Tag Archives: wireless charging

Realme Perkenalkan MagDart, Teknologi Pengisian Daya Nirkabel Magnetik dengan Kinerja yang Amat Kencang

Apple punya MagSafe, Realme punya MagDart. Setelah membagikan sejumlah teaser, Realme akhirnya secara resmi memperkenalkan teknologi pengisian daya nirkabel magnetiknya tersebut.

Seperti halnya MagSafe, MagDart pada dasarnya dirancang untuk mengatasi kelemahan utama metode wireless charging biasa, yakni perkara penempatan. Berkat bantuan magnet, perangkat akan selalu menempel secara presisi ke charger, dan ini pada akhirnya juga memungkinkan perangkat untuk digunakan sembari baterainya diisi ulang.

Di acara peluncurannya, Realme menyingkap dua charger MagDart sekaligus. Yang pertama adalah 50W MagDart Charger, yang digadang-gadang sebagai pengisi daya nirkabel magnetik tercepat di dunia. 50W merupakan angka yang cukup tinggi untuk ukuran output daya, bahkan dalam konteks wired charging sekalipun.

Menggunakan charger tersebut, ponsel dengan baterai berkapasitas 4.500 mAh dapat terisi penuh dalam waktu 54 menit saja. Andai sedang buru-buru, charging selama 5 menit saja sudah bisa mengisi sampai sekitar 20%. Semua itu dilakukan tanpa menghasilkan panas yang berlebih, sebab charger-nya memanfaatkan koil berimpendasi rendah, serta telah dibekali sistem pendingin aktif yang mencakup sebuah kipas.

Selanjutnya ada 15W MagDart Charger yang diklaim sebagai pengisi daya nirkabel magnetik tertipis. Dengan ketebalan hanya 3,9 mm, ia sekitar seperempat lebih tipis daripada charger MagSafe. Output maksimumnya memang sama-sama 15W, tapi MagDart tetap bisa mengisi dengan lebih cepat. Untuk baterai 4.500 mAh misalnya, MagDart hanya butuh waktu sekitar 90 menit untuk mengisinya sampai penuh.

Menurut Realme, rahasianya ketipisannya terletak pada desain koil dan circuit board yang terpisah. Di charger ini, circuit board-nya ditempatkan persis di belakang colokan USB-nya, dan itu juga berarti satu sumber panas dapat dijauhkan dari punggung ponsel, mengurangi potensi overheating dan menstabilkan kekuatan pengisian dengan daya yang tinggi dalam durasi yang lebih lama.

Untuk bisa menikmati kepraktisan yang ditawarkan MagDart, kita tentu perlu menggunakan smartphone yang kompatibel. Realme sejauh ini sudah punya dua ponsel yang mendukung teknologi MagDart. Yang pertama adalah Realme Flash, yang secara spesifik dirancang untuk mendemonstrasikan MagDart. Yang kedua adalah Realme GT, tapi harus dibantu oleh sebuah casing khusus bernama MagDart Case.

Layaknya MagSafe, MagDart juga diperlakukan seperti sebuah ekosistem perangkat. Jadi ketimbang sebatas menawarkan metode charging alternatif, MagDart turut membuka peluang dihadirkannya beragam aksesori guna meningkatkan fungsionalitas smartphone.

Guna mencontohkan, Realme merancang tiga aksesori MagDart yang berbeda. Yang pertama ialah MagDart Wallet, yang dapat menampung tiga kartu kredit sekaligus menjadi penyangga untuk smartphone. Selanjutnya ada MagDart Beauty Light yang dibekali 60 lampu LED mini, dan yang dapat diatur tingkat kecerahan maupun temperatur warnanya. Terakhir, tentu saja ada power bank magnetik.

Sayang sejauh ini belum ada informasi terkait kapan semua aksesori MagDart ini bakal tersedia di pasaran, dan berapa harganya masing-masing.

Xiaomi Umumkan Mi Air Charge, Teknologi Pengisian Daya via Udara

Perlahan tapi pasti, teknologi wireless charging terus dikembangkan hingga mampu menyalurkan energi secara lebih efisien ketimbang sebelumnya. Kendati demikian, metode charging-nya sendiri masih belum berubah dibanding ketika teknologinya pertama kali diimplementasikan di tahun 2008, dan perangkat masih harus menempel pada charging pad setiap kali baterainya hendak diisi ulang.

Jadi ketimbang sebatas menyempurnakan teknologi yang sudah ada, jangan heran seandainya sejumlah pabrikan terus berusaha untuk mencari metode wireless charging yang lebih baik daripada yang ada sekarang. Salah satunya adalah Xiaomi. Mereka baru saja mengumumkan teknologi yang sangat menarik bernama Mi Air Charge.

Sesuai namanya, Mi Air Charge dirancang agar bisa meneruskan energi dari sebuah base station ke perangkat via udara. Xiaomi mengklaim jangkauannya bisa sampai beberapa meter, jadi begitu perangkat berada dalam radius base station-nya, baterainya pun otomatis akan terisi.

Untuk sekarang, kecepatan charging-nya memang terbatas di angka 5 W saja, namun hebatnya Xiaomi mengklaim teknologi ini masih bisa bekerja secara normal meski ada sesuatu yang menghalangi. Bukan cuma itu, Xiaomi juga bilang bahwa beberapa perangkat sekaligus dapat di-charge dengan menggunakan satu base station saja (masing-masing perangkat akan menerima output daya sebesar 5 W).

Dari perspektif sederhana, Mi Air Charge pada dasarnya menggunakan basis teknologi yang sama seperti 5G mmWave. Base station-nya yang berbentuk seperti kulkas kecil yang umum kita jumpai di kamar hotel itu memancarkan gelombang frekuensi lewat 144 antena yang tertanam, kemudian perangkat menerima gelombang sinyalnya dan mengonversikannya menjadi energi listrik.

Itu berarti tidak sembarang perangkat bisa di-charge dengan metode ini. Spesifiknya, perangkat harus dibekali dua jenis antena; satu untuk memancarkan sinyal yang mengindikasikan posisi perangkat, satu lagi dalam jumlah yang lebih banyak untuk menerima sinyal yang dipancarkan oleh base station.

Sejauh ini, Mi Air Charge masih berstatus prototipe di laboratorium riset dan pengembangan Xiaomi, dan belum ada satu pun perangkat yang dijual yang sudah menggunakan teknologi tersebut. Terlepas dari itu, Xiaomi sendiri sudah punya niatan untuk mengaplikasikannya ke bermacam perangkat, bukan cuma smartphone saja.

Sumber: Xiaomi.

Xiaomi Ungkap Teknologi Wireless Charging 80 W

Agustus lalu, Xiaomi menyingkap Mi 10 Ultra yang benar-benar tidak mau berkompromi soal spesifikasi. Namun yang lebih mencuri perhatian dari smartphone tersebut kalau menurut saya adalah kapabilitas charging-nya: 120 W menggunakan kabel, atau 50 W menggunakan wireless charger.

Output 50 W itu pada dasarnya lebih tinggi daripada output yang didukung sebagian besar smartphone menggunakan kabel. Jadi untuk mengisi dari kosong hingga penuh menggunakan wireless charger, Mi 10 Ultra hanya butuh waktu sekitar 40 menit. Padahal, kapasitas baterainya cukup besar di angka 4.500 mAh.

Namun Xiaomi rupanya masih belum puas dengan pencapaian tersebut. Tahun belum berganti dan pandemi belum berakhir, Xiaomi sudah memperkenalkan teknologi wireless charging yang lebih baru dan lebih ngebut lagi, dengan output maksimum mencapai 80 W.

Lewat video demonstrasi singkat di atas, Xiaomi menunjukkan betapa cepatnya baterai berkapasitas 4.000 mAh milik Mi 10 Pro (yang sudah dimodifikasi) dapat terisi secara wireless: 10% dalam 1 menit, 50% dalam 8 menit, dan 100% dalam waktu 19 menit saja.

Xiaomi sejauh ini belum bilang apa-apa soal efek jangka panjang teknologi pengisian daya cepat secara nirkabel ini terhadap baterai perangkat, tapi saat mengumumkan Mi 10 Ultra kemarin, Xiaomi turut memastikan bahwa umur baterainya tidak akan jadi lebih singkat hanya karena proses pengisiannya berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya.

Di atas kertas, 80 W jelas terdengar sangat mengesankan, apa lagi untuk konteks wireless charging. Di saat pabrikan seperti OnePlus baru saja menawarkan smartphone dengan dukungan fast charging 65 W, Xiaomi malah sudah bersiap untuk menyajikan yang lebih cepat sekaligus lebih praktis (karena wireless).

Belum diketahui kapan smartphone yang mendukung wireless charging 80 W ini bakal hadir. Xiaomi juga bukan satu-satunya pabrikan yang terus menyempurnakan teknologi pengisian daya cepatnya. Di kubu lain, OPPO juga sempat memperkenalkan teknologi wireless charging 65 W beberapa bulan lalu.

Sumber: Xiaomi.

OPPO Resmi Perkenalkan Teknologi 125W SuperVOOC Flash Charge dan 65W AirVOOC

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, OPPO akhirnya memperkenalkan secara resmi teknologi pengisian ulang terbarunya, yakni 125W SuperVOOC flash charge. Tidak main-main, teknologi itu diklaim mampu mengisi baterai 4.000 mAh hingga 41% dalam waktu 5 menit, atau sekitar 20 menit sampai benar-benar penuh.

Output sebesar itu didapat dari kombinasi tegangan 20V dan arus 6,25A yang disalurkan melalui tiga charge pump paralel, dan OPPO memastikan bahwa suhu perangkat yang sedang di-charge tidak akan pernah melebihi 40° C dengan menyematkan 10 sensor suhu ekstra. 20 menit baterai penuh, berarti konsumen mungkin hanya perlu mengisi ulang perangkat setiap kali mandi di pagi hari.

Istimewanya, OPPO telah merancang agar adaptor 125W ini kompatibel dengan beragam protokol charging. Konsumen bisa memakainya untuk mengisi ulang baterai laptop jika mau, akan tetapi output maksimumnya semua tergantung yang didukung masing-masing perangkat; sebuah chip microcontroller di dalam adaptor akan mendeteksi secara otomatis protokol apa yang didukung.

OPPO 65W AirVOOC

Namun 125W SuperVOOC flash charge rupanya bukan satu-satunya inovasi yang OPPO pamerkan hari ini. Kejutan lainnya datang dalam bentuk 65W AirVOOC, yang mampu mengisi ulang baterai 4.000 mAh hingga penuh dalam waktu 30 menit secara wireless. Ya, kecepatannya sama persis seperti 65W SuperVOOC 2.0 yang sekarang bisa konsumen nikmati pada OPPO Find X2 dan Find X2 Pro.

Tidak seperti wireless charger pada umumnya, 65W AirVOOC mengadopsi desain koil ganda yang beroperasi secara paralel; satu koil 40W, satu lagi koil 25W, yang keduanya menyalurkan energi secara bersamaan. Meski begitu, OPPO bilang mereka juga sedang bereksperimen dengan desain koil tunggal untuk mewujudkan pencapaian yang sama.

Terkait keamanan, sekali lagi OPPO ingin menjadikan ini sebagai prioritas. Prototipe charger 65W AirVOOC tak hanya dilengkapi sistem pendingin berbasis semiconductor, melainkan juga kipas pendingin yang akan membuang panas berlebih ke luar.

Dua charger imut-imut

OPPO 50W Mini SuperVOOC

Dalam kesempatan yang sama, OPPO turut menyingkap dua charger mungil yang sangat menarik: 50W Mini SuperVOOC dan 110W Mini SuperVOOC flash charge. Dimensi charger 50W ini kurang lebih seperti biskuit atau modem portable, dan bobotnya pun cuma 60 gram. Tebalnya hanya 10,05 mm, dan ini sangat istimewa mengingat komponen transformer yang ada di dalam sebuah adaptor biasanya punya tebal lebih dari 20 mm sendiri.

OPPO pun pada akhirnya harus merancang sendiri komponen transformer tersebut, dan hasilnya memiliki tebal tak lebih dari 8 mm. Tentu saja pemanfaatan material Gallium nitride (GaN) juga sangat krusial dalam proses miniaturisasi charger yang OPPO terapkan ini. Untuk charger 110W-nya, OPPO mengklaim ukurannya kurang lebih setara dengan charger 18W pada umumnya.

Sama seperti charger 125W tadi, charger 50W mungil ini juga kompatibel dengan banyak protokol charging, termasuk halnya VOOC generasi sebelumnya maupun USB-PD 27W. Ini berarti mereka yang bukan konsumen OPPO pun nantinya dapat membeli charger yang ideal untuk menemani kegiatan travelling ini.

OPPO 110W Mini SuperVOOC flash charge

Pertanyaan terpentingnya, kapan semua ini bisa konsumen nikmati? Tidak lama lagi kalau kata Aryo Meidianto selaku PR Manager OPPO Indonesia dalam sesi tanya jawab online yang saya ikuti. Paling lambat tahun depan, dan antusiasme ini berdasar pada pengalaman OPPO mengembangkan teknologi VOOC sejak tahun 2014.

Juni lalu, OPPO mengajukan lebih dari 2.800 paten terkait teknologi pengisian daya cepat. Dari perspektif sederhana, OPPO sendiri yang mengembangkan teknologi ini tanpa bantuan pihak luar, jadi wajar kalau mereka tidak perlu waktu lama untuk memproduksinya secara massal. Pada kenyataannya, beberapa perusahaan lain malah melisensikan teknologi VOOC dari OPPO, seperti misalnya OnePlus.

Kalau mau menebak, kemungkinan besar teknologi 125W SuperVOOC flash charge ini bakal datang bersama seri OPPO Find X baru di awal tahun depan, sedangkan 65W AirVOOC bersama Reno Ace generasi anyar. Intinya, semua ini bukan lagi sebatas proof of concept, melainkan sudah ada prototipenya dan bisa segera diproduksi secara massal.

Samsung Ikut Ramaikan Tren Perangkat UV Sterilizer Sekaligus Wireless Charger

Meski sudah eksis sejak lama, perangkat UV sterilizer atau sanitizer bisa dibilang merupakan salah satu “gadget new normal“. Belakangan ini mulai banyak yang menciptakannya khusus untuk smartphone, dan di media sosial saya ramai yang membicarakan mengenai produk serupa dari beragam merek.

Bahkan brand sekelas Samsung pun juga ikut meramaikan tren ini. Mereka baru saja memperkenalkan sebuah wireless charger yang juga merangkap peran sebagai UV sterilizer. Tentunya kategori perangkat seperti ini juga bukan barang baru, apalagi mengingat saya belum lama ini juga menuliskan perangkat serupa besutan Mophie.

Namun yang membedakan punya Samsung ini adalah, proses sterilisasi dan wireless charging-nya dapat berlangsung secara bersamaan. Cukup masukkan smartphone yang mendukung Qi wireless charging ke dalamnya, maka ia akan dibersihkan sekaligus diisi ulang baterainya. Tidak seperti bikinan Mophie, yang ternyata hanya bisa mengisi ulang baterai perangkat yang diletakkan di atasnya, bukan di dalam.

Menggunakan UV sterilizer buatan Samsung ini, smartphone akan dibersihkan selama 10 menit, lalu setelahnya proses sterilisasinya akan berhenti sendiri dan wireless charging masih terus dilanjutkan. Samsung bilang perangkat ini mampu mengakomodasi ponsel hingga yang sebesar Galaxy S20 Ultra, dengan volume bilik persisnya di angka 196 x 96 x 33 mm.

Samsung UV Sterilizer with Wireless Charging

Selain smartphone, tentu saja konsumen juga dapat meletakkan perangkat lain seperti kacamata atau TWS. Sepasang bohlam ultraviolet di dalam kompartemennya diklaim mampu membersihkan baik permukaan atas maupun bawah perangkat yang diletakkan.

Sama seperti Mophie, Samsung memang tidak punya bukti bahwa perangkat ini efektif membunuh virus SARS-CoV-2, tapi setidaknya ia efektif membasmi hingga 99% kuman dan bakteri yang melekat di permukaan macam E. coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans berdasarkan tes yang dilakukan badan pengujian independen Intertek dan SGS.

Samsung berniat memasarkannya melalui sejumlah toko fisik dan online-nya, namun sejauh ini belum ada kepastian negara mana saja yang bakal kebagian. Harganya sendiri juga belum diketahui, akan tetapi Samsung Thailand menjualnya seharga 1.590 baht, atau setara dengan Rp 700 ribuan.

Sumber: Samsung.

Mophie Luncurkan UV Sanitizer Sekaligus Wireless Charger

Sejumlah studi menunjukkan bahwa smartphone kerap menjadi sarang bakteri, dan di tengah pandemi seperti ini, fakta tersebut memicu kekhawatiran bahwa smartphone juga dapat menjadi medium penyebaran virus.

Sejumlah tindakan preventif tentu bisa kita lancarkan, dimulai dari yang paling gampang, yakni rajin mencuci tangan. Untuk perangkatnya sendiri, sejumlah orang (termasuk saya) bahkan nekat menyemprotkan cairan anti-bakteri. Sebagian lain memilih jalur yang lebih canggih dan aman, yaitu dengan menggunakan perangkat UV sanitizer.

Produsen aksesori kenamaan macam Mophie pada akhirnya juga tertarik mencicipi peruntungan di kategori produk ini. Namun sebagai perusahaan yang portofolio produknya meliputi banyak power bank, tentu saja Mophie telah menyematkan sesuatu yang cukup spesial pada UV sanitizer bikinannya, yakni integrasi teknologi wireless charging 10 W.

Sayang sekali dugaan saya salah. Wireless charging pad di perangkat ini ternyata cuma terdapat di permukaan atasnya saja. Cukup mengecewakan mengingat awalnya saya berpikiran bahwa smartphone yang mendukung wireless charging juga akan otomatis di-charge selagi dibersihkan di dalam menggunakan sinar ultraviolet.

Perangkat ini rupanya belum secanggih itu, tapi setidaknya proses sanitasinya hanya memerlukan waktu sekitar lima menit, sehingga setelahnya pengguna tinggal memindah ponselnya dari dalam ke luar untuk lanjut mengisi ulang baterainya. Alternatifnya, selagi ponsel dibersihkan di dalam, permukaan atasnya bisa dipakai untuk mengisi ulang perangkat lain yang mendukung wireless charging, true wireless earphone misalnya.

Ilustrasi penggunaan Mophie UV Sanitizer: membersihkan barang seperti kunci dan AirPods selagi smartphone di-charge di atasnya / Zagg
Ilustrasi penggunaan Mophie UV Sanitizer: membersihkan barang seperti kunci dan AirPods selagi smartphone di-charge di atasnya / Zagg

Bicara soal true wireless earphone, LG baru-baru ini merilis Tone Free HBS-FN6, pesaing AirPods yang charging case-nya dibekali teknologi UV sanitizer terintegrasi. Perangkat ini pada dasarnya membuktikan bahwa sanitasi dan charging sebenarnya bisa dilakukan secara bersamaan.

Selain smartphone, tentu saja Mophie UV Sanitizer sebenarnya juga bisa mengakomodasi barang lain seperti kunci, kartu kredit, dan lain sebagainya selama panjangnya tidak melebihi 6,9 inci. Meski tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung bahwa perangkat ini efektif membunuh virus SARS-CoV-2, setidaknya perangkat ini terbukti mematikan buat 99,99% bakteri yang kerap menghuni smartphone macam E. coli atau staph.

Perlu dicatat juga bahwa perangkat ini bukanlah perangkat yang portable. Ia harus selalu dicolokkan ke sambungan listrik untuk bisa beroperasi. Lagi-lagi saya kecewa kenapa Mophie tidak memanfaatkan pengalaman panjangnya sebagai produsen power bank untuk menyulap perangkat ini menjadi perangkat portable.

Di Amerika Serikat, Mophie UV Sanitizer sudah dipasarkan seharga $80. Induk perusahaan Mophie, Zagg, turut menawarkan alternatif yang lebih terjangkau di bawah branding InvisibleShield. Perbedaan utamanya, alternatif seharga $60 itu tidak dilengkapi wireless charging pad.

Sumber: Engadget dan Zagg.

OPPO Ace 2 Datang Membawa Teknologi Wireless Charging Super Cepat

Oktober lalu, OPPO membuat gebrakan terkait teknologi pengisian baterai lewat Reno Ace. Ponsel tersebut merupakan salah satu yang pertama mengusung teknologi charging SuperVOOC 65 W, yang sanggup mengisi penuh baterai berkapasitas 4.000 mAh dalam waktu 30 menit saja.

Belum begitu lama berselang, OPPO menyingkap suksesornya yang turut dibekali teknologi pengisian baterai mutakhir. Di samping SuperVOOC, smartphone bernama OPPO Ace 2 (tanpa “Reno” sekarang) ini turut dibekali teknologi wireless charging istimewa bernama AirVOOC.

Berbeda dari Qi wireless charging biasa, AirVOOC mampu menyalurkan daya dengan output 40 W, sehingga baterai 4.000 mAh milik Ace 2 dapat terisi penuh dalam 56 menit. Namun untuk bisa menikmati AirVOOC, konsumen harus membeli charging pad khusus yang dilengkapi kipas pendingin secara terpisah.

OPPO Ace 2

Seperti pendahulunya, Ace 2 juga mengusung spesifikasi kelas flagship. Panel layar OLED 6,5 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz tetap dipertahankan di sini, akan tetapi notch-nya sudah digantikan dengan lubang kamera selfie yang mengemas modul 16 megapixel.

Performanya ditunjang oleh chipset Snapdragon 865, lengkap beserta pilihan RAM 8 GB atau 12 GB, serta storage internal tipe UFS 3.0 berkapasitas 128 GB atau 256 GB. NFC, Wi-Fi 6, dan reverse wireless charging semuanya juga tersedia. Sistem operasinya sendiri sudah memakai ColorOS 7.1 yang berbasis Android 10.

OPPO Ace 2

Beralih ke belakang, kita bisa melihat empat buah kamera: kamera utama 48 megapixel dan kamera ultra-wide 8 megapixel, sedangkan dua sisanya didesain untuk menyempurnakan hasil foto Portrait Mode. Entah kenapa OPPO tidak membekalinya dengan kamera telephoto seperti Reno Ace.

Di Tiongkok, OPPO Ace 2 bakal segera dipasarkan dengan harga mulai 3.999 yuan, atau kurang lebih sekitar Rp 8,9 juta. Sayang belum ada informasi mengenai jadwal rilisnya di pasar internasional.

Sumber: GSM Arena.

OnePlus 8 Pro Bakal Dibekali Dukungan Wireless Charging 30 W

Percaya atau tidak, sampai sekarang belum ada satu pun smartphone bikinan OnePlus yang mendukung wireless charging. OnePlus tentu punya alasan tersendiri, dan kalau menurut CEO-nya, Pete Lau, penyebabnya adalah proses pengisian menggunakan wireless charger yang lambat.

Namun 2020 bakal jadi tahun yang berbeda. Flagship mereka untuk tahun ini, OnePlus 8 Pro bakal dilengkapi dukungan wireless charging. Bukan sembarang wireless charging, melainkan yang OnePlus sebut dengan istilah Warp Charge 30 Wireless, yang sanggup menyalurkan daya dengan output sebesar 30 W.

Menggunakan Warp Charge 30 Wireless, baterai OnePlus 8 Pro dapat terisi dari 1% sampai 50% dalam waktu setengah jam saja, jauh lebih cepat daripada sistem wireless charging pada umumnya. Pun demikian, OnePlus 8 Pro tetap kompatibel dengan wireless charger standar seandainya konsumen keberatan membeli charging pad baru dari OnePlus.

Ilustrasi charging pad yang bakal ditawarkan OnePlus / OnePlus
Ilustrasi charging pad yang bakal ditawarkan OnePlus / OnePlus

OnePlus bukanlah yang pertama menerapkan teknologi fast wireless charging semacam ini. September lalu, Xiaomi sempat mengumumkan sistem wireless charging 30 W yang serupa. Dalam waktu dekat, OPPO bakal meluncurkan Reno Ace 2 yang mendukung wireless charging 40 W.

Seri OnePlus 8 sendiri bakal diperkenalkan pada tanggal 14 April, satu hari setelah OPPO Reno Ace 2 diresmikan. Gambar render-nya sudah sempat bocor di internet, demikian pula sebagian fiturnya, yang mencakup layar 120 Hz, chipset Snapdragon 865, dan tentu saja konektivitas 5G.

Sumber: The Verge dan OnePlus.

Wireless Charger Zens Liberty Siap Mengakomodasi Dua Perangkat Sekaligus

Apple boleh batal merilis AirPower, namun itu bukan berarti impian akan sebuah wireless charger pamungkas harus dilupakan begitu saja. Produsen aksesori asal Belanda, Zens, baru saja menyingkap wireless charger inovatif yang kapabilitasnya paling mendekati AirPower.

Dinamai Zens Liberty, perangkat ini mengemas 16 charging coil yang tersusun secara rapi, seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah. Berkat jumlah coil yang begitu banyak (jauh melebihi wireless charger pada umumnya), Liberty pun sanggup mengisi ulang dua perangkat sekaligus secara wireless, dengan output total sebesar 30 W (2 x 15 W).

Zens Liberty

Andai pengguna tak perlu mengisi ulang dua perangkat sekaligus, 16 coil yang diusung Liberty ini masih bisa memberikan manfaat lainnya: kita tak harus meletakkan perangkat yang hendak di-charge di titik yang spesifik, seperti kasusnya pada wireless charger lain. Sekali lagi ini dimungkinkan berkat deretan coil yang hampir meng-cover seluruh permukaan charging pad.

AirPower di sisi lain sempat dirumorkan mengemas sekitar 21 – 24 charging coil, namun ternyata Apple tidak berhasil memikirkan cara untuk mengeliminasi panas berlebih yang dihasilkan deretan coil tersebut. Zens sebaliknya mengambil rute yang lebih aman, dan konsumen Liberty sebenarnya masih bisa mengisi ulang perangkat ketiga jika mau, meski yang ketiga ini bukanlah secara wireless.

Zens Liberty

Ya, perangkat ketiga ini bisa di-charge via sambungan USB yang tertanam di ujung kanan atas Liberty, yang menawarkan arus sebesar 2,4 A. Liberty sendiri menerima suplai daya dari adaptor USB-C berdaya 45 W yang termasuk dalam paket penjualannya.

Zens Liberty rencananya bakal dipasarkan mulai November mendatang dengan harga $140. Zens juga berniat menawarkan edisi terbatas Liberty dengan permukaan berbahan kaca seharga $180 sehingga konsumen dapat melihat 16 charging coil-nya bekerja bersamaan.

Sumber: MacRumors dan Zens.

Apple Batal Rilis Wireless Charger Pamungkasnya, AirPower

Apple belum lama ini meluncurkan AirPods generasi kedua, dan salah satu kelebihannya adalah bagaimana charging case-nya dapat diisi ulang secara wireless. Jadi kalau sebelumnya charging case AirPods harus mengandalkan kabel Lightning, versi barunya ini cukup diletakkan saja di atas Qi wireless charger.

Bicara soal wireless charging, sebagian dari Anda mungkin ingat bahwa Apple pernah mengumumkan niatnya untuk merilis wireless charger pamungkas bernama AirPower. Pamungkas karena AirPower mampu mengisi ulang tiga perangkat sekaligus, seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas.

Sayangnya, AirPower tak kunjung terealisasi meski Apple sudah menyinggungnya sejak September 2017. Banyak rumor berseliweran yang mengatakan Apple kesulitan mewujudkannya karena kendala teknis, spesifiknya bagaimana charging coil yang diposisikan berdekatan bakal mengakibatkan panas yang berlebih.

Misteri itu akhirnya terjawab, berdasarkan pernyataan via email yang didapat TechCrunch dari Apple. Apple secara resmi telah membatalkan AirPower, dengan alasan perangkat itu tidak bisa memenuhi standar tinggi yang Apple tetapkan – anggap saja eufemisme atas kendala teknis yang mereka hadapi seperti yang dirumorkan sebelumnya.

Panas yang berlebih tentu saja sangatlah berbahaya dan berpotensi merusak perangkat yang diisi ulang. Apple jelas tidak berani mengambil risiko, dan keputusan yang paling bijak adalah membatalkan proyek tersebut sepenuhnya daripada terus menyia-nyiakan waktu dan sumber daya lainnya.

Tentunya banyak konsumen yang kecewa dengan keputusan Apple ini, apalagi mengingat gambar AirPower sempat tertera di sejumlah boks penjualan AirPods generasi kedua. Dari situ bisa kita simpulkan juga bahwa keputusan pembatalan ini benar-benar sangat mendadak, dan baru diambil setelah AirPods generasi kedua resmi dipasarkan baru-baru ini.

Sumber: TechCrunch.