Pasti Anda sudah tidak asing dengan aplikasi chatting yang satu ini. Ya, benar. WhatsApp, sejak kehadirannya aplikasi ini mendapat sambutan baik dari para pengguna smartphone di seluruh dunia. Secara global tercatat pengguna aktif WhatsApp bulanannya sudah mencapai satu miliar pengguna. Menurut data yang dihimpun survei Nielsen, terdapat 57% konsumen smartphone di Indonesia yang memilih mengunduh aplikasi WhatsApp untuk mendukung aktivitas komunikasi mereka.
Maka tidak heran jika banyak brand yang berlomba-lomba menggunakan fasilitas ini untuk menggaet konsumer. Sebenarnya apa dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan penggunaan WhatsApp untuk bisnis Anda? Simak ulasannya berikut ini.
WhatsApp for Millenials
Sebuah studi dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 42 persen pengguna aktif WhatsApp adalah kaum millennials yang memiliki rentang usia 19 – 29 tahun. Komunikasi secara intens antara audiens dengan brand sangat dibutuhkan oleh kaum millennials. Oleh karenanya mereka memilih WhatsApp untuk dapat melakukan obrolan yang lebih privat terkait brand yang akan dipilihnya. Terbukti pada survei Nielsen mengatakan 67 persen pengguna WhatsApp berharap bisa melakukan komunikasi lebih banyak dengan brand selama dua tahun ke depan.
Bagi brand, WhatsApp bisa digunakan untuk meng-engage konsumennya dalam jangka waktu panjang sebab WhatsApp memiliki fitur grup chat yang dapat menampung 256 konsumen setia Anda. Sebanyak itu pula Anda bisa menyebarkan broadcast message seperti layaknya email marketing kepada konsumen Anda.
Dengan begitu jangan lupa untuk mencantumkan kontak WhatsApp pada media promosi yang brand Anda pilih. Feedback dapat Anda langsung rasakan jika Anda mampu mengemas konten dengan kreatif.
WhatsApp Status
Baru-baru ini WhatsApp menambahkan fitur barunya yaitu berupa WhatsApp Status. Lagi-lagi kemunculan disambut baik oleh para penggunanya, terlebih yang memanfaatkan WhatsApp sebagai alat bantu bisnis. Mengapa fitur ini sangat berguna? Ya, layaknya di media sosial, pada WhatsApp status Anda juga dapat mengetahui berapa banyak audiens yang melihat/membuka status Anda. Jika Anda secara official menggunakan WhatsApp untuk brand, status pada WhatsApp bisa Anda buat sekreatif mungkin agar dapat me-engage audiens dengan brand.
Saat ini WhatsApp status bisa menampilkan video dengan durasi 45 detik. Bukankah ini waktu yang cukup untuk mempertajam awareness sebuah brand. Konten berupa tulisan, gambar, bahkan GIF bisa Anda sertakan dalam WhatsApp Status. Semakin Anda mampu membangkitkan curiosity, audiens secara tidak sadar akan terkoneksi langsung dengan brand.
Kampanye di WhatsApp
Tidak hanya mampu mengakomodasi percakapan langsung antara audiens dengan brand, WhatsApp juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan sebuah campaign. Karakter WhatsApp yang mengedepankan personalisasi diharapkan sebuah brand mampu menciptakan campaign yang dapat mencerminkan aspek pribadi dari target audiens-nya. Sehingga audiens Anda lebih merasa spesial.
Contohnya adalah brand mayonaise Hellmann, yang mengajak audiens dengan memasukkan nomer telepon di laman website mereka agar dapat langsung terhubung dengan para chef yang dapat membantu mengolah bahan makanan yang audiens miliiki di rumah dengan menggunakan mayonaise Hellmann. Para chef juga dapat menunjukkan foto atau video cara mengolah bahan-bahan tersebut. Hasilnya, 13.000 audiens menghabiskan rata-rata 65 menit untuk dapat berinteraksi dengan brand tersebut dan 99,5 persen audiens merasa puas dengan layanan tersebut.
Sebuah brand juga dapat menggunakan WhatsApp sebagai layanan konsumen dan terlebih untuk piranti survei. Orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 6,2 menit per hari untuk menggunakan WhatsApp. Bahkan untuk semakin mengakomodir pengguna setianya, WhatsApp juga telah mengeluarkan aplikasi khusus untuk bisnis, “WhatsApp for Business”. Aplikasi ini untuk pertama kalinya diuji coba di India.
Nah apakah Anda tertarik mencoba menggunakan WhatsApp untuk pemasaran brand Anda?
–
Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX