Tag Archives: women entrepreneur

Sequoia Spark 2023

3 Founder Perempuan Asal Indonesia Terpilih Mengikuti Sequoia Spark Kohort Kedua

Program fellowship yang fokus mendorong lebih banyak pengusaha perempuan besutan Sequoia Southeast Asia dan India, Sequoia Spark, mengumumkan kohort keduanya. Perusahaan menyiapkan dana hibah dan bimbingan senilai $100.000 atau sekitar 1,5 miliar Rupiah untuk membantu pendiri dalam mengembangkan bisnis.

Dalam program Sequoia Spark kohort kedua ini, terdapat 12 pendiri perempuan yang mencoba menyelesaikan masalah di berbagai sektor dan industri mulai dari teknologi iklim, kesehatan, SaaS, B2B, internet konsumen, D2C, dan web3. Tiga di antaranya merupakan startup asal Indonesia, yaitu Natalia Rialucky Marsudi (Fairatmos), Inez Wihardjo (Gigit.ai), dan Carina Lukito (Little Joy).

Fairatmos sendiri merupakan startup teknologi karbon lokal. Perusahaan telah mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal mencapai 69 miliar Rupiah dipimpin Go-Ventures dan Kreasi Terbarukan TBS. Fairatmos berambisi mendemokratisasi akses ke pasar karbon melalui platform yang mendukung pengembangan proyek penyerapan karbon bagi komunitas, koperasi dan pihak lain.

Sementara itu, Gigit.ai merupakan startup web3 yang bertujuan untuk membantu mendemokratisasi gig economy di Asia Tenggara. Perusahaan menargetkan dua sisi pasar, yaitu perusahaan AI yang membutuhkan data untuk diberi label dan dikumpulkan. Di samping itu, para pekerja yang dapat menggunakan solusi mobile-first untuk memenuhi kebutuhan.

Didirikan pada tahun 2021, Little Joy merupakan startup commerce untuk ibu & bayi yang dibangun. Ini merupakan ekosistem digital pertama yang berfokus pada 1000 hari pertama perkembangan anak, yang diketahui sebagai periode paling penting dalam perkembangan manusia untuk menghindari kekurangan gizi.

Program Spark telah dirancang dengan saksama untuk membantu para founder perempuan membangun dasar dari sebuah perusahaan yang bertahan lama. Seiring dengan kurikulum yang ketat, masing-masing founder telah dijodohkan dengan founder startup berpengalaman dari portofolio Sequoia Asia Tenggara dan India untuk bimbingan satu lawan satu selama program berlangsung.

Para mentor berpengalaman ini termasuk Hande Cillinger dari Insider, Julian Artopé dari Zenyum, dan Siu Rui dari Carousell. Bimbingan dalam program ini akan menjadi landasan penting dalam membangun produk yang kuat dan peta jalan masuk ke pasar yang, akan membantu memobilisasi putaran penggalangan dana pertama mereka.

Selain itu, para peserta mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh penasihat investasi senior dari Sequoia Southeast Asia dan India selama program berlangsung. Mereka juga memiliki akses untuk memilih sesi Surge, dan mendapatkan bantuan langsung dari Sequoia Southeast Asia dan spesialis portofolio India dari perekrutan, produk, hukum, keuangan, produk, teknologi, hingga pemasaran.

Program akselerator Sequoia

Sebagai salah satu pemodal ventura yang cukup aktif memberikan pendanaan kepada startup di Indonesia dan Asia Tenggara, Sequoia Capital juga memiliki program akselerasi unggulan bernama Surge. Melalui program ini startup yang masih dalam tahap awal, bisa mendapatkan mentoring hingga dukungan capital yang relevan.

Dalam waktu tiga tahun terakhir, Surge telah berkembang pesat, termasuk memperkuat komitmen dengan meningkatkan kucuran dana untuk startup tahap awal binaannya. Sebelumnya mereka memberikan seed funding di rentang $1 juta – $2 juta, kini ditingkatkan hingga $3 juta.

Hingga saat ini, Surge telah memasuki kohort ke-7. Komunitasnya telah menaungi 281 founder dari 127 startup dalam 16 sektor. Startup-startup yang dinaungi telah mengumpulkan pendanaan secara kolektif sebesar lebih dari Rp25,2 triliun ($1,7 miliar), dengan lebih dari 60% perusahaan dari lima kohort pertamanya mengumpulkan pendanaan seri A dan seterusnya.

Meskipun telah diterpa pandemi dan isu resesi ekonomi, ekosistem startup di kawasan ini disebut berada pada titik yang sangat penting. Semakin banyak orang mengakui bahwa keragaman memberi dampak baik untuk bisnis, masyarakat, dan ekonomi.

Melalui setiap program yang dijalankan, Sequoia Southeast Asia dan India berharap dapat berkolaborasi dengan pendanaan lain dan angel investor untuk mendukung para founder dalam perjalanan mereka – dan untuk menginspirasi generasi founder berikutnya.

Claudia Kolonas, salah satu pendiri wanita yang mengelola platform online tentang investasi, Pluang

Wanita dan Investasi: Pentingnya Menjadi Pribadi yang Independen Secara Finansial

Untuk satu alasan, masalah keuangan sering kali dianggap sebagai tanggung jawab laki-laki semata. Dengan semakin banyaknya perempuan yang bekerja saat ini, dunia semakin lumrah dengan konsep kesetaraan gender bahkan di bidang investasi. Di era modern ini, banyak wanita telah menghidupi [atau setidaknya menghasilkan uang] untuk keluarga mereka atau paling tidak untuk diri mereka sendiri. Dewasa ini, mereka telah merencanakan investasi agar bisa mandiri secara finansial.

Berdasarkan Laporan Kesenjangan Gender Global 2021 yang dilakukan oleh World Economic Forum, Indonesia disebut telah menutup 68,8% dari total kesenjangan gender, menempati peringkat ke-101 secara global, meskipun kesenjangan tahun ini memiliki presentase lebih besar 1,3 poin dari periode sebelumnya.

Penyebab utama penurunan ini diprediksi karena partisipasi ekonomi dan kesenjangan peluang yang lebih besar. Alasannya adalah penurunan tajam partisipasi perempuan sebagai peran senior. Di luar indikator ini, partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja jauh lebih sedikit daripada laki-laki (perempuan 55,9% dan laki-laki 84%) sementara kesenjangan upah dan pendapatan tetap besar (masing-masing 69,7% dan 51,7%). Selain itu, 81,8% perempuan menempati pekerjaan di sektor informal (dibandingkan dengan 79,4% laki-laki).

Claudia Kolonas adalah salah satu dari sedikit pendiri wanita di industri teknologi Indonesia. Ia mendirikan platform investasi, Pluang, dengan tujuan menggalakkan inklusi keuangan di Indonesia. Sebagai sosok wanita dalam industri fintech, selalu saja ada tantangan yang harus dilewati. Namun, selama menjalankan misinya, Claudia mencoba menghindari semua hal negatif yang menyelimuti potensinya serta menegakkan kepercayaan diri disaat orang lain mungkin meragukan kapabilitasnya sebagai pemimpin wanita.

Menjadi wanita yang independen secara finansial

Berdasarkan Women and Finance: The Rich Thinking Quantitative Survey 2019 oleh Barbara Steward, CFA, kebanyakan wanita memahami pentingnya mandiri secara finansial. Dalam survei tersebut, lebih dari 200 wanita dari 24 negara ditanyai alasan terpenting mengapa mereka berinvestasi, jawaban terpopuler kedua adalah “untuk menjadi lebih mandiri secara finansial”, dan di posisi teratas adalah, “mendanai masa pensiun”.

Dalam masyarakat yang menuntut patriarki seperti Indonesia, perempuan biasanya memiliki kontribusi yang lebih kecil dalam hal dukungan finansial untuk keluarga. Apalagi ketika mereka sudah menikah, aturan yang sering kali diterapkan adalah dia menjadi tanggung jawab suaminya. Mungkin hal ini terdengar melegakan, namun pada kenyataannya ekspresi ini agak menakutkan, untuk menyerahkan tanggung jawab atas diri sendiri demi apa? tidak ada siapapun yang benar-benar dapat menjamin kesejahteraan hidup seseorang.

Claudia berkata, “Saya rasa investasi adalah hal yang esensial bagi wanita. Sangat penting bagi perempuan untuk bisa mandiri secara finansial, terlebih ketika ditinggalkan suami. Ketika wanita sudah menikah, biasanya wanita memiliki beban pengeluaran yang lebih besar, oleh karena itu sangat penting menabung untuk dana darurat. Dana darurat ini akan sangat berguna ketika ada kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, dll.”

Kemandirian finansial adalah tema penting bagi perempuan. Wanita yang berdaya secara finansial tidak hanya lebih percaya diri tetapi juga lebih produktif dan mampu memiliki keseimbangan kehidupan kerja. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang dapat mengukur prospek kesuksesan seorang wanita.

“Yang paling penting adalah memberikan dukungan bagi wanita, terutama untuk mereka yang sudah berkeluarga, yang ingin masuk ke industri teknologi. Penting untuk memiliki platform yang setara untuk bekerja baik bagi pria maupun wanita,” tambahnya.

Dalam hal kapabilitas investasi, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti pilihan investasi mereka. Meskipun mereka mengambil risiko lebih sedikit daripada pria dalam hal investasi, hal itu tidak secara otomatis berarti menghindari risiko. Sebaliknya, wanita lebih cenderung mengambil tingkat risiko yang sesuai dengan investasi mereka daripada laki-laki. Kedua sifat ini akan menghasilkan hasil investasi yang lebih baik.

Investasi di tengah pandemi

Ada beberapa tujuan investasi yang umum di masyarakat. Beberapa orang berinvestasi untuk mempertahankan kesejahteraan [pasca pensiun], menghasilkan pendapatan [untuk keperluan sehari-hari], atau memperoleh keuntungan dari aset modalnya. Faktanya, platform investasi sedang menuai berkah di tengah pandemi ini. Pada dasarnya, karena orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di internet selama WFH (work from home) dan berinvestasi semakin mudah karena didukung oleh teknologi.

Di Indonesia, beberapa platform tersedia untuk mengakomodasi tujuan-tujuan ini, termasuk Investree, Pluang, Bibit, dan lain-lain. Hal ini memungkinkan orang untuk berinvestasi di emas, pasar modal, reksa dana, dan banyak bentuk investasi lainnya. Semakin mudah dengan satu klik.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dalam empat bulan pertama tahun ini jumlah investor pasar modal meningkat 31,11% menjadi total 5,08 juta. Sedangkan investor reksa dana meningkat 38,85% menjadi 4,40 juta investor.

Sumber: Demografi investor KSEI April 2021

Laporan demografinya juga menyiratkan bahwa perempuan berhasil mempersempit kesenjangan investasi menjadi 38,45% dengan perkiraan nilai aset Rp208,84 triliun. Informasi ini didukung fakta bahwa Pluang, salah satu platform investasi terkemuka di Indonesia, mengklaim mayoritas investornya adalah perempuan. Mengikuti statistik dan tren investasi, perusahaan juga berencana menambah produk-produk baru di tahun ini.

“Tahun ini saya pribadi fokus ke pembelian produk utang pemerintah seperti SUN atau ORI, serta investasi di reksa dana dan juga di obligasi BUMN. Menurut saya, masih banyak peluang untuk meningkatkan nilai produk pendapatan tetap di Indonesia, dan risikonya cukup moderat,” jelas Claudia.

Terlepas dari semua kemudahan menanam uang di platform digital, internet tidak kebal dari berbagai upaya penipuan. Ada beberapa kasus yang melibatkan investasi “bodong” yang menyebar melalui gawai. Masalah ini menjadi sangat rumit dan membutuhkan partisipasi dari seluruh ekosistem. Pasar membutuhkan pendidikan lebih lanjut, pemahaman produk serta tidak melanggar moral dasar.

Kabar baiknya, indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan di Indonesia mengalami peningkatan sejak 2019. OJK melaporkan nilai indeks literasi keuangan telah mencapai 38,03%, sedangkan indeks inklusi keuangan telah mencapai 76,19% pada tahun 2020.

Claudia juga menyebutkan bahwa banyak produk investasi menjadi lebih fluktuatif selama pandemi sehingga risiko meningkat. “Kami pikir sangat penting untuk dapat mengedukasi pengguna kami tentang risiko investasi, terutama ketika ada ketidakpastian ekonomi,” tambahnya.

Investasi bukan sekedar permainan. Mesipun terdengar menyenangkan, apakah Anda rela mempertaruhkan uang untuk bertahan hidup? Hanya karena sebagian besar kolega ‘heboh’ tentang industri yang sedang ramai. Investasi memang fundamental untuk mencapai kemandirian finansial. Namun, sangat penting untuk berinvestasi pada sesuatu yang dapat Anda pahami.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Claudia Kolonas, one of the women founders who made it to build the investment platform, Pluang.

Women and Investment: The Essentials of Being Financially Independent

For one so-called reason, financial matters are often positioned as a male sole responsibility. As more women join the workforce today, the world is shifting towards gender equality even in the realms of investments. In this modern era, lots of women have been supporting [or at least making money] for their family or simply themselves. And now, they are planning their investments in order to be financially independent.

Based on the Global Gender Gap Report 2021 conducted by the World Economic Forum, Indonesia is said to close 68.8% of its overall gender gap, corresponding to a rank of 101st globally, although this year’s gap is 1.3 percentage points larger than in the previous edition.

This decline has resulted mainly from wider Economic Participation and Opportunity gaps. The reason is said to be the sharp drop in the share of women in senior roles. Beyond the performance of this indicator, women participate in the labor market significantly less than men (55.9% of women and 84% of men) and wage and income gaps remain large (69.7% and 51.7%, respectively). In addition, 81.8% of the women’s employment is in the informal sector (compared to 79.4% of men).

Claudia Kolonas is one of the few women founders in the Indonesian tech industry. She founded an investment platform, Pluang, with a goal to promote financial inclusion in Indonesia. As a woman in the fintech industry, it’s impossible to go through without facing any challenges. However, during her mission, Claudia tried to dodge all the negativity that blanketing her potential and put on the confidence as people might throw doubt for her as a woman leader.

Being a financially independent women

Based on the Women and Finance: The 2019 Rich Thinking Quantitative Survey by Barbara Steward, CFA, most women understand the importance of being financially independent. In the survey, more than 200 women from 24 countries were asked the most important reason why they invest, the second most popular answer was “to become more financially independent,” and occupying the top of the table, “fund my retirement.”

In a patriarchal-demand society such as Indonesia, women usually have less contribution in terms of financial support for the family. Especially when they’re married, the rule often applied that she’s become her husband’s responsibility. It may sound like a relief while in fact, the expression is kind of terrifying, to give up yourself in return for what? nobody can really guarantee anybody’s safety.

Claudia said, “I think that investment is very important for women. Because it is very important that women can be financially independent, especially if their husbands leave them. When women are married, these women usually have a greater burden of expenses, therefore, it is very important to save for emergency funds. This emergency fund will be very useful when there are unexpected events such as loss of work, etc.”

Financial independence is a critical theme for women. A financially empowered woman is not just more confident but also more productive and capable of a perfect work-life balance. This is one of the main factors that can measure the prospect of a woman’s success.

“The most important thing is to provide support for women, especially those engaged in a family, who want to break into the tech industry. It’s essential to have an equal platform to work for both men and women,” she added.

In terms of investing capabilities, studies also show that women spend more time researching their investment choices. And while they do take on less risk than men when it comes to investing, it doesn’t automatically translate into avoiding risk. Rather, they’re simply more likely to take on appropriate levels of risk with their investments than men. Both of these findings make for better investing outcomes.

Investing in a time of the pandemic

There are several common investment objectives in the public. Some people invest to ensure safety [post-retirement], generate income [for daily purposes], or gain revenue from their capital asset. In fact, investment platforms are harvesting amid this pandemic. Especially since people spending a lot more on the internet during WFH and investing gets easier as powered by technology.

In Indonesia, some platforms are existed to accommodate these objectives, including Investree, Pluang, Bibit, etc. It enables people to invest in gold, capital market, mutual funds, and many other forms of investment, easier through clicks.

Based on the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), in the first four months of this year, the number of capital market investors increased 31,11% to a total of 5.08 million. Meanwhile, mutual fund investors increased 38.85 percent to 4.40 million investors.

Source: KSEI Investor Demography April 2021

The demography paper also implied that women are narrowing the investment gap to 38,45% with an estimated asset value of Rp208,84 trillion. This information is backed by the fact that Pluang, one of the leading investment platforms in Indonesia, claimed that the majority of its investor are women. Following the investment statistics and trends, the company also plans to add more products this year.

“This year, my personal focus is on the purchase of government debt products, such as SUN or ORI, as well as investing in mutual funds and also in state-owned bonds. In my opinion, there are still many opportunities to increase the value of fixed-income products in Indonesia, and the risks are quite moderate,” Claudia explained.

Despite all the convenience to plant money in the digital platform, the internet is not immune to fraud. There are several cases involving fraudulent investment that spreading across devices. This is a very complicated issue that requires the whole ecosystem to contribute. The market needs more education, to fathom the investment product and not to violate basic morals.

The good news, the financial literacy index and financial inclusion index in Indonesia had increased since 2019. OJK reported the value has reached 38.03% for the financial literacy index, while the financial inclusion index has reached 76.19% in 2020.

Claudia also mentioned that many investment products become more volatile during a pandemic, resulting in risk increases. “We think it is very important to be able to educate our users about investment risks, especially when there is economic uncertainty,” she added.

Investing is not a game. As fun as it sounds, will you bet the money you can’t afford to lose? Just because most of your colleagues are constantly bragging about the excitement of the market. Investment is indeed fundamental to reach financial independence. However, it’s very important to invest in something you can fathom.