Tag Archives: Winastwan Gora

Pendampingan dan kesiapan infrastruktur penting dalam pemberlakuan "home learning"

“Home Learning” Jadi Era Pembelajaran Platform Edukasi Online di Indonesia

Keputusan pemerintah menutup seluruh sekolah dan universitas di Indonesia memaksa kita mengadopsi solusi education technology (edtech) sebagai opsi alternatif kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang selama ini biasa dilakukan secara offline.

Sayangnya, urgensi untuk memanfaatkan edtech justru terjadi di situasi yang tidak menyenangkan. Bagi stakeholder terkait, tentu ini adalah “pekerjaan rumah” yang berat mengingat belum ada konsep yang ideal untuk mengukur efektivitas KBM secara online.

Apalagi, membayangkan lemahnya akses internet di Indonesia menjadi salah satu penanda bahwa KBM di Indonesia belum sepenuhnya siap untuk bertransisi ke online.

Bagi Kristin Lynn Sainani, seorang profesor epidemiologi dan kesehatan populasi di Universitas Stanford yang telah menerapkan belajar online sejak 2013, transisi ini tidak bakal berjalan dengan mulus kalau tujuan utamanya hanya sekadar ingin menyelesaikan kelas dengan cepat.

Lalu, bagaimana startup edtech di Indonesia merespons transisi KBM ini dengan solusi teknologi?

Lonjakan trafik dan pengguna secara signifikan

Sebulan pasca-pemberlakuan home learning, platform edtech di Tanah Air mengalami lonjakan trafik layanan dan jumlah pengguna secara drastis. Hal ini masuk akal mengingat di situasi saat ini, platform edtech menjadi salah satu solusi satu-satunya untuk mengakomodasi KBM para siswa.

Data yang dihimpun DailySocial mencatat platform Kelase mengalami kenaikan trafik signifikan kurang dari seminggu dengan peak sampai sepuluh kali lipat, dan jumlah pengguna mencuat hingga 33 persen. Sementara Quipper mencatat kenaikan trafik hingga 30 kali lipat selama seminggu terakhir pasca pemberlakuan home learning di 16 Maret. Sebanyak 128 ribu tugas diberikan oleh 10.000 guru aktif di 10.000 sekolah, serta lebih dari 121 ribu siswa aktif telah menjawab pertanyaan dari 69 juta pertanyaan di platfom Quipper.

Data lain yang diterbitkan Telkomsel mencatat kenaikan trafik broadband sebesar 16 persen. Kenaikan ini didominasi peningkatan pengguna platform e-learning seperti Ruangguru, aplikasi yang tergabung dalam Paket Ilmupedia, situs e-learning Kampus, dan Google Classroom, yang meroket hingga 5404 persen.

Operator Tri Indonesia juga mengungkap aplikasi e-learning menjadi salah satu layanan digital paling diminati dalam sepekan terakhir. Dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, trafik layanan Zenius di jaringan Tri naik 73 persen, diikuti Ruangguru (78%), Quipper (196%), dan Edmodo (841%).

Data di atas menandakan tingginya traction dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap pembelajaran online. Tinggal selanjutnya penyedia platform perlu memastikan ketersediaan kapasitas yang cukup untuk memastikan kestabilan layanan dan kenyamanan belajar.

Founder dan Direktur Kelase Winastwan Gora mengungkap pihaknya berupaya mengoptimalkan kapasitas layanannya. Malahan, pihaknya mendapat dukungan dari penyedia cloud dari Amazon Web Service (AWS) untuk mengoptimasi arsitektur dan meningkatkan kapasitas server.

“AWS memberikan kredit tambahan untuk server sampai akhir tahun dikarenakan situasi COVID-19 ini,” paparnya kepada DailySocial.

Sementara CEO Zenius Rohan Monga menyebutkan saat ini akan tetap fokus untuk memberikan kemudahan belajar mandiri di rumah. Ia mengungkap telah menyiapkan tim khusus yang berperan untuk menjaga kestabilan layanan di masa pandemi ini.

“IT team kami selalu bekerja keras sepanjang hari demi memastikan agar peningkatan trafik ini tidak membebani kinerja platform kami,” ungkap Monga kepada DailySocial.

Pandemi picu pengembangan fitur baru

Di awal pemberlakuan home-learning, sejumlah platform edtech berlomba-lomba memunculkan inisiatif baru, mulai dari berkolaborasi dengan operator seluler, menyediakan paket layanan gratis, hingga mengembangkan fitur baru untuk memperkuat kualitas layanannya.

Pada dasarnya, pengembangan fitur baru ini semata didorong karena adanya urgensi terhadap pemberlakuan home-learning. Dengan semangat agile, para platform edtech berupaya untuk membantu siswa, guru, dan orang tua menyesuaikan diri dengan cepat.

Ruangguru memulai inisiatif ini melalui kolaborasinya dengan Telkomsel untuk menggratiskan layanan selama 30 hari dengan kuota 30GB. Kelase juga membuat program serupa, baik kelas online gratis di blajar.kelase.id dan versi pro gratis selama tiga bulan bagi lembaga yang memerlukan.

Berikutnya platform Zenius menggandeng beberapa operator untuk menghadirkan paket data gratis untuk mengakses ke sebanyak 80.000 konten pembelajaran. “Bahkan, layanan Zenius juga kini dapat diakses menggunakan aplikasi Gojek,” tambah Rohan.

Dari informasi yang dihimpun, platform Zenius, Kelase, dan Quipper mengembangkan fitur baru yang digarap untuk mengantisipasi kelanjutan home learning dalam beberapa bulan ke depan.

Platform Zenius meluncurkan fitur Live Class, tiga hari setelah pemberlakuan home learning. Fitur ini memungkinkan siswa untuk mengikuti sesi belajar secara secara live melalui aplikasi, website, dan akun YouTube Zenius dengan topik tertentu yang disediakan tutor Zenius. Para siswa juga dapat berinteraksi dengan memberikan pertanyaan melalui live chat. 

Selain Live Class, Zenius juga menyediakan fitur rencana belajar harian (Daily Study Plan) sebagai panduan bagi guru dan orang tua siswa untuk membimbing siswa yang melaksanakan belajar mandiri di rumah.

Senada dengan Zenius, platform Kelase juga meluncurkan fitur baru versi Beta untuk mengakomodasi komunikasi dua arah. Misalnya, peserta tak hanya mendengar dan melihat presenter tetapi juga melakukan presentasi dan tanya jawab dengan audio video. Fitur Kelase Live Lecture dijanjikan meluncur secara penuh dalam beberapa hari ke depan.

“Kami masih terus berbenah didampingi tim solution architect AWS untuk mengantisipasi lonjakan trafik tinggi dengan kehadiran fitur baru ini,” ungkap pria yang karib disapa Gora ini.

Untuk memberikan kemudahan penggunaan, Quipper mengembangkan fitur pengindeks transkripsi suara yang dapat mempermudah siswa untuk melakukan pencarian berdasarkan kata kunci, topik, atau materi tertentu yang muncul atau disebutkan di dalam video.

Business Development Manager Quipper Ruth Ayu Hapsari menjelaskan bahwa fitur ini juga mampu mendeteksi kata kunci berdasarkan kata-kata yang diucapkan oleh guru dalam video dan history belajar siswa di akun Quipper.

“Kami juga menghadirkan layanan Masterclass yang dapat membantu siswa untuk berdiskusi langsung dengan pengajar terkait mata pelajaran, PR, termasuk berkonsultasi mengenai rencana belajar,” tuturnya.

Tantangan transisi pembelajaran online

Sebetulnya, keputusan pemerintah untuk menjalankan home learning ibarat tugas dadakan yang perlu dikebut dalam semalam. Tentu keputusan hal ini akan menimbulkan tantangan beruntut bagi orangtua, siswa, dan guru. Pasalnya, selama ini sistem pendidikan Indonesia belum melihat pembelajaran online sebagai opsi setara dengan pembelajaran tatap muka.

Transisi akan semakin sulit manakala literasi terhadap digital di Indonesia masih rendah. Belum tentu kalangan orangtua, siswa, dan guru paham betul bagaimana menggunakannya. Namun, sisi positifnya, kondisi ini akan memaksa mereka untuk belajar menggunakan aplikasi dan layanan digital lain.

Selain itu, akses internet di Indonesia belum tersebar secara merata, terutama di daerah pedalaman. Kuota internet masih menjadi barang mahal bagi sekian banyak orang. Jadi, jangan harap bicara kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan seamless.

Bagi Kelase dan Quipper, keterbatasan internet menjadi salah satu tantangan besar untuk memuluskan transisi ini. Menurutnya, keterbatasan kuota menghambat siswa pengguna untuk dapat mengikuti layanan yang butuh bandwith besar, seperti sesi perkuliahan live.

Tantangan lain yang tak kalah penting adalah sebagian besar guru yang menggunakan Kelase dan Quipper masih kesulitan dalam merancang Learning Management System (LMS). Hal ini membuat sejumlah fitur dalam kelas online belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Tantangan tersebut pada akhirnya dapat menjadi pembelajaran penting yang mendorong startup untuk mengembangkan solusi. Untuk menjawab kesulitan kuota internet, Kelase mengembangkan layanan Live Lecture yang dinilai hemat bandwidth.

Pihaknya juga menyediakan panduan singkat dan melakukan sesi pendampingan khusus terhadap guru dan orangtua secara online untuk mengoptimalkan penggunaan Kelase selama pemberlakuan home learning. “Karena hal ini juga, kami sedang mengejar timeline untuk pengembangan fitur baru lainnya, yakni Dual Presenter di Kelase Live Lecture,” ungkap Gora.

Senada dengan di atas, Ruth mengungkap bahwa pihaknya terus melakukan edukasi dan pelatihan untuk membantu guru-guru di sejumlah wilayah di Indonesia beradaptasi dalam menggunakan aplikasi belajar online.

Tak hanya melalui pengembangan fitur dan edukasi, pihaknya juga melakukan kolaborasi dengan operator telekomunikasi untuk memberikan kuota internet gratis. Kolaborasi ini dilakukan untuk menjawab keluhan orang tua terhadap semakin meningkatnya kebutuhan akses internet dari yang biasanya.

“Tentu kami juga berharap pemerintah untuk memaksimalkan sarana dan prasarana terhadap koneksi jaringan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), khususnya untuk sektor pendidikan,” ujar Ruth.

Jika melihat kondisi di atas, tampaknya butuh waktu panjang bagi ekosistem pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi. Sebagaimana pernah disebutkan, situasi pandemi ini bakal menjadi test case dan ajang pembuktian startup edtech, apakah layanan edukasi online siap menjadi platform primer di Indonesia.

RingerLaktat dan Kelase berkolaborasi meluncurkan platform kursus online di bidang kedokteran berbentuk Massive Open Online Course.

RingerLaktat dan Kelase Luncurkan Platform Belajar Online Khusus Ilmu Kedokteran

RingerLaktat dan Kelase berkolaborasi meluncurkan platform kursus online di bidang kedokteran. Berbentuk Massive Open Online Course (MOOC), inovasi ini diharapkan mempermudah calon dokter untuk mengakses berbagai materi pembelajaran. Tidak hanya mengenai dunia kedokteran, situs yang bisa diakses melalui RingerLaktat.id ini juga menawarkan materi keperawatan, rekam medis, kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Pengembangan platform MOOC RingerLaktat dilatarbelakangi tingginya minat fakultas kedokteran di universitas. Sementara perjalanan menjadi seorang dokter tidaklah sederhana. Kurikulum pendidikan kedokteran tergolong kompleks. Aspek kognitif, afektif dan psikomotor diasah selama 3,5-4 tahun di fase pra-klinik, 1,5-2 tahun di fase koasisten, dan persiapan menghadapi Uji Kompetensi Dokter (UKMPPD).

Di samping itu, menurut pemaparan tim RingerLaktat, pendidikan kedokteran di Indonesia memiliki berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan dokter yang berperan sebagai pengajar dan penyebaran dokter di Indonesia yang belum merata. Materi kedokteran termutakhir masih didominasi oleh konten berbahasa Inggris, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi calon dokter. Di sisi lain uji kompetensi dokter sebagai syarat exit exam menyisakan ribuan calon dokter yang belum lulus.

“RingerLaktat merupakan layanan kursus online di bidang pendidikan kedokteran yang pertama di Indonesia. Sebagaimana cairan infus, RingerLaktat salah satu fungsinya untuk meresusitasi kondisi syok atau merehidrasi pasien yang lemah. RingerLaktat hadir untuk membantu calon sejawat di seluruh fakultas kedokteran di Indonesia mendapatkan asupan akses materi pendidikan kedokteran berkualitas,” ujar Co-Founder RingerLaktat dokter Penggalih Herlambang.

Co-Founder RingerLaktat lainnya, dokter Luthfi Saiful Arif, menambahkan, saat ini startupnya telah bekerja sama dengan puluhan dokter dari berbagai universitas dan rumah sakit untuk pengembangan materi berkualitas.

“Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menggaet lebih banyak dokter agar mau bergabung sebagai pengembang kelas dan fasilitator online. RingerLaktat sangat membuka diri kepada para dokter yang ingin berkolaborasi dalam menyebarluaskan ilmu dan kecakapan yang dimiliki dalam bentuk kelas online gratis maupun berbayar,” ungkap Arif.

Sebagai pengembang teknologi pendidikan, peran Kelase dalam kerja sama ini menyediakan platform MOOC yang terkustomisasi.

“Kami merasa tertantang untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada pada bidang pendidikan kedokteran bersama RingerLaktat. Untuk itu kami begitu antusias mengakselerasi bisnis inovasi sosial yang dijalankan RingerLaktat agar dapat memberi manfaat yang lebih luas pada pendidikan kedokteran Indonesia dengan teknologi dan sumber daya yang kami miliki,” ungkap Co-Founder & COO Kelase Winastwan Gora.

Application Information Will Show Up Here
Kelase saat dimplementasi di Universitas Negeri Makassar

Empat Tahun Perjalanan Kelase

Perjalanan Kelase sebagai salah satu startup pendidikan di Indonesia sudah mencapai tahun keempat. Salah satu pembaruan yang dilakukan adalah menyiapkan fitur terbaru Kelase Live Lecture yang memungkinkan guru atau fasilitator melakukan pembelajaran online dalam bentuk siaran langsung.

Sejauh ini, menurut penuturan COO Kelase Winastwan Gora, layanan mereka sudah digunakan di lebih dari 4.000 lembaga, dengan persentase lebih dari 40%  lembaga setingkat SMA, 20% lembaga setingkat SMP, dan sisanya lembaga pendidikan non formal, seperti lembaga bimbingan belajar, perusahaan, pemerintah daerah, hingga lembaga pemerintah pusat atau kementerian.

Gora, yang terlibat dalam perjalanan empat tahun Kelase, menuliskan beberapa catatan perjalanan di blog Kelase. Di sana ia menceritakan bahwa Kelase merupakan perwujudan kampus besar yang berlokasi di “awan” atau cloud. Sebuah kampus yang dalam perjalanannya mulai dipercaya banyak pengguna.

Perjalanan Kelase terus diiringi dengan perbaikan kualitas dan penambahan fitur.

“Fitur yang banyak diminta adalah seputar penilaian, banyak permintaan berupa penambahan fitur terutama untuk fitur evaluasi (kuis dan latihan soal) termasuk untuk laporan dan analisisnya. Fitur evaluasi atau penilaian pembelajaran inilah yang paling banyak digunakan di dalam Kelase oleh para penggunanya serta paling banyak mendapatkan permintaan untuk dikembangkan terus,” terang Gora.

Perkembangan layanan edtech di Indonesia

Sebagai bagian ekosistem, pihak Kelase melihat ada tanda-tanda positif untuk industri edtech di Indonesia. Menurut Gora hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya layanan yang terus tumbuh. Ia memaknai ramainya sektor edtech di Indonesia sebagai upaya gotong-royong pihak swasta untuk sama-sama meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dengan bantuan teknologi.

“Dengan adanya fokus pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kualitas human capital, maka edtech menjadi enabler dan akselerator  untuk tujuan ini. Ditambah dengan ketersediaan akses internet yang semakin luas dan cepat makan ke depan kebutuhan akan pemanfaatan edtech akan semakin besar,” jelasnya.

Ia yakin bahwa ekosistem edtech akan semakin berkembang. Tinggal bagaimana pihak-pihak terkait, baik swasta maupun pemerintah bisa saling bekerja sama untuk memperkuat ekosistem edtech dengan kebijakan, insentif, akses ke permodalan, dukungan teknis dan pendampingan, dan akses ke pasar pendidikan.

Rencana Kelase selanjutnya

Menurut Gora, dari awal peluncurannya Kelase membawa semangat untuk membangun kedekatan dengan penggunanya. Kelase juga berusaha mewujudkan semua permintaan pengguna terkait fitur-fitur yang dibutuhkan.

“Dari awal sampai sekarang, banyak masukkan dan umpan balik dari pengguna tentang fitur Kelase yang telah kita eksekusi dan wujudkan, sehingga membentuk Kelase versi saat ini. Jadi apa yang dikembangkan Kelase sebagian besar adalah masukan dari pengguna-pengguna kita. Antusiasme pengguna tidak hanya pada pemanfaatannya saja, namun mereka juga antusias untuk memberi masukan dan usulan untuk pengembangan Kelase,” papar Gora.

Perjalanan Kelase masih panjang sebagai layanan edtech di Indonesia. Untuk ke depannya Kelase disebut akan fokus pada pasar Enterprise LMS (Learning Management System).

“Kami akan terus mengembangkan LMS Kelase untuk dapat memenuhi kebutuhan akan corporate e-learning yang tiap tahun angka penjualannya terus tumbuh, selain tetap memperkuat Kelase untuk kebutuhan sekolah dan perguruan tinggi,” tutup Gora.

Application Information Will Show Up Here

Kelase Mobile Lab Dihadirkan untuk Bantu Sekolah di Pelosok Belajar TIK

Sebagai lanjutan dari kegiatan Microsoft Affordable Access Initiative Grant, Kelase mengadakan serangkaian kegiatan untuk mengoptimalkan implementasi teknologi digital dalam pendidikan. Sebelumnya dalam program Microsoft tersebut, Kelase mendapatkan pendanaan dan dukungan infrastruktur komputasi awan Microsoft Azure untuk mengembangkan layanan end-to-end solusi pembelajaran berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi) agar dapat dinikmati oleh sekolah-sekolah di pelosok Indonesia.

Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Kelase bekerja sama dengan Microsoft Indonesia dan PT Trakindo Utama memberikan akses pembelajaran digital kepada sekolah di Merauke. Salah satu hasil inovasi yang diberikan berupa Kelase Mobile Lab, yakni sebuah paket perangkat TIK yang didesain untuk mudah dipindahkan dan digunakan di area yang tergolong sulit dijangkau.

“Kelase Mobile Lab dihadirkan untuk memberi akses kepada sekolah-sekolah di pelosok Indonesia untuk dapat menerapkan pembelajaran digital dengan lebih terjangkau dan mudah. Paket piranti TIK ini didesain untuk bisa berpindah dari satu kelas ke kelas lain, selain itu dengan adanya server kelas berikut aplikasi dan konten edukasi digital yang disertakan akan memudahkan siswa dan guru melakukan kolaborasi dan pembelajaran digital dengan koneksi internet yang minim,” ujar Winastwan Gora, Chief Operating Officer PT Edukasi Satu Nol Satu (Kelase).

Gora menuturkan, selain menyediakan Kelase Mobile Lab sebagai sarana belajar, pihaknya juga memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru dan siswa untuk mampu belajar secara efektif memanfaatkan TIK sebagai perangkat produktivitas belajar.

“Kami sangat senang dapat kembali mendukung kegiatan Kelase dengan memberikan akses pembelajaran digital. Bantuan piranti TIK ini kami harapkan dapat membantu proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih kreatif dan kolaboratif. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendukung misi Microsoft untuk memberdayakan masyarakat dan organisasi, terutama di sektor pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di era transformasi digital saat ini,” sambut Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia Ruben Hattari.

SDN Inpres Polder Merauke merupakan salah satu dari 40 Sekolah Dasar Negeri binaan Trakindo yang mendapatkan kesempatan untuk menerima suguhan tersebut dari Kelase.

“SDN Inpres Polder Merauke merupakan salah satu dari 40 Sekolah Dasar Negeri binaan Trakindo. Dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek sebagai bagian dari pelaksanaan program pendidikan berbasis karakter yang kami selenggarakan, SDN Inpres Polder ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar terpilihnya SDN Inpres Polder sebagai sekolah percontohan berbasis TIK oleh mitra kerja kami,” ungkap Chief Administration Officer PT Trakindo Utama Maria T. Kurniawati.

Application Information Will Show Up Here

Didukung Microsoft, Kelase Bantu Kolaborasi dengan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan untuk Pembelajaran Guru Sertifikasi

Januari silam Microsoft berkomitmen untuk memberikan dana bantuan sebesar $1 miliar untuk penyediaan sumber daya cloud selama tiga tahun ke depan bagi 70.000 organisasi nirlaba di seluruh dunia. Di Indonesia salah satu organisasi nirlaba yang akan menerima bantuan tersebut adalah Kelase, sebuah startup yang berfokus pada pendidikan di Indonesia. Salah satu program terbaru dari Kelase adalah membantu Ditjen Guru dan Tenaga Pendidikan (GTK) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyediakan tempat belajar untuk persiapan sertifikasi para guru di Indonesia.

Kelase sejauh ini disebutkan menjadi salah satu startup yang fokus pada penyediaan layanan online untuk kolaborasi, pembelajaran, dan pertukaran ilmu di sektor pendidikan. Sejauh ini Kelase sudah mendapatkan sekitar 75.223 pengguna dengan 2.740 kelas terdaftar. Perjuangan Kelase inilah yang nantinya akan didukung teknologi cloud dari Microsoft.

Disampaikan Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia Ruben Hattari, program donasi dari Microsoft ini akan membantu mereka dalam menjalankan misi untuk membuat perubahan yang lebih baik. Sejalan dengan misi Microsoft untuk memberdayakan orang-orang dan organisasi sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain. Salah satu organisasi yang masuk kategori Microsoft ini adalah Kelase.

Program donasi US$ 1 miliar dari Microsoft ini memungkinkan organisasi nirlaba mendapatkan kemudahan akses ke Microsoft Azure dan pusat data, Enterprise Mobility untuk perangkat dan manajemen data, CRM daring, dan program Office 365 Nonprofit. Program-program tersebut dapat  membantu organisasi nirlaba di dunia dalam memberdayakan masyarakat melalui program inisiatif yang mereka miliki.

Sementara itu Chief Operating Officer Kelase Winastwan Gora menjelaskan, “Kelase menjadi wadah bagi tenaga-tenaga pendidik di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapabilitas mereka dalam proses belajar-mengajar. Melalui program donasi dana yang diadakan oleh Microsoft, Kelase mendapatkan kesempatan untuk melakukan transisi ke Azure Cloud dan integrasi dengan Office 365 yang dapat membantu kami untuk menyediakan layanan yang lebih mudah diakses.”

Program teranyar Kelase yang bekerja sama dengan Ditjen GTK di Kemeterian pendidikan menjadi salah satu program yang akan didukung dengan teknologi Microsoft. Harapannya dengan platform dari Kelase dan dukungan teknologi dari Microsoft dapat membantu para guru yang akan mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) untuk melakukan persiapan sebelum mereka menyelesaikan ujian tulis sertifikasi.

Wujud kerja sama Kelase dengan Ditjen GTK ini berupa sebuah platform online sertifikasi.id bagi lebih dari 60.000 guru peserta sertifikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu Kelase juga mengembangkan teknologi miliknya hingga menjangkau ke Papua. Tak kurang dari 400 siswa SMAN 1 Yapen 1 telah mendaftarkan diri di platform Kelase yang nantinya juga akan diintegrasikan dengan Office 365 seperti OneDrive dan Outlook.

Application Information Will Show Up Here

Searching for Balance between Net Neutrality’s Economic and Idealism

It’s been almost a month since Facebook and Indosat introduced Internet.org in Indonesia. Unlike the response drawn outside which tends to “attack” Facebook with the net neutrality issue, its presence in Indonesia is more “welcomed”. The regulators address the economic aspect of the program more than the technical side, as the project is regarded to put partnering operators in a great loss. Continue reading Searching for Balance between Net Neutrality’s Economic and Idealism

Mencari Keseimbangan Faktor Ekonomi dan Idealisme Netralitas Internet

Pemerintah seharusnya memberi jalan tengah soal net neutrality dan faktor ekonomi bisnis layanan Internet / Shutterstock

Sudah hampir sebulan yang lalu Facebook dan Indosat mengumumkan kehadiran Internet.org di Indonesia. Berbeda dengan tanggapan di luaran yang cenderung “menyerang” Facebook dengan isu netralitas Internet (net neutrality), kehadirannya di Indonesia cenderung adem ayem, hampir tanpa gesekan. Pihak regulator sendiri justru lebih “sewot” soal sisi ekonomi program ini yang dianggap merugikan operator partner.

Continue reading Mencari Keseimbangan Faktor Ekonomi dan Idealisme Netralitas Internet

Peringati Hari Pendidikan Kelase Luncurkan Fitur Baru

shutterstock_213333985

Tanggal 2 Mei 2015, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, layanan pendidikan online Kelase meluncurkan pembaruan produk dengan dua fitur utama. Tema besar pertama adalah Crowdsourcing atau Urun Daya, sementara tema besar kedua adalah Smart Assessment atau Penilaian Cerdas. Kelase sendiri saat ini telah memiliki lebih dari 780 konten edukasi terkurasi.

Continue reading Peringati Hari Pendidikan Kelase Luncurkan Fitur Baru

Kelase Bersiap Ekspansi Ke Asia Tenggara

Kelase, startup edukasi  yang menghadirkan Social Learning Network gratis untuk lembaga pendidikan, organisasi, dan komunitas kini hadir dengan sejumlah pembaruan. Perubahan yang dilakukan Kelase meliputi logo, tampilan yang baru, tersedianya versi bahasa Inggris, tambahan beberapa fitur baru, serta kehadiran layanan Planet Kelase sebagai pusat informasi penggunaan Kelase.

Continue reading Kelase Bersiap Ekspansi Ke Asia Tenggara

Cara Pendiri Startup Hadapi Stres

shutterstock_154308860

Menjalankan startup, mengejar mimpi, dan bekerja sesuai dengan renjana (passion). Semua itu terdengar indah, bukan? Sebab jika kita melakukan sesuatu yang menjadi renjana kita bisa jadi kita akan mendapat sebuah semangat yang tak ada habisnya. Bahan bakar untuk terus maju dan berusaha. Anggap saja itu semua benar (dan bagi sebagian orang hal tersebut memang benar adanya), namun membangun usaha bukan tanpa halangan dan tantangan setiap hari.

Continue reading Cara Pendiri Startup Hadapi Stres