Perjalanan bersama Fujifilm dan para fotografer profesional ke Sumatra Barat untuk menjajal langsung kamera mirrorlessX-H1 akhir pekan lalu adalah sebuah pengalaman berharga tak terlupakan sekaligus momen pengingat diri soal betapa minimnya ilmu fotografi yang saya miliki. Dilema yang saya hadapi ialah mencari cara buat menunjukkan keunggulan Fujifilm X-H1 lewat hasil jepretan dengan keterbatasan kemampuan ini.
Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk Fujifilm Indonesia dan X Team yang sudah bersabar mengajarkan ilmu fotografi, berbagi tip dan masukan, serta berkenan menjawab berbagai pertanyaan awam saya mengenai fitur dan fungsi Fujifilm H-H1. Berkat bantuan mereka semua, foto-foto yang harus saya perlihatkan jadi tidak terlalu memalukan.
Saya juga tidak mungkin bisa mengabadikan begitu banyak momen tanpa dukungan dari SanDisk. Untuk mendukung acara Fujifilm X-H1 Trip, anak perusahaan Western Digital tersebut menyediakan kartu memori SD SanDisk Extreme UHS-1 dengan kecepatan baca/tulis mencapai 90MB/60MB per detik berkapasitas 128GB. Bukan hanya saya tak perlu cemas penyimpanan cepat habis, SD card ini juga menyuguhkan kemampuan akses super-cepat, sangat ideal dalam menunjang mode continuous atau burst shot di kamera.
Tanpa berpanjang lebar lagi, silakan nikmati foto-foto yang diambil menggunakan Fujifilm X-H1, dibantu oleh lensa Fujinon XF Zoom 18-135mm, tanpa menggunakan filter tambahan.
Resolusi gambar di bawah telah dikurangi dari ukuran aslinya – dari 8000x6000p ke 1500x1000p – dan saya juga bereksperimen dengan opsi film simulation berbeda.
Pantai Nirwana
Jembatan Siti Nurbaya
Pacu jawi, Tanah Datar
Karena tidak menggunakan lensa telephoto, sejumlah fotografer harus turun ke pinggir arena pacu untuk memperoleh hasil jepretan yang dramatis. Alhasil, saya serta beberapa rekan media dan fotografer nyaris diterjang sapi.
Lembah Harau
Pacu itik
Meskipun tidak seberbahaya pacu jawi, buat saya memotret bebek yang terbang merupakan tantangan tersulit di Fujifilm X-H1 Trip. Hewan ini lebih kecil, bergerak lebih cepat, kemudian arah lintasan mereka tidak dapat diprediksi. Mode continuous shot berkecepatan tinggi plus setting fokus yang tepat sangat diperlukan.
Berbekal pengalaman lebih dari 80 tahun di ranah fotografi, kemampuan kamera Fujifilm dalam menangkap warna adalah salah satu aspek yang membuatnya begitu dicintai para fotografer. Namun dengan bertambah canggihnya platform sharing video dan sosial media, belakangan Fujifilm juga melihat munculnya kebutuhan baru para konsumen: membuat video berkualitas tinggi.
Sejauh ini, kemampuan kamera Fujifilm dalam menciptakan video baru bisa dibilang ‘mencukupi’. Masih belum puas dengan pencapaian ini, perusahaan spesialis produk imaging asal Jepang itu mulai menyeriusi ranah pengambilan video. Setelah melepas X-A5 untuk konsumen generasi sosial media, kali ini Fujifilm memperkenankan para fotografer kelas kakap dan sejumlah media mencicipi langsung X-H1 sembari menjelajahi keindahan Sumatra Barat.
Pendaratan XH-1 di Indonesia yang dilakukan cukup gesit setelah pengenalannya di bulan Februari kemarin ialah indikasi bahwa Fuji tak mau membuat konsumen setianya di nusantara menunggu terlalu lama. Fujiflm XH-1 adalah kamera mirrorless digital paling high-end di kelas X. Produk ini mengombinasikan tubuh tangguh, mutu gambar superior, dengan kemudahan pengoperasian. Ia juga merupakan kamera X pertama yang dibekali sistem in-body image stabilization (IBIS) 5-poros 5,5-stop dan simulasi film Eterna.
Desain dan daya tahan tubuh
Sebagai orang yang jarang sekali menggunakan kamera mirrorless Fujifilm, sejumlah keunggulan X-H1 segera saya rasakan begitu menggenggamnya di tangan. Pengaturan ISO, mode jepretan (single, continuous shoot plus opsi tiga tingkat kecepatan, dan video), shutter speed (ada mode auto juga), dan metering bisa dilakukan langsung dengan memutar kenop atau switch fisik yang ada di body – tanpa harus menggunakan kombinasi dua tombol atau masuk ke menu terlebih dulu.
Tubuh berdimensi 139,8×97,3×85,5mm Fujifilm X-H1 juga lebih ringan dari yang saya bayangkan, memiliki berat 673-gram, sudah termasuk baterai dan kartu memori. Tentu saja, bobot totalnya bergantung dari jenis lensa yang Anda gunakan.
Faktor andalan lain dari X-H1 adalah ia didesain agar tangguh serta tahan terhadap cuaca, sehingga selalu siap menemani para fotografer berburu momen-momen berharga yang begitu cepat berlalu. Dan dalam pemakaiannya, X-H1 terbukti perkasa menangani kondisi alam berbeda. Saya merasakan sendiri ketahanannya terhadap kondisi cuaca seperti gerimis hingga percikan air terjun, juga sanggup diajak ‘bermain lumpur’ ketika kami mencoba memotret momen pacu jawi.
Menilik ketahanannya lebih jauh, X-H1 diracik agar tahan debu, percikan air, serta dapat beroperasi hingga suhu -10° Celcius. Dan dibandingkan X-T2, struktur magnesium X-H1 lebih tebal 25 persen, dirancang agar bisa meredam benturan secara lebih efektif. Selanjutnya, Fujifilm melapisi permukaan kamera dengan coating granular yang resistan terhadap baretan. Selain itu, sejumlah lensa Fujinon (contohnya XF Zoom 18-135mm yang saya gunakan selama perjalanan di Sumatra Barat) turut mempunyai karakteristik weather-resistant serupa.
Pengalaman penggunaan
Sejujurnya, X-H1 merupakan kamera Fujifilm high-end pertama yang saya jajal, dan saya sangat menghargai kesabaran tim Fujifilm dalam mengajarkan segala fungsi dan fiturnya – dari mulai sesederhana mengubah posisi layar sentuhnya hingga setup continuous shot buat mengabadikan adegan-adegan berkecepatan tinggi dengan karakteristik gerakan objek berbeda. Misalnya memotret joki dan sapi saat berpacu di atas sawah, balapan bebek, hingga atraksi silat macan Minangkabau.
Seperti yang saya ungkap sebelumnya, pengaturan kamera dapat dilakukan secara super-simpel, dipermudah lagi dengan pemanfaatan layar sentuh buat mengutak-atik fungsi serta mengubah zona fokus. Di sesi hands-on selama empat hari kemarin, kendala terbesar dalam menghasilkan foto-foto menawan berada di diri saya sendiri: jam terbang saya sangatlah rendah, dan saya belum paham sepenuhnya seluk beluk kapabilitas kamera ini.
Dalam salah satu sesi hunting foto landscape di Pantai Nirwana, fotografer profesional dan anggota X Team Fujifilm Ari ‘Amphibia’ Riyanto menjelaskan bahwa selama menggunakan kamera mirrorless Fujifilm, hasil jepretan Anda ‘tidak akan pernah keliru’. Bahkan jika foto terlalu terang atau gelap, kita dapat mengubah lagi tingkat cahayanya setelah gambar diambil lewat fitur Exposure Compensation.
Kamera Fujifilm terkenal dengan fitur eksklusif bernama film simulation, yaitu mode reproduksi warna khas produk Fuji dalam kiprahnya berbisnis selama delapan dekade – sedikit contohnya ialah Provia (warna standar), Velvia (vivid, cocok buat landscape) dan Classic Chrome (biasanya untuk jepretan-jepretan dokumenter). Di X-H1, Fujifilm membubuhkan profil warna Eterna yang dirancang untuk mensimulasikan efek sinematik ala film dengan mengurangi kecerahan warna serta memperkaya area bayangan.
Elemen tersebut selaras dengan fokus baru Fujifilm di X-H1: pembuatan video. Kualitas video kameranya sudah ditingkatkan, kini sanggup merekam di bit rate 200Mbps. Kamera memperoleh tak kurang dari 20 fitur baru dan penyempurnaan; yang paling menonjol ialah kemampuan shooting 4K DCI, mode high-speed (untuk menghasilkan video slow motion dengan kecepatan 1/2, 1/4 dan 1/5), serta penggunaan microphone internal 24-bit/48kHz.
Spesifikasi lengkap dari Fujifilm X-H1 dapat Anda lihat via tautan ini.
Harga, ketersediaan dan kompatibilitas
Fujifilm X-H1 akan mulai dipasarkan di Indonesia dalam waktu dekat. Gerbang pre-order rencananya akan dibuka pada tanggal 24 sampai 25 Maret 2018 di Blibli.com. Produk dibanderol seharga Rp 28 juta (belum termasuk lensa), atau Rp 32,5 juta dengan aksesori grip baterai VPB-XH1.
X-H1 kabarnya siap mendukung lensa sinema profesional MKX18-55mm T2.9 dan MKX50-135mm T2.9, akan dirilis pada bulan Juni 2018.