (CS:GO)
CELESTE (CS:GO Ladies)
Bertanding di tingkat yang lebih tinggi, mari kita doakan agar para pemain bisa mendapatkan hasil terbaik dan membanggakan nama Indonesia di tingkat regional ataupun internasional.